Anda di halaman 1dari 42

FARMAKODINAMIK

Devieka Rhama Dhanny, S.Gz., M.K.M


Devieka_rd@uhamka.ac.id
085738903112
SKEMA PROSES
FARMAKOKINET
IK -
FARMAKODINA
MIK
Sistem
reseptor Sinergis atau
FARMAKO antagonis
DINAMIK Sistem fisiologik
yang sama

• ilmu yang mempelajari efek obat terhadap efek biokimiawi dan fisiologi organ serta
mekanisme kerjanya
• Sensitivitas atau responsivitas intrinsik tubuh terhadap suatu obat dan mekanisme dimana
efek-efek nanti terjadi → apa yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh
TUJUAN FARMAKODINAMIK

Melihat efek utama


Penggunaan obat /
Sintesa obat baru obat berbagai kerja
pengobatan yang
yang lebih baik obat pada berbagai
rasional dalam terapi
organ tubuh

Mengetahui interaksi Mengetahui sifat


obat dengan sel → keseluruhan efek →
reaksi kimia obat dan spektrum efek dan
reaksi sel tubuh respon yang terjadi
Hal penting dalam
farmakodinamik
Hubungan
Hubungan antara
Mekanisme
struktur & dosis –
kerja obat
aktivitas respon
obat
MEKANIS ME
KERJA OB AT
MEKANISME KERJA OB AT

Interaksi obat + resptor

Perubahan biokimia dan fisiologi

Efek (respon obat)


RESEPTOR

Komponen makromolekul fungsional khas sel tubuh atau bagian dalam


organisme tempat terjadinya interaksi kimia dengan obat/ zat kimia
yaitu tempat aktif biologi dan tempat obat terikat

Sifatnya spesifik → setiap obat mempunyai


reseptor masing-masing

letak reseptor : membran sel (intra atau


estraseluler)

Intensitas efek yang ditimbulkan setara dengan jumlah


reseptor yang dicapai atau jumlah reseptor yang
berintegrasi dengan obat
RESEPTOR OB AT

• Afinitas obat terhadap reseptor dan efek yang dihasilkan ditentukan oleh
struktur kimia obat
• Perubahan molekul obat akan mengubah sifat farmakologis obat
• Kerja obat ditentukan oleh lokasi dan kapasitas reseptor
• Lokasi kerja obat tidak ditentukan oleh distribusi obat tetapi oleh
distribusi reseptor
• Jika reseptor tersebar luas, efek obat luas
KOMPONEN RESEPTOR

Enzim Asam
Protein
metabolik nukleat
SPESIFITAS DAN SELEKTIFITAS RESEPTOR

nonspesifik Spesifik nonselektif Spesifik selektif

• satu obat • satu obat hanya • Satu obat hanya


mempengaruhi satu mempengaruhi
mempengaruhi jenis reseptor satu reseptor
beberapa ,tetapi reseptor ini yang ada di satu
reseptor terdapat pada organ
• berbagai organ
JENIS RESEPTOR OB AT

Protein kinase Reseptor


Reseptor
associated dengan aktivitas
protein kinase enzimatik
receptor

G Protein – Faktor-faktor
Kanal ion coupled
transkripsi
receptor
JENIS RESEPTOR OB AT

1. Agonist (ligand) - gated channel/ kanal ion


- Terdiri dari 1 sub unit protein yang membentuk pori sentral dan langsung terhubung dengan kanal ion
- contohnya, reseptor GABA (Cl-), reseptor nikotinik (Na+), reseptor hidroksitriptamin
1. G-protein coupled receptor
- Reseptor yang mengikat system efektor yaitu protein G, berikatan dengan second messeger (ion Ca2+, cAMP, IP3)
- - contohnya: reseptor adrenergic (alfa, beta), reseptor asetilkolin muskarinik, reseptor histamin
1. Intracelullar receptor
- Terdapat dalam inti sel, mengatur transipsi sintesis protein
- Hormon tiroid (T3 & T4) → pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan jaringan tubuh
1. Kinase – linked receptor
- Reseptor permukaan yang punya aktivitas tirosin kinase dan ada di membran
- contohnya, reseptor insulin, sitokin
INTERAKSI OB AT & RESEPTOR

• Obat bereaksi dengan reseptor : bentuk bebas


• Interaksi obat dengan reseptor : D + R ↔ DR → EFEK
• Efek = efek maksimal (D)
KD + (D)
D : kadar obat bebas
KD : Konstanta disosiasi K1/K2
• Efek maksimal : semua reseptor obat berintegrasi
• Hasil interaksi obat – reseptor : hanya mengubah kecepatan fungsi sel & tidak menciptakan fungsi baru bagi
sel organisme
• Efek berbeda → tergantung perubahan fungsi yang ditentukan reseptor masing-masing
REGULASI RESEPTOR OB AT

•Reseptor tidak hanya meregulasi, tetapi juga


diregulasi
•Regulasi meliputi sintesis dan degradasi
melalui berbagai mekanisme, modifikasi
kovalen, relokalisasi
EFEK RESEPTOR OB AT

• Obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptor pada sel


(bekerja pada molekul spesifik)
• Molekul protein dalam keadaan normal diaktivasi oleh hormone dan
neurotransmitter merupakan reseptor untuk ligand regulator endogen
• Ikatan reseptor : ion, hydrogen, hidrofobik, van der waals, kovalen
1. Obat + reseptor → efek – ligand/ obat endogen = agonis
2. Obat + reseptor → efek < ligan/ obat endogen = agonis parsial
3. Obat + reseptor → reseptor inaktif = inverse agonist
4. Obat + reseptor → efek X ligand/ obat endogen = antagonis
INTERAKSI OB AT DENGAN RESEPTOR

• Afinitas : kemampuan untuk mengikat reseptor


• Aktivitas instrinsik (efikasi) : kemampuan obat untuk
menimbulkan suatu efek

1. Agonis penuh
2. Antagonis
3. Agonis parsial
EFEK YANG DITIMBULKAN

Agonis penuh Agonis parsial Antagonis

• Obat yang efeknya menyerupai • Obat memiliki efikasi yang rendah • Obat yang menghambat/ blocker
endogen → menghasilkan respon yang kerja suatu antagonis
• Efek yang timbul merupakan hasil kurang maksimal walaupun • Bila timbul penghambatan dari
perubahan langsung sifat hampir semua reseptor diikatnya aksi suatu agonis spesifik karena
fungsional dari reseptor tempat • Memiliki sifat di antara agonis berkompetisi atau bersaing
terjadi interaksi dengan obat penuh dan antagonis menduduki tempat ikatan agonis
tersebut • Bersifat kompetitif (dapat diatasi
• Obat tersebut dapat dengan peningkatan dosis untuk
menimbulkan respon maksimal dapat efek yg sama) dan
walaupun tidak semua reseptor nonkompetitif (tidak dapat diatasi
diikat → memiliki efikasi yang dengan peningkatan dosis)
tinggi • Obat tidak menimbulkan efek
apa-apa karna ada obat lainnya →
hanya punya afinitas pada reseptor
saja
AG O N I S DA N
A N TA G O N I S
EFEK ANTAGONISME

Antagonisme pada reseptor Antagonisme fisiologik

• Interaksi melalui sistem reseptor yang sama • Interaksi pada sistem fisiologik yang sama tetapi pada
• Terdapat antagonis kompetitif reversible (ditambah reseptor yg berlainan → 2 obat punya efek
dosis untuk dapat efek yg sama) dan irreversible berlawanan → meniadakan satu sama lain →
(berapapun besar dosis efek akhir tetap sama) mengakibatkan peningkatan atau penurunan respons.
• Misal, asetilkolin yang bekerja pada reseptor • Misal, penggunaan antidiabetes (bekerja pada sistem
kolinergik (muskarinik) → sebagai agonis. Sementara, endokrin) dengan tiazid atau kortikostreoid (juga
dengan adanya atropine, kuinidin, dan antihistamin bekerja pada sistem endokrin) → menurunkan efek
H1 → sebagai antagonis untuk reseptor yang sama antidiabetik
• Selain itu, efek histamin pada reaksi alergi dapat • Selain itu, penggunaan obat beta bloker dengan
dicegah dengan pemberian antihistamin verapamil → gagal jantung dan bradikardia
• Juga, efek histain dengan epineprin → syok anafilaktik
EFEK ANTAGONISM LAINNYA

Kimiawi farmakokinetika
• Senyawa bereaksi secara kimia dengan • keadaan dengan obat-obat antagonisme
zat berkhasiat → teraktivasi secara efektif mengurangi konsentrasi
• dua obat bergabung sehingga efek obat obat aktif pada tempat kerjanya.
yang aktif menjadi hilang.
• Contohnya, inaktifasi logam-logam berat
INTERAKSI FARMAKODINAMIK

Perubahan keseimbangan
Interaksi fisiologis
Interaksi pada tingkat cairan dan elektrolit :
(antagonis fisiologis) →
reseptor (antagonis pada berpengaruh pada obat
bekerja pada organ yang
reseptor) jantung, transmisi
sama, reseptor berbeda
neuromuscular dan ginjal
INTERAKSI FARMAKODINAMIK

• Interaksi pada tingkat reseptor (antagonis pada


reseptor)

Reseptor Agonis antagonis

Histamin H2 Histamin Simetidin,


ranitidine,
nizatidine
INTERAKSI FARMAKODINAMIK

• Interaksi fisiologis (antagonis fisiologis) → bekerja pada


organ yang sama, reseptor berbeda

Obat A Obat B Efek

Antidiabetik Betabloker Efek obat A


meningkat
INTERAKSI FARMAKODINAMIK

• Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit : terutama


berpengaruh pada obat jantung, transmisi neuromuscular
dan ginjal
Obat A Obat B Efek

Antihipertensi AINS Retensi air dan


garam oleh B →
efek obat A
meningkat
INTERAKSI LAIN-LAIN

Obat A Obat B Efek

Klonidin Sotalol Tekanan darah


meningkat
I N T E R AK SI SECA RA
F A R M A KO D I N A M I K
INTERAKSI SEC ARA FARMAKODINAMIK

Obat-obat antiinflamasi non steroid (dapat menyebabkan


luka gastrointestinal) seperti aspirin, fenilbutason,
Tidak langsung (bila indometasin → bila diberikan pada pasien pasien yang
obat presipitan punya sedang mendapatkan antikoagulasi seperti warfarin →
efek yang berbeda menyebabkan perdarahan pada daerah yang luka
dengan obat obyek,
tetapi efek obat
presipitan tersebut Efek diuresis obat-obat diuretika tertentu seperti furosemide akan
akhirnya dapat berkurang bila diberikan bersama dengan obat–obat antiinflamasi
mengubah efek obat non steroid seperti aspirin, fenilbutason, ibuprofen, indometasin, dan
lainnya.
obyek
Karena adanya penghambatan sintesis prostaglandin oleh obat-obat
presipitan tersebut, yang sebenernya diperlukan untuk menimbulkan
efek diuretika furosemid
PENYAKIT AKIB AT MALFUNGSI RESEPTOR

Sindrom feminisasi Miastenia gravis DM resistensi


testis akibat akibat deplesi insulin akibat
defisiensi genetik autoimun reseptor deplesi reseptor
reseptor androgen kolinergik nikotinik insulin

Kelainan endokrin Ekspresi reseptor yang


Defisiensi Gs ektopik/ menyimpang
multiple akibat
defisiensi Gs homozigot mengakibatkan
mengakibatkan letal supersensitivitas,
heterogizot subsensitivitas, onkogenik
MEKANISME KERJA OB AT TANPA
PENGIKATAN PADA RESEPTOR

Perubahan Sifat Osmotik

→ Misalnya Diuretik Osmotik (Urea, manitol) → meningkatkan osmolaritas filtrate glomerulus → mengurangi reabsorbsi air ditubuli ginjal dengan akibat terjadi efek diuretic

→ Katartik Osmotik → Mengurangi Odem Serebral

Perubahan Sifat Asam / Basa

→Misal, Antasid dalam menetralkan asam lambung, asam –asam organic sebagai antiseptic saluran kemih atau sebagai spermisid topical dalam saluran vagina

Kerusakan Non Spesifik


→ Zat perusak non spesifik digunakan sebagai : antiseptic, desinfektan, dan kontrasepsi.

Contohnya → detergen merusak integritas membrane lipoprotein

Gangguan Fungsi Membran


→ anestetik umum yang mudah menguap misalnya : eter, halotan, enfluran, dan metoksifluran.

→Anestetik bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di Sistem syaraf pusat sehingga eksitabilitasnya menurun.
MEKANISME KERJA OB AT TANPA
PENGIKATAN PADA RESEPTOR

Interaksi dengan molekul kecil/ion : Chelating agent


→ Misalnya, dimerkarprol untuk mengikat logam berat → keluar melalui urin,
CaNa2EDTA mengikat Pb2+ menjadi inaktif

Korporasi dalam makromolekul


→ Obat yang analog dengan purin – pirimidin dapat berinkorporasi dalam
asam nukleat akan mengganggu fungsinya → antimetabolit
→ Misalnya, etionin, 6-merkaptopurin 2EDTA mengikat Pb2+ menjadi inaktif
EFEK TERAPETIK : EFEK UTAMA YANG
DIMAKSUD ALASAN OB AT DIRESEPKAN

Terapi Kausal Terapi Simptomatis Terapi Substitusi

• Penyebab penyakit • Hanya gejala penyakit • Obat yang menggantikan


ditiadakan khususnya diobati dan diringankan zat lainnya dibuat oleh
pemusnahan kuman / sebabnya, yang lebih organ yang sakit.
penyakit. mendalam tidak Contoh :
dipengaruhi. - Insulin pada diabetes
• Contoh : antibiotika, - Estrogen pada
sulfonarida • Contoh : Analgetik pada
rematik, anti hipertensi hipofungsi ovarium
- Obat-obat hormone
lainnya seperti vitamin
MAC AM-MAC AM EFEK TERAPETIK

pallative currative supportive

subtitutive kemoterapetik restorative


EFEK SAMPING/ EFEK SEKUNDER

• Merupakan efek fisiologis yang tidak berkaitan


dengan efek obat yang diinginkan
• Adanya interaksi yang rumit antara obat dengan
sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi.
• Dapat diprediksikan dan mungkin berbahaya
atau kemungkinan berbahaya
EFEK TOKSIK

• Suatu obat dapat diidentifikasi melalui


pemantauan batas terapetik obat tersebut
dalam plasma
• Jika kadar obat melebihi batas
terapetik, maka efek toksik
kemungkinan besar akan terjadi akibat
dosis yang berlebih atau penumpukan obat.
RESISTENSI B AKTERI

• Hilangnya efektifitas antibiotika terhadap bakteri


• Keadaan dimana bakteri telah menjadi kebal terhadap obat → obat
tidak dapat bekerja pada kuman – kuman tertentu yang memiliki daya
tahan lebih kuat.
• Jenis resistensi bakteri:
Resistensi bawaan ( primer ) yang secara alamiah sudah terdapat pada
kuman. Contoh : enzim yang dapat menguraikan antibiotic
Resistensi yang dapat diperoleh (sekunder)
TOLERANSI

• Penurunan respon yang lebih lambat (hari-minggu)


terhadap penggunaan obat (pemakaian obat secara
berulang) → dosis perlu dinaikkan untuk hasil capai efek
terapeutik yang sama

Macam – macam toleransi

Toleransi bawaaan Toleransi


( primer ) sekunder
INTERAKSI OB AT

• Interaksi kimia, obat bereaksi dengan


obat lain secara kimia :
Pengikatan fenitoin
Pengikatan penicillin
SPESIFISITAS SELEKTIFITAS

Dikatakan kerja obat


Suatu obat dikatakan selektif → bila
spesifik → bila kerja obat menghasilkan satu efek
terbatas pada satu jenis pada dosis rendah dan
reseptor efek lain baru timbul pada
dosis yang lebih besar.
ISTILAH KHUSUS

• Variasi biologic : perbedaan respon individu jika diberi obat dengan dosis sama
• Hiporeaktif : efek biasa, tapi perlu dosis tinggi
• Hiperreaktif : efek biasa, cukup dosis sangat rendah
• Hipersensitivitas : alergi → reaksi khusus antara antigen dari obat dengan antibody tubuh
• Supersensitif : peningkatan sensitivitas (pemakian antagonis terus menerus)
• Takifilaksis : toleran kerja/ penurunan efek obat dengan cepat sekali hitungan menit (hanya dengan
pemakaian beberapa dosis obat)
• Imunitas : toleran tebentuk hasil dari antibody
• Idiosinkrasi : efek obat lain dari biasanya, efek tidak tergantung dosis, karna adanya alergi atau
kelainan genetik
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DOSIS DAN EFEK OB AT

usia genetik Interaksi obat

cara dan
kondisi fisiologi
bentuk farmakokinetik
seseorang
pemberian obat
TERIMA KASIH ☺

Anda mungkin juga menyukai