Farmakodinamika adalah Ilmu tentang kerja obat pada tempat kerjanya (Action of the chemical on
the body)
Reseptor adalah Makromolekul (Biopolimer) khas atau bagian dalam mikroorganisme atau
tempat aktif biologi dimana obat terikat
Persyaratan : Pembentukan komplek obat – reseptor dipengaruhi afinitas obat terhadap
reseptor
“Makin tinggi afinitas obat terhadap reseptor makin kuat komplek obat – reseptor yang
terbentuk”
Aktivitas Intrinsik adalah Kemampuan obat untuk menimbulkan rangsang dan efek setelah
membentuk komplek dengan reseptor.
Fase utama pembentukan suatu komplek obat – reseptor
Pembagian interaksi
Agonis : 1. Agonis sempurna
2. Agonis parsial
Antagonis : 1. Antagonis kompetitif
2. Antagonis tak kompetitif
3. Antagonis fungsional dan fisiologis
4. Antagonis kimia
Agonis adalah obat yang memiliki afinitas dan aktivitas intrinsik yang baik.
Agonis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Agonis sempurna (Ea/Em = 1) “Agonis parsial Artinya bekerja dualistik
b. Agonis parsial (Ea/Em >0<1) yaitu senyawa ini mempunyai sifat
Ea : Koefisien efek agonis agonis dan antagonis”
Em : Efek maksimum yang dihasilkan sistem biologis
Bagan kerja suatu agonis
Antagonis adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah sama sekali efek
agonis
1. Antagonis kompetitif adalah senyawa yang membentuk komplek reseptor – obat tetapi
tidak menimbulkan efek dan menunjukan aktivitas intrinsik
2. Antagonis tak kompetitif adalah senyawa yang membentuk komplek obat - reseptor yang
mampu melemahkan kerja agonis dengan cara yang berbeda
3. Antagonis fungsional dan fisiologis adalah agonis melalui efeknya yang berlawanan
menurunkan kerja suatu agonis kedua dan bekerja pada sistem sel yang sama tetapi
berikatan dengan reseptor yang berbeda
4. Antagonis kimia adalah senyawa yang bereaksi secara kimia dengan zat berkhasiat dan
dengan demikian menginaktivasinya
Teori Reseptor
Teori pendudukan
Efek yang ditimbulkan sebanding dengan jumlah reseptor yang diduduki
“Semakin banyak reseptor yang diduduki semakin besar efek”
Teori laju (Rate Theory)
Efek yang ditimbulkan tergantung fungsi dari jumlah asosiasi (penggabungan) obat
dan reseptor
“semakin sering molekul obat bertemu dengan reseptor menjadi semakin cepat juga
komplek obat – reseptor yang terbentuk terdisosiasi kembali dan semakin besar efeknya”
Teori Induced Fit
Agonis : senyawa yang mampu menyebabkan perubahan konformasi reseptor
Antagonis : senyawa yang terikat pada reseptor tetapi konformasinya tidak
berubah
Teori model dua keadaan
Reseptor berada dalam dua keadaan berbeda yaitu aktif dan tidak aktif
Hubungan antara struktur kimia dan kerja farmakologi
Hal tersebut dipelajari karena :
Jika kerja suatu senyawa dapat diramalkan dari struktur kimianya maka pencarian
terhadap zat berkhasiat baru sangat mudah
Menjelaskan mekanisme kerja obat berdasarkan pengetahuan struktur kimia
Farmakokinetik
Kinetik= pergerakan => farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:
Absorpsi
•Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik
•Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif
dan transport pasif.
Metode absorpsi
Transport pasif
•Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi
rendah.
•Terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran dan berhenti
bila konsentrasi pada kedua sisi membran seimbang.
Transport Aktif
•Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi.
Pinositosis
•Pinositosis adalah bentuk transfer aktif yang unik dimana sel ‘menelan’ partikel obat.
Biasanya terjadi pada obat-obat larut lemak (vit A, D, E, K).
Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel =>
absorpsi terjadi cepat => obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
•Detik s/d menit: SL, IV, inhalasai
•Lebih lambat: oral, IM topikal kulit lapisan intestinal, otot, kulit menghambat
jalan
•Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustainedf release.
Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat
dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi,
metabolisme dan ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus
diberikan.
=>Satu obat diberikan dalam 4 jam obat terbuang habis dari tubuh =>
diberikan berulang mencapai steady state (pemberian obat ~ ekskresi obat)
Onset:
• Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya.
• Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak
• Setelah tubuh menyerap semakinbanyak obat maka konsentrasinya
di dalam tubuh semakin meningkat
• Namun konsentrasi puncak ~ puncak respon
Durasi
• Durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
Kedua faktor ini menentukan kecepatan eleminasi obat yang dinyatakan
dengan plasma half-life eliminasi (waktu paruh atau t1/2) yaitu rentang waktu
dimana kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menurun sampai
separuhnya. Plasma half-life juga tergantung dari kecepatan biotransformasi
dan ekskresi obat.
Bersihan atau clearance merupakan total eliminasi suatu kadar obat, dimana
pada bersihan ini konsentrasi suatu obat menjadi habis atau tidak ada di dalam
tubuh
lirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Eliminasi obat terdiri dari proses
metabolisme dan ekskresi. Klirens dapat didefinisikan sebagai volume
bersihan suatu obat dari tubuh per satuan waktu (mL/menit atau L/jam)
(Shargel, 2005)
First pass effect adalah keadaan dimana beberapa obat yang dapat diambil
oleh hati secara efisien dan dimetabolisme secara cepat sehingga jumlah obat
yang mencapai sirkulasi sistemik jauh berkurang dibanding jumlah obat yang
diabsorbsi masuk ke dalam vena portae