KIMIA ANALISIS
KROMATOGRAFI
DOSEN PENGAMPU:
OKTRI LESTARI, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Arifah Rahmawati (10122004)
Armi Abdila ( 10122005)
Diah Vella Putri Dwinka (10122011)
Haliza Eka Putri (10122013)
Uta Artalita (10122030)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah
penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT karena atas
berkah dan
ridho-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang
berjudul
“KROMATOGRAFI” ini
sebagai salah satu tugas
mata kuliah Kimia
Pemisahan. Tersusunnya
makalah ini, tidak
terlepas dari peran serta
berbagai pihak yang telah
memberikan bantuannya
baik secara
langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan
terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Penulis
menyadari bahwa
makalah ini masih
terdapat kekurangan dan
kelemahan. Namun
penyusun tetap
mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat
konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam
penyusunan makalah
selanjutnya.
Semarang, 26 April 2020
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KROMATOGRAFI” ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Kimia
Pemisahan. Tersusunnya makalah ini, tidak terlepas dari peran serta berbagai
pihak yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
Pematang Reba,4 Oktober 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB 1..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1 Definisi Kromatografi........................................................................................................6
2.2 Perkembangan Kromatografi..............................................................................................6
2.4 Jenis-jenis Kromatografi....................................................................................................9
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Kromatografi.........................................................................16
2.6 Aplikasi Teknik Kromatografi..........................................................................................17
BAB III......................................................................................................................................21
PENUTUP..................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia
Michael Tsweet pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman
dengan cara perkolasi esktrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium
karbonat (CaCO3). Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling
umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam
bidang farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya. (Fatma, 2009).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari teknik kromatografi.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan, yang pertama kali dipakai untuk
memisahkan zat-zat warna tanaman. Hal ini tersimpul dari istilah yang dipakai- kroma
adalah zar warna. Pemisahan dengan teknik ini dijalankan dengan mengadakan
manipulasi atas dasar perbedaan sifat-sifat fisik dari zat-zat yang menyusun suatu
campuran (Adnan, 1997).
Pada kolom kromatografi terdapat fasa diam yang umumnya terbuat dari
material padatan yang dapat mengabsorpsi komponen-komponen dalam sampel. Fasa
diam ini dapat berupa cairan yang melarutlkan komponen-komponen dalam sampel.
Komponen-komponen dalam sampel masuk ke dalam kolom kromatografi yang
mengandung fasa diam, dan terjadi interaksi antara komponen-komponen yang terbawa
oleh fasa gerak dan fasa diam. Interaksi ini berbeda-beda untuk masing masing
komponen yang terdapat dalam campuran tersebut, sehingga terjadi proses pemisahan.
Setelah komponen-komponen dalam sampel terpisah, masing-masing komponen
tersebut dideteksi oleh detektor yang terdapat pada peralatan kromatografi. Signal yang
keluar dari detektor kromatografi dapat di plot terhadap waktu. Plot signal terhadap
waktu ini disebut “kromatogram”. (Underwood dan Day,2002)
Dasar kromatografi lapisan tipis (KLT) diletakkan pada tahun 1938 oleh
Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil
karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka
memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat kromatografi cair tetapi
seperangkat umum langkah untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi
kertas. Pada tahun 1952, Martin dan James mempublikasikan makalah pertama
mengenai kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960-an kromatografi
gas dikembangkan menjadi suatu teknik analisis yang canggih. (Mulja, 1995).
Kromatografi jenis ini memakai fase diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan
komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien distribusi)
molekul-molekul yang dipisahkan. Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas
prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam
kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis
ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar
kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil
(pelarut) dapat saja beragam. Bisa menggunakan: air, etanol, asam asetat atau campuran
zat-zat ini dapat digunakan. (Khopkar, 2002)
1. Fase diam (Stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting
dalam proses pemisahan dengan kromatografi karena dengan adanya interaksi dengan
fase diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen suatu
senyawa analit termasuk asam amino. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous
(berpori) dalam bentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan pada
padatan pendukung. (Khopkar, 2002)
2. Fase gerak (Mobile phase) merupakan pembawa analit (asam amino), dapat
bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa bahan
cair dan dapat juga berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai carrier gas
senyawa mudah menguap (volatil). (Khopkar, 2002)
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan
aliran.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan
aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
a) kromatografi adsorpsi;
b) kromatografi partisi;
c) kromatografi penukar ion;
d) kromatografi eksklusi ukuran;
e) kromatografi afinitas.
a. Kromatografi Adsorpsi
1) Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas termasuk kromatografi partisi. Fasa diamnya air dan fasa
penyokongnya adalah selulosa. Fasa geraknya biasanya merupakan campuran
dari salah satu pelarut-pelarut organik atau air. Setelah elusi selesai, noda
ditandai dengan penanda. Bila noda tidak berwarna maka harus dideteksi secara
fisika dan kimia. (Rohman,2007).
1. Ketebalan kertas
2. Kekentalan eluen
3. Pelarut, jangan menggunakan pelarut yang terlalu cepat menguap. Pada
kromatografi kertas, eluen bergerak berdasarkan gaya kapiler dari bawah
keatas (ascending) sama dengan KLT. Tetapi bisa juga dengan gaya
gravitasi bila elusinya dari atas ke bawah (descending). Eluen yang
digunakan pada kromatografi kertas umumnya adalah campuran berbagai
pelarut terutama air. Kertas kromatografi yang sering digunakan adalah
kertas whatmann yang beredar bermacam-macam seperti ukuran 20 x 20
cm, 5 x 100 cm dan 50 x 50 cm. Kromatografi kertas serat fasa
penyokongnya lebih pendek, bercaknya lebih kecil dari pada KLT
(kromatografi lapis tipis), waktunya lebih lama dari pada adsorben lain,
tapi lebih singkat dari pada KLT tidak bisa menggunakan pereaksi
H2SO4 karena selulosa akan terdekomposisi. (Rohman,2007).
b. Kromatografi Partisi
Partisi merupakan analog dengan ekstraksi pelarut. Fase diam diikatkan pada
padatan lapis tipis yang lembam (inert). Karena fase diam cair diikatkan pada
padatan pendukung maka masih diperdebatkan apakah proses adsorpsinya
merupakan partisi murni atau partisi yang dimodifikasi karena absorpsi juga
mungkin terjadi (Rohman,2007). Cara ini didasarkan pada partisi linarut antara
dua pelarut yang tak bercampur, salah satunya diam (fase diam) dan yang
lainnya bergerak (fase gerak). Pada tahap awal KC, fase diam dibuat dengan
cara yang sama seperti membuat penyangga kromatografi gas (Johnson dan
Stevenson, 1991).
c. Pertukaran Ion
Cara ini didasarkan pada pertukaran (penjerapan) ion antara fase gerak dan
titik ion pada kemasan. Banyak dammar diperoleh dari kopolimer stirena divinil
benzena yang telah ditambahi gugus fungsi. Dammar jenis asam sulfonat dan
jenis amin kuartener merupakan pilihan terbaik untuk sebagian besar pemakaian.
Baik fase terikat maupun dammar telah digunakan. Cara tersebut banyak dipakai
dalam ilmu hayat, contohnya pemisahan asam amino, dan dapat pula dipakai
untuk pemisahan kation dan anion (Jonhson dan Stevenson, 1991)
d. Kromatografi Eksklusi
Eksklusi berbeda dari mekanisme sorpsi yang lain, yakni dalam eksklusi
tidak ada interaksi spesifik antara solute dengan fase diam. Teknik ini unik
karena dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat
pengepak (fase diam). Pengepak adalah suatu gel dengan permukaan berlubang-
lubang sangat kecil (porous) yang inert. Sebagai fase gerak digunakan cairan.
Kromatografi jenis ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk struktur dan
ukuran molekul (Rohman, 2007).
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir
tahun 1960an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-
senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis. (Johnson dan
Stevenson, 1991).
b. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
berupa padatan yang dapat menyerap/mengadsorp. Kromatografi gas-padat, bila
fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa padatan yang dapat
menyerap/mengadsorp. (Johnson dan Stevenson, 1991).
c. Kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana
fase diamnya dilapisi pada permukaan padatan pendukung yang inert (Johnson
dan Stevenson, 1991).
d. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert. Kromatografi
berdasarkan alat yang digunakan dapat dibedakan menjadi (Johnson dan
Stevenson, 1991).
(b) HPLC;
Pemilihan didasarkan pada kepolaran zat yang akan dipisah. Pada umumnya fasa
diam yang digunakan bersifat polar seperti pasir silika gel, sedangkan fasa gerak
atau eluen biasanya dilakukan variasi kepolaran untuk menghasilkan pemisahan
paling optimum. (Khopkar, S.M. 2002)
Dalam kromatografi kolom yang baik, dilakukan gradasi eluen dari yang bersifat
polar ke non polar ataupun sebaliknya. (Khopkar, S.M. 2002)
2. Packing kolom
Packing kolom dengan cara kering dilakukan dengan memasukkan fasa diam
seperti pasir silika gel ke dalam kolom secara langsung hingga penuh lalu diikuti
dengan memasukkan eluen hingga menutupi fasa diam. Sedangkan untuk cara
basah, pasir silika atau fasa diam dicampurkan terlebih dahulu dengan eluen
pada wadah terpisah lalu campuran tersebut dimasukkan ke dalam kolom secara
bersamaan. (Khopkar, S.M. 2002)
3. Elusi
Dalam kromatografi kolom dikenal proses elusi dimana proses ini merupakan
cara mengalirkan campuran melalui fasa diam pada kolom menggunakan fasa
gerak atau eluen. Pada proses elusi ini akan terjadi pemisahan komponen
campuran pada fasa diam. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
Dalam kimia organik kita mengenal reaksi sintesis dimana reaksi tersebut
memungkinkan pembentukan produk dari reaktan tertentu. Pada reaksi sintesis,
tidak selalu menghasilkan produk yang murni atau hanya satu jenis produk
melainkan juga kadang terdapat produk lain yang disebut dengan produk
samping hasil reaksi. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
Masih berkaitan dengan kimia organik, kita sering menggunakan senyawa aktif
dari bahan alam tertentu karena memiliki aktivitas farmakologis seperti
antibakteri, antijamur, antioksidan, dan lain lain. Untuk mengisolasi senyawa
tersebut secara murni dari suatu bahan alam seperti daun daunan, diperlukan
metode pemisahan seperti dengan menggunakan kromatografi kolom.
Dengan metode ini, sampel bahan alam akan dibuat ekstrak lalu dilakukan
pemisahan melalui elusi. Hasilnya didapatkan senyawa aktif yang diinginkan
dan dapat dikarakterisasi lebih lanjut menggunakan alat yang lebih kompleks
seperti menggunakan FTIR atau NMR. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
3. Analisis limbah lingkungan
Kromatografi kolom juga berperan penting dalam kimia analisis dimana metode
ini digunakan dalam analisis limbah lingkungan. (Canell, 1998; Sarker et al.,
2006).
Untuk dapat mengetahui tingkat pencemaran seperti misalnya dalam limbah cair
maka diperlukan pemurnian dari kandungan limbah tersebut secara individu
sehingga dapat ditentukan zat apa saja yang terkandung pada limbah tersebut.
Kromatografi kolom menjadi cara yang paling murah untuk melakukan analisis
ini karena dengan cara ini kita hanya perlu melakukan elusi pada sampel
sehingga didapatkan fraksi pemisahan, selanjutnya dari fraksi tersebut akan
dilakukan karakterisasi lebih lanjut untuk memastikan zat apa yang ada di
dalamnya. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
Meskipun begitu metode ini sudah jarang digunakan karena saat ini terdapat
metode yang relatif lebih mudah seperti menggunakan HPLC dan GC.Metode
kromatografi kolom menjadi metode konvensional yang masih digunakan
hingga saat ini meskipun telah dikembangkan berbagai metode kromatografi lain
yang lebih canggih. Kromatografi kolom tetap menjadi pilihan karena metode
yang sederhana dan tentunya murah untuk penggunaan tertentu.Dalam
kromatografi kolom, hal paling penting yang harus diperhatikan yaitu pada
proses elusi dimana kita harus secara tepat menentukan fraksi hasil pemisahan
dan memisahkannya untuk setiap fraksi. Ketika bekerja di laboratorium terutama
untuk bidang kimia organik, maka kita harus menguasai metode kromatografi
kolom. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
1. Asam amino
Asama amino tidak berwarna, sehingga pemisahan asam amino menggunakan TLC
lebih sulit daripada pemisahan tinta. Oleh karena itu, seseorang tidak dapat melihat
bintik-bintik dengan mata telanjang setelah pelat KLT sepenuhnya berkembang dan
kering. Untuk melihat bintik-bintik, perlu menggunakan ninhidrin atau teknik
visualisasi cahaya hitam. Sebagai contoh: asam amino, protein dan peptida 8: Suatu
campuran terdiri dari 34 asam amino, protein dan peptida telah berhasil dipisahkan dan
diisolasi dari urin menggunakan pelat silika gel. Semua zat ini ditemukan dengan
ninhidrin positif. Pengembangan dilakukan pertama dengan kloroform-metanol-
amonium hidroksida 20% (2: 2: 1) dan kemudian dengan fenol-air. (Ghisalberti,2008).
Teknik TLC juga telah digunakan dalam identifikasi, pengujian kemurnian dan
penentuan konsentrasi bahan aktif, zat tambahan dan pengawet dalam obat- obatan dan
persiapan obat, kontrol proses dalam proses pembuatan sintetis. Berbagai farmakope
telah menerima teknik TLC untuk mendeteksi ketidakmurnian dalam obat atau bahan
kimia, misalnya antibiotik: penisilin telah dipisahkan pada silika gel 'G' dengan
menggunakan dua pelarut, yaitu aseton:metanol (1: 1) dan iso-propanol:metanol (3: 7).
Sebagai zat pendeteksi, reaksi iodin-azida digunakan dengan menyemprot pelat kering
dengan larutan iodin 0,1% yang mengandung 3,5% natrium azida. (Ghisalberti,2008).
Teknik pemisahan dengan KLT ini digunakan dalam analisis kualitatif alkaloid dalam
fase kontrol dari formulasi farmasi dan obat herbal. TLC telah digunakan untuk isolasi
dan penentuan alkaloid dalam toksikologi di mana pengujian ini hanya memerlukan
waktu sekitar 30-60 menit, dapat memberikan hasil yang baik, bila dibandingkan
dengan waktu 12-24 jam yang diperlukan untuk analisis menggunakan kromatografi
kertas. Alkaloid purin telah dipisahkan oleh KLT pada asam silikat, silika gel dan
aluminium oksida. Bintik-bintik divisualisasikan dengan menyemprotkan larutan
penampak, pertama dengan larutan alkohol yodium : kalium iodin diikuti oleh 25%
HCl: etanol 96% (1: 1). (Ghisalberti,2008).
Untuk penentuan zat aktif dan metabolitnya dalam matriks biologis, diagnosis gangguan
metabolisme seperti fenilketonuria, sistinuria, dan penyakit sirup maple pada bayi dapat
digunakan Teknik KLT. Hal ini berfungsi sebagai alat yang berguna dalam melakukan
analisis konstituen urin yang berasal dari lipid dalam analisis banyak konstituen urin
seperti steroid, asam amino, porfirin dan asam empedu. Analisis urin oleh TLC paling
efektif bila dilakukan bersamaan dengan proses kromatografi lainnya, sehingga
metabolit minor dapat dideteksi dan diselesaikan sepenuhnya bebas dari komponen lain.
(Ghisalberti,2008).
5.Bidang Kosmetik
Dalam bidang kecantikan diperlukan teknik identifikasi dengan TLC yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi bahan baku pewarna dan produk akhir, pengawet,
surfaktan, asam lemak dan konstituen parfum. (Ghisalberti,2008).
c. Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir
tahun 1960an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairanfisiologis;menentukan kadar senyawa-
senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis. (Khopkar, S.M. 2002)
Manfaat dan Contoh Penerapan HPLC (High Performance Liquid
Chromatography)
Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas
kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam keadaan vakum
agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang
kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi.
Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai (Hostettman,1986).
Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi kolom.
Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan
dengan perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan kolom.
Kromatografi kolom lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa
(Schill, 1978). Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan
dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
a.Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa diam
dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke
dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk
lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan (Sarker et al.,
2006).
b. Cara kering Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase
diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan (Sarker
et al., 2006). Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki
berbagai metode seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara basah
dan cara kering (Canell, 1998). Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan
melarutkan sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam
KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa
diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama.
Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan
sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk.
Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam
dan ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Canell, 1998; Sarker et al.,
2006).
Penggunaan alat HPLC sangat erat kaitannya dengan dunia industri obat dan
makanan. Fungsi HPLC adalah untuk menentukan atau mengukur atau
menganalisa kadar bahan aktif pada suatu sample(obat, makanan atau herbal).
Pada beberapa kasus yang berhubungan dengan obat herbal, alat ini digunakan
untuk menentukan marker pada suatu obat herbal. (Khopkar, S.M. 2002)
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang
sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran. (Mulja,1995)
Kekurangan
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah
besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram
mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan
kecuali jika ada metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase
diam dan zat terlarut. (Mulja,1995)
Kelebihan
1. Cepat
Kekurangan
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat
mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat
diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui
konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah
dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat sehingga
keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat.
Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting
terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti
spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan
kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan
dengan teknik kromatografi. Dengan alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian
menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi permasalahan dalam dunia
bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan manusia secara umum. (Canell, R. J. P.
1998)
Aplikasi kromatografi pada bidang forensik pun sangat membantu, terutama dilihat dari
segi keamanan. Masih lekatdalam ingatan kita, sebuah peristiwa Black September
Tragedy mengguncang Amerika pada tanggal 11 September 2001 yang ditandai dengan
runtuhnya dua gedung kesayangan pemerintah Amerika Serikat. Demikian halnya
diIndonesia yang marak dengan aksi peledakan bom yang terjadi di mana-mana.
Perhatian dunia pun akhirnya mulai beralih dengan adanya peristiwa-peristiwa
pengeboman/peledakan tersebut ke bahaya explosive (bahan peledak) dengan
peningkatan yang cukup tajam. Kini kromatrografi menjadi hal yang sangat penting
dalam menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang terkandung dalam bahan peledak.
Hal ini didorong karena dengan semakin cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apa saja
bahan peledak, maka akan makin mempercepat diambilnya tindakan oleh bagian
keamanan untuk mengatasi daerah-daerah yang terkena ledakan serta antisipasi
meluasnya efek radiasi yang kemungkinan akan mengena tubuh manusia di sekitar
lokasi ledakan. Lebih jauh lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga bisa segera
diketahui. Pada dasarnya setiap bahan peledak, baru akan meledak jika terjadi benturan,
gesekan, getaran atau adanya perubahan suhu yang meningkat. Dengan terjadinya hal-
hal seperti ini, memberikan peluang bahan peledak tersebut berubah manjadi zat lain
yang lebih stabil yang diikuti dengan tekanan yang tinggi, yang bisa menghasilkan
ledakan dahsyat atau bahkan munculnya percikan api. (Canell, R. J. P. 1998)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
(b) HPLC;
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan isi maupun referensi yang
digunakan, sehingga disarankan kepada pembaca makalah ini untuk mencari referensi
tambahan yang terkait. Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, dimohon
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta:Andi Offset.
Sarker, et. al. 2006. Natural Products Isolation. Totowa: Humana Press.
Underwood, A.L dan Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif edisi ke-6.
Jakarta:Erlangga.