- Discovery : suatu proses uji praklinik, yang mana uji praklinik dilakukan sekitar 2
– 5 tahun. Uji praklinik dilakukan di laboratorium pada hewan uji.
- Phase 1 : uji klinik yang dilakukan pada 20 – 80 orang sehat dan dilihat apa yang
terjadi pada orang sehat tersebut.
- Phase 2 : uji klinik yang dilakukan pada 100 – 300 pasien dan diamati efek terapi
hingga efek sampingnya.
- Phase 3 : uji klinik yang dilakukan pada 1000 – 5000 pasien dan dipantau reaksi
yang merugikan dalam jangka panjang.
- Phase 4 : Produk mulai dipasarkan, tetapi tetap diamati kondisinya dipasaran
2. Apa saja makromolekul dalam tubuh yang dapat menjadi sel target ?
Jawaban
Ada 7 makromolekul dalam tubuh yang dapat menjadi sel target, diantaranya:
a. Enzim
Enzim adalah senyawa yang mengkatalis senyawa kimia dalam tubuh material
yang digunakan untuk memulai katalisis enzim reaksi tersebut substrat.
b. Reseptor
c. Protein pembawa
d. Lipid
e. Karbohidrat
f. Struktur protein
g. Asam nukleat
3. Jelaskan yang anda ketahui tentang :
a. Aktif side
Wilayah enzim dimana molekul substrat mengikat dan mengalami reaksi
kimia aktif yang terdiri dari residu yang membentiuk ikatan sementara dengan
substrat dan residu yang mengkatalisis reaksi dari substrat (siklus katalitik)
b. Binding side
Wilayah pada protein atau potongan DNA atau RNA dimana ligan (molekul
dan / atau ion spesifik) dapat membentuk ikatan kimia. Suatu ekuilibrium ada
antara ligan yang tidak terikat dan ligan terikat.
c. Chemical messanger
Adalah senyawa yang berfungsi untuk mengirimkan pesan.
bisa merujuk pada:
1. Hormon, kurir kimia jarak jauh
2. Neurotransmitter, berkomunikasi dengan sel yang berdekatan
3. Neuropeptida, urutan protein yang bertindak sebagai hormon atau
neurotransmitter
4. Feromon, faktor kimia yang memicu respons sosial pada anggota spesies yang
sama
d. Agonis
Senyawa agonis adalah senyawa yang dapat menghasilkan respon biologis
terterntu serupa dengan senyawa agonis endogen.
e. Antagonis
Senyawa antagonis adalah senyawa yang dapat menetralisir atau
menghilangkan respon biologis senyawa agonis.Pada umumnya senyawa
antagonis mempunyai dasar struktur yang mirip dengan senyawa agonis.
f. Inhibitor kompetitif
Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim. Inhibitor ini
besaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Pengambatan
bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula) dan dapat dihilangkan dengan
menambah konsentrasi substrat.
Inhibitor kompetitif misalnya malonat dan oksalosuksinat, yang bersaing dengan
substrat untuk berikatan dengan enzim suksinat dehidrogenase, yaitu enzim yang
bekerja pada substrat oseli suksinat
g. Gugus farmakofor
Gugus farakofor adalah gugus atau bagian dari molekul obat yang dapat
memberikan aktifitas atau aksi farmakologi
h. Neurotransmiter
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di
antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum
dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi.
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
Bentuk lain: asetilkolin, adenosina, anandamida, dll.
i. Inhibitor non kompetitif
Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat
dan berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan
bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya.
Memiliki satu inducefit → Lock and Key Memiliki 3 inducefit → Ligand gate ion
channel, -Protein dan Tyrosin kinase
6. Jelaskan mengapa aspek absorpsi harus menjadi pertimbangan pada drug design
karena obat dapat memberikan efek farmakologi harus melalui tahap- tahapannya,
dimulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme dan eskresi, jika obat tidak diperhatikan
bentuknya agar mudah diabsorpsi oleh tubuh maka obat itu tidak berguna sama sekali,
berbeda dengan obat Intra vena
7. Pada distribusi
Karena untuk mengetahui apakah obat yang akan dibuat mampu untuk berdistribusi
atau tidak. Obat berdistribusi ke seluruh tubuh sangat penting untuk mencapai efek
farmakologis yang diinginkan.
9. Pada ekskresi
Ekskresi Obat melalui Empedu
Obat dengan berat molekul lebih kecil dari 150 dan obat telah dimetabolisis menjadi
senyawa yang lebih polar, dapat diekresikan dari hati, melewati empedu, menuju
keusus dengan mekanisme pengangkutan aktif. Obat tersebut biasanya dalam bentuk
terkonjugasi dengan asam glukoronat, asam sulfat atau glisin. Diusus bentuk konjugat
tersebut secara langsung diekresikan melalui tinja ataupun mengalami proses
hidrolisis oleh enzim atau bakteri usus menjadi senyawa yang besifat nonpolar,
sehingga di absorpsi kembali ke plasma darah, kembali ke hati dan dimetabolisme dan
di keluarkan kembali melalui empedu menuju ke usus, demikian seterusnya hingga
dinamakan siklus entherohepatik. Dimana siklus ini mempunyai masa kerja obat
menjadi lebih panjang.
Contohnya adalah ampicilin diekresi kedalam empedu, dan dimanfaatkan dengan
memberika ampicillin untuk infeksi dari saluran empedu. Beberapa obat dikethui
mengalami siklus ini adalah dioksin, rifamfisin, stilboestrol, glutethimide,
klorampenikol, indometacin dan morfin (Zaman, 2002).
Contoh mekanismenya : antara probenesid dengan penisillin. Dimana probenesid
adalah obat asam urat yang merebut medium transport dari penisilin, sehingga
menyebabkan ekskresi penisliin terhambat. Penisilin tertahan lama dalam ginjal.
Sehingga menyebabkan efek penisilin lebih panjang.