0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
155 tayangan16 halaman
Kromatografi kertas digunakan untuk mengidentifikasi zat warna sintetis pada agar-agar di pasar. Metode ini berhasil mengidentifikasi zat warna Carmoisin, Green S, Tartrazin, Sunset Yellow, dan Tartrazin pada sampel agar-agar. Hasilnya sesuai dengan standar keamanan pangan.
Kromatografi kertas digunakan untuk mengidentifikasi zat warna sintetis pada agar-agar di pasar. Metode ini berhasil mengidentifikasi zat warna Carmoisin, Green S, Tartrazin, Sunset Yellow, dan Tartrazin pada sampel agar-agar. Hasilnya sesuai dengan standar keamanan pangan.
Kromatografi kertas digunakan untuk mengidentifikasi zat warna sintetis pada agar-agar di pasar. Metode ini berhasil mengidentifikasi zat warna Carmoisin, Green S, Tartrazin, Sunset Yellow, dan Tartrazin pada sampel agar-agar. Hasilnya sesuai dengan standar keamanan pangan.
kromatografi partisi dimana fase geraknya adalah air yang disokong oleh molekul- molekul selulosa dari kertas. Kertas yang digunakan adalah kertas whatman nomer 1 dan kertas yang lebih tebal yaitu kertas whatman nomer 3 biasanya untuk pemisahan campuran dalam jumlah yang lebih besar karena dapat menampung lebih banyak cuplikan (Sastrohamidjoyo, 1991). JENIS-JENIS 1. Kromatografi kertas satu arah Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel tinta diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang sama. Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak diatasnya. Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas 2. Kromatografi kertas dua arah Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan ke depan dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas. PRINSIP KERJA Anggaplah kita mempunyai tiga pena biru dan akan mencari tahu dari tiga pena itu, yang mana yang digunakan untuk menulis sebuah pesan. Sampel dari masing-masing tinta diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang sama.
Dalam gambar, pena ditandai 1, 2 dan 3 serta tinta pada
pesan ditandai sebagai M Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis pada bercak di atasnya. Kadang- kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelaskimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.
Gambar tidak menunjukkan terperinci bagaimana kertas digantungkan
karena terlalu banyak kemungkinan untuk mengerjakannnya dan dapat mengacaukan gambar Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari campuran tinta akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Gambar menunjukkan apa yang tampak setelah pelarut telah bergerak hampir seluruhnya ke atas
Dengan sangat mudah dijelaskan melihat dari kromatogram akhir dari
pena yang ditulis pada pesan yang mengandung pewarna yang sama dengan pena 2. Kita juga dapat melihat bahwa pena 1 mengandung dua campuran berwarna biru yang kemungkinan salah satunya mengandung pewarna tunggal terdapat dalam pena 3. Meskipun kromatografi kertas sangat mudah pengerjaannya, tetapi sangat sulit dijelaskan apabila membadingkannya dengan kromatografi lapis tipis. Penjelasannya tergantung tingkatan pemilihan pelarut yang digunakan. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Kelebihan: 1. Tidak diperlukan peralatan yang teliti dan mahal 2. Hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan yang sangat sederhana 3. Senyawa yang terpisah dapat dideteksi pada kertas dan dapat diidentifikasi Kekurangan : 1. Banyaknya masalah yang menyangkut cara memasukkan fasa gerak, perambatan fasa gerak, dan penggumpalan 2. Lebih lama karena panjang kertas bisa hingga 50 cm 3. Keterbatasan parameter yang diuji PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Jurnal dengan judul “IDENTIFIKASI ZAT WARNA SINTETIS PADA AGAR-AGAR TIDAK BERMERK YANG DIJUAL DI PASAR DORO PEKALONGAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI KERTAS”. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : gelas piala 100 ml, pengaduk kaca, bejana elusi, benang wool bebas lemak, kertas kromatografi (Whatmann, No. l), tusuk gigi, cawan porselen. Bahan yang dipakai adalah : Sampel rnakanan agar-agar, asam acetat 6 Yo, larutan ammonium 12,5 Yo, trinatrium citrat, etil metil keton, amoniak pekat, aceton, aquadest. CARA KERJA Prosedur pemeriksaan secara kualitatif dengan metode kromatografi kertas. Persiapan sampel Sejumlah 3 buah agar-agar dimasukkan dalam becker glass dan diasamkan dengan CH3COOH 6 o/o dengan pH 4. Benang wool diambil dan lunturan dipekatkan. Hasil pekatan ditotolkan pada kertas. kromatografi dan ditotolkan juga baku pewarna yang sesuai dengan warna sampel. Dieluasikan dengan jarak rambat eluasi 12 cm. (Eluen I) 1. Etil metil keton 70 ml, Aceton 30 ml, Aquadest 30 ml. (Eluen II) Trinatrium citrat 2 gram, Aquadest 95 ml, NH3: 5 ml Diencerkan 5 ml Amoniak pekat dengan aquadest hingga 100 ml dan ditambahkan 2 gr Trinatrium Citrat HASIL Setelah dielusikan dengan Eluen I dan II didapatkan hasil bahwa sampel dengan kode B mengandung zat warna campuran yaitu Hijau dan Kuning sesuai dengan baku Green S dan Tartrazin karena warna bercak sampel sama dengan warna bercak baku selisih harga Rf antara sampel dan baku eluen l untuk warna hijau 0,01 dan kuning 0,02 sedangkan eluen ll warna hijau 0,02 dan warna kuning 0,02. Setelah dielusikan dengan Eluen I dan II didapatkan hasil bahwa sampel dengan kode C mengandung zat warna sintetis tunggal yaitu Sunset Yellow, karena warna bercak sampel sama dengan warna bercak baku dan selisih harga Rf antara sampel baku Eluen I 0,02 sedangkan sampel Eluen II 0,03 Setelah dielusikan dengan Eluen I dan lI didapatkan hasil bahwa sampel dengan kode D mengandung zat wama sintesis tunggal yaitu Tatrazin, karena warna bercak sarnpel sama dengan wama bercak baku dan selisih harga Rf antara sampel dan baku Eluen l 0,02 sedangkan Eluen lI 0,02. Uji zat war-na secara kualitatif dengan metode Kromatografi kertas dengan menggunakan baku warna Carmoisin, Eritrosin, Green S, Tartrazin, Sunset Yellow. Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa zat wama sintetis yang ditambah pada makanan agar-agar Sampel A Catmoisin, Sampel B Green S dan Tartrazin Sampel C Sunset Yellow, sampel D Tartrazin. Pewama tersebut merupakan zat wama sintetis yang diijinkan penggunaannya oleh PerMenKes RI No. 722 MenKes/Per/l988 tentang bahan tambahan makanan. KESIMPULAN 1. Sampel A mengandung zat warna sintesis merah yaitu Carmoisin, dan Sampel B mengandung zat warna sintetis hijau dan kuning yaitu Green S dan Tartrazin, Sampel C mengandung zat warna sintetis Orange yaitu Sunset Yellow, dan Sampel D mengandung zat warna sintetis kuning yaitu T artrazin. 2. Zat warna yang terkandung dalam sampel A, B, C, D sesuai dengan PerMenKes RI No. 7221 Menkes/ Per/ 1988 tentang Bahan tambahan Makanan.