Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

“KROMATOGRAFI KERTAS”

Disusun oleh:

Disusun Oleh:

HANINDA NOER SAFITRI

P24840118042

2B

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

JURUSAN FARMASI

TAHUN AJARAN 2020/2021


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................... i

I. Tujuan Percobaan.......................................................................................................1
II. Dasar Teori.................................................................................................................1
III. Prinsip Kromatografi Kertas......................................................................................5
IV. Fungsi Kromatografi Kertas ......................................................................................5
V. Keuntungan dan Kekurangan Kromatografi Kertas...................................................6
VI. Alat dan Bahan .........................................................................................................6
VII. Cara Kerja………………………………………………………………………….. 6
VIII. Hasil……………………………..…………………………………………………..8

PENUTUP.............................................................................................................................

IX. Pembahasan...............................................................................................................10
X. Kesimpulan................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

i
I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa memahami prinsip - prinsip dasar kromatografi kertas


2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan cara kerja kromatografi kertas menggunakan sampel
spidol warna.
3. Mahasiswa mampu menghitung nilai Rf
4. Mahasiswa mengetahui pengaruh fase gerak terhadap nilai Rf
5. Mahasiswa dapat membedakan kromatografi mendatar dan kromatografi menaik

II. DASAR TEORI

Menurut farmakope Indonesia edisi IV, kromatografi didefinisikan sebagai prosedur


pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi differensial dinamis dalam sistem yang
terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan
dalam arah tertentu dan di dalamnya zat -zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas,
disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul
atau kerapatan muatan ion.
Secara singkat dapat dikatakan , kromatografi adalah suatu cara pemisahan
berdasarkan perbedaan pengikatan zat-zat dalam campuran oleh suatu sistem dua fase, yaitu
fase stasioner (diam, tidak bergerak) dan fase mobil (bergerak). Pengikatan oleh fase-fase itu
bersifat reversibel.
Kromatografi kertas biasa di pakai dalam menganalisa senyawa-senyawa kimia yang
terkandung dalam simplisia ataupun bahan lainnya. Keuntungan utama kromatografi
kertas ialah dari proses kemudahannya dan kesederhanaannya dalam pelaksanaan pemisahan
yaitu hanya pada lembaran kertas saring yang berlaku sebagai medium pemisahan dan juga
sebagai penyangga. Selain itu keuntungan menggunakan kromatografi kertas ialah
keterulangan bilangan Rf yang besar pada kertas sehingga pengukuran Rf dapat menjadi
parameter yang berharga dalam memaparkan senyawa tumbuhan baru.
Hasil pemisahan dianalisis berdasarkan harga atau nilai faktor retardasi (Rf) pada
masing-masing noda, bercak atau spot yang dihasilkan pada pelarut yang sama. Apabila
diperoleh jarak noda yang sama dengan sampel standar, berarti sampel yang dianalisis sama
dengan sampel standar. Perhitungan niali Rf dilakukan dengan cara membagi jarak yang
ditempuh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh pelarut.
Faktor retardasi (Rf) merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada
kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan reproduksibel. Rf
didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang
ditempuh pelarut (fase bergerak).

Rf = jarak yang ditempuh oleh zat yang dilarutkan /  jarak yang ditempuh oleh pelarut

1
Tabel 1. Jenis-jenis kromatografi
Fase
Fase diam Prinsip Teknik kerja
bergerak
Gas Padat Adsorpsi Kromatografi gas-padat
Adsorpsi, Kromatografi kolom, KLT
Cair Padat
partisi dan kromatografi kertas
Kromatografi kolom, KLT
Cair Cair Partisi
dan kromatografi kertas
Gas Cair Partisi Kromatografi gas-cair

Jenis-jenis kromatografi dapat digolongkan berdasarkan berbagai kriteria, yaitu :

1. Berdasarkan mekanisme pengikatan zat


a. Kromatografi Penjerapan (adsorption chromatography)
Pada kromatografi ini zat teradsorpsi pada permukaan partik fase stasioner/padat.
b. Kromatografi Partisi (partition chromatography)
Pada kromatografi partisi zat terbagi/terlarut dalam cairan fase stasioner dan fase mobil
c. Kromatografi Pertukaran Ion (ion exchange chromatography)
Pada kromatografi ini, ion zat terikat pada fase stasioner/padat yang bersifat penukar ion.
d. Kromatografi Eksklusi (exclusion chromatography, gel permeation chromatography)
Pada kromatografi eksklusi, molekul zat terjaring/terserap didalam pori-pori fase stasioner
e. Kromatografi Afinitas (affinity chromatography)
Pada kromatografi ini zat terikat secara biospesifik, misalnya enzim-substrat, antigen-
antibodi, hormon-reseptor
2. Berdasarkan Fasenya
a. Kromatografi Cairan (liquid chromatography)
- Kromatografi cairan-cairan (liquid-liquid chromatography)
- Kromatografi cairan-padatan (liquid-solid chromatography)
b. Kromatografi gas (gas chromatography)
- Kromatografi gas-cairan (gas-liquid chromatography)
- Kromatografi gas-padatan (gas-solid chromatography)
Cairan dapat berlaku sebagai fase stasioner dengan bantuan zat padat sebagai
penyangga/pendukung
3. Berdasarkan kriteria lain
a. Penempatan fase stasionernya dalam tabung (kromatografi kolom, coloumn
chromatography) atau pada permukaan bidang (kromatografi planar, planar
chromatogruphy)
b. Arah gerak fase mobilnya (kromatografi menaik, kromatografi menurun, kromatografi
mendatar)

2
Secara praktis, biasanya dibedakan jenis-jenis kromatograf sebagai berikut :
1. Kromatografi kolom konvensional, kromatografi cairan dengan mekanisme pemisahan
yang beragam
2. Kromatografi kertas (paper chromatography), tergolong kromatografi cairan planar dengan
mekanisme pemisahan partisi yang dominan
3. Kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography),tergolong kromatografi cairan planar
dengan mekanisme pemisahan yang beragam
4. Kromatografi gas (gas chromatography)
5. Kromatografi cairan kinerja tinggi (high performance liquid chromatography)
Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan dalam penctapan kadar dan pengujian farmakope Indonesia adalah kromatografi
kolom, kromatografi gas kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan kromatograti cair
kineria tinggi.
Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih bermanfaat untuk
tujuan identifkasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom memberikan pilhan fase
diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif
dari suatu campuran. Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi kedua-duanya
membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakan metode dengan resolusi
tinggi yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan secara kuantitatif bahan dalam jumlah
yang sangat kecil.
Dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis, perbandingan jarak rambat
(diukur sampai titik yang memberikan intensias maksimum pada bercak) suatu senyawa
tertentu terhadap jarak rombat fase gerak, diukur dari titik penotolan, dinyatakan sebagai
harga Rf suatu senyawa tersebut. Perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu dengan
jarak perambatan baku pembanding dinyatakan sebagai harga Rr. Harga Rf berubah sesuai
dengan kondisi percobaan, karena itu identifikas sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
baku pembanding yang sama dengan uji kromatogram yang sama. Jika zat uji yang
didentifkasi dan baku pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam warna dan harga Rf
pada semua kromatogram, dan kromatogram dari campuran menghasilkan harga Rr adalah
1,0.
Bercak yang dihasilkan kromatografi kertas atau lapis tipis letaknya dapat ditetapkan
dengan :
1. Pengamatan langsung jika senyawanya tampak pada cahaya biasa, cahaya ultraviolet
gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm)
2. Pengamatan dengan cahaya biasa atau cahaya ultraviolet setelah disemprot dengan pereaksi
yang membuat bercak tersebut tampak (pereaksi sebaiknya disemprotkan melalui alat
pengabut)
3. Menggunakan pencacah Geiger-muller atau tchnik autoradiografi jika terdapat zat
radioaktif
4. Menempatkan potongan penjerap dan zat pada media pembiakan yang telah ditanam untuk
melihat hasil stimulasi atau hambatan pertumbuhan bakteri
Kromatografi kertas tergolong kromatogralfi cairan dengan kertas sebagai zat padat
pendukung. Karena kertas/serat-serat selulosa merupakan adsorben lemah yang hidrofil,

3
adsorpsi zat oleh kertas tidak terlalu kuat dan akan terdesak oleh air. Air itu bagian yang lebih
polar dari cairan yang dipakai sebagai eluen, akan berlaku sebagai fase stasioner, jadi
komatografi kertas dapat digolongkan sebagai jenis kromatografi cairan-cairan dan
mekanisme pemisahan yang dominan adalah partisi. Oleh gaya kapiler dari kertas, fase mobil
dapat bergerak nalk, nendatar maupun menurun.
Untuk kromatografi menaik dipakai kertas yang panjangnya sekitar 20 cm, pada
kromatografi menurun, panjang kertas dapat mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan
kromatografi mendatar sirkulasi memerlukan kertas dengan diameter 10 - 20 cn. Kertas
kromatografi berupa kertas saring khusus, dengan lebar tidak kurang dari 2,5 cm, tidak lebih
lebar dari panjang bak pelarut dan dipotong lebih kurang sama dengan tinggi bejana.
Eluen (juga discbut pelarut, cairan pengelusi, cairan pengembang, cairan pneghantar)
pada kromatograf kertas biasanya merupakan campuran 2 komponen atau lebih. Yang berlaku
sebagai fase mobil selanjutnya adalah bagian campuran yang kurang polar.
Zat atau campuran yang diperiksa dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian
diteteskan pada kertas dengan bantuan pipet kapiler. Titik penetesan zat kira-kira z cm dari
tepi bawah kertas (pada elusi menaik) atau padd jarak yang sesuai, sehingga letak titik itu
beberapa cm dibawah eluennya (pada elusi menurun)
Elusi dilakukan setelah eluen ditempatkan dalam bejana yang sesuai. Bejana itu
kemudian dijenuhkan dengan uap eluernya dengan cara menutupnya dan mendiamkannya
selama beberapa jam. Penjenuhan akan Iebih baik dengan cara meletakkan kertas saring yang
dibasahi dengan eluen pada dinding dalam bejana. Ujung kertas dicelupkan ke dalam eluen,
dengan menjaga agar zat yang diperiksa tidak terendam Kertas hendaknya tidak menyentuh
dinding bejana. Jarak elusi normal pada elusi menaik adalah 15 cm, pada elusi menurun jarak
itu sangat bervariasi.

Kromatografi kertas umumnya dilakukan sebagai berikut :

1.Persiapan
a. Keras kromatogafi dipotong menurut ukuran yang dinginkan dan siapkan titik penotolan
(dengan pensil)
 Menaik
Ukuran kertas 13 x 5 cm, garis awal 1,5 cm dari tepi bawah, titik-titik penotolan zat
pada garis itu dengan jarak 0,5 - 1 cm.
 Sirkular
Ukuran kertas 10x10 cm, gari awal berupa lingkaran berdiameter 15 cm ditengah
kertas, titik titk penotolan zat pada lingkaran itu dengan jarak antara yang sama (
misalnya 6o" untuk 6 titik penotolan). Lubangi pusat kertas, beri sumbu dari gulungan
kertas ixi cm.
b. Eluen.
Eluen sebanyak 50 ml untuk bejana besar dan 15 - 25 ml untuk bejana kecil, tinggi eluen
dalam bejana 0,5 cm.
Komponen-komponen eluen yang dapat bercampur dicampur langsung dalam bejana elusi.
Bila ada komponen-komponen yang tidak dapat bercampur, pengocokan dan pemisahan
dilakukan dengan bantuan corong pisah.

4
Isikan eluen ke dalam bejana elusi, jenuhkan.
c. Larutan Uji
Larutan zat uji disiapkan sesuai masing -masing prosedur
d. Cara deteksi
Amati kromatogram, dengan cara deteksi yang sesuai

2. Prosedur Kerja
 Kromatografi Menaik
a. Totolkan larutan uji pada titik - titik yang telah disiapkan, usahakan bercak awal sekecil
mungkin, biarkan pelarutnya menguap.
b. Tempatkan kertas dalam bejana elusi yang telah mengandung eluen, ujung kertas tercelup
ke dalam eluen, tetapi zat uji tetap di atas permukaan eluen.
c. Elusi, biarkan eluen merambat sampai jarak 10 cm
d. Angkat kertas, tandai batas elusi, biarkan eluen menguap
e. Amati kromatogram dengan cara deteksi yang sesuai. Hitung harga Rf.

 Kromatografi sirkular
a. Totolkan larutan uji pada titik - titik yang telah disiapkan pada kertas 10 x 10 cm
b. Tempatkan eluen sebanyak z ml pada kaca arloji Ø 10 cm
c. Elusi secara mendatar (horizontal) dengan mencelupkan sumbu kertas ke dalam eluen,
biarkan eluen merambat sampai 1 cm dari tepi kertas
d. Angkat kertas, tandai batas elusi, biarkan eluen menguap
e. Amati kromatogram dengan cara deteksi yang sesuai. Hitung harga Rf.

III. PRINSIP KROMATOGRAFI KERTAS

Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, dimana adsorbsi


didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase
diam dan kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh
pelarut  jika memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase
gerak. Sedangkan prinsip kerja kromatografi kertas adalah pelarut bergerak lambat pada
kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan
berdasarkan pada perbedaan bercak warna.

IV. FUNGSI KROMATOGRAFI KERTAS

1.  Penguraian tinta.
2. Pemguraian klorofil.
3. Identifikasi pewarna makanan dan minuman.
4. Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar.
Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air
dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi)

5
V. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KROMATOGRAFI KERTAS

Kelemahan dan Kekurangan Kromatografi kertas


Kelebihan:
a. Alat dan bahan yang digunakan sederhana
b. Lebih terjangkau 
Kekurangan
Hasil dari analisis kurang begitu akurat

VI. ALAT DAN BAHAN

Alat:
Bejana kromatografi, lampu UV, kertas kromatografi, microcap (alat penotol), waterbath,
tabung reaksi, cawan penguap, kaca arloji, alat gelas lainnya
Bahan
Spidol berbagai warna, etanol, kloroform

VII. CARA KERJA

 Kromatografi Menaik :
1. Pembuatan Fase gerak
Fase gerak : Etanol : kloroform (1 :1) sebanyak 5 ml
Etanol : kloroform (4 :1) sebanyak 5 ml
Etanol : kloroform (1 : 4) sebanyak 5 ml
Masukkan masing-masing pelarut sesuai volumenya ke dalam beaker glass (atau langsung
dalam bejana kromatografi), aduk hingga homogen.
2. Penjenuhan Bejana
Masukkan 5 ml fase gerak ke dalam bejana kromatografi dan biarkan dalam keadaan
tertutup selama 24 jam hingga bejana jenuh. Untuk membantu penjenuhan dapat
diletakkkan kertas saring yang telah dibasahi eluen pada dinding dalam dari bejana
kromatografi.
3. Persiapan Kertas Kromatografi
Siapkan kertas dengan ukuran P : 10 cm dan L : 4 cm, jarak noda : 1cm, jarak titik totol 1
cm dari dasar kertas, dan jarak elusi : 8 cm
4. Pembuatan Larutan Percobaan
Spidol atau tinta berwarna langsung ditotolkan pada kertas kromatografi.
5. Penotolan (Spotting)
Totolkan spidol dengan ukuran totoal sekecil mungkin, kemudian ulangi 2 kali lagi,
sehingga konsentrasi tinta cukup pada titik totol. Beri tanda sesuai nama/merk spidol atau
tintanya.

6. Elusi

6
Masukkan kertas kromatografi yang telah ditotolkan ke dalam bejana kromatografi dengan
bantuan tali agar kertas terletak dalam posisi berdiri, dengan bagian bawah menyentuh
dasar bejana. Biarkan fase gerak naik hingga jarak elusi 8 cm. Angkat kertas kromatograf,
biarkan mengering atau dengan bantuan hair dryer, deteksi noda dengan uap ammonia,
amati hasil di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Beri tanda pada noda dengan pensil.
Hitung Rf-nya!

 Kromatografi Mendatar (Sirkular)


1. Pembuatan Fase gerak
Fase gerak : Sama dengan kromatografi menaik. Volume 2 ml.
2. Penjenuhan Bejana
Masukkan 2 ml fase gerak ke dalam kaca arloji diameter 1o cm dan tutup dengan kaca
arloji lagi di atasnya.
3. Persiapan Kertas Kromatografi
Siapkan kertas dengan ukuran diameter : 10 cm, beri lubang ditengahnya, dan masukkan
tali benang ke dalamnya beri simpul. Jarak titik totol 0,5 cm dari tengah lingkaran, jarak
noda : 0,5 cm, jarak elusi : 4,5 cm (beberapa mm dari tepi kertas).
4. Pembuatan Larutan Percobaan
Spidol atau tinta berwarna langsung ditotolkan pada kertas kromatografi.
5. Penotolan (Spotting)
Totolkan spidol dengan ukuran totoal sekecil mungkin, kemudian ulangi 2 kali lagi,
sehingga konsentrasi tinta cukup pada titik totol. Beri tanda sesuai nama/merk spidol atau
tintanya.
6. Elusi
Masukkan kertas yang telah ditotolkan ke dalam kaca arloji dengan posisi tali menyentuh
pelarut. Biarkan fase gerak naik hingga jarak elusi 9 cm, Angkat kertas kromatograf,
biarkan mengering atau dengan bantuan hair dryer, amati pemisahan warna yang tcrjadi.
Hitung Rf masing-masing noda ter terpisah.

7
VIII. HASIL

1. Pemisahan campuran tinta biru dan merah

No. Sampel Jarak yang ditempuh Jarak yang Nilai Rf


oleh zat yang ditempuh
dilarutkan solvent
1. Tinta biru 14,7 cm 15 cm 0,98
2. Tinta merah 13,2 cm 15 cm 0,88

Perhitungan nilai Rf
Jarak yang ditempuh oleh zat yang dilarutkan 14,7
Tinta biru = = = 0,98
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 15
Jarak yang ditempuh oleh zat yang dilarutkan 13,2
Tinta merah = = =
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 15
0,88

8
2. Pemisahan pigmen ekstrak daun bayam

No. Sampel Jarak yang ditempuh Jarak yang Nilai Rf


oleh zat yang ditempuh
dilarutkan solvent
1. Orange 14,1 cm 15 cm 0,94
(karoten)
2. Kuning 13,4 cm 15 cm 0,89
(xanthophyll)
3. Hijau terang 6,9 cm 15 cm 0,46
(klorofil A)
4. Hijau gelap 3,3 cm 15 cm 0,22
(klorofil B)

Perhitungan nilai Rf
Ekstrak daun bayam
Jarak yang ditempuh oleh zat yang dilarutkan 14,1
- Warna orange = = =
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 15
0,94
Jarak yang ditempuh oleh zat yang dilarutkan 13,4
- Warna kuning = = =
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 15
0,89

9
Jarak yang ditempuh oleh zat yang dilarutkan 6,9
- Warna hijau terang = = =
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 15
0,46
Jarak yang ditempuh oleh zat yang dilarutkan 3,3
- Warna hijau gelap = = =
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 15
0,22

IX. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, membahas tentang pemisahan campuran tinta merah dan biru
serta pemisahan pigmen pada ekstrak daun bayam dengan metode kromatografi kertas yaitu
kromatografi menaik. Sampel yang digunakan yaitu campuran tinta biru dan merah, dan
ekstrak daun bayam. Pelarut yang digunakan yaitu aquadest dan isopropyl alcohol.
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi
suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Mekanisme pemisahan dengan
kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben
dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa.
Kelebihan dari kromatografi kertas adalah prosesnya relative cepat dan membutuhkan
sedikit material untuk diuji. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut
yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam, bisa menggunakan air,
etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan (Pudjaatmaka, 1989).
Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan dan mengidentifikasi zat warna dalam
tinta dan dalam ekstrak daun bayam secara kromatografi kertas. Pada percobaan ini prosedur
kerjanya terbagi atas dua, yaitu proses penjenuhan eluen dan proses pemisahan komponen-
komponen dalam tinta melalui kromatografi kertas (Staf Pengajar Pemisahan analitik, 2013).
Nilai Rf tergantung oleh suhu dan polaritas solvent yang digunakan. Ketika zat kimia
benwarna ditempatkan pada kertas Whatman, warna-warnanya akan memisahkan diri dari
sampel karena terbawa oleh fasa gerak. Jika sampel mengandung lebih dari satu warna, hal
tersebut menandakan bahwa sampel mengandung lebih dari satu senyawa. Karena perbedaan
struktur kimia, kemungkinan besar molekul mempunyai sedikit perbedaan polaritas, yang
akhirnya juga akan mempengaruhi kelarutan pada solvent. Kelarutan yang tidak sama
menyebabkan banyak molekul warna akan terbawa oleh solvent. Semakin mudah larut,
molekul akan bermigrasi lebih tinggi pada kertas sehingga nilai Rf menjadi besar. Jika Rf

10
bernilai nol, zat terlarut tertinggal di fase diam dan sama sekali tidak terbawa oleh fase gerak.
Jika Rf bernilai satu, maka zat terlarut tidak mempunyai daya tarik terhadap fase diam dan
terbawa secara sempurna oleh fasa gerak.
Setelah percobaan ini praktikan terdapat pemisahan warna pada ekstrak daun bayam.
Pada daun bayam terdapat 4 warna componen, yaitu jingga, kuning, hijau muda dan hijau tua.
Jarak bergerak komponen jingga yaitu 14,1 cm , kuning yaitu 13,4 cm, hijau muda yaitu 6,9
cm dan hijau tua yaitu 3,3 cm.
Dan dari percobaan tersebut diperoleh hasil nilai Rf masing – masing untuk tinta biru
sebesar 0,98 dan untuk tinta merah sebesar 0,88. Sedangkan dalam ekstrak daun bayam
terdapat pemisahan pigmen warna yaitu Orange (Karotin), Kuning (Xanthophyll), Hijau muda
(Klorofil A), Hijau tua (Klorofil B). Nilai Rf masing – masing yaitu untuk Karotin sebesar
0,94, Xanthophyll sebesar 0,89, Klorofil A sebesar 0,46, Klorofil B sebesar 0,22.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar jarak bergeraknya senyawa maka nilai
Rfnya juga semakin besar.

X. KESIMPULAN

1. Berdasarkan tujuan dan hasil percobaan yang diperoleh pada percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, di
mana adsorbs didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang
diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen berpengaruh
karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut  jika memiliki kepolaran
yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fasegerak
Nilai Rf yang didapat berdasarkan perhitungan adalah :
 Tinta
Tinta biru : 0,98
Tinta merah : 0,88
 Ekstrak daun bayam
Orange (Karotin) : 0,94
Kuning (Xanthophyll) : 0,89
Hijau muda (Klorofil A) : 0,46
Hijau tua (Klorofil B) : 0,22
2. Pengaruh fase gerak terhadap nilai Rf yaitu dimana solvent sebagai fase gerak,
semakin mudah larut, molekul akan bermigrasi lebih tinggi pada kertas sehingga
nilai Rf menjadi besar. Jika Rf bernilai nol, zat terlarut tertinggal di fase diam dan
sama sekali tidak terbawa oleh fase gerak. Jika Rf bernilai satu, maka zat terlarut
tidak mempunyai daya tarik terhadap fase diam dan terbawa secara sempurna oleh
fase gerak.
3. Semakin besar Rf semakin besar jarak bergeraknya senyawa
4. Kromatografi kertas yang diklasifikasikan berdasarkan arah dari fase geraknya
yaitu kromaografi ascending dan descending. Metode ascending (menaik)

11
dilakukan dengan memanfaatkan gaya kapiler, sedangkan metode descending
(menurun) dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
Tim Penyusun, Buku Panduan Praktikum Fitokimia, Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Jakarta II, 2013
http://nopitapurnamadewi.blogspot.com/2014/03/makalah-instrumen-kromatografi-
kertas.html
http://chemistry-analyst1.blogspot.com/2013/06/definisi-dan-macam-kromatografi.html
http://imansyahrul.blogspot.com/2014/06/kromatografi-kertas-dan-klt.html
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI, Jakarta.
Haryadi.1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai