Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN AKHIR KIMIA FISIKA II

“DISTRIBUSI ”
OBJEK I

OLEH:
ULFA MUTIA
1930110012

REKAN KERJA:
1. PUTRI AYU
2. SUCI RAMADHANI
3. YUSMA WULAN PH

ASISTEN LABOR:
NADIA SAINITA

DOSEN PENGAMPU:
RAHMA JONI, M.Si

JURUSAN TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2022
DISTRIBUSI
OBJEK I
Ulfa Mutia, Putri Ayu, Suci Ramadhani, Yusma Wulan PH, Nadia Sainita
Tadris Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri
Batusangkar

Ulfamutia119@gmail.com

ABSTRAK

Praktikum kali ini yaitu Distribusi, adapun tujuannya adalah menentukan konstanta distribusi
dari suatu zat terlarut dalam dua pelarut yang saling tidak terlarut, menentukan derajat disosiasi dari
zat terlarut dalam suatu pelarut. Metode yang digunakan pada pratikum distribusi like dissolve like
(senyawa polar akan larut pada senyawa polar dan non polar akan larut pasda senyawa non polar).
Dalam pratikum distribusi ini dapat disimpulkan bahwa distribusi menggunakan prinsip titrasi.
Kata Kunci: Distribusi, Dissosiasi, Polar, Non Polar

TEORI
Ditribusi adalah metode yang Hukum distribusi dilakukan dalam
digunakan untuk menentukan aktivitas zat proses ekstraksi. Distribusi digunakan
terlarut dalam suatu pelarut jika aktifitas untuk menghilangkan atau memisahkan
zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, zat terlarut larutan dengan pelarut air
akaslakan kedua pelarut tidak bercampur yang diekstraksi dengan pelarut lain
sempurna satu sama lain (SK Dogra dan S seperti eter, kloroform, benzene. Jika zat
Dogra, 1990) terlarut terdistribusi diantar dua pelarut
Hukum distribusi Nernts hanya berlak yang tidak saling melarutkan dan zat
u untuk spesi molekul yang sama di terlarut tersebut tidak mengalami asosiasi,
kedua larutan: jika terlarut terisolasi diasosiasi atau reaksi dengan pelarut
mejadi ion-ionnya atau molekul yang maka dimungkinkan untuk menghitung
lebih sederhana atau jika terasosiasi jumlah terlarut yang dapat diambil atau
membentuk molekul yang lebih diekstraksi melalui sekian kali ekstraksi.
kompleks, maka hukum distribusi tidak Metode ini dapat digunakan untuk
dapat diterapkan pada konsentrasi menentukan aktivitas zat terlarut dalam
totalnya di kedua fase melainkan hanya suatu pelarut jika aktifitas zat terlarut
pada konsentrasi spesi yang samayang dalam pelarut lain diketahui, asalkan
ada dalam kedua fasa (Sri Mulyani . kedua pelarut tidak bercampur sempurna
2014).
satu sama lain (SK Dogra dan S yang konstan untuk setiap spesi molekul
Dogra. 1990). terdapat angka banding distribusi yang
Jika sejumlah zat terlarut tertentu konstan antara kedua pelarut. Angka
sudah setimbang dalam dua fasa yang banding distribusi ini tidak bergantung
berbeda dan kemudian ditambahkan lagi pada spesi molekul lain apapun yang
zat terlarut ke dalamnya, maka zat terlarut mungkin ada. Harga angka banding
itu akan terdistribusi lagi dalam kedua berubah dengan sifat dasar kedua pelarut,
pelarut sampai diperoleh keadaan sifat dasar zat terlarut, dan temperatur
kesetimbangan baru yang konsentrasinya (Svehla, 1990).
berbeda. Angka banding konsentrasi 𝑎2𝑛
𝐾𝑎 =
pada kesetimbangan adalah konstanta 𝑎1
dimana :
pada suatu temperatur tertentu. Angka
K = tetapan kesetimbangan
banding tersebut hanya konstanta bila
𝑎 1,2 = zat aktif terlarut dalam pelarut 1
zat yang terlarut mempunyai massa
dan 2
molekul relatif yang sama untuk kedua
𝑛 = perbandingan berat molekul zat
pelarut itu (Mulyani, 2007).
terlarut 1 dan 2
Bila suatu zat terlarut membagi diri
antara dua cairan yang tak dapat campur,
Faktor-faktor yang mempengaruhi
ada suatu hubungan yang pasti antara
konsentrasi zat terlarut dalam dua fase koenfisien distribusi diantaranya:
1. Temperatur yang digunakan
pada kesetimbangan. Nernst pertama
kalinya memberikan pernyataan yang Semakin tinggi suhu, maka reaksi
semakin cepat sehingga volume titrasi
jelas mengenai hukum distribusi ketika
menjadi kecil, akibatnya berpengaruh
pada tahun 1891 ia menujukkan bahwa
terhadap nilai K.
suatu zat terlarut akan membagi dirinya
2. Jenis pelarut
antara dua cairan yang tak dapat
Apabila pelarut yang digunakan
dicampur sedemikian rupa sehingga
adalah zat yang mudah menguap, maka
angka banding konsentrasi pada
akan mempengaruhi normalitas
kesetimbangan adalah konstanta pada
(konsentrasi zat tersebut), akibatnya
suatu temperatur tertentu (Underwood.
mempengaruhi harga K.
2002).
3. Jenis terlarut
Bila suatu zat terlarut terdistribusi
antar dua pelarut yang tidak dapat Apabila zat yang akan dilarutkan
adalah zat yang mudah
campur, maka pada suatu temperatur
menguap/higroskopis, maka akan HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi normalitas Hasil
(konsentrasi zat tersebut), akibatnya
mempengaruhi harga K. Konsentrasi asam asetat 0,25
4. Konsentrasi Volume NaOH (1) 8,85 ml
Semakin besar konsentrasi suatu Volume NaOH (2) 9,4 ml
zat yang terlarut, semakin besar pula Rata- rata 9,125
harga K (Ayu, 2013). V NaOH lap bawah 1,25 ml
V NaOH lap atas 25,5 ml
METODE
pertama, persiapkanlah alat dan Menentukan Konsetrasi asam asetat dalam
bahan di atas meja percobaan lalu buatlah Kloroform (C1)
larutan NaOH, asam oksalat, dan asam 𝑉 𝑥 𝑁 (𝑁𝑎𝑂𝐻) = 𝑉 𝑥 𝑁 (𝐴𝑠𝑎𝑚
asetat. Lakukanlah standarisasi NaOH, 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡)
dengan asam oksalat (lakukan sebanyak 2 1,25 x 0,1095 = 20 ml x N
kali) Sebanyak 25 ml larutan asam asetat 0,125 = 20. N
0,25 N dipipet kedalam corong pisah. N = 0,0068
Kemudian ke dalam corong pisah yang Menentukan Konsetrasi asam asetat dalam
sama dipipet kloroform sebanyak 25 ml. Aquadest (C2)
Selanjutnya corong pisah yang 𝑉 𝑥 𝑁 (𝑁𝑎𝑂𝐻) = 𝑉 𝑥 𝑁 (𝐴𝑠𝑎𝑚
berisi larutan asam asetat dan kloroform 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡)
ditutup dan dikocok baik-baik selama 2 25,5 x 0,1095 = 10 x N
menit dan didiamkan selama 20 menit agar 2,79 = 10N
terjadi kesetimbangan. Setelah terbentuk 2 N = 0,279
lapisan. Diambil sebanyak 10 ml. lapisan Menentukan nilai Kc
bawah dan ditambahkan 10 ml aquadest 𝐿𝑜𝑔 𝐾𝑐 = 𝑛. 𝐿𝑜𝑔 𝐶2 – 𝑙𝑜𝑔 𝐶1 (𝑛 = 1,08)
dan 3 tetes indikator PP, lakukan titrasi 𝐿𝑜𝑔 𝐾𝑐 = 1,08 ( 𝑙𝑜𝑔 0,279 – 𝑙𝑜𝑔 0,0068 )
dengan NaOH. Lapisan atas dipipet 𝐿𝑜𝑔 𝐾𝑐 = 1,08 ( −0,554)– (−2167)
sebanyak 10 ml dan 3 tetes indikator PP, 𝐿𝑜𝑔 𝐾𝑐 = 0,4866 + 2,2041
lakukan titrasi dengan NaOH. = 1,577
𝐿𝑜𝑔 𝐾𝑐 = 1,577
𝐾𝑐 = 37,7572
Mentukan derajat disosiasi
𝐶1
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 ∶ 𝑎 = 1 − 𝐾𝑐 𝑥 𝐶2 banyak terlarut di dalam air yang bersifat
0,0068 polar. Dan tadi pada saat pratikum , untuk
= 1 −37,7572 𝑥 0,279
mentitrasi lapisan air dibutuhkan volume
=0,0826
pentitrasi yang banyak, akibatnya nilai
Berdasarkan Pratikum distribusi kali
konsetrasi asam asetat di dalam air lebih
ini didapatkan hasil konsentrasi asam
besar dibandingkan didalam kloroform.
asetat dalam klorofrom (C1) yaitu 0,0068
N. Sedangkan konsentrasi asam asetat
KESIMPULAN
dalam aquadest (C2) yaitu 0,279. Hasil
Metode yang digunakan pda pratikum
menentukan nilai Kc yaitu 37,7572. Dan
ini adalah like dissolve like (senyawa
nilai derajat ionisasi yang kami peroleh
polar akan larut pada senyawa polar dan
adalah 0,0826.
non polar akan larut pada senyawa non
Prinsip percobaan praktikum ini
polar) dan menggunakan prinsip titrasi
adalah titrasi asam basa melibatkan asam
asam basa melibatkan asam maupun basa
maupun basa sebagai titer maupun titran.
sebagai titer maupun titran. Titer yang
Titer yang digunakan dalam pratikum ini
digunakan dalam pratikum ini adalah asam
adalah asam oksalat (C2H2O4). Titran
oksalat (C2H2O4 ).
yang digunakan dalam pratikum ini adalah
larutan NaOH yang sudah distandarisasi.
SARAN
Standarisasi bertujuan untuk mementukan
Pada praktikum ini diharapkan ketelitian
konsentrasi NaOH secara nyata.
dan kehati-hatian supaya hasil yang
Pada pratikum distribusi ini terbentuk
didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.
dua lapisan yaitu lapisan bawah dan
lapisan atas. Lapisan bawah adalah
kloroform hal ini karena berat jenis
kloroform lebih besar daripada berat jenis
air. Perbedaan konsentrasi asam asetat di
didalam kloroform dan di dalam air.
Perbedaan konsetrasi ini disebabkan oleh
kepolaran zatnya. Konsentrasi asam asetat
di dalam air lebih besar dibandingkan
konsentasi asam asetat di dalam
kloroform, karena asam asetat bersifat
semipolar sehingga asam asetat akan lebih
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, dan Underwood, A.L. 2002.
Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga.
Dogra, S.K. dan Dogra, S. 1990. Kimia
Fisika dan Soal-soal. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Mulyani. 2007. Faktor Situasi Respon
Kontekstual. Jakarta.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Edisi kelima. Jakarta,
Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai