Anda di halaman 1dari 16

Agonis

Antagonis
Fakultas farmasi
Institut ilmu kesehatan
2017/2018
ROSA JUWITA H., M. FARM, APT.
MBAKROSA@GMAIL.COM
Apa yang terjadi mengenai interaksi biokimiawi
antara zat-zat endogen dan sel-sel tubuh?

Reaksi hampir selalu berlangsung di suatu tempat


reaksi spesifik, yaitu RESEPTOR (sel penerima) atau
di enzim
Regulator endogen zat-zat pengatur kimiawi
Apa itu Reseptor ?

Suatu makromolekul seluler yang secara spesifik


dan langsung berikatan dengan ligan (obat,
hormon, neurotransmitter) untuk memicu
signaling kimia antara dan dalam sel dan
kemudian menimbulkan efek.
Bagaimana setiap zat obat mengetahui dengan
tepat dimana letaknya sel dan organ tujuan??

Adanya sejenis informasi biologi di setiap zat


dalam bentuk konfigurasi khusus, struktur ruang
dan sifat-sifat kimianya, yang mencocoki sel-sel
reseptor di organ tujuan
Fungsi reseptor

▪ Mengenal dan mengikat suatu ligan/obat dengan


spesifitas yang tinggi
▪ Meneruskan signal ke dalam sel melalui :
 perubahan permeabilitas membran
 pembentukan second messenger
 mempengaruhi transkripsi gen
▪ Ligan : molekul spesifik (obat) yang dapat mengikat reseptor
▪ Afinitas : kemampuan ligan untuk mengikat reseptor
Afinitas besar = semakin mudah berikatan dengan reseptor
▪ Efikasi : perubahan/efek maksimal yang dapat dihasilkan oleh
suatu obat
Aksi Obat Spesifik

▪ Mekanisme aksi obat yang diperantarai reseptor adalah


berdasarkan teori Reseptor Occupancy
Obat hanya dapat menghasilkan efek farmakologi jika terjadi
ikatan komplek antara obat dan reseptor
▪ [D]+[R] [D-R] Efek Farmakologi
Keterangan : D = Drug / Obat
R = Receptor
D-R = Kompleks obat reseptor
Lock and key analogy

Kompleks antara obat dan reseptor


Aksi obat spesifik, cont...
▪ Diawali dgn okupasi (pendudukan) obat pada tempat aksinya
▪ Obat = ligan
 Agonis ligan/obat yang dapat berikatan dengan reseptor
dan menghasilkan efek
Antagonis ligan yang dapat berikatan dengan reseptor tapi
tidak menghasilkan efek
okupasi aktivasi
k1
A R AR AR* Respon
k2
agonis afinitas Afinitas/aktivitas instriksi

B R BR Tidak ada respon

antagonis

▪ R : Konsentrasi reseptor biofase


▪ K1 : Konstanta/tetapan laju asosiasi (penggabungan) obat
dan reseptor
▪ K2 : Konstanta/tetapan laju disosiasi (peruraian) komplek
obat – reseptor
▪ Afinitas = k1/k2
▪ Kd = Konstanta disosiasi = k1/k2
▪ Jika k2/k1 besar, bagaimana afinitasnya??
Kombinasi obat

▪ Dua obat yang digunakan secara bersamaan


dapat saling mempengaruhi aktivitas masing-
masing obat.
▪ Agonis :
Suatu ligand yang bila berinteraksi dapat
menghasilkan efek (efek maksimum)
Agonisme dalam menghasilkan respon fisiologi
(seluler) melalui dua cara :
1. Agonis langsung
2. Agonis tidak-langsung
Agonisme langsung

▪ Respon berasal dari interaksi agonis dgn


reseptornya>> menyebabkan perubahan
konformasi reseptor >> reseptor aktif >>
menginisiasi proses biokimiawi sel
▪ Interaksi bisa berupa stimulasi atau
penghambatan respon seluler
▪ Proses agonisme langsung merupakan hasil
aktivasi reseptor oleh obat yang mempunyai
efikasi (aktivitas intrinsik)
Contoh : aktivasi adrenalin thd reseptor adrenergik
>> kontraksi otot polos vaskuler
Proses agonis langsung terdiri dari
dua tahap :

1. Pemberian signal dari agonis kepada reseptor


untuk megaktivasinya. Dalam hal ini, obat atau
agonis merupakan pembawa pesan pertama
(first messenger).
2. Penerusan signal oleh reseptor teraktivasi ke
dalam komponen seluler untuk menginduksi
reson seluler >> diperantarai oleh second
messenger
Antagonisme

 Antagonisme : efek obat pertama berkurang atau hilang


oleh obat kedua yang memiliki aktivitas yang berlawanan.
 antagonis kompetitif :

▪ Agonis dan antagonis memperebutkan kedudukannya pada


reseptor pada sisi ikatan yang sama dengan agonis, atau

▪ sisi agonis dan antagonis berbeda, namun ikatan antagonis pada


sisi aktifnya mempengaruhi reseptor agonis sehingga
memungkinkan agonis dan antagoni tidak dapat secara
bersamaan berinteraksi dgn reseptor.
TIPE ANTAGONISME ADA DUA :
Antagonis irreversibel : antagonis dapat mengikat
reseptor secara kuat dan bersifat irreversibel, tdk
bs diatasi dgn penambahan agonis.
Antagonisme reversible
▪ Antagonis non kompetitif :
▪ Agonis dan antagonis berikatan pada waktu
yang bersamaan, pada daerah selain reseptor
▪ Sebagian proses antagonisme non-kompetitif
bersifat irreversible oleh agonis, meskipun
beberapa ada yang bersifat reversible.
▪ Contoh : aksi papaverin terhadap histamin pada
reseptor histamin-1 otot polos trakea.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai