Anda di halaman 1dari 18

Hubungan Stuktur dan Pengembangan

Senyawa Agonis dan Antagonis


Kelompok 1
Farmasi A/IV
1. Delmi Huan Saudale (194111006)

2. Ferdinan Kaka (194111009)


3. Lusia Marefilta Bria (194111017)
4. Maria Magdalena Boro (194111023)
A. Agonis dan Antagonis
B. Kombinasi Obat
C. Antagonis Pada Fasa Farmakokinetik
D. Antagonis Antar Obat Pada Fasa Farmakodinamik
1. Antagonis Kompetitif
2. Antagonis Nonkompetitif
3. Kombinasi Antagonis Kompetitif dan Nonkompetitif
4. Antagonis Fungsional dan Fisiologik
5. Antagonis Irversibel
6. Antagonis Tipe Kompleks
E. Hubungan Struktur Kimia Senyawa Agonis dan Antagonis Kompetitif
7. Metabolit dan Antimetabolit
8. Agonis dan Pemblok Selektif
9. Hubungan Struktur Kimia Agonis dan Antagonis Ireversibel Selektif
Agonis dan Antagonis

 Senyawa agonis adalah seyawa yang dapat menghasilkan


respons biologis tertentu serupa dengan senyawa agonis
endogen.
 Senyawa antagonis adalah senyawa yang dapat
menetralisir atau menghilangkan respons biologis
senyawa agonis.
 Tujuan rancangan senyawa agonis dan antagonis ada;lah
untuk mengembangkan antagonis spesifik terhadap
biokatalis utama atau metabolit endogen. Contoh:
asetilkolin dan senyawa kolinergik, histamin dan senyawa
histaminergik, norepinefrin dan senyawa α-adrenergik.
Pengetahuan tentang agonis dan antagonis penting untuk di ketahui karena dapat di
gunakan untuk :
a) Merancang kombinasi obat, terutama dalam formulasi obat di industri farmasi.
b) Pembuatan kompisisi obat, terutama dalam pencampuran obat di apotek.
c) Merancang senyawa antagonis terhadap senyawa agonis endogen, seperti:
metabolit-antimetabolit, histamin-antihistamin, dan neutransmiter-
antineutransmiter. Rancangan ini terutama di kembangkan di bagian riset dan
pengembangan.

Pengetahuan tentang agonis-antagonis juga penting untuk


mengetahui dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bahay interaksi obat.
Contoh:
1) Kurare bekerja dengan memblok reseptor dari senyawa
neurotransmiter asetilkolin pada penghubung saraf otot
2) Organofosfat bekerja sebagai racun saraf dan insektisida
dengan cara memblok enzim asetilkolinesterase sehingga
kadar asetilkolin dakam tubuh menjadi berlebihan.
3) Antihistamin bekerja dengan memblok tempat aksi
histamin endogen .
Berdasarkan fase kerja obat, senyawa antagonis di kelompokkan sebagai berikut:
1) Antagonis ketersediaan farmasetik
antagonis ini menyebabkan ketersediaan obat dalam fasa farmasetik menurun oleh karena
berkurangnya kuantitas atau jumlah bentuk aktif obat yang di lepaskan atau menurunnya
kecepatan pelepasan senyawa aktif dari sediaan farmasi
faktor utama sebagai penyebab adalah ketidaksesuaian (incompatibility) antara obat obat
yang di kombinasikan dan ketidaksesuaian kimia atau fisika.
2) Antagonis ketersediaan biologis
antagonis ini juga di sebut antagonis farmakokinetik yang menyebabkan ketersediaan
biologis obat menurun sehingga kadar obat dalam darah dan jaringan juga menurun.
antagiis farmakokinetik dapat di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Menurunnya absiorpsi obat dalam saluran cerna
b. Meningkatnya ekskresi obat aktif
c. Meningkatnya proses bioinaktivasi obat
d. Menurunya proses bioaktivasi obat
menurunnyaa kadar obat aktif karena ada interaksi kimia secara langsung antar obat
kombinasi
3) Antagonis pada tingkat jarigan atau plasma dan reseptor
Antagonis ini juga di sebut antagonis farmakodinamik yang mempengaruhi prioses interaksi
obat dengan reseptor spesifik , sehingga menurunkan respons biologis obat
Kombinasi Obat
Kombinasi obat kemungkinan melibatkan campuran 2
atau lebih obat dalam satu fomulasi, penggunaan dua
obat dalam fgormulasi yang berbeda dan di minum
bersama sama, atau penggunaan dua obat yang di
minum dalam waktu yang berbeda tetapi kemudian
berada bersama sama dalam darah. Hal-hal ini
menunjukkan menimbulkan maslah interaksi obat,
sehigga kemungkinan terjadi peningkatan atau
penurunan efek obat (bersifat antagonis).
Bila senyawa antagonis di berikan sebelum dan objek
biologis menjadi tidak sensitig terhadap obat kedua, maka
terjadi proses desensitisasi atau pencegahan aksi obat.
Bila senyawa antagonis diberian sesudah agonis, yang di
maksudkan untuk menghilanhkan efek agonis atau efek
sampingnya, maka disebut efek kuratif, misal untk
pengobatan keracunan obat, senyawa antagoni berfungsi
sebagai antidotum.
kombinasi obat kemungkinan juga dapat
meningkatkan aktifitas obat:
a) Efek potensiasi
b) efek sinergisme, yang berdasarkan pengaruh pada
fasa farmakodinamik.
Antagonis Pada Fasa Farmakokinetik
Antagonis Pada Fasa Farmakokinetik pada umunya adalah
antagonis kimia dan netralisasi.
contoh antagonis kimia:
a) Antikoogulan heparin yang bersifat asam dapat
berinteraksi dengan protamin yang bersifat baasah
sehingga senyawa menjadi tidak aktif.
b) Ion merkuri (Hg++) dapat membentuk kelat yang
nontoksik dan mudh larut dalam air dengan
dimerkaprol sehingga menjadi tidak aktif. Hal ini dapat
digunakan untuk merancang se nyawa kelat sebagai
antidotum keracunan logam berat.
Antagonis Antar Obat Pada Fasa
Farmakodinamik
Antagonis farmakodinamik adalah antagonis yang mempengaruhi proses interaksi obat reseptor, sehingga
biologis obat menurun.
1. Antagonis Kompetitif
Pada umumnya ada hubungan struktu agonis dengan antagonis. Kurva hubungan antara efek biologis
dengan log dosis serupa dengan kurva pada antagonis kimia.
Contoh:
a) Antihistamin dan histamin.
b) Kolinergik dan antikolergik.
c) Spironolakton dan aldosteron.

Antagonis kompotitif dapat diatasi dengan meningkatkan kadar senyawa agonis. Potensi antagonis
kompotitif tergantung dari afinitas senyawa terhadap reseptor.
2. Antagonis Nonkompetitif
Antagonis nonkompotitif dapat bekerja dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Pengurangan afinitas pada reseptor.
b) Pengurangan aktivita intrinsik.
c) Menghalangi transisi implus
d) Berinteraksi dengan makromolekul (membran,sel atau jaringan) yang sama dengan obat agonis, yang
merupakan bagian dari sistem reseptor-efektor, sehingga terjadi penurunan biologis.
3. Kombinasi Antagonis Kompetitif dan Nonkompetitif
Kombinasi satu senyawa yang menimbulkan efek antagonis kompotitif
dan nonkompotitif dengan senyawa agonis juga sering terjadi. Aksi dari
komponen nonkompotitif akan terlihat pada kadar yang tinggi dari
senyawa antagonis. Efek yang terjadi pada kurva log dosis-respons
adalah pergeseran paralel dan penekanan dari respons maksimal.
Contoh: kombinasi antikolinergik dengan adifenin atau kamilofen
(papaverine-like action).
4. Antagonis Fungsional dan Fisiologik
Antagonis fungssional adalah apabila dua senyawa agonis yang
mempunyai efek “berlawanan” bekerja pada satu sel atau sistem yang
sama tetapi pada tempat yang berbeda.
Contoh: Spasmogen.
Antagonis fisiologis adalah apabila dua senyawa agonis yang
mempunyai efek “berlawanan” bekerja pada organ atau jaringan yang
berbeda sehingga dihasilkan efek resultante.
5. Antagonis Irversibel
Tipe antagonis dengan karakteristik masa kerja yang panjang. Pengikatan
obat reseptor kemungkinan bersifat selektif, tempat reseptor hanya untuk
satu tipe agonis.
Contoh: Senyawa pemblok α-adrenergik.
6. Antagonis Tipe Kompleks
Antagonis tipe ini cara kerjanya sangat kompleks.
Contoh: Senyawa bekteriostatik dan senyawa bakterisid.

Apabila senyawa bakteriostatik dan bakterisid dikombinasi, efek


bakteriostatik akan menghentikan pertumbuhan sel bakteri, sehingga
senyawa bakterisidal menjadi tidak aktif terhadap bakteri.
Hubungan Struktur Kimia Senyawa Agonis
dan Antagonis Kompetitif
Agonis dan antagonis kompotitif mempunyai afinitas
terhadap reseptor yang sama dan yang berbeda adalah
aktivitas intrinsiknya.
1. Metabolit dan Antimetabolit
Pada umumnya senyawa agonis dan antagonis tipe
ini mempunyai struktur yang mirip atau suatu
bioisosterik parsial.
Contoh: Hubungan struktur kimia metabolit dan
antimetabolit dapat dilihat pada gambar berikut :
Contoh: Metabolit dan antimetabolit lain adalah asam p-aminobenzoat
dengan sulfonamida dan asam folat dengan aminopterin atau metotreksat
2. Agonis dan Pemblok Selektif
Yang berperan terhadap aktivitas kolinergik turunan amonium kuarterner adalah gugus ester dan gugus
onium. Hubungan struktur yang jelas antar senyawa agonis dan juga antar senyawa antagonis, tetaapi
sedikit atau tidk ada hubungan struktur antara senyawa agonis dengan senyawa aantagonis yang sesuai.
Hal tersebut disebabkan karena senyawa pemblok yang erbedaa tipenya bekerja pada reseptor yang
berbeda, sepeerti resepttor kolinergik, histaminergit dan α-adrenergik.
3. Hubungan Struktur Kimia Agonis dan Antagonis Ireversibel Selektif
Senyawa yang mengandung gugus pengalkilasi atau pengasilasi mempunyai aafinitas yang tinggi
terhadap aksi obat, dapat memblokadenya dengan pembentukan ikatan kovalen melalui reaksi alkilasi
atau asilasi.
Contoh: Obat anti kanker golongan senyawa pengalkilasi turunan nitrogen mustrad, seperti
mekloretamin, siklofosfamid dan tiotepa, bekerja tidak selektif karena dapat menghambat pertumbuhan
sel kanker maupun sel normal dalam tubuh.

Prinsip pendudukan tempat aktif secara langsung oleh semua pemblok ireversibel dapat digunakan
untuk mendapatkan senyawa dengan derajat selektivitas tertentu. Gugus-gugus selektif tersebut dapat
dipandang sebagai antimetabolit kompetitif yang ireferssibel terhadap enzim sasaran, atau antagonis
kompetitif terhadap reseptor sasaran.
Contohnya: Senyawa pemblok pada enzim asetilkolin esterase irefersibel, seperti benzililkolin
mustard.
Senyawa pemblok antikolinergik irefersibel diatas didapat dengan memasukan guguss nitrogen mustard
reaktif pada senyawa pemblok antikolinergik refersibel (benzililkolin).
DAFTAR PUSTAKA
Siswando.,2016. kimia Medisinal Jilid Satu Edisi
Kedua. Surabaya: airlangga University Press.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai