• Udang Vanname
Udang vanname (Litopenaeus vannamei, Boone)
merupakan organisme akuatik asli pantai Pasifik
Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Udang
vanname dapat tumbuh hingga 230 mm, menyukai
dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari
permukaan laut (Ayudiarti, 2011: 10).
Filum : Anthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas :Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobanchiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
TATA KERJA
• Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Blender Maspion MT 1215, oven, Spektrofotometri
Shimadzu UV 1800, HPLC Water 1525, FTIR
Prestige-21 dan alat gelas.
• Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah standar astaxanthin, kulit udang, n-
heksan, aseton, silika gel, NaOH, asetonitril,
metanol, dan diklorometana.
Preparasi Sampel
Metod e Peneli tia n
Metod e Peneli tia n
Kulit udang
dibersihkan
dibawah air
mengalir
ditiriskan dan
dikeringkan
dalam oven pada
suhu 500C selama
24 jam
Sampel kering
Campuran
digiling bersama n-
dimaserasi hingga disaring dan
heksan : aseton (3:
pelarut sudah tidak diperoleh filtrat.
1) menggunakan
berwarna
blender
ditentukan
Standar dibuat panjang
Ekstraksi dan
larutan induk gelombangnya
dibuat kurva fraksi yang
kemudian pada panjang
kalibrasi diperoleh di
dilakukan gelombang
analisi
pengenceran maksimal 482
nm.
Analisis HPLC
Standar dibuat
larutan induk Ekstraksi dan fraksi
dibuat kurva
kemudian yang diperoleh di
kalibrasi.
dilakukan analisis
pengenceran
dipantau pada
Ditentukan
panjang gelombang Kondisi isokratis
kemurniannya
480 nm dilakukan pada laju
dengan metode NP-
(astaxanthin), 450 alir 1 ml/menit
HPLC
(B-karoten)
Setelah spektrum
muncul dicatat
Pelet ditempatkan nilai
pada plat sampel. absorbansinya
Analisis dibuat pada masing-
Pengukuran masing puncak.
menggunakan pada bilangan
instrumen gelombang 450-
spektrofotometer 4000 cm-1
FTIR Prestige-21
metode pelet KBr.
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Alminda, dkk. 2018. Teknik Isolasi dan Identifikasi Senyawa Karotenoid. Jurnal
Farmaka: Suplemen Vol. 16 Nomor 2.
• Ambati, Ranga, et al. 2014. Astaxanthin: Sources, Extraction, Stability, Biological
Activities and Its Comercial Applications. Jurnal Bahari. www.mdpi.com. Diakses
pada tanggal 11 Agustus 2018.
• Badan Pusat Statistik. 2015. Data Eskpor Udang Menurut Negara Tujuan Utama
2000-2015. http://BPS.go.id. Diakses pada tanggal 5 November 2018.
• Bi, Wenato, dkk. 2010. Task Specific Ionic Liquid Assisted Extraction and
Separation of Astaxanthin from Shrimp Waste. Korea: Elsevier. Hendayana, Sumar.
2010. Kiia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Posdakarya. Cetakan ke-10. Hal 69.
• Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.
• Kyoto Encyclopedia of Genes and Genom. 2018. Litopanaeus vanname, Boone.
https://www.kegg.jp/. Diakses pada tanggal 8 November 2018.
• Liu, Hongchao, dkk. 2012. Extraction and Purification of Astaxanthin from Shrimp
Shell with Alkaline-organic-solvent Method. China: Elsevier.
• Ngginak, et al. 2013. Komponen Senyawa Aktif pada Udang Serta Aplikasinya
dalam Pangan. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
• Pu, Jianing, dkk. 2010. Extraction of shrimp astaxanthin with flaxseed oil: Effects
on lipid oxidation and astaxanthin degradation rates. US: Elsevier.
• Senthamil, L dan kumaresan, R. 2015. Extraction and identification astaxanthin
from shrimp waste. India: Biotechnology Department University of Periyar
Mabiannai.
• Sowmya P. R. R., dkk. 2017. Astaxanthin from shrimp efficiently modulates
oxidative stress and allied cell death progression in MCF-7 cells treated
synergistically with β-carotene and lutein from greens. India: Elsevier.
• Ushakumari, uma dan ramanujana, ravi. 2013. Isolation of Astaxanthin from Shrimo
Metapenaeus dobsoni and Study Pharmacology Activity. India: Research Scholar,
Karpagam University.
• Wonorahardjo, Surjani. 2016. Metode-metode Pemisahan Kimia. Jakarta: PT.
Indeks.