Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KIMIA ANALISIS
KROMATOGRAFI

DOSEN PENGAMPU:
OKTRI LESTARI, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Arifah Rahmawati (10122004)
Armi Abdila ( 10122005)
Diah Vella Putri Dwinka (10122011)
Haliza Eka Putri (10122013)
Uta Artalita (10122030)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAR-KAUSYAR

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah
penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT karena atas
berkah dan
ridho-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang
berjudul
“KROMATOGRAFI” ini
sebagai salah satu tugas
mata kuliah Kimia
Pemisahan. Tersusunnya
makalah ini, tidak
terlepas dari peran serta
berbagai pihak yang telah
memberikan bantuannya
baik secara
langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan
terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Penulis
menyadari bahwa
makalah ini masih
terdapat kekurangan dan
kelemahan. Namun
penyusun tetap
mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat
konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam
penyusunan makalah
selanjutnya.
Semarang, 26 April 2020
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KROMATOGRAFI” ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Kimia
Pemisahan. Tersusunnya makalah ini, tidak terlepas dari peran serta berbagai
pihak yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
Pematang Reba,4 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB 1..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1 Definisi Kromatografi........................................................................................................6
2.2 Perkembangan Kromatografi..............................................................................................6
2.4 Jenis-jenis Kromatografi....................................................................................................9
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Kromatografi.........................................................................16
2.6 Aplikasi Teknik Kromatografi..........................................................................................17
BAB III......................................................................................................................................21
PENUTUP..................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia
Michael Tsweet pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman
dengan cara perkolasi esktrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium
karbonat (CaCO3). Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling
umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam
bidang farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya. (Fatma, 2009).

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan


pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa
molekul) yang berada pada suatu sampel. Pemisahan ini terdiri dari dua fase yaitu fase
gerak dan fase diam. Dikatakan fase gerak karena dalam pemisahan kromatografi ini zat
yang berupa cair atau gas yang akan mengangkat sampel melalui fase diam. Dikatakan
fase diam karena zat yang berupa padat atau cair yang pada posisi diam dan sebagai
tempat melekatnya kandungan sampel yang dibawa oleh fase gerak. (Fatma, 2009).

Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik. Tujuan kromatografi


preparatif biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya
digunakan untuk pemurnian). Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui
perbandingan senyawa dalam campuran. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar
bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Jenis-jenis kromatografi
yang bermanfaat dalam analisi kualitatif dan analisis kuantitatif adalah kromatografi
kertas, kromatigrafi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, kromatografi gas, dan
kromatografi cair kinerja tinggi. Kromatografi kertas dan KLT pada umunya lebih
bermanfaat untuk tujuan indentifikasi, karena lebih mudah dan sederhana. (Fatma,
2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi?

2. Apa yang dimaksud fase diam dan fase gerak?

3. Bagaimana prinsip dari teknik kromatografi?

4. Apa saja jenis-jenis yang terdapat dalam teknik kromatografi?

5. Apakah kelebihan dan kelemahan dari teknik kromatografi?

6. Bagaimana penerapan dari teknik kromatografi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari teknik kromatografi.

2. Mengetahui tentanf fase diam dan fase gerak.

3. Mengetahui prinsip dari teknik kromatografi.

4. Mengetahui jenis-jenis dari teknik kromatografi.

5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teknik kromatografi.

6. Mengetahui bagaimana penerapan teknik kromatografi dalam berbagai bidang


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan, yang pertama kali dipakai untuk
memisahkan zat-zat warna tanaman. Hal ini tersimpul dari istilah yang dipakai- kroma
adalah zar warna. Pemisahan dengan teknik ini dijalankan dengan mengadakan
manipulasi atas dasar perbedaan sifat-sifat fisik dari zat-zat yang menyusun suatu
campuran (Adnan, 1997).

Kromatografi adalah pemisahan kompomen dari suatu campuran berdasarkan


dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa diam sebagai pemisah campuran, dan fasa
gerak sebagai pembawa campuran (Fatma, 2009).

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana


komponenkomponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fase, salah satu fase
tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya
sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner (Underwood dan
Day,2002)

Pada kolom kromatografi terdapat fasa diam yang umumnya terbuat dari
material padatan yang dapat mengabsorpsi komponen-komponen dalam sampel. Fasa
diam ini dapat berupa cairan yang melarutlkan komponen-komponen dalam sampel.
Komponen-komponen dalam sampel masuk ke dalam kolom kromatografi yang
mengandung fasa diam, dan terjadi interaksi antara komponen-komponen yang terbawa
oleh fasa gerak dan fasa diam. Interaksi ini berbeda-beda untuk masing masing
komponen yang terdapat dalam campuran tersebut, sehingga terjadi proses pemisahan.
Setelah komponen-komponen dalam sampel terpisah, masing-masing komponen
tersebut dideteksi oleh detektor yang terdapat pada peralatan kromatografi. Signal yang
keluar dari detektor kromatografi dapat di plot terhadap waktu. Plot signal terhadap
waktu ini disebut “kromatogram”. (Underwood dan Day,2002)

2.2 Perkembangan Kromatografi


Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba
memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi
kapur (CaCO3). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan
daerahdaerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir
bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksifraksi
petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang
menjelaskan tentang proses kromatografi. Penyelidikan tentang kromatografi menurun
untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi
padatan cair (LSC). Kemudian pada akhir tahun 1930-an dan permulaan tahun 1940-an,
kromatografi mulai berkembang. (Mulja, 1995).

Dasar kromatografi lapisan tipis (KLT) diletakkan pada tahun 1938 oleh
Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil
karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka
memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat kromatografi cair tetapi
seperangkat umum langkah untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi
kertas. Pada tahun 1952, Martin dan James mempublikasikan makalah pertama
mengenai kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960-an kromatografi
gas dikembangkan menjadi suatu teknik analisis yang canggih. (Mulja, 1995).

Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter


besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala
prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960-an, semakin banyak
usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik
mengimbangi kromatografi gas. (Mulja, 1995).
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair
Penampilan Tinggiatau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed
= Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha
ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan
cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat
instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini
dengan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan
yang sederajat dengan kromatografi gas. Sekarang ini, kromatografi sangat diperlukan
dalam memisahkan suatu campuran senyawa. HPLC didefinisikan sebagai kromatografi
cair yang dilakukan dengan memakai fase diam yang terikat secara kimia pada
penyangga halus yang distribusi ukuranya sempit ( kolom ) dan fase gerak yang dipaksa
mengalir dengan laju alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga
menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relatif singkat. (Mulja,
1995).

Prinsip Kromatografi Pada prinsipnya semua cara pemisahan kromatografi


mengalami proses yang sama yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa
diam dan fasa gerak dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan (Mulja, 1995).

Perbedaaan sifat tersebut diantaranya :

 Kelarutan yang berbeda terhadap suatu pelarut


 Sifat untuk bertaut (adsorpsi) yang berbeda satu sama lain dengan suatu serbuk
bahan padat.
 Sifat dapat menguap pada temperatur yang berbeda satu sama lain.

Kromatografi jenis ini memakai fase diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan
komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien distribusi)
molekul-molekul yang dipisahkan. Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas
prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam
kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis
ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar
kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil
(pelarut) dapat saja beragam. Bisa menggunakan: air, etanol, asam asetat atau campuran
zat-zat ini dapat digunakan. (Khopkar, 2002)

Cara membedakan fase gerak dan fase diam:

1. Fase diam (Stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting
dalam proses pemisahan dengan kromatografi karena dengan adanya interaksi dengan
fase diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen suatu
senyawa analit termasuk asam amino. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous
(berpori) dalam bentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan pada
padatan pendukung. (Khopkar, 2002)

2. Fase gerak (Mobile phase) merupakan pembawa analit (asam amino), dapat
bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa bahan
cair dan dapat juga berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai carrier gas
senyawa mudah menguap (volatil). (Khopkar, 2002)

Faktor yang mempengaruhi dalam kromatografi:

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan


yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
harga Rf.

2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan
aliran.

3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari


atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut
dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti
perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah
juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.

4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan
aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.

5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-


volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi
karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.
(Khopkar, 2002)

2.4 Jenis-jenis Kromatografi


Kromatografi berdasarkan prinsip/mekanisme pemisahannya pemisahannya,
kromatografi dapat dibedakan menjadi (Rohman,2007).:

a) kromatografi adsorpsi;
b) kromatografi partisi;
c) kromatografi penukar ion;
d) kromatografi eksklusi ukuran;
e) kromatografi afinitas.

a. Kromatografi Adsorpsi

Adsorpsi merupakan penyerapan pada permukaannya saja dan jangan sekali-kali


dikacaukan dengan proses absorpsi yang berarti penyerapan keseluruhan.
Adsorpsi pada permukaan melibatkan interaksi-interaksi elektrostatik seperti
ikatan hidrogen, penarikan dipol-dipol, dan penarikan yang diinduksi oleh
dipole. Silika gel merupakan jenis absorben (fase diam) yang penggunaannya
paling luas. Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-O-Si dan gugus silanol
(Si-OH). Kromatografi Adsorpsi seperti(Rohman,2007).:

1) Kromatografi Kertas

Pada kromatografi kertas sebagai penjerap digunakan sehelai kertas dengan


susunan serabut dan tebal yang sesuai. Sebagai alternatif dapat juga digunakan
sistem dua fase. Kertas diimpregnasi dengan salah satu fase yang kemudian
menjadi fase diam (umumnya fase
yang lebih polar dalam hal kertas
yang dimodifikasi). Kromatogram
dilakukan dengan merambatkan
fase gerak, melalui kertas. Dapat
dilakukan kromatografi menaik,
pelarut merambat naik pada kertas
ditarik oleh gaya kapiler ataupun
kromatografi menurun, pelarutnya
mengalir oleh gaya gravitasi.
(Rohman,2007).

2) Kromatografi Lapis Tipis


Pada KLT, zat penjerap merupakan lapis tipis serbuk halus yang dilapiskan
pada lempeng kaca. Plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan
lempeng kaca. Pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorpsi, partisi
atau kombinasi dari kedua efek, tergantung jenis penyangga, cara pembuatan,
dan jenis pelarut yang digunakan. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan
pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang hamper
sama. Dengan menotolkan zat uji dan baku pembanding pada lempeng yang
sama. Bercak dapat dikerok dari lempeng, kemudian diekstraksi dengan pelarut
yang sesuai dan diukur secara spektrofotometri. (Rohman,2007).

Kromatografi kertas termasuk kromatografi partisi. Fasa diamnya air dan fasa
penyokongnya adalah selulosa. Fasa geraknya biasanya merupakan campuran
dari salah satu pelarut-pelarut organik atau air. Setelah elusi selesai, noda
ditandai dengan penanda. Bila noda tidak berwarna maka harus dideteksi secara
fisika dan kimia. (Rohman,2007).

a. Secara fisika dengan menggunakan uap iodium, lampu UV

b. Secara kimia dengan menggunakan pereaksi cerium sulfat, dragendrof,


liberman burchard. (Rohman,2007).

Kecepatan elusi pada kromatografi kertas dipengaruhi oleh:

1. Ketebalan kertas
2. Kekentalan eluen
3. Pelarut, jangan menggunakan pelarut yang terlalu cepat menguap. Pada
kromatografi kertas, eluen bergerak berdasarkan gaya kapiler dari bawah
keatas (ascending) sama dengan KLT. Tetapi bisa juga dengan gaya
gravitasi bila elusinya dari atas ke bawah (descending). Eluen yang
digunakan pada kromatografi kertas umumnya adalah campuran berbagai
pelarut terutama air. Kertas kromatografi yang sering digunakan adalah
kertas whatmann yang beredar bermacam-macam seperti ukuran 20 x 20
cm, 5 x 100 cm dan 50 x 50 cm. Kromatografi kertas serat fasa
penyokongnya lebih pendek, bercaknya lebih kecil dari pada KLT
(kromatografi lapis tipis), waktunya lebih lama dari pada adsorben lain,
tapi lebih singkat dari pada KLT tidak bisa menggunakan pereaksi
H2SO4 karena selulosa akan terdekomposisi. (Rohman,2007).

b. Kromatografi Partisi

Partisi merupakan analog dengan ekstraksi pelarut. Fase diam diikatkan pada
padatan lapis tipis yang lembam (inert). Karena fase diam cair diikatkan pada
padatan pendukung maka masih diperdebatkan apakah proses adsorpsinya
merupakan partisi murni atau partisi yang dimodifikasi karena absorpsi juga
mungkin terjadi (Rohman,2007). Cara ini didasarkan pada partisi linarut antara
dua pelarut yang tak bercampur, salah satunya diam (fase diam) dan yang
lainnya bergerak (fase gerak). Pada tahap awal KC, fase diam dibuat dengan
cara yang sama seperti membuat penyangga kromatografi gas (Johnson dan
Stevenson, 1991).

c. Pertukaran Ion

Cara ini didasarkan pada pertukaran (penjerapan) ion antara fase gerak dan
titik ion pada kemasan. Banyak dammar diperoleh dari kopolimer stirena divinil
benzena yang telah ditambahi gugus fungsi. Dammar jenis asam sulfonat dan
jenis amin kuartener merupakan pilihan terbaik untuk sebagian besar pemakaian.
Baik fase terikat maupun dammar telah digunakan. Cara tersebut banyak dipakai
dalam ilmu hayat, contohnya pemisahan asam amino, dan dapat pula dipakai
untuk pemisahan kation dan anion (Jonhson dan Stevenson, 1991)

d. Kromatografi Eksklusi

Eksklusi berbeda dari mekanisme sorpsi yang lain, yakni dalam eksklusi
tidak ada interaksi spesifik antara solute dengan fase diam. Teknik ini unik
karena dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat
pengepak (fase diam). Pengepak adalah suatu gel dengan permukaan berlubang-
lubang sangat kecil (porous) yang inert. Sebagai fase gerak digunakan cairan.
Kromatografi jenis ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk struktur dan
ukuran molekul (Rohman, 2007).

e. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir
tahun 1960an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-
senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis. (Johnson dan
Stevenson, 1991).

Kromatografi berdasarkan fase yang digunakan dapat dibedakan menjadi

(a) kromatografi padat cair;

(b) kromatografi padat cair;

(c) kromatografi cair cair (k.partisi);

(d) kromatografi gas cair


a. Kromatografi padat cair, bila fase geraknya berupa air sedangkan fase
diamnya berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap. (Johnson dan
Stevenson, 1991).

b. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
berupa padatan yang dapat menyerap/mengadsorp. Kromatografi gas-padat, bila
fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa padatan yang dapat
menyerap/mengadsorp. (Johnson dan Stevenson, 1991).

c. Kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana
fase diamnya dilapisi pada permukaan padatan pendukung yang inert (Johnson
dan Stevenson, 1991).

d. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa
cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert. Kromatografi
berdasarkan alat yang digunakan dapat dibedakan menjadi (Johnson dan
Stevenson, 1991).

(a) kromatografi planar;

(b) HPLC;

(c) kromatografi kertas;

(d) kromatografi cair kinerja tinggi;

(e) kromatogarfi vakum;

(f) kromatografi kolom.

a. Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak


bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen
terpisahkan berupa zona-zona pita. Pada kromatografi analitik setiap komponen
yang keluar dari kolom akan dicatat oleh rekorder dan disajikan dalam bentuk
puncak (peak) yang menunjukkan konsentrasi eluen sebagai fungsi waktu.
Untuk suatu senyawa yang mengandung komponen tunggal akan ditandai
dengan waktu elusi yang tampak pada konsentrasi eluen maksimum. Tinggi atau
luasan puncak sebanding dengan konsentrasi komponen sampel. Pada
kromatografi preparatif, akan diperoleh sejumlah fraksi isolate dari komponen
sampel dalam fase gerak. (Khopkar, S.M. 2002)
Tahapan Kromatorafi Kolom

Dalam melakukan pemisahan dengan kromatografi kolom, terdapat beberapa


tahapan yang harus dilakukan. Berikut ini adalah prosedur dalam melakukan
kromatografi kolom. (Khopkar, S.M. 2002)

1. Pemilihan fasa gerak dan fasa diam

Hal pertama yang harus dipersiapkan dalam kromatografi kolom adalah


pemilihan fasa gerak dan fasa diam. Tahap ini akan sangat menentukan hasil
akhir dari kromatografi kolom karena pemilihan fasa diam dan fasa gerak sangat
berpengaruh terhadap pemisahan komponen. (Khopkar, S.M. 2002)

Pemilihan didasarkan pada kepolaran zat yang akan dipisah. Pada umumnya fasa
diam yang digunakan bersifat polar seperti pasir silika gel, sedangkan fasa gerak
atau eluen biasanya dilakukan variasi kepolaran untuk menghasilkan pemisahan
paling optimum. (Khopkar, S.M. 2002)

Dalam kromatografi kolom yang baik, dilakukan gradasi eluen dari yang bersifat
polar ke non polar ataupun sebaliknya. (Khopkar, S.M. 2002)

2. Packing kolom

Packing kolom merupakan tahap preparasi dalam kromatografi kolom dimana


pada tahap ini digunakan untuk mempersiapkan kolom dengan fasa diamnya.
Packing kolom terbagi menjadi 2 cara yaitu cara kering dan cara basah.
(Khopkar, S.M. 2002)

Packing kolom dengan cara kering dilakukan dengan memasukkan fasa diam
seperti pasir silika gel ke dalam kolom secara langsung hingga penuh lalu diikuti
dengan memasukkan eluen hingga menutupi fasa diam. Sedangkan untuk cara
basah, pasir silika atau fasa diam dicampurkan terlebih dahulu dengan eluen
pada wadah terpisah lalu campuran tersebut dimasukkan ke dalam kolom secara
bersamaan. (Khopkar, S.M. 2002)

3. Elusi

Dalam kromatografi kolom dikenal proses elusi dimana proses ini merupakan
cara mengalirkan campuran melalui fasa diam pada kolom menggunakan fasa
gerak atau eluen. Pada proses elusi ini akan terjadi pemisahan komponen
campuran pada fasa diam. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).

Pemisahan komponen tersebut didasarkan pada sifat kepolaran, ukuran, dan


berat molekul yang dipisahkan. Hasil pemisahan dari elusi ini akan ditampung
pada wadah terpisah untuk setiap fraksi. Pemisahan fraksi tersebut dapat dilihat
melalui perbedaan warna yang dihasilkan untuk setiap komponen.

Misalnya ketika komponen A terpisah menghasilkan warna hijau, lalu pada


komponen B menghasilkan warna merah. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).

Manfaat dan Contoh Aplikasi Kromatografi Kolom

Karena menjadi metode kromatografi sebagai pemisahan dasar dalam kimia,


kromatografi kolom memiliki manfaat dan kegunaan yang sangat luas terutama
pada bidang kimia organik. Kromatogarfi kolom juga dapat diaplikasikan dalam
berbagai kegunaan. Berikut ini beberapa contoh manfaat dan aplikasi
kromatografi kolom. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).

1. Pemurnian dari hasil reaksi sintesis kimia

Dalam kimia organik kita mengenal reaksi sintesis dimana reaksi tersebut
memungkinkan pembentukan produk dari reaktan tertentu. Pada reaksi sintesis,
tidak selalu menghasilkan produk yang murni atau hanya satu jenis produk
melainkan juga kadang terdapat produk lain yang disebut dengan produk
samping hasil reaksi. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).

Untuk memisahkannya dengan produk utama maka harus dilakukan pemurnian,


cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kromatografi kolom.
Melalui kromatografi kolom dengan didasarkan pada perbedaan sifat kepolaran
senyawa yang dipisahkan maka dapat dihasilkan senyawa hasil reaksi yang
murni. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).

2. Isolasi senyawa aktif dalam bahan alam

Masih berkaitan dengan kimia organik, kita sering menggunakan senyawa aktif
dari bahan alam tertentu karena memiliki aktivitas farmakologis seperti
antibakteri, antijamur, antioksidan, dan lain lain. Untuk mengisolasi senyawa
tersebut secara murni dari suatu bahan alam seperti daun daunan, diperlukan
metode pemisahan seperti dengan menggunakan kromatografi kolom.

Dengan metode ini, sampel bahan alam akan dibuat ekstrak lalu dilakukan
pemisahan melalui elusi. Hasilnya didapatkan senyawa aktif yang diinginkan
dan dapat dikarakterisasi lebih lanjut menggunakan alat yang lebih kompleks
seperti menggunakan FTIR atau NMR. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
3. Analisis limbah lingkungan

Kromatografi kolom juga berperan penting dalam kimia analisis dimana metode
ini digunakan dalam analisis limbah lingkungan. (Canell, 1998; Sarker et al.,
2006).

Untuk dapat mengetahui tingkat pencemaran seperti misalnya dalam limbah cair
maka diperlukan pemurnian dari kandungan limbah tersebut secara individu
sehingga dapat ditentukan zat apa saja yang terkandung pada limbah tersebut.
Kromatografi kolom menjadi cara yang paling murah untuk melakukan analisis
ini karena dengan cara ini kita hanya perlu melakukan elusi pada sampel
sehingga didapatkan fraksi pemisahan, selanjutnya dari fraksi tersebut akan
dilakukan karakterisasi lebih lanjut untuk memastikan zat apa yang ada di
dalamnya. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).

Meskipun begitu metode ini sudah jarang digunakan karena saat ini terdapat
metode yang relatif lebih mudah seperti menggunakan HPLC dan GC.Metode
kromatografi kolom menjadi metode konvensional yang masih digunakan
hingga saat ini meskipun telah dikembangkan berbagai metode kromatografi lain
yang lebih canggih. Kromatografi kolom tetap menjadi pilihan karena metode
yang sederhana dan tentunya murah untuk penggunaan tertentu.Dalam
kromatografi kolom, hal paling penting yang harus diperhatikan yaitu pada
proses elusi dimana kita harus secara tepat menentukan fraksi hasil pemisahan
dan memisahkannya untuk setiap fraksi. Ketika bekerja di laboratorium terutama
untuk bidang kimia organik, maka kita harus menguasai metode kromatografi
kolom. (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).

b. Kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatogafi kertas), apabila


komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah
bidang datar. Senyawa yang bergerak berupa bentuk noda (spot) yang dapat
dikenali dengan bantuan metode fisika, kimia, maupun biologis. Posisi noda
menunjukkan identitas suatu komponen / senyawa, sedangkan besar atau
intensitasnya menunjukkan konsentrasinya. Pada kromatografi planar beberapa
komponen dapat dipisahkan secara bersamaan maupun dipisahkan dengan dua
langkah yang pertama, cara ini dikenal dengan metode kromatografi dua
dimensi. (Khopkar, S.M. 2002)

Manfaat dan Contoh Aplikasi Kromatografi Planar

1. Asam amino

Asama amino tidak berwarna, sehingga pemisahan asam amino menggunakan TLC
lebih sulit daripada pemisahan tinta. Oleh karena itu, seseorang tidak dapat melihat
bintik-bintik dengan mata telanjang setelah pelat KLT sepenuhnya berkembang dan
kering. Untuk melihat bintik-bintik, perlu menggunakan ninhidrin atau teknik
visualisasi cahaya hitam. Sebagai contoh: asam amino, protein dan peptida 8: Suatu
campuran terdiri dari 34 asam amino, protein dan peptida telah berhasil dipisahkan dan
diisolasi dari urin menggunakan pelat silika gel. Semua zat ini ditemukan dengan
ninhidrin positif. Pengembangan dilakukan pertama dengan kloroform-metanol-
amonium hidroksida 20% (2: 2: 1) dan kemudian dengan fenol-air. (Ghisalberti,2008).

2.Farmasi dan obat-obatan

Teknik TLC juga telah digunakan dalam identifikasi, pengujian kemurnian dan
penentuan konsentrasi bahan aktif, zat tambahan dan pengawet dalam obat- obatan dan
persiapan obat, kontrol proses dalam proses pembuatan sintetis. Berbagai farmakope
telah menerima teknik TLC untuk mendeteksi ketidakmurnian dalam obat atau bahan
kimia, misalnya antibiotik: penisilin telah dipisahkan pada silika gel 'G' dengan
menggunakan dua pelarut, yaitu aseton:metanol (1: 1) dan iso-propanol:metanol (3: 7).
Sebagai zat pendeteksi, reaksi iodin-azida digunakan dengan menyemprot pelat kering
dengan larutan iodin 0,1% yang mengandung 3,5% natrium azida. (Ghisalberti,2008).

3.Analisis kualitatif alkaloid

Teknik pemisahan dengan KLT ini digunakan dalam analisis kualitatif alkaloid dalam
fase kontrol dari formulasi farmasi dan obat herbal. TLC telah digunakan untuk isolasi
dan penentuan alkaloid dalam toksikologi di mana pengujian ini hanya memerlukan
waktu sekitar 30-60 menit, dapat memberikan hasil yang baik, bila dibandingkan
dengan waktu 12-24 jam yang diperlukan untuk analisis menggunakan kromatografi
kertas. Alkaloid purin telah dipisahkan oleh KLT pada asam silikat, silika gel dan
aluminium oksida. Bintik-bintik divisualisasikan dengan menyemprotkan larutan
penampak, pertama dengan larutan alkohol yodium : kalium iodin diikuti oleh 25%
HCl: etanol 96% (1: 1). (Ghisalberti,2008).

4.Kimia klinis dan Biokimia

Untuk penentuan zat aktif dan metabolitnya dalam matriks biologis, diagnosis gangguan
metabolisme seperti fenilketonuria, sistinuria, dan penyakit sirup maple pada bayi dapat
digunakan Teknik KLT. Hal ini berfungsi sebagai alat yang berguna dalam melakukan
analisis konstituen urin yang berasal dari lipid dalam analisis banyak konstituen urin
seperti steroid, asam amino, porfirin dan asam empedu. Analisis urin oleh TLC paling
efektif bila dilakukan bersamaan dengan proses kromatografi lainnya, sehingga
metabolit minor dapat dideteksi dan diselesaikan sepenuhnya bebas dari komponen lain.
(Ghisalberti,2008).

5.Bidang Kosmetik

Dalam bidang kecantikan diperlukan teknik identifikasi dengan TLC yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi bahan baku pewarna dan produk akhir, pengawet,
surfaktan, asam lemak dan konstituen parfum. (Ghisalberti,2008).

c. Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir
tahun 1960an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairanfisiologis;menentukan kadar senyawa-
senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis. (Khopkar, S.M. 2002)
Manfaat dan Contoh Penerapan HPLC (High Performance Liquid
Chromatography)

HPLC telah digunakan untuk manufaktur ( misalnya , selama proses produksi


produk farmasi dan biologi), hukum ( misalnya , mendeteksi obat peningkat
kinerja dalam urin), penelitian ( misalnya , memisahkan komponen sampel
biologis yang kompleks, atau bahan kimia sintetik serupa. dari satu sama lain),
dan tujuan medis ( misalnya , mendeteksi kadar vitamin D dalam serum darah).
(Canell, R. J. P. 1998)

Kromatografi dapat digambarkan sebagai proses perpindahan massa yang


melibatkan adsorpsi . HPLC mengandalkan pompa untuk melewatkan cairan
bertekanan dan campuran sampel melalui kolom yang diisi dengan adsorben,
yang menyebabkan pemisahan komponen sampel. Komponen aktif kolom,
adsorben, biasanya berupa bahan granular yang terbuat dari partikel padat
( misalnya silika , polimer, dll.), berukuran 2–50 μm . Komponen campuran
sampel dipisahkan satu sama lain karena perbedaan derajat interaksinya dengan
partikel adsorben. Cairan bertekanan biasanya merupakan campuran pelarut
( mis, air, asetonitril dan/atau metanol) dan disebut sebagai "fasa gerak".
Komposisi dan suhunya berperan besar dalam proses pemisahan dengan
mempengaruhi interaksi yang terjadi antara komponen sampel dan adsorben.
Interaksi ini bersifat fisik, seperti hidrofobik (dispersif), dipol-dipol, dan ionik,
yang paling sering merupakan kombinasi. (Canell, R. J. P. 1998)

HPLC dibedakan dari kromatografi cair tradisional ("tekanan rendah") karena


tekanan operasionalnya jauh lebih tinggi (50–350 bar), sedangkan kromatografi
cair biasa biasanya mengandalkan gaya gravitasi untuk melewatkan fase gerak
melalui kolom. Karena sedikitnya jumlah sampel yang dipisahkan dalam HPLC
analitik, dimensi kolom tipikal adalah diameter 2,1–4,6 mm, dan panjang 30–
250 mm. Kolom HPLC juga dibuat dengan partikel adsorben yang lebih kecil
(ukuran partikel rata-rata 2–50 μm). Hal ini memberikan HPLC daya
penyelesaian yang unggul (kemampuan untuk membedakan senyawa) ketika
memisahkan campuran, sehingga menjadikannya teknik kromatografi yang
populer. (Canell, R. J. P. 1998)

Skema instrumen HPLC biasanya mencakup degasser, sampler, pompa, dan


detektor. Sampler membawa campuran sampel ke dalam aliran fase gerak yang
membawanya ke kolom. Pompa menyalurkan aliran dan komposisi fase gerak
yang diinginkan melalui kolom. Detektor menghasilkan sinyal yang sebanding
dengan jumlah komponen sampel yang muncul dari kolom, sehingga
memungkinkan dilakukannya analisis kuantitatif komponen sampel.
Mikroprosesor digital dan perangkat lunak pengguna mengontrol instrumen
HPLC dan menyediakan analisis data. Beberapa model pompa mekanis dalam
instrumen HPLC dapat mencampur beberapa pelarut bersama-sama dalam rasio
yang berubah seiring waktu, menghasilkan gradien komposisidalam fase gerak.
Berbagai detektor yang umum digunakan, seperti UV/Vis , photodiode array
(PDA) atau berdasarkan spektrometri massa . Kebanyakan instrumen HPLC
juga memiliki oven kolom yang memungkinkan penyesuaian suhu saat
pemisahan dilakukan. (Canell, R. J. P. 1998)

d. Kromatografi cair vakum (KCV). Kromatografi Cair Vakum (KCV)


merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract
menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut
memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu
dengan pompa vakum.Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau
alumunium oksida (Ghisalberti,2008).
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa
metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai
absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol
(elusi gradien) dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan
eluen (Helfman, 1983).

Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas
kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam keadaan vakum
agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang
kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi.
Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai (Hostettman,1986).

Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi kolom.
Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan
dengan perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan kolom.
Kromatografi kolom lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa
(Schill, 1978). Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan
dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua
macam, yaitu:

a.Cara Basah

Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa diam
dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke
dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk
lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan (Sarker et al.,
2006).

b. Cara kering Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase
diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan (Sarker
et al., 2006). Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki
berbagai metode seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara basah
dan cara kering (Canell, 1998). Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan
melarutkan sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam
KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa
diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama.
Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan
sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk.
Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam
dan ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Canell, 1998; Sarker et al.,
2006).

Contoh Penerapan Kromatografi Cair Vakum

 Digunakan dalam proses pemisahan senyawa flavonoid dari rimpang


 Digunakan dalam fraksinasi ekstrak etanol daun mangrove kacangan(R.
apiculata)

e. HPLC (High Performance Liquid Chromatography).

Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan


kromatografi lainnya, diantaranya adalah: cepat dalam proses analisa, resolusi
yang lebih tinggi, sensitivitas detector yang lebih tinggi, kolom yang dipakai
dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar dan
berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh dibilang sebagai teknik
tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan sistem
instrumen seperti pada kromatogarfi gas. Di dalam teknik ini juga digunakan
tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi
yang lebih baik. (Khopkar, S.M. 2002)

Jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisa kualitatif dan kuantitatifyang


digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian Farmakope Indonesia adalah
kromatografi Kolom, Kromatografi Gas, Kromatografi Kertas, Kromatografi
Lapis Tipis dan KCKT. (Khopkar, S.M. 2002)

Fungsi HPLC (High Performance Liquid Chromatography).

Penggunaan alat HPLC sangat erat kaitannya dengan dunia industri obat dan
makanan. Fungsi HPLC adalah untuk menentukan atau mengukur atau
menganalisa kadar bahan aktif pada suatu sample(obat, makanan atau herbal).
Pada beberapa kasus yang berhubungan dengan obat herbal, alat ini digunakan
untuk menentukan marker pada suatu obat herbal. (Khopkar, S.M. 2002)

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Kromatografi


a. Kromatografi Gas
Kelebihan

1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.

2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi

pemisahan yang tinggi.

3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.

4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga

analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.

5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang
sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran. (Mulja,1995)

Kekurangan

1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.

2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah
besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram
mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan
kecuali jika ada metode lain.

3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase
diam dan zat terlarut. (Mulja,1995)

b. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kelebihan

1. Cepat

2. Kolom dapat digunakan kembali


3. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik

4. Mudah rekoveri sampel f. (Mulja,1995)

Kekurangan

1. Memerlukan biaya yang banyak untuk proses pemisahannya

2. Memerlukan orang yang trampil dalam pemisahannya(Mulja,1995)

2.6 Aplikasi Teknik Kromatografi


a. Pada Bidang Bioteknologi

Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar.


Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein.
Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified
(dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa
diaplikasikan dalam pemisahan molekulmolekul penting seperti asam nukleat,
karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya. Dengan data-data yang
didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-
obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk
menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat
tersebut sehingga bisa bertahan lama. (Canell, R. J. P. 1998)

b. Pada Bidang Klinik

Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat
mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat
diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui
konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah
dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat sehingga
keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat.
Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting
terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti
spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan
kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan
dengan teknik kromatografi. Dengan alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian
menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi permasalahan dalam dunia
bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan manusia secara umum. (Canell, R. J. P.
1998)

c. Pada Bidang Forensik

Aplikasi kromatografi pada bidang forensik pun sangat membantu, terutama dilihat dari
segi keamanan. Masih lekatdalam ingatan kita, sebuah peristiwa Black September
Tragedy mengguncang Amerika pada tanggal 11 September 2001 yang ditandai dengan
runtuhnya dua gedung kesayangan pemerintah Amerika Serikat. Demikian halnya
diIndonesia yang marak dengan aksi peledakan bom yang terjadi di mana-mana.
Perhatian dunia pun akhirnya mulai beralih dengan adanya peristiwa-peristiwa
pengeboman/peledakan tersebut ke bahaya explosive (bahan peledak) dengan
peningkatan yang cukup tajam. Kini kromatrografi menjadi hal yang sangat penting
dalam menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang terkandung dalam bahan peledak.
Hal ini didorong karena dengan semakin cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apa saja
bahan peledak, maka akan makin mempercepat diambilnya tindakan oleh bagian
keamanan untuk mengatasi daerah-daerah yang terkena ledakan serta antisipasi
meluasnya efek radiasi yang kemungkinan akan mengena tubuh manusia di sekitar
lokasi ledakan. Lebih jauh lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga bisa segera
diketahui. Pada dasarnya setiap bahan peledak, baru akan meledak jika terjadi benturan,
gesekan, getaran atau adanya perubahan suhu yang meningkat. Dengan terjadinya hal-
hal seperti ini, memberikan peluang bahan peledak tersebut berubah manjadi zat lain
yang lebih stabil yang diikuti dengan tekanan yang tinggi, yang bisa menghasilkan
ledakan dahsyat atau bahkan munculnya percikan api. (Canell, R. J. P. 1998)

d. Dalam bidang lingkungan

Dalam masalah lingkungan, sebagai konsekuensi majunya peradaban manusia, berarti


permasalahan pun semakin “maju”. Salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang dan utamanya negara majuadalah persoalan global warming
(pemanasan global). Menurut survei National Institute for Environmental Studies,
Japan, tahun 2006 lalu, bahwa masyarakat di Jepang memperkirakan tingkat pemanasan
global merupakan masalah lingkungan paling serius dan tingkatannya hampir 7 kali
lipat dari satu dekade yang lalu saat polling kali pertama dilakukan pada tahun 1997.
Kontrol kondisi air hujan menjadi penting karena beberapa efek yang fatal yang
mungkin bisa terjadi, di antaranya jatuhnya hujan asam dapat meningkatkan keasaman
danau, sungai, bendungan yang pada akhirnya mungin dapatmenyebabkan kematian
pada kehidupan air. Demikian pula keasaman pada tanah dapat meningkat dan
merembes keair permukaan tanah yaitu sumber air minum sehari-hari. (Canell, R. J. P.
1998)

e. Dalam bidang farmasi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metoda pemisahancanggih


dalam analisis farrnasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, ujikemumian dan
penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawa-senyawa yang tidak
mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan
Kromatografi Gas. Banyak senyawa yang dapat dianalisis,dengan KCKT mulai dari
senyawa ion anorganik sampai senyawa organikmakromolekul. Untuk analisis dan
pemisahan obat /bahan obat campuran rasemisoptis aktif dikembangkan suatu fase
pemisahan kiral (chirale Trennphasen) yangmampu menentukan rasemis dan isomer
aktif.Pada Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979 KCKT belum digunakansebagai
suatu metoda analisis baik kualitatif maupun kuantitatif. Padahal diFarmakope negara-
negara maju sudah lama digunakan, seperti Farmakope AmerikaEdisi 21 (United State
of Pharmacopoeia XXI), Farmakope Jerrnan Edisi 10 (DeutchesArzneibuch 10).Pada
Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 sudah digunakan KCKT dalamanalisis
kualitatif maupun kuantitatif dan uji kemumian sejumlah 277 (dua ratustujuh puluh
tujuh) obat/bahan obat. Perubahan yang sangat spektakuler dari Farmakope Indonesia
Edisi IV Tahun 1995 ini menunjukkan bahwa PemerintahIndonesia melalui Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
benar-benar telah mengikuti perkembangan dankemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi canggih dalam bidang analisis obat. (Canell, R. J. P. 1998)

f. Aplikasi dalam bidang lainnya

Sebenarnya masih sangat banyak aplikasi kromatografi dalam bidang-bidang keilmuan


lainnya. Beberapa aplikasi tersebut misalnya dalam industri kertas, pertambangan,
proses logam, petrokimia, pertanian, kedokteran dan lain-lain. Namun karena
keterbatasan ruang, dalam tulisan ini penulis hanya menampilkan beberapa contoh
peran serta kromatografi dalam memudahkan dan mempercepat perolehan “target data”
dalam beberapa bidang yang tersebut diatas. (Canell, R. J. P. 1998)
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponenkomponen


yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam. Fasa
diam sebagai pemisah campuran, dan fasa gerak sebagai pembawa campuran.
b. Pada prinsipnya semua cara pemisahan kromatografi mengalami proses yang sama
yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak dengan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.

c. Kromatografi berdasarkan prinsip/mekanisme pemisahannya pemisahannya,


kromatografi dapat dibedakan menjadi:

(a) kromatografi adsorpsi;

(b) kromatografi partisi;

(c) kromatografi penukar ion;

(d) kromatografi eksklusi ukuran;

(e) kromatografi afinitas.

Kromatografi berdasarkan fase yang digunakan dapat dibedakan menjadi

(a) kromatografi padat cair;

(b) kromatografi padat cair;

(c) kromatografi cair cair (k.partisi);

(d) kromatografi gas cair.

Kromatografi berdasarkan alat yang digunakan dapat dibedakan menjadi

(a) kromatografi planar;

(b) HPLC;

(c) kromatografi kertas;

(d) kromatografi cair kinerja tinggi;

(e) kromatogarfi vakum;


(f) kromatografi kolom.

d. Teknik pemisahan kromatografi dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang dalam


kehidupan sehari-hari seperti bioteknologi, klinik, forensik, lingkungan, industri,
pertanian, pertambangan, kedokteran dan bidang-bidang lainnya.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan isi maupun referensi yang
digunakan, sehingga disarankan kepada pembaca makalah ini untuk mencari referensi
tambahan yang terkait. Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, dimohon
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta:Andi Offset.

Canell, R. J. P. 1998. Natural Products Isolation Methods in Biotechnology ; 4.


Totowa:Humana Press.

Fatma, L. 2009. Bahaya Kimia Sampling dan Pengukuran Kontaminan di Udara.


Jakarta:EGC.

Ghisalberti, E.L. 2008. Detection and Isolation of Bioactive Natural Products


dalam Bioactive Natural Product: Detection, Isolation, and Structural
Deteermination 2nd Edition. New York: CRC Press.

Johnson, E.L. dan Stevenson, R. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Penerjemah:


Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Mulja, M. S. 1995. Analisis Instrumen. Surabaya: Airlangga University Press.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sarker, et. al. 2006. Natural Products Isolation. Totowa: Humana Press.

Underwood, A.L dan Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif edisi ke-6.
Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai