Anda di halaman 1dari 21

BAB II

Spektrofotometer Inframerah

Hampir semua senyawa yang memiliki ikatan kovalen, baik organik maupun anorganik,
menyerap berbagai frekuensi radiasi elektromagnetik di wilayah inframerah (infrared/IR)
spektrum elektromagnetik. Rentang wilayah inframerah dapat dibagi menjadi tiga yaitu near IR
dari 0,78 hingga 2,5 μm, middle IR dari sekitar 2,5 hingga 50 μm, dan far IR dari 50 hingga
1000 μm. Dari tiga wilayah tersebut, pemakaian umum terjadi di 2,5 hingga 15 μm. Hubungan
antara panjang gelombang inframerah dengan frekuensi inframerah sesuai dengan persamaan
berikut:
c
ν=
λ
Dimana c = kecepatan cahaya
ν = frekuensi
λ = panjang gelombang
Pada bab ini akan banyak bahasan mengenai bilangan gelombang, dilambangkan ~ν (dibaca nu
tilde) atau ν (dibaca nu bar) dengan satuan cm−1, dalam menggambarkan spektrum inframerah.
Bilangan gelombang adalah kebalikan dari panjang gelombang, 1/λ.

A. Absorbsi
Molekul dengan ikatan kovalen dapat menyerap radiasi inframerah. Penyerapan ini
terkuantisasi, jadi hanya frekuensi tertentu dari radiasi inframerah yang diserap. Ketika
radiasi (yaitu, energi) diserap, molekul bergerak ke keadaan energi yang lebih tinggi. Energi
yang terkait dengan radiasi inframerah cukup untuk menyebabkan molekul berotasi (jika
mungkin) dan bervibrasi. Jika panjang gelombang inframerah lebih panjang dari 100 µm,
penyerapan akan menyebabkan eksitasi ke keadaan rotasi yang lebih tinggi dalam fase gas.
Jika panjang gelombang yang diserap antara 1 dan 100 µm, molekul akan tereksitasi ke
keadaan vibrasi yang lebih tinggi.
Molekul menyerap radiasi ketika ikatan dalam molekul bervibrasi pada frekuensi yang
sama dengan energi radiasi yang datang. Setelah menyerap radiasi, molekul memiliki lebih
banyak energi dan bervibrasi pada amplitudo yang meningkat. Tidak semua molekul dapat
menyerap radiasi inframerah. Molekul harus memiliki perubahan momen dipol selama
vibrasi untuk menyerap radiasi inframerah.
1. Momen dipol
Radiasi inframerah tidak cukup energik untuk menghasilkan jenis transisi
elektronik yang telah kita jumpai dalam diskusi kita tentang radiasi uv-vis. Penyerapan
radiasi inframerah demikian terbatas pada spesies molekul yang memiliki perbedaan
energi kecil antara berbagai keadaan vibrasi dan rotasi. Untuk menyerap radiasi
inframerah, sebuah molekul harus mengalami perubahan momen dipol saat bervibrasi
atau berotasi. Hanya dalam keadaan ini medan listrik bolak-balik radiasi dapat
berinteraksi dengan molekul dan menyebabkan perubahan amplitudo salah satu
gerakannya.
Misalnya, distribusi muatan di sekitar molekul seperti hidrogen klorida tidak
simetris karena klorin memiliki kerapatan elektron yang lebih tinggi daripada hidrogen.
Dengan demikian, hidrogen klorida memiliki momen dipol yang signifikan dan
dikatakan polar. Momen dipol ditentukan oleh besarnya perbedaan muatan dan jarak
antara dua pusat muatan. Saat molekul hidrogen klorida bervibrasi, fluktuasi reguler
pada momen dipolnya terjadi, dan terbentuk medan yang dapat berinteraksi dengan
medan listrik yang terkait dengan radiasi. Jika frekuensi radiasi sama persis dengan
frekuensi getaran alami molekul, penyerapan radiasi terjadi yang menghasilkan
perubahan amplitudo getaran molekul. Demikian pula, rotasi molekul asimetris di
sekitar pusat massanya menghasilkan fluktuasi momen dipol periodik yang
memungkinkan interaksi dengan medan radiasi.
Pada spesies homonuklear seperti O2, N2, atau Cl2, tidak ada perubahan pada
momen dipol yang terjadi selama vibrasi atau rotasi. Akibatnya, senyawa tersebut tidak
dapat menyerap radiasi inframerah. Dengan pengecualian beberapa senyawa jenis ini,
semua spesies molekuler lainnya menyerap radiasi inframerah.
2. Gerakan vibrasi
Sumber: Dokumentasi penulis
Gambar 1. Sistem mass dan pegas dalam suatu molekul
Molekul terdiri dari dua atau lebih atom yang bergabung dengan ikatan kimia.
Atom-atom semacam itu bervibrasi satu sama lain. Model vibrasi sederhana dalam
molekul diatomik dapat dibuat dengan menganggap ikatan sebagai pegas vibrasi dengan
berat pada setiap ujung pegas (Gambar 1). Peregangan pegas seperti itu di sepanjang
porosnya secara teratur menghasilkan gerak harmonik sederhana. Hukum Hooke
menyatakan bahwa dua massa yang dihubungkan oleh pegas akan bervibrasi sedemikian
rupa sehingga:

v=
1
2π √ K
μ
Sebelumnya diketahui bahwa v=c/λ = c ν , maka persamaan menjadi:

ν=
1
2 πc √ K
μ
Massa tereduksi μ dari persamaan di atas dapat dicari dengan dua cara:
a. Jika massa atom dalam satuan gram, maka μ:
m1 m2
μ=
m1 +m2
b. Jika massa atom dalam satuan AMU (satuan massa atom), maka μ
M1M2
μ= 23
M 1 + M 2( 6,02×10 )

Jika μ dalam satuan gram, maka:


ν=
1
2 πc √ K ( m1 +m 2)
m1 m2
Dimana:
ν=¿ bilangan gelombang (cm-1)
c = kecepatan cahaya ( 3× 1010 cm s-1)
K = tetapan gaya (dynes cm-1 atau g s-2)
m1 = massa atom 1 (gram)
m2 = massa atom 2 (gram)

Jika μ dalam satuan AMU, maka:


23
1 K ( M 1 + M 2)(6,02 ×10 )
ν=
2 πc M1 M2

√ 6,02× 1023=7,76 ×1011, maka rumusnya menjadi:


ν=
2 πc M1 M2√
7,76 × 1011 K (M 1 + M 2)

Jika kita masukkan nilai c (kecepatan cahaya) dan π (3,14) pada persamaan di atas,
maka didapati persamaan baru, yaitu:

ν=4,12
√ K ( M 1 + M 2)
M1 M2
Dimana:
ν=¿ bilangan gelombang (cm-1)
c = kecepatan cahaya ( 3× 1010 cm s-1)
K= tetapan gaya (dynes cm-1 atau g s-2)
M1 = massa atom 1 (AMU)
M2 = massa atom 2 (AMU)

Catatan:
Tetapan gaya untuk ikatan tunggal, 5 x 105 dynes cm-1
Tetapan gaya untuk ikatan rangkap-dua 10 x 105 dynes cm-1
Tetapan gaya untuk ikatan rangkap tiga 15 x 105 dynes cm-1.
Bilangan gelombang dan frekuensi sebanding, v = c. ν , dimana c adalah kecepatan
cahaya (ketetapan) sehingga bisa dianggap bilangan gelombang dan frekuensi sama.

Contoh soal:
a Tentukan perkiraan frekuensi dengan massa atom satuan gram dari C-H

v=
1
2 πc √ K ( m1 +m 2)
m1 m2

√√ ( )
12 g/mol 1 g /mol
5 ×105 g s−2 23
+ 23
1 6,02× 10 atom /mol 6,02 ×10 atom/ mol
v= 10 −1
2 π (3. 10 cm s ) 12 g/mol 1 g /mol
×
6,02 ×10 atom/mol 6,02×10 23 atom /mol
23

5 −24 −24
1 5 ×10 (20× 10 )+(1,6 × 10 )
v= 10 −24 −24
2×3,14 (3. 10 cm) 20 ×10 × 1,6 ×10


5 −24
1 ×10−10 cm−1 5 ×10 ( 20+ 1,6)10
v=
2× 3,14(3) 20 ×10−24 ×1,6 × 10−24


5 24
1 ×10−10 cm−1 5× 10 ( 21,6 ) × 10
v=
18,84 ( 32 )


5 24
−10 −1 5 ×10 ( 21,6 ) ×10
v=0,053 ×10 cm
(32 )
v=0,053 ×10
−10
cm
−1
√33,75 ×10 30
−1
v=3079,02 cm
v eksperimental bernilai 3000 cm-1
b Tentukan perkiraan frekuensi dengan massa atom satuan AMU dari C=C

v=4,12
√ K ( M 1 + M 2)
M1 M2

v=4,12
√ 10 ×10−5 ( 12+12 )

−1
(12)(12)
v=1682 cm
v eksperimental bernilai 1650 cm-1

3. Tipe Vibrasi molekul


Vibrasi molekul yang umum yang dieksitasi oleh radiasi inframerah adalah
vibrasi regangan dan vibrasi pembengkokkan. Ini biasa dikenal dengan mode vibrasi.
a Stretching vibrations/ vibrasi perengangan
Peregangan melibatkan perubahan panjang ikatan yang mengakibatkan perubahan
jarak antar atom. Ada dua mode peregangan: peregangan simetris dan peregangan
asimetris. Kedua mode peregangan ini ditunjukkan pada gambar berikut:

(a) (b)
Sumber: Dokumentasi penulis
Gambar 2. (a) peregangan simetris, (b) peregangan asimetris
b Bending vibrations/ vibrasi pembengkokkan
Pembengkokan melibatkan perubahan sudut ikatan atau perubahan posisi
sekelompok atom terhadap bagian molekul lainnya. Ada 4 mode perengangan yaitu
scissoring, rocking, wagging, dan twisting

(a) (b)
(c) (d)
Sumber: Dokumentasi penulis
Gambar 3. (a) scissoring, (b) rocking, (c) wagging, dan (d) twisting

B. Instrumentasi
Secara umum, terdapat tiga jenis instrumen untuk pengukuran penyerapan inframerah, yaitu:
1. Spektrofotometer dispersif
Spektrofotometer inframerah dispersif menggunakan monokromator kisi.
Spektrofotometer ini umumnya merupakan double-beam, alat perekam, yang
menggunakan kisi-kisi refleksi untuk menyebarkan radiasi.

Sumber: Dokumentasi penulis


Gambar 4. Diagram blok spektrofotometer dispersif
2. Fotometer nondispersif
Fotometer nondispersif menggunakan filter atau gas penyerap yang digunakan untuk
analisis gas atmosfer pada panjang gelombang tertentu. Diagram skema dari instrumen
IR nondispersif khusus ditunjukkan pada Gambar 5. Sistem ini pada dasarnya terdiri
dari sumber cahaya IR dan dua cermin yang memantulkan dua berkas cahaya, yang
masing-masing melewati sel sampel dan referensi ke dua detektor. Detektor ini adalah
transduser yang masing-masing berisi fase gas dari senyawa yang ditentukan.

Sumber: Dokumentasi penulis


Gambar 5. Diagram blok nondispersif
3. Spektrometer Fourier transform IR
Spektrometer FTIR menggunakan interferometer. Mayoritas instrumen FTIR yang
tersedia secara komersial didasarkan pada interferometer Michelson.

Sumber: Dokumentasi penulis, modifikasi dari Skoog, Holler & Crouch (2016)
Gambar 6. Diagram blok FTIR
Spektrometer FTIR dapat berupa instrumen berkas tunggal atau berkas ganda. Ada
sejumlah keuntungan penggunaan FTIR dibandingkan IR dispersif.
a. Semua panjang gelombang diukur secara bersamaan dalam waktu kurang dari 1
detik dikarenakan sampel terkena semua panjang gelombang sumber sekaligus,. Ini
dikenal sebagai multipleks atau keunggulan Fellgett, dan sangat meningkatkan
sensitivitas dan akurasi dalam mengukur panjang gelombang serapan maksimal.
Keuntungan multipleks ini memungkinkan pengumpulan banyak spektrum dari
sampel yang sama dalam waktu yang sangat singkat. Banyak spektrum dapat dirata-
ratakan, menghasilkan rasio signal-to-noise yang lebih baik.
b. FTIR jauh lebih akurat dan presisi daripada monokromator (keunggulan Connes).
c. Keuntungan lain adalah intensitas radiasi yang jatuh pada detektor jauh lebih besar
karena tidak ada celah; lubang berkas besar digunakan, menghasilkan keluaran
energi yang lebih tinggi ke detektor. Ini disebut throughput atau keuntungan
Jacquinot.
Komponen utama instrumen IR adalah:
1. Sumber cahaya
a. Sumber cahaya inframerah yang paling umum untuk wilayah mid IR adalah Nernst
glowers, Globars, dan heated wires.
b. Sumber cahaya inframerah di wilayah near IR adalah lampu halogen kuarsa/ a
quartz-halogen lamp.
c. Sumber cahaya inframerah untuk wilayah far IR adalah high-pressure mercury
discharge lamp.
2. Monokromator dan interferometer
Radiasi yang dipancarkan oleh sumber mencakup rentang frekuensi yang luas.
Namun, sampel menyerap hanya pada frekuensi karakteristik tertentu. Dalam
praktiknya, penting untuk mengetahui frekuensi-frekuensi ini. Untuk memperoleh
informasi ini, kita harus dapat memilih radiasi dari frekuensi yang diinginkan dari
sumber kita dan menghilangkannya pada frekuensi lain. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan monokromator, yang terdiri dari elemen dispersi dan sistem celah. Sistem
jenis ini disebut spektrometer dispersif atau spektrofotometer.
Untuk memperoleh sinyal domain-waktu, diperlukan suatu metode untuk
mengubah (atau memodulasi) sinyal frekuensi tinggi menjadi salah satu frekuensi
terukur tanpa mendistorsi hubungan waktu yang dibawa dalam sinyal; yaitu, frekuensi
dalam sinyal termodulasi harus berbanding lurus dengan frekuensi aslinya.
Interferometer Michelson digunakan secara luas untuk memodulasi radiasi di wilayah
optik. fungsi dari bagian ini adalah menciptakan panjang gelombang infra red sebelum
mengenai sampel.
3. Detektor (transducer)
Detektor berfungsi untuk menangkap cahaya yang diteruskan dari kuvet dan
mengubahnya menjadi suatu isyarat listrik. Detektor untuk radiasi IR secara umum
terbagi dalam dua kelas:
a. Detektor termal
Detektor termal termasuk termokopel, bolometer, termistor, dan perangkat
piroelektrik. Detektor termal cenderung lebih lambat dalam menanggapi dari
semikonduktor foton-sensitif.
b. Detektor foton-sensitif
Jenis detektor yang paling umum digunakan dalam spektroskopi inframerah dispersif
adalah bolometer, termokopel, dan termistor, tetapi detektor yang lebih cepat
diperlukan untuk FTIR. FTIR bergantung pada piroelektrik dan detektor semikonduktor
foton-sensitif.

C. Spekrum Inframerah
Pada spektrum inframerah, bentuk spektrumnya mempunyai bentuk pita yang lebih
tajam dibandingkan spektrum UV-Vis, karena sinar inframerah hanya menyebabkan
perubahan vibrasi ikatanikatan dalam molekul. Spektrum yang dihasilkan berupa grafik
yang menunjukkan persentase transmitan yang bervariasi pada setiap frekuensi radiasi
inframerah. Satuan frekuensi yang digunakan pada garis horizontal (aksis) dinyatakan dalam
bilangan gelombang, yang didefenisikan sebagai banyaknya gelombang dalam tiap satuan
panjang.
Sumber: Spectral Data Base System for Organic Compounds (SDBS) at the National
Institute of Materials and Chemical Research in Japan diakses di
https://www.chemguide.co.uk/analysis/ir/interpret.html#top
Gambar 7. Spektrum inframerah dari etanol

Daerah pertama yang dilihat adalah daerah 4000-1300 cm−1, yang disebut daerah
gugus fungsi. Ini adalah wilayah di mana penyerapan kuat karena peregangan dari gugus
hidroksil, amina, karbonil, dan CHx terjadi. Daerah ini juga memiliki daerah serapan yang
lemah namun sangat informatif. Wilayah 2000-1660 cm −1 akan menunjukkan sekumpulan
pita nada atas/kombinasi yang lemah jika ada cincin aromatik. Pola intensitas pita lemah ini
dapat mengidentifikasi bagaimana cincin diganti (yaitu, orto, meta, atau para)
Daerah 1300–910 cm−1 disebut daerah sidik jari karena pola absorpsi kompleks inilah
yang membuat spektrum inframerah unik—suatu “sidik jari” molekuler. Penyerapan ini
tidak mudah diinterpretasikan karena muncul dari interaksi antar vibrasi. Ada beberapa pita
yang sangat penting di wilayah ini, terutama pita C–C–O alkohol dan pita C–O–C ester.
Pita inframerah dapat diklasifikasikan sebagai strong (s), medium (m), atau weak (w),
tergantung pada intensitas relatifnya dalam spektrum inframerah.
Sumber: dokumentasi penulis
Gambar 8. Klasifikasi pita inframerah

Menginterpretasikan spektrum inframerah


Identifikasi setiap absorbsi ikatan yang khas dari setiap gugus fungsi merupakan dasar
dari interpretasi spektrum inframerah. Terdapat beberapa daerah serapan yang khas di bawah
ini dapat digunakan pada interpretasi awal dari spektrum inframerah.
Tabel 1. Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan

Bilangan gelombang
Jenis ikatan Intensitas
( ν , cm-1)
Alkena 1680-1600 m-w
Aromatik 1600 dan 1475 m-w
Alkuna 2250-2100 m-w

Alkana (Stretch) 3000-2850 s


1450 dan 1375 m
(Bend)
1465 m
(Bend)
3100-3000 m
(Stretch)
3300 s
(Stretch)
Alkohol, eter, ester, asam 1300-1000 s
karboksilat,
Aldehid 1740-1720 s
Keton 1725-1705 s
Asam karboksilat 1725-1700 s
Ester 1750-1730 s
Amida 1700-1640 s
Amina, Amida 1360-1180 m-s

Amina, Amida 3500-3300 m

Monomer alcohol, fenol 3650-3600 m


H-bonded alcohol, fenol 3400-3200 m

1. Alkohol
Berikut adalah spektrum inframerah dari etanol

Sumber: Spectral Data Base System for Organic Compounds (SDBS) at the National
Institute of Materials and Chemical Research in Japan diakses di
https://www.chemguide.co.uk/analysis/ir/interpret.html#top
Gambar 9. Spektrum inframerah dari etanol
Ikatan O-H pada alkohol menyerap pada bilangan gelombang yang lebih besar suatu
asam yaitu 3230-3530 cm-1. Absorbsi ini berada pada bilangan gelombang yang lebih
besar lagi jika alkohol ini tidak mengandung ikatan hidrogen seperti dalam keadaan gas.
Absorbsi ikatan C-H sedikit berada dibawah 3000 cm -1, dan serapan pada daerah 1000-
1100 cm-1 salah satunya berasal dari ikatan C-O.
2. Ester
Berikut adalah spektrum inframerah dari etil etanoat

Sumber: Spectral Data Base System for Organic Compounds (SDBS) at the National
Institute of Materials and Chemical Research in Japan diakses di
https://www.chemguide.co.uk/analysis/ir/interpret.html#top
Gambar 10. Spektrum inframerah dari etil etanoat
Berdasarkan spektrum inframerah etil etanoat (etil asetat) di atas terjadi beberapa
peristiwa, yaitu: absorbsi dari O-H hilang sedangkan absorbsi untuk ikatan C-H berada
pada daerah di bawah 3000 cm-1. Absorbsi ikatan C=O terlihat pada 1740 cm -1. Serapan
pada ikatan C-O muncul pada 1240 cm -1. (Ikatan C-O sangat bervariasi antara 1000 dan
1300 cm-1, tergantung pada jenis senyawa. Pada senyawa etanoat serapan C-O muncul
pada 1230-1250 cm-1).
3. Keton
Berikut adalah spektrum inframerah dari propanon
Sumber: Spectral Data Base System for Organic Compounds (SDBS) at the National
Institute of Materials and Chemical Research in Japan diakses di
https://www.chemguide.co.uk/analysis/ir/interpret.html#top
Gambar 11. Spektrum inframerah dari propanon
Pada spektrum inframerah propanon di atas terdapat kemiripan pada spektrum
inframerah etil etanoat. Pada ikatan O-H tidak terlihat serapan, pada ikatan C=O terlihat
serapan pada daerah 1700 cm-1. Terdapat beberapa serapan yang membingungkan pada
daerah 1200 dan 1400 cm-1 yang dapat diinterpretasikan sebagai serapan ikatan C-O, hal
ini tentu saja tidak dapat terjadi pada senyawa propanon. Dari peristiwa tersebut, maka
tidak diperlukan interpretasi pada daerah sidik jari. Untuk senyawa aldehid akan
mempunyai bentuk spektrum yang sama dengan senyawa keton.
4. Asam hidroksi
Berikut adalah spektrum inframerah dari asam laktat
Sumber: Spectral Data Base System for Organic Compounds (SDBS) at the National
Institute of Materials and Chemical Research in Japan diakses di
https://www.chemguide.co.uk/analysis/ir/interpret.html#top
Gambar 12. Spektrum inframerah dari asam laktat
Pada senyawa asam 2-hidroksipropanoat memiliki 2 buah ikatan O-H, 1 berasal dari
asam dan 1 lagi berasal dari alkohol. Ikatan O-H pada asam akan menyerap pada daerah
antara 2500-3300 cm-1 sedangkan alkohol akan menyerap pada daerah 3230-3550 cm-1.
Apabila kedua serapan ini muncul secara bersamaan, maka akan memberikan serapan
yang sangat lebar pada daerah 2500-3550 cm-1. Kemudian serapan pada ikatan C-H
dapat menyebabkan daerah serapan O-H yang tidak memiliki batas. Kemudian serapan
pada ikatan C=O muncul pada daerah 1730 cm-1.
5. Amina primer
Berikut adalah spektrum inframerah dari 1-aminobutana
Sumber: Spectral Data Base System for Organic Compounds (SDBS) at the National
Institute of Materials and Chemical Research in Japan diakses di
https://www.chemguide.co.uk/analysis/ir/interpret.html#top
Gambar 13. Spektrum inframerah dari 1-aminobutana
Pada amina primer seperti pada spektrum 1-aminobutana, mengandung gugus –NH 2.
Gugus ini memiliki dua jenis ikatan N-H. Ikatan ini muncul pada daerah antara 3100-
3500 cm-1. Terdapat sinyal ganda (khas untuk amin primer) bisa dilihat pada bagian kiri
dari serapan C-H

D. Daerah sidik jari


Pada spektrum inframerah terdapat daerah gugus fungsional dan daerah sidik jari,
Daerah sidik jari merupakan daerah di sebelah kanan diagram (dari 1300 sampai 910 cm-1
atau dalam beberapa literatur dari 1500 sampai 500 cm-1) biasanya mengandung bentuk
absorban yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena seluruh jenis vibrasi bending
molekul menyerap pada daerah ini. Sangat sulit untuk menganalisis jenis ikatan pada daerah
ini. Kegunaan yang terpenting dari daerah sidik jari adalah setiap senyawa memberikan
pola spektrum yang berbeda pada daerah ini.
(a)

(b)
Sumber: Spectral Data Base System for Organic Compounds (SDBS) at the National
Institute of Materials and Chemical Research in Japan diakses di
https://www.chemguide.co.uk/analysis/ir/fingerprint.html#top
Gambar 14. (a) spektrum inframerah dari propan-1-ol, (b) spektrum inframerah dari propan-
2-ol

Jika dilihat dari gambar, kedua senyawa tersebut memiliki spektrum yang sangat mirip
di area sekitar 3000 cm-1 tetapi jika dilihat pada daerah sidik jari, terdapat perbedaan
spektrum yang signifikan. Perbedaan ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa. Namun jika senyawa yang akan diidentifikasi tidak diketahui jenisnya, spektrum
inframerah hanya bisa digunakan untuk melihat jenis ikatan atau gugus fungsi yang ada
pada senyawa tersebut. Penggunaan spektrum inframerah untuk mengidentifikasi suatu
senyawa hanya bisa dilakukan jika terdapat spektrum senyawa pembanding yang diukur
pada kondisi yang sama dengan membandingkan daerah sidik jarinya.

A. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri Inframerah


Dua aplikasi analitik terpenting dari spektroskopi inframerah adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif senyawa dan campuran organik.
1. Kualitatif
Analisis kualitatif: inframerah dengan mudah mengidentifikasi gugus fungsi
organik yang ada dalam molekul termasuk gugus yang mengandung heteroatom—O, S,
N, Si, halida. Spektrum Inframerah adalah sidik jari untuk senyawa tertentu,
menjadikannya metode kualitatif yang sangat berguna.
2. Kuantitatif
Analisis kuantitatif: inframerah digunakan secara rutin untuk analisis kuantitatif
senyawa organik, terutama pada tingkat konsentrasi %. Ini digunakan untuk sampel cair,
padat, dan gas. Perhitungan kuantitatif didasarkan pada hukum Beer.
Spektroskopi infra merah dapat digunakan untuk menganalisis campuran hidrokarbon
aromatik, seperti C8C10 (mengandung xylena dalam bentuk orto, meta, para, dan etil
benzena), dengan sikloheksana dalam pelarut. Sebagian besar penggunaan spektroskopi
inframerah dalam analisis kuantitatif adalah untuk menganalisis kandungan udara
misalnya, jika udara mengandung polutan seperti CO, metil etil keton, methanol, etilen
oksida dan uap CHCl3, sampel udara yang mengandung polutan atmosfir dianalisa
dengan alat inframerah. Polutan lain seperti CS 2, HCN, SO2, nitrobenzen, vinil klorida,
diboran, kloropena, metil merkaptan, piridin juga dapat dianalisa secara kuantitatif
dengan menggunakan spektrofotometer infra merah.
Analisis kuantitatif menggunakan mid-IR tidak seakurat yang menggunakan UV
atau UV. Sel sampel untuk penyerapan mid IR memiliki panjang lintasan yang jauh
lebih kecil daripada sel sampel untuk UV dan harus dibuat dengan bahan yang
transparan terhadap radiasi inframerah, seperti NaCl atau KBr.
Setiap perubahan b (panjang lintasan) antara sampel atau antara sampel dan
standar menyebabkan kesalahan dalam perhitungan c (konsentrasi analit). Selain itu,
respons nonlinier lebih menjadi masalah di IR ketika spektrometer dispersif digunakan
dikarenakan radiasi nyasar, radiasi inframerah eksternal, lebar celah di daerah dengan
intensitas sumber rendah, atau respons detektor rendah, dan penyebab lainnya. Respon
nonlinier berarti hukum Beer tidak dipatuhi, terutama pada absorbansi tinggi.
LATIHAN SOAL

1. Jelaskan prinsip kerja dari spektrofotometri inframerah!


2. Dengan menggunakan Hukum Hooke, tentukan perkirakan frekuensi dari:
a. C-D (D adalah Deuterium)
b. C=O
c. C-N
3. Jelaskan komponen dari spektrofotometri inframerah!
4. Jelaskan bagaimana cara menginterpretasikan spektrum inframerah! lengkap dengan
contohnya!
5. Jelaskan apa itu daerah sidik jari!

Anda mungkin juga menyukai