Anda di halaman 1dari 15

TINGKAT KINERJA KONSELOR PROFESIONAL

Abdul Murad
Universitas Islam Sumatera Utara, Jl. Karya Bakti No.36 Medan 20143
e-mail: abdulmurad18@yahoo.com

Abstract: The Performance Level of Professional Counselors. The study was aimed at describing the
performance level of professional counselors with regard to educational background and school climate.
Analytic-descriptive method was applied in the study. The sample of the study consisted of 64 state senior
high school counselors in Bandung, Malang, and Padang. The data were collected using a questionnaire,
which were finally analyzed descriptively. The results of this study indicated that the counselors who
had the counseling education background were at a high level of performance and those who did not
have the counseling education background were at the medium level of performance. Those who worked in
the supportive school climate were at high level of performance and those who worked in the less sup-
portive school climate were at the medium level of performance.

Abstrak: Tingkat Kinerja Konselor Profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat
kinerja konselor profesional ditelaah dari latar belakang pendidikan dan iklim sekolah. Penelitian ini meng-
gunakan metode deskriptif analitik. Sampel penelitian terdiri dari 64 konselor SMAN di kota Bandung,
Malang, dan Padang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, yang akhirnya dianalisis secara deskriptif.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja konselor yang berlatar belakang pendidikan
konseling berada pada kategori tinggi. Sebaliknya, tingkat kinerja konselor yang bukan berlatar belakang
pendidikan konseling berada pada kategori sedang. Tingkat kinerja konselor yang bertugas dalam iklim
sekolah yang suportif berada pada kategori tinggi dan tingkat kinerja konselor yang bertugas dalam iklim
sekolah yang kurang suportif berada pada kategori sedang.

Kata Kunci: konselor profesional, kinerja konselor, latar pendidikan, iklim sekolah

Penelitian ini diawali dari ketidakpuasan pengguna Pelaksanaan konseling oleh guru pembimbing belum
layanan konseling terhadap kinerja konselor dan guru sesuai dengan yang diharapkan, yakni masih kurang-
pembimbing di sekolah. Penelitian terdahulu umum- nya kemampuan pembimbing dalam menangani dan
nya mendukung fenomena tersebut dengan menemu- menggali masalah yang dihadapi siswa.
kan fakta, sebagian orang tua (38%) belum mengakui Kondisi di atas secara umum dikontribusi aspek-
signifikansi dan eksistensi program Bimbingan Kon- aspek penentu profesionalisme konselor, yaitu aspek
seling (BK) karena alasan kurang profesionalnya para pre-service training, organisasi profesi, komitmen
guru pembimbing dalam menjalankan tugas (Supri- individual, in-service training, seperti adanya PKG/
adi, 1990). Melalui studi pendahuluan terhadap guru Musyawarah Guru Bimbingan Penyuluhan (MGBP),
pembimbing di SMAN di Medan ditemukan sejumlah regulasi, supervisi konselor dan pendekatan kolabo-
guru pembimbing yang menunjukkan perilaku kurang ratif yang dipandang memberi urunan bagi tingginya
profesional dan bukan berlatar pendidikan konselor, kinerja profesionalisme konselor. Ditinjau dari aspek
melainkan guru bidang studi yang diserahi tanggung pre-service training, tindakan dan tujuan profesiona-
jawab menyelenggarakan BK. Banyak petugas ber- lisasi hendaknya dimulai dari penyeleksian maupun
latar belakang pendidikan sarjana muda maupun perekrutan calon konselor berdasarkan kompetensi,
sarjana yang berkeahlian bukan BK. Perbandingan sumber daya, kurikulum, praktikum, tuntutan praktik
jumlah konselor dan siswa belum rasional, program kerja lapangan yang tersupervisi. Jika aspek-aspek di
kerja BK bersifat insidental; pengakuan dan keter- atas diselenggarakan sesuai dengan standar pendidikan
libatan masyarakat terhadap BK belum cukup; be- konselor ideal maka kesiapan calon konselor mema-
lum terampil melakukan konseling, tes serta non-tes. suki lapangan tugas akan semakin tinggi. Demikian

339
340 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, Juni 2011, hlm. 339-353

pula organisasi profesi konseling, dalam hal ini Aso- Terdapat karakteristik konselor yang berhubungan
siasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN) se- sebab akibat dengan kinerja superior dalam dimensi
yogyanya membina dan mengendalikan tiap anggo- kompetensi konselor profesional. Karakteristik kon-
tanya agar mampu memberikan layanan yang meme- selor ini pula yang membedakan kualifikasi masing-
nuhi standar profesional bimbingan dalam rangka masing. Hasil penelitian Muri (1995) menemukan
menyejahterakan klien. Dari aspek in-service training, bahwa petugas bimbingan berdasarkan latar belakang
komitmen konselor untuk terus mengembangkan ke- pendidikan digolongkan sebagai guru pembimbing,
mampuan dirinya dalam bekerja sangat dibutuhkan. pembimbing muda, dan pembimbing (konselor). Peng-
Konselor yang memiliki komitmen ini sanggup mem- golongan ini didasarkan atas penguasaan kompetensi.
beri pengorbanan yang besar semata-mata untuk mem- Kompetensi ini dihasilkan untuk menangani perkem-
bantu klien. Dengan komitmen ini konselor terus bangan individu yang bergerak dari what it is menuju
menyegarkan, memperkaya, dan memperbaharui ber- what should be (Kartadinata; 2005: 6).
bagai keterampilannya untuk menangani tuntutan Tingkat kinerja aktual konselor profesional ada-
perubahan cepat yang terjadi dalam kehidupan siswa. lah taraf yang dicapai konselor dalam menampilkan
Latar pendidikan konselor merupakan variabel atau mengunjukkerjakan ke-15 kompetensi konselor
yang memberikan urunan berarti munculnya kondisi- profesional di sekolah. Tingkat penguasaan ke-15
kondisi di atas untuk menghasilkan konselor profesio- dimensi membedakan profesionalitas konselor satu
nal secara maksimal. Latar pendidikan dalam peneliti- dengan konselor yang lainnya. Berdasarkan paparan
an ini dimaksudkan konselor yang berlatar pendidikan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
BK S1 sehingga dengan kompetensi yang dimilikinya bukti empirik tentang tingkat kinerja aktual konselor
diharapkan kondisi-kondisi yang kurang menguntung- profesional yang ditelaah dari latar pendidikan, iklim
kan di atas dapat dikurangi atau diatasi. Kenyataannya sekolah/penyelenggaraan BK.
masih banyak konselor yang tidak berlatar pendidikan
BK, ditambah masih banyak ditemukan masalah METODE
klien terbengkalai. Sebanyak 34,58% siswa SMA di
Sergai pengonsumsi rokok aktif (Waspada, 11 Juni Rancangan penelitian yang digunakan dalam
2010). Sebanyak 73,4% pengguna narkoba di Suma- penelitian ini adalah deskriptif-analitik. Metode ini
tera Utara adalah usia sekolah (Analisa, 3 April 2005). digunakan untuk mendeskripsikan keadaan saat ini.
Dilihat dari pendidikan konselor, terdapat pula sinya- Subjek penelitian dipilih dari para konselor SMAN
lemen bahwa konselor yang dihasilkan belum lang- di kota Bandung, Malang, dan Padang (dua SMAN
sung mampu mengunjukkerjakan layanan BK yang yang tergolong memadai pelaksanaan program bim-
berkualitas. Tentu inti masalah yang saling terkait bingannya dan dua SMAN yang tergolong kurang
dapat diungkap secara lebih spesifik. Profesi konselor memadai pelaksanaan program bimbingan dari tiga
belum memiliki sistem profesionalisme yang menja- kota tersebut). Dengan demikian, terdapat 12 SMAN
min keberlanjutan sejak mengawali pendidikan kon- dari keseluruhan tiga kota tersebut, yang konselornya
selor hingga memasuki wilayah tugas konselor. berjumlah 64 orang, terdiri atas 36 konselor dari se-
Iklim sekolah juga memberi urunan berarti bagi kolah yang baik pelaksanaan program BK-nya dan
kinerja konselor profesional. Tanpa iklim sekolah yang 28 orang konselor dari sekolah yang pelaksanaan
mendukung tidak mungkin kinerja konselor mening- program BK-nya belum memadai. Konselor berlatar
kat. Kepala sekolah belum mendukung BK sepenuh- pendidikan BK sebanyak 40 orang (62,50%), yang
nya. Ini ditandai dengan masih minimnya pemenuhan bukan BK sebanyak 24 orang (37,5%). 64 konselor ini
kebutuhan sarana, fasilitas, dan alat kerja konselor. menjadi responden penelitian. Sumber data penelitian
Kurangnya supervisi dan motivasi dari kepala sekolah adalah kinerja kompetensi konselor profesional.
terhadap konselor untuk mengembangkan program Untuk memperoleh data yang akurat, instrumen
BK di sekolah. Ditambah lagi manajemen sekolah kinerja konselor profesional diujicobakan pada seko-
lebih memilih langkah mudah dan murah dengan me- lah yang sejenis di lingkungan kota yang sama. Uji
rekrut guru bidang studi yang berminat dengan BK coba instrumen menghasilkan koefisien validitas kon-
yang ada di sekolahnya, tetapi bukan konselor yang struk. Jika jumlah butir yang signifikan belum men-
berlatar pendidikan BK. Jika kondisi ini tidak segera cukupi jumlah yang diharapkan, butir-butir yang men-
diubah maka masalah-masalah yang diakibatkannya dekati signifikan digunakan sehingga instrumen siap
akan berkomplikasi pada rendahnya pencapaian nilai digunakan untuk mendapatkan data.
akademis siswa atau sekolah. Data kuantitatif yang didapatkan adalah berupa
Kompetensi konselor profesional sangat dibutuh- skor jawaban dari responden terhadap angket, baik
kan untuk mencegah, memecahkan masalah siswa. secara per butir maupun secara keseluruhan butir.
Murad, Tingkat Kinerja Konselor Profesional 341

Analisis data dilakukan dengan menggunakan pro- 67,61% (tergolong sedang). Artinya, konselor telah
gram SPSS versi 11. 5. Keluaran dari program ini mencapai tingkat kinerja aktual konselor profesional
tidak hanya memberikan informasi tentang koefisien pada taraf cukup memadai dalam menampilkan kom-
korelasi antara butir dan total, tetapi juga koefisien petensi konselor profesional. Pencapaian ini juga ber-
korelasi Alpha Cronbach untuk menghitung reliabili- arti bahwa konselor menguasai pengetahuan, kemam-
tas suatu alat ukur yang menggunakan pendekatan puan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan
konsistensi internal. Kuesioner yang valid dan reliabel 15 dimensi kompetensi BK pada taraf sedang. Pen-
telah menjaring data yang diperlukan untuk dianalisis. capaian kategori sedang ini dimungkinkan karena
Teknik analisis data yang digunakan adalah tek- 46,86% konselor memiliki latar belakang pendidikan
nik statistik deskriptif. Teknik analisis ini bertujuan BK dan 50% (enam SMAN) jumlah sekolah telah di-
meringkas data agar menjadi lebih mudah dilihat kategorikan oleh Departemen Pendidikan Nasional
dan dimengerti, yakni melalui perhitungan persen- sebagai sekolah yang penyelenggaraan BK-nya ter-
tase skor aktual dari skor ideal. Data yang dianalisis golong baik serta 63 dari 64 konselor berpengalaman
adalah data kinerja nyata dalam mengunjukkerjakan kerja sebagai konselor berkisar 9 hingga 28 tahun.
kompetensi konselor profesional yang terdiri atas 15 Hasil penelitian Asrori (1990) menunjukkan bahwa
dimensi kompetensi konselor. Tingkat kinerja kon- kinerja petugas bimbingan baru 40,63% yang terma-
selor dalam penguasaan ke-15 dimensi kompetensi VXN NDWHJRUL ´WLQJJL´ GDQ WHUPDVXN NDWegori
konselor diperoleh melalui konversi skor data dengan ´VHGDQJ´ 3HQHOLWLDQ \DQJ PDVLK VHMDODQ ODLQQ\D PH-
Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAP yang diterapkan nemukan bahwa baru 39,47% guru pembimbing yang
dalam penelitian ini menggunakan kriteria berikut: dapat menerapkan kemampuan profesional konseling
lebih kecil daripada 60% (rendah), 60%-69% (sedang). GDODP NDWHJRUL ´WLQJJL´ VHGDngkan 60,53% baru mam-
70%-79% (tinggi), dan 80%-100% (sangat tinggi). pu menerapkan kemampuan tersebut pada kategori
Empat rentang ini dilakukan untuk menghindarkan ´VHGDQJ´ 'DUL MDEDUDQ KDVLO SHUVHQWDVH PDVLQJ-masing
kecenderungan responden menjawab secara kompro- penelitian tersebut memberikan makna bahwa kinerja
mis atau sedang. konselor di sekolah pada umumnya masih sama-
Informasi tentang baik/memadai, kurang me- sama berada pada taraf sedang, yang diuruni oleh
madai penyelenggaraan program BK ini didapatkan latar belakang pendidikan konselor dan iklim orga-
dari masing-masing Kantor Dinas Pendidikan setem- nisasi sekolah yang bervariasi.
pat berdasarkan kriteria yang ditetapkan lembaga itu. Sebagai perbandingan dengan substansi teori
Kriteria yang digunakan adalah Grade Point Aver- ke-15 dimensi kompetensi ideal dalam penelitian
age (GPA) yang dicapai sekolah, pengadaan fasilitas ini, penelitian Hatip (1989) yang relevan tentang pro-
BK, dan latar pendidikan tenaga bimbingan di seko- fil konselor SMA menunjukkan ada sembilan belas
lah yang bersangkutan. karakteristik yang diharapkan dimiliki oleh seorang
konselor SMA. Kesembilan belas karakteristik disu-
HASIL DAN PEMBAHASAN sun secara sistimatis dengan mempertimbangkan
berbagai kondisi yang perlu diperhatikan, yaitu ke-
Sesuai dengan tujuan penelitian, temuan pene- butuhan sekolah; pengamatan terhadap kompetensi
litian ini dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu para konselor yang ada selama ini; kebutuhan sekolah
kinerja konselor profesional dalam ke-15 dimensi kom- akan bimbingan di masa mendatang; kemungkinan
petensi, kinerja konselor berdasarkan perbedaan latar ketercapaiannya; pengalaman menyelenggarakan bim-
pendidikan, kinerja konselor profesional berdasarkan bingan; dan kesulitan yang dihadapi konselor SMA.
iklim sekolah, dan kinerja konselor profesional ber- Kesembilan belas karakteristik yang dimiliki seorang
dasarkan latar pendidikan dan iklim sekolah. konselor SMA adalah kepribadian konselor; kemam-
puan intelektual; kemampuan mengadakan empatik;
Kinerja Konselor Berdasarkan Dimensi menarik; berpandangan positif; memperlihatkan kapa-
Kompetensi sitas untuk menjalin hubungan; bersikap profesional;
memiliki wawasan bimbingan; memahami kepribadi-
Hasil data persentase kinerja konselor profe- an manusia; menguasai teori dan praktik; menguasai
sional secara keseluruhan maupun bila dilihat dari teknik pemahaman individu; kemampuan untuk me-
persentase masing-masing dimensi kompetensi kon- masyarakatkan bimbingan; kemampuan mengadminis-
selor profesional (15 dimensi kompetensi konselor trasikan program bimbingan; kemampuan mengelola
profesional) yang dikembangkan oleh Engels & Da- berbagai layanan; menguasai penyelenggaraan bim-
meron (1990: 2-151) dipaparkan berikut ini. Secara bingan karir; mampu menyelenggarakan konsultasi
holistik, kinerja konselor profesional mencapai sebesar dengan berbagai pihak; menguasai metodologi pene-
342 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, Juni 2011, hlm. 339-353

litian; menguasai proses belajar mengajar; mampu jakan konseling pasangan/pranikah/keluarga (KPPK)
bekerjasama dengan personil lain. Memang profil sebesar 60,64%, capaian persentase ini berarti konse-
kompetensi konselor yang dikembangkan dikonstruk- lor mengunjukkerjakan pemahaman terhadap dina-
si berdasarkan aliran, teori tertentu atau expert judg- mika keluarga dan memperkaya keterampilan orang
ment yang dianut peneliti. Hasil-hasil penelitian di atas tua, pola-pola keluarga dan hubungan pasangan dengan
memberi makna bahwa kinerja konselor berkualitas taraf sedang. Kinerja konselor profesional dalam
merupakan suatu keniscayaan di tengah beragam- melaksanakan konseling kelompok (KK) sebesar
nya kualifikasi konselor di sekolah saat ini dan pola 66,41%, capaian persentase ini memberi makna bah-
pembinaan konselor secara integratif berkelanjutan wa konselor mengunjukkerjakan kompetensi mema-
melalui pre-service training maupun in service training hami, mengimplementasikan prinsip-prinsip kerja
serta penciptaan iklim sekolah yang suportif bagi kelompok dalam seting sekolah berada pada taraf
BK merupakan jawaban solusi yang tepat dan perlu sedang. Kinerja konselor profesional dalam menam-
diselenggarakan secara profesional dan kolaboratif. pilkan kompetensi pengembangan karir klien (KPKK)
Secara spesifik, tingkat kinerja konselor pro- sebesar 67,93%, capaian persentase ini berarti bahwa
fesional yang tergolong tinggi adalah dimensi ciri ke- konselor dengan cukup memadai mengunjukkerjakan
pribadian (CK) sebesar 73,63%. Artinya, para konse- penguasaan perkembangan manusia, teori perkem-
lor dapat mengunjukkerjakan ciri-ciri kepribadian bangan dan pilihan karir serta memiliki informasi diri
berupa atribut-atribut atau sifat-sifat yang seharusnya klien maupun informasi karir yang lengkap. Kinerja
dimiliki oleh konselor profesional dengan memuas- konselor profesional dalam menampilkan kompetensi
kan. Berbeda dengan hasil penelitian ini, penelitian konsultasi (KKo) sebesar 68,89%, capaian persentase
Dahlan (1988) menunjukkan hasil yang kurang meng- ini berarti bahwa konselor mengunjukkerjakan kom-
gembirakan tentang upaya membina kepribadian dan petensi memahami model konsultasi dan memelihara
sikap siswa SPG terhadap jabatan guru SD menun- hubungan kolaboratif di sekolah berada pada taraf se-
jukkan bahwa masih perlu pola-pola pembinaan dang. Kinerja konselor dalam menampilkan kompe-
yang dilandasi oleh teori-teori BK. Meskipun para tensi diagnosis, dokumentasi, dan referal (KDDR) se-
konselor telah menunjukkan ciri kepribadian yang besar 64,70%, capaian persentase ini berarti bahwa
memuaskan sebagaimana hasil penelitian ini, namun konselor mengunjukkerjakan kompetensi mendiagno-
upaya-upaya pre-service training yang ditata secara sis, memahami, dan memeliharan data klien berdasar-
profesional dan berkelanjutan terkait konselor yang kan dukungan asesmen pada taraf sedang. Kinerja
berkepribadian/berkarakter masih tetap dibutuhkan. konselor profesional dalam menampilkan kompetensi
Kinerja konselor profesional dalam melaksanakan supervisi konselor (KSK) sebesar 62,70%, capaian
konseling anak dan remaja (KAR) sebesar 71,48%, persentase ini berarti bahwa konselor mengunjuk-
capaian persentase ini berarti bahwa konselor juga kerjakan kompetensi dalam aspek etik, legal, aturan
berhasil dengan memuaskan mengunjukkerjakan kon- dan profesi serta metode dalam mengelola kasus
seling bagi pemenuhan kebutuhan perkembangan klien berada pada taraf sedang.
unik anak dan remaja. Kinerja konselor profesional Tingkat kinerja konselor yang tergolong ren-
dalam melaksanakan konseling individual (KI) sebesar dah adalah kompetensi konseling adiksi (KA) sebesar
71,06%, capaian persentase ini berarti bahwa konse- 54,17%. Artinya konselor kurang memuaskan me-
lor mengunjukkerjakan strategi konseling individual ngunjukkerjakan kompetensi memahami dinamika
dengan baik yang memberi pengaruh fasilitatif ter- kebergantungan obat dan mendiagnosis/menyembuh-
hadap kepedulian, pengembangan, dan perubahan kan klien yang mengalami abuse/adiksi. Tingkat ki-
tingkah laku klien. Kinerja konselor profesional da- nerja konselor dalam mengunjukkerjakan kompe-
lam melaksanakan konseling sekolah (KS) sebesar tensi konseling multikultural dan populasi khusus
74,02%, capaian persentase ini berarti bahwa kon- (KMPK) sebesar 58,20%. Capaian ini berarti bahwa
selor dapat membangun komunikasi, memperkuat konselor kurang maksimal mengunjukkerjakan kom-
hubungan antara orang tua dan sekolah dengan me- petensi merespon kebutuhan klien dari populasi spe-
muaskan. Kinerja konselor profesional dalam me- sifik dan multikultural melalui intervensi yang efektif.
nampilkan kompetensi pengembangan program bim- Tingkat kinerja konselor mengunjukkerjakan kom-
bingan (KPPB) sebesar 71,61%, capaian persentase petensi evaluasi dan riset (KER) sebesar 57,42%
ini berarti bahwa konselor dengan memuaskan me- berarti bahwa konselor kurang kompeten menerapkan
ngunjukkerjakan keterampilan menyusun program konsep dan praksis riset dan evaluasi untuk kepen-
konseling perkembangan yang efektif. tingan klien dan kompetensi pengukuran (KP) sebesar
Tingkat kinerja yang tergolong sedang adalah 58,2% memberikan makna pula bahwa konselor
kinerja konselor profesional dalam mengunjukker- kurang memahami konsep dasar asesmen yang tepat
Murad, Tingkat Kinerja Konselor Profesional 343

dan komprehensif serta implikasinya bagi kepen- yang konkrit, (b) berkomunikasi dengan klien sesuai
tingan klien. Tingkat kinerja konselor yang tergo- gaya dan perkembangannya, (c) menunjukkan ke-
long rendah dan sedang tersebut di atas menuntut sesuaian tingkah laku verbal dan non-verbal, (d) me-
upaya segera untuk meningkatkan kinerja konselor nyesuaikan waktu dengan tujuan konseling. Sub-
profesional melalui penataan pendidikan/pelatihan dimensi kreatif dirinci atas 3 indikator kinerja, yaitu
yang intensif dan profesional serta penciptaan iklim (a) menerapkan intervensi spontan yang sesuai de-
organisasi sekolah yang suportif bagi BK. Pendidikan ngan teori, (b) memfasilitasi fantasi, khayalan, dan
dan pelatihan bersifat remedial dikemas untuk me- eksplorasi bagi pertumbuhan klien, (c) mengambil
menuhi kebutuhan dan dimensi kinerja konselor yang resiko. Sub-dimensi objektif dirinci atas 2 indikator
masih rendah dan sedang. Sementara kinerja kon- kinerja, yaitu (a) terlibat secara proporsional dan pro-
selor profesional yang sudah tergolong tinggi tetap fesional dengan klien, (b) menunjukkan keterbukaan
dipelihara, dipertahankan bagi kepentingan klien di untuk memfasilitasi respon-respon efektif. Sub-dimensi
sekolah. Masing-masing dimensi kompetensi konse- disiplin diri dirinci atas 3 indikator kinerja, yaitu (a)
lor profesional secara teoretik dapat diungkap secara mengelola aset pribadi dengan efektif, (b) berinteraksi
terinci berikut ini. dengan orang lain dengan asertif, saling hormat, sadar,
Dimensi CK dapat dirinci atas 12 sub-dimensi. dan emosi terkendali, (c) bekerjasama dalam suatu tim.
Ke-12 sub-dimensi tersebut adalah sub-dimensi tang- Sub-dimensi komitmen pada pengembangan dan etik
gung jawab kesejahteraan klien yang terbagi atas profesional dirinci atas 8 indikator kinerja, yaitu (a)
lima indikator kinerja, yaitu (a) memverbalisasi ko- berpartisiasi dalam pengembangan profesi berkelanjut-
mitmen utama, (b) bertindak sesuai minat klien, (c) an, (b) berkontribusi aktif dalam organisasi profesi kon-
menyatakan minat yang tulus, peduli secara verbal seling, (c) menggunakan sumber-sumber masyarakat
dan nonverbal, (d) mengutamakan klien, dan (e) me- bagi pertumbuhan klien, (d) mengikuti pendidikan ber-
respon perasaan terkait dengan orang yang relevan kelanjutan, (e) memberi dan menerima feedback posi-
dalam hidup klien. Sub-dimensi sensitif yang terbagi tif/negatif terhadap sistem pertumbuhan profesionali-
atas 3 indiaktor kinerja, yaitu (a) menyadari perasaan, tas, (f) mengutamakan standar etik organisasi, (g) me-
pikiran, nilai-nilai, dan sikap klien, (b) mengidenti- meriksa etika pribadi untuk mengatasi konflik klien,
fikasi harapan klien dan orang yang signifikan, (c) (h) berperilaku sesuai standar etik organisasi sendiri.
tergugah pada pengalaman dan perasaan klien. Sub- Dimensi KAR dapat dirinci atas tujuh indikator
dimensi empatik dirinci atas 3 indikator kinerja, yaitu kinerja, yaitu (a) menerapkan teori, teknik konseling
(a) menyampaikan persepsi klien terhadap dunianya, perkembangan anak dan remaja, (b) mengidentifi-
(b) merumuskan respon verbal yang akurat dengan kasi perubahan tingkah laku anak, (c) menilai komit-
merefleksikan isi dan perasaan pesan verbal dan non- men anak dalam konseling, (d) memfasilitasi komuni-
verbal klien, (c) menghindarkan gangguan interaksi kasi dengan anak yang sulit berhubungan, (e) bekerja
dengan klien. Sub-dimensi individualitas dirinci atas 6 dengan anak yang bermasalah, (f) membantu orang
indikator kinerja, yaitu (a) menerima perbedaan tua untuk menerima perubahan positif pada perkem-
pandangan subjektif klien, (b) bersikap objektif terha- bangan anak, (g) menunjukkan strategi interpersonal
dap nilai, pendapat, emosi klien yang berbeda dengan paling efektif. Dimensi KK dirinci atas 5 indikator
konselor, (c) menghindarkan terpecahnya nilai-nilai kinerja, yaitu (a) menggunakan metode konseling
pribadi klien, (d) memberi konseling tanpa prasangka kelompok, (b) mempraktikkan standar profesional
dan stereotip, (e) menyampaikan kebebasan baik verbal kerja kelompok, (c) memelihara interaksi verbal/non-
maupun nonverbal kepada klien untuk memelihara verbal dalam tahapan kelompok, (d) mengamati in-
nilai yang bermanfaat, (f) memfasilitasi kepuasan/ teraksi verbal/non-verbal dalam tahapan kelompok,
harga diri klien dan kebermaknaannya dalam kelom- (e) mengimplementasikan berbagai pendekatan kerja
pok. Sub-dimensi potensi klien dirinci atas 2 indikator kelompok. Dimensi KI dapat dirinci atas tujuh indi-
kinerja, yaitu (a) menyampaikan persepsi tentang kator kinerja, yaitu (a) membantu klien mengklarifi-
klien yang berharga, (b) menyampaikan harapan- kasi masalah, sebab, dan solusinya, (b) menggunakan
harapan, keyakinan terhadap klien untuk menyelesai- pendekatan konseling yang tepat, (c) menyampaikan
kan masalah. Sub-dimensi konsep perilaku dirinci tingkat perkembangan, (d) mengonseling klien ten-
atas 3 indikator kinerja, yaitu (a) memodifikasi inter- tang isu-isu sosial dan pribadi, (e) mengarahkan ber-
vensi berdasar keefektifannya, (b) menerapkan kon- bagai masalah perkembangan individu, (f) melakukan
struk teoretik untuk memahami spesifikasi masalah referal, (g) memberikan kegiatan untuk memenuhi
manusia, (c) menentukan tujuan konseling dan treatmen. kebutuhan klien.
Sub-dimensi komunikasi dirinci atas 4 indikator Dimensi KS dapat dirinci atas enam indikator
kinerja, yaitu (a) menyampaikan pesan dengan istilah kinerja, yaitu (a) menilai kebutuhan klien, (b) meng-
344 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, Juni 2011, hlm. 339-353

koordinasikan kurikulum bimbingan perkembangan diri untuk membantu klien membuat keputusan
komprehensif, (c) mengadaptasi model bimbingan pendidikan dan karir, (i) membantu klien mengem-
sesuai kebutuhan spesifik klien, (d) mengkoordinasi bangkan keterampilan menafsirkan informasi karir,
pendekatan tim kolaboratif, (e) membantu siswa me- (j) bekerjasama dengan lembaga masyarakat untuk
rencanakan pendidikan dan karir, (f) menginforma- magang. Dimensi KKo dirinci atas 7 indikator kinerja,
sikan tentang program bimbingan perkembangan. yaitu (a) mengkomunikasikan empati, penghargaan,
Dimensi KA dapat dirinci atas enam indikator kinerja, persepsi positif, ketulusan, kerelaan, serta mengem-
yaitu (a) menjelaskan fase-fase penyakit sesuai dengan bangkan komunikasi interpersonal untuk membangun
bentuk adiksi, (b) menjelaskan rentang perilaku hubungan konsultasi yang efektif, (b) menggunakan
adiksi, (c) menjelaskan isu yang terkandung dalam berbagai model konsultasi, (c) menyampaikan ha-
kebergantungan psikologis, (d) menjelaskan faktor- rapan yang jelas tentang hubungan konsultasi dengan
faktor genetik, (e) menerapkan teori-teori etiologi perubahan perilaku yang diharapkan, (d) membim-
ketergantungan, (f) menspesifikasi peran multigene- bing, memfasilitasi asumsi keluarga terhadap tanggung
rasi keluarga dalam etiologi adiksi dan abuse obat. jawab pemecahan masalah, (e) memberikan pende-
Dimensi KPPK dapat pula dirinci atas tiga indikator katan multidimensional, (f) berkonsultasi dengan
kinerja, yaitu (a) menganalisis pola-pola interaksi personil terkait sistem kehidupan klien, (g) berpar-
verbal/non-verbal dalam sistem, (b) menyesuaikan tisipasi dalam pertemuan tim multidimensional dan
teori konseling dengan konseling hubungan, pasangan, mampu membuat referal yang tepat.
keluarga, (c) mengonsep keluarga/pasangan sebagai Dimensi KDDR dirinci atas 12 indikator kiner-
suatu sistem serta merespon keragaman budayanya ja, yaitu (a) menyimpan dan mengembangkan bahan-
dengan tepat. Dimensi KMPK dirinci atas empat in- bahan untuk praktik konseling, (b) memelihara ke-
dikator kinerja, yaitu (a) memelihara keakraban de- rahasiaan data klinis klien, (c) mengelola pengukuran
ngan isu budaya yang relevan, konsep, dan sistem diagnostik lebih lanjut, (d) mengumpulkan data yang
nilai, (b) mengusahakan pendekatan keragaman bu- tepat, (e) menjelaskan keterbatasan lebih awal ten-
daya dan sosial yang cocok dengan klien, (c) meng- tang bentuk referal, (f) membantu melalui layanan
adopsi keterampilan intervensi sesuai dengan kera- lain untuk menindaklanjuti saran sumber referal, (g)
gaman kebutuhan spesifik klien, (d) mengembangkan menjelaskan kebutuhan khas klien yang direferal,
program untuk kebutuhan khusus. (h) memberi sumber referal tentang prosedur, kebi-
Dimensi KPPB dirinci atas enam indikator ki- jakan, data sahih dari lembaga, (i) menunjukkan man-
nerja, yaitu (a) mengidentifikasi visi, misi, dan harap- faat maupun hambatan referal, (j) membantu klien
an lembaga, (b) menggunakan data yang dikompilasi saat dan setelah referal, (k) menetapkan prosedur untuk
dari kebutuhan dalam merencanakan program kon- mengalihkan informasi pada dan dari sumber referal,
seling, (c) mengimplementasi strategi khusus untuk (l) membantu orang tua, guru, staf, dan klien dalam
pencapaian kompetensi klien, (d) mendesain, meng- membuat kontak awal. Dimensi KSK dirinci atas 6
implementasi, memonitor, dan mengevaluasi, mere- indikator kinerja, yaitu (a) menyampaikan kode etik,
visi program konseling bagi sistem klien, (e) meng- (b) menggunakan intervensi supervisi yang tepat,
identifikasi kemampuan dan keterbatasan fasilitas (c) menyepakati latihan supervisi, (d) mengklarifikasi
fisik layanan, (f) menginventarisasi, menggunakan gaya supervisi supervisor kepada konselor, (e) mem-
data dari sumber-sumber yang relevan dalam mengem- beri dukungan, tantangan seimbang, (f) mengelola tes
bangkan program konseling komprehensif. Dimensi dalam konseling. Dimensi KER dirinci atas 7 indi-
KPKK dirinci atas 19 indikator kinerja, yaitu (a) kator kinerja, yaitu (a) menjelaskan karakteristik dasar
menjelaskan interelasi karir dengan keseimbangan alat pengumpul data, (b) mengemukakan kelemahan
peran hidup, (b) mengintegrasi teori konseling karir dan kekuatan alat/teknik riset, (c) menjelaskan pene-
ke dalam suatu pendekatan komprehensif, (c) men- rapan khusus teknik dan alat riset, (d) mengevaluasi
jelaskan pengaruh teknologi dan perubahan terha- alat, teknik riset, (e) mengkonstruk instrumen, (f)
dap perkembangan karir, (d) memperkaya kesadaran menerapkan desain penelitian sesuai dengan masalah
diri klien melalui penilaian diri, informasi karir yang dan situasi konseling, (g) menggunakan riset yang
tepat, (e) membantu klien mengidentifikasi, mema- tepat. Dimensi KP dirinci atas 5 indikator kinerja,
hami bakat, kecakapan pemecahan masalah, minat, yaitu (a) menerapkan statistika deskriptif, (b) menaf-
strategi penyusunan tujuan karir, (f) membimbing sirkan asesmen dengan tepat, (c) menerapkan tekno-
klien menggunakan multimedia untuk informasi logi yang tepat dalam asesmen, (d) memilih instru-
pendidikan dan karir, (g) mengembangkan program men yang tepat, (e) menerapkan asesmen yang benar.
dan melibatkan orang tua terkait perkembangan Pencapaian dimensi CK, KAR, KI, KS, KPPB
anak, (h) mengelola, menafsirkan alat-alat asesmen yang tergolong tinggi dapat dipahami karena memang
Murad, Tingkat Kinerja Konselor Profesional 345

kelima dimensi tersebut seringkali diunjukkerjakan teraan klien. Tidak saja konselor yang berlatar pen-
dan diselenggarakan oleh konselor selama masa kerja- didikan BK (40 orang), konselor yang bukan berlatar
nya yang cukup lama di SMAN-SMAN dari 10 hingga pendidikan BK (sebanyak 24 orang) sebagian besar
28 tahun, sementara dimensi-dimensi KK, KPKK, sangat menyenangi bekerja membantu para siswa.
KKo, KDDR, KSK, KPPK dan KA, KMPK, KER, Dalam proses membantu siswa, konselor telah me-
dan KP yang berada pada kategori cukup dan rendah ngunjukkerjakan, memodelkan pribadinya dengan baik
diperkirakan hanya dilakukan oleh konselor di seba- menampilkan ciri-ciri pribadi bertanggung jawab bagi
gian kecil SMAN, sebagian besar konselor di SMAN kesejahteraan klien, peka, empatik, menghargai indi-
lainnya masih jarang menyelenggarakan layanan di- vidualitas klien, komunikatif, kreatif, objektif, disiplin
mensi tersebut. Meskipun konselor terakhir ini mung- diri, komit dalam pengembangan keprofesiannya.
kin mulanya menguasai secara kognitif ke-10 dimensi Pencapaian lima dimensi pada kategori tinggi
tersebut di atas yang diperoleh melalui pendidikan (72,36%) memberikan implikasi pula bahwa apabila
pre-service training BK, belakangan kinerja ke-10 konselor ingin mencapai kinerja konselor profesional
dimensi tersebut tidak muncul atau kurang ditampil- pada tingkat tinggi batas maksimal, sangat tinggi, ma-
kan. Kurang ditampilkannya 10 kinerja dimensi ter- sih diperlukan pendidikan akademik/profesi yang
sebut diuruni oleh kondisi penyelenggaraan BK di bersifat remedial. Sedangkan empat dimensi konse-
SMAN yang kurang suportif. Terkait 15 dimensi di lor profesional (KA, KMPK, KER, KP) diunjukker-
atas, Bowers dan Hatch (2002) memandang penting- jakan konselor berada pada tingkat rendah. Pencapai-
nya standar berupa deskripsi tentang apa yang seha- an ke-4 dimensi pada tingkat rendah ini disebabkan
rusnya diketahui dan dilakukan oleh konselor pada oleh masih besarnya jumlah konselor yang bukan ber-
taraf ekspektasi paling tinggi. latar pendidikan BK (sebanyak 25 orang (41,7%)),
Tingkat kinerja konselor dalam mengunjukker- dan sebanyak 24 (37,5%) orang bertugas di sekolah
jakan seluruh dimensi berarti jumlah nilai masing- yang iklim penyelenggaraan BK-nya kurang mema-
masing kinerja dimensi. Masing-masing dimensi di- dai. Ini mengandung arti bahwa para konselor me-
unjukkerjakan dengan mengunjukkerjakan jumlah miliki kompetensi dalam keseluruhan empat dimensi
dan kualitas indikator yang dicakupnya, misalnya kinerja konselor di atas, akan tetapi pencapaian ini
kinerja konselor dalam dimensi CK didapatkan dari mengisyaratkan perlunya memperbaiki kinerja aktual
jumlah nilai sub-dimensi-sub-dimensi tanggung jawab, konselor melalui eksplorasi solusi terhadap faktor
sensitif, empatik, individualitas, potensi klien, kon- penyebab kinerja rendah. Secara lebih cermat, dari
sep perilaku, komunikasi, kreatif, objektif, disiplin ke empat dimensi kinerja konselor profesional yang
diri, komitmen pada pengembangan dan etik profe- ditampilkan pada tingkat rendah ini, dua dimensi
sional. Lingkup sub-dimensi mengandung sejumlah kompetensi merupakan kompetensi inti (KER dan
indikator yang diunjukkerjakan berbeda seorang kon- KP). Lingkungan konselor di sekolah dan lingkup
selor dengan konselor lainnya. Sehingga terjadi variasi tugas yang dilakukan di sekolah setiap hari kurang
kinerja konselor dalam mengunjukkerjakan ke-15 menantang atau jarang mengembangkan kompetensi
dimensi konselor profesional. dimensi evaluasi dan riset, pengukuran, dan super-
Informasi ini didapatkan melalui wawancara visi konselor. Demikian pula terhadap tiga dimensi
peneliti langsung dengan responden konselor ditemu- lainnya dalam tingkat rendah, di samping konselor
kan bahwa semua konselor berlatar pendidikan BK kurang ditantang atau dihadapkan dengan masalah
telah bertugas sebagai konselor selama berkisar antara adiksi, pasangan/perkawinan/keluarga, multikultural
10-28 tahun pada saat penelitian dilakukan. Ini me- dan populasi khusus, tugas perkembangan siswa be-
ngandung arti pula bahwa tingkat kinerja dimensi lum pada tahap membicarakan tentang perkawinan
kompetensi yang tergolong tinggi dicapai melalui dan keluarga. Tentang pasangan saja masih dipandang
pengalaman kerja konselor yang lama. Konselor be- tabu untuk dibicarakan dengan para konselor di seko-
lajar dengan sungguh-sungguh dan memaknai penga- lahnya. Masalah adiksi sebagai masalah gunung es.
laman profesi konseling dalam rentang waktu terse- Artinya, jika masalah ini diungkapkan di sekolah akan
but di SMAN. Tingkat kinerja konselor profesional dipecat dan dianggap kriminal menjadi urusan polisi.
dalam mengunjukkerjakan dimensi CK, KAR, KI, Lingkungan kultural sekolah lebih bersifat homogen,
KS, KPPB yang tergolong tinggi pada rata-ratanya sehingga kompetensi/dimensi KMPK belum sesung-
mencapai sebesar 72,36% (tinggi). Sebagaimana dike- guhnya teruji.
mukakan sebelumnya bahwa dimensi-dimensi ini su- Kinerja konselor profesional dalam menampil-
dah kerap dilakukan di SMAN, hampir semua kon- kan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam kon-
selor SMAN memiliki karakteristik kepribadian yang seling perkembangan anak/remaja tergolong baik.
mendukung kemampuan membantunya bagi kesejah- Mereka pada umumnya menguasai pendekatan dan
346 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, Juni 2011, hlm. 339-353

karakteristik perkembangan remaja yang sangat efek- askan, sementara konselor yang bukan berlatar pen-
tif untuk membangun hubungan interpersonal dengan didikan BK mengunjukkerjakan ke-15 dimensi kom-
remaja. Penguasaan ini dimiliki konselor tentu diper- petensi berada pada taraf sedang. Perbedaan hasil ini
oleh dari pendidikan pre-service training BK yang mengandung arti pula bahwa latar pendidikan BK
hampir tersebar rata pada setiap SMAN. Lebih-lebih berperanan memberi urunan bagi tingginya kinerja
lagi para konselor menyukai bekerja dengan siswa. konselor profesional.
Semua responden konselor yang bertugas di 12 SMAN Secara spesifik, menurut masing-masing di-
telah merancang, mengimplementasikan, mengeva- mensi dari kedua kelompok konselor ini didapatkan
luasi program BK komprehensif dengan baik. Mereka hasil berikut. Tingkat kinerja konselor berlatar pen-
mengembangkan program BK komprehensif sesuai didikan BK dalam menampilkan dimensi CK dalam
dengan kebutuhan dan keunikan permasalahan siswa menjalankan fungsi dan peran konselingnya sebesar
dan sekolah masing-masing. Di dalam mengimple- 75,53% (tinggi), sedangkan bagi konselor non-BK
mentasikan program BK, mereka mengumpulkan, sebesar 70,67% (tinggi). Artinya para konselor baik
mendokumentasikan, dan menggunakan data yang yang berlatar pendidikan BK maupun yang berlatar
valid dan up to date. Baik data siswa maupun data ter- pendidikan bukan BK sama-sama dapat mengunjuk-
kait dengan sistem di sekolah terdokumentasi dan da- kerjakan ciri-ciri kepribadian berupa atribut-atribut
pat dipergunakan sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Di atau sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh konse-
sekolah, konselor profesional juga mengunjukkerja- lor profesional dengan memuaskan. Meskipun ada per-
kan konseling dalam menangani masalah belajar, bedaan jumlah persentase yang tipis. Tingkat kinerja
pribadi, sosial, dan lanjutan studi/karir siswa dengan konselor berlatar pendidikan BK dalam menampilkan
kategori baik. Bilamana konselor menghadapi ma- KAR mencapai sebesar 73,65% (tinggi), sedangkan
salah di luar keempat masalah di atas, konselor me- tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan non-BK
lakukan referal kepada ahli lain dengan tepat. dalam dimensi yang sama mencapai 68,10% (sedang).
Kinerja konselor dalam mengunjukkerjakan di- Perbedaan capaian persentase ini berarti bahwa
mensi-dimensi yang tergolong rendah dan cukup seba- konselor yang berlatar pendidikan BK lebih memuas-
gaimana dikemukakan sebelumnya jarang dilakukan kan dalam mengunjukkerjakan konseling bagi peme-
konselor di sekolah. Ini disebabkan para konselor ba- nuhan kebutuhan perkembangan unik anak dan remaja
nyak menghabiskan waktu dalam mengunjukkerja- daripada konselor yang bukan berlatar pendidikan BK.
kan dimensi yang tergolong tinggi, ditambah lagi ada- Tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan BK da-
nya tugas-tugas administratif yang secara insidental lam menampilkan dimensi KK sebesar 68,59% (se-
diberikan kepala sekolah. Selain itu, dimensi-dimensi dang), sedangkan konselor berlatar pendidikan non-
konselor profesional ini dikembangkan secara umum BK sebesar 63,00% (sedang). Artinya, kedua kelom-
dalam seting sekolah dan masyarakat, tidak secara pok konselor ini mengunjukkerjakan kompetensi me-
khusus diperuntukkan bagi kebutuhan seting sekolah. mahami, mengimplementasikan prinsip-prinsip kerja
Sehingga terdapat dimensi-dimensi kompetensi khusus kelompok dalam seting sekolah sama-sama berada
yang lebih memungkinkan merespon atau menangani pada taraf sedang atau cukup memuaskan; Tingkat ki-
kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendesak dalam se- nerja konselor berlatar pendidikan BK dalam mengun-
ting masyarakat, seperti dimensi KAR, KER, KMPK, jukkerjakan dimensi KI mencapai sebesar 72.83%
KPPK, KSK. (tinggi), sementara konselor berlatar pendidikan non-
BK dalam dimensi yang sama sebesar 68.31% (se-
Kinerja Konselor Berdasarkan Perbedaan Latar dang). Artinya konselor berlatar pendidikan BK meng-
Pendidikan unjukkerjakan strategi konseling individual dengan
memuaskan lebih baik daripada konselor yang bukan
Hasil data persentase kinerja konselor profesio- berlatar pendidikan BK pada taraf cukup memuas-
nal yang berlatar pendidikan BK dan non BK serta kan, sehingga lebih memberikan pengaruh fasilitatif
dilihat keadaan masing-masing dimensi kompetensi terhadap kepedulian, pengembangan, dan perubahan
dari kedua kelompok latar pendidikan tersebut. Se- tingkah laku klien. Tingkat kinerja konselor yang ber-
cara keseluruhan, tingkat kinerja konselor dalam me- latar pendidikan BK dalam menampilkan dimensi KS
laksanakan 15 dimensi kompetensi konselor yang mencapai sebesar 77.16% (tinggi), sedangkan konselor
berlatar pendidikan BK mencapai sebesar 70,13% berlatar pendidikan non-BK dalam dimensi yang sama
(tinggi); dan tingkat kinerja konselor yang berlatar mencapai sebesar 69.13% (sedang). Artinya konselor
pendidikan non-BK sebesar 63,67% (cukup). Artinya berlatar pendidikan BK dapat membangun komunika-
konselor yang berlatar pendidikan BK mengunjuk- si, memperkuat hubungan antara orang tua dan seko-
kerjakan ke-15 dimensi kompetensi dengan memu- lah dengan memuaskan lebih baik daripada konselor
Murad, Tingkat Kinerja Konselor Profesional 347

berlatar bukan BK hanya pada taraf cukup memuas- kaya keterampilan orang tua, pola-pola keluarga dan
kan. Tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan hubungan pasangan dengan memuaskan lebih baik
BK dalam mengunjukkerjakan dimensi KA mencapai daripada konselor yang bukan berlatar pendidikan BK
sebesar 58.97% (rendah), sedangkan konselor berlatar berada pada taraf sedang.
pendidikan non-BK dalam dimensi yang sama men- Tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan BK
capai sebesar 46.67% (rendah). Hasil ini mengandung dalam menampilkan dimensi Kko mencapai sebesar
arti bahwa baik konselor berlatar pendidikan BK mau- 71.10% (tinggi), sedangkan konselor berlatar pendi-
pun konselor yang bukan berlatar pendidikan BK dikan non-BK dalam dimensi yang sama mencapai
sama-sama kurang memuaskan mengunjukkerjakan sebesar 65.45% (sedang). Ini berarti bahwa konselor
kompetensi memahami dinamika kebergantungan obat mengunjukkerjakan kompetensi memahami model
dan mendiagnosis/menyembuhkan klien yang menga- konsultasi dan memelihara hubungan kolaboratif di
lami abuse/adiksi. Kurang memuaskannya kinerja sekolah dengan memuaskan lebih baik daripada kinerja
dimensi ini karena selain konselor jarang menangani konselor yang bukan berlatar pendidikan BK berada
kasus-kasus kebergantungan obat, kultur sekolah me- pada taraf sedang. Tingkat kinerja konselor berlatar
mandang tabu kasus ini terjadi. pendidikan BK dalam mengunjukkerjakan dimensi
Tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan KDDR mencapai sebesar 68.13% (sedang), sedangkan
BK dalam mengunjukkerjakan dimensi KPPK men- konselor berlatar pendidikan non-BK dalam dimensi
capai sebesar 63.62% (sedang), sementara konselor yang sama mencapai sebesar 59.36% (rendah). Artinya
berlatar pendidikan non-BK dalam dimensi yang konselor berlatar pendidikan BK mengunjukkerjakan
sama mencapai sebesar 56.00% (rendah). Perbedaan kompetensi mendiagnosis, memahami, dan memeli-
hasil persentase ini mengandung arti bahwa konselor hara data klien berdasarkan dukungan asesmen dengan
berlatar pendidikan BK mengunjukkerjakan pema- cukup memuaskan masih lebih baik daripada kinerja
haman terhadap dinamika keluarga dan memperkaya konselor yang bukan berlatar pendidikan BK pada
keterampilan orang tua, pola-pola keluarga dan hu- taraf kurang memuaskan.
bungan pasangan cukup memuaskan lebih baik dari- Tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan BK
pada konselor yang bukan berlatar pendidikan BK dalam mengunjukkerjakan dimensi KSK mencapai se-
dengan kurang memuaskan. Tingkat kinerja konselor besar 65.06% (sedang), sedangkan konselor berlatar
berlatar pendidikan BK dalam mengunjukkerjakan pendidikan non-BK dalam dimensi yang sama men-
dimensi KMPK mencapai sebesar 62.18% (sedang), capai sebesar 59.00% (rendah). Perbedaan hasil per-
sedangkan konselor berlatar pendidikan non-BK dalam sentase ini mengandung arti bahwa konselor berlatar
dimensi yang sama mencapai sebesar 52.00% (ren- pendidikan BK mengunjukkerjakan kompetensi dalam
dah). Artinya, konselor berlatar pendidikan BK meng- aspek etik, legal, aturan dan profesi serta metode dalam
unjukkerjakan kompetensi merespon kebutuhan klien mengelola kasus klien dengan cukup memuaskan ma-
dari populasi spesifik dan multikultural melalui inter- sih lebih baik daripada kinerja konselor yang bukan
vensi yang efektif dengan cukup memuaskan lebih baik berlatar pendidikan BK dengan kurang memuaskan.
daripada kinerja konselor yang bukan berlatar pendi- Tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan
dikan BK yang kurang memuaskan. BK dalam mengunjukkerjakan dimensi KER men-
Tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan BK capai sebesar 60.58% (sedang), sedangkan konselor
dalam mengunjukkerjakan dimensi KPPB mencapai berlatar pendidikan non-BK dalam dimensi yang sama
sebesar 73,40% (tinggi), sedangkan konselor berlatar mencapai sebesar 52.50% (rendah). Artinya, konselor
pendidikan non-BK dalam dimensi yang sama men- berlatar pendidikan BK mengunjukkerjakan konsep
capai sebesar 68.83% (sedang). Perbedaan hasil pe- dan praksis riset dan evaluasi untuk kepentingan klien
nelitian ini mengandung arti bahwa konselor berlatar dengan cukup memuaskan lebih baik daripada kon-
pendidikan BK mengunjukkerjakan keterampilan me- selor yang bukan berlatar pendidikan BK berada pada
nyusun program konseling perkembangan yang efektif taraf kurang memuaskan. Tingkat kinerja konselor ber-
dengan memuaskan lebih baik daripada konselor yang latar pendidikan BK dalam mengunjukkerjakan dimen-
bukan berlatar pendidikan BK hanya dengan cukup si KP mencapai sebesar 59.94% (rendah), sedangkan
memuaskan. Tingkat kinerja konselor berlatar pen- konselor berpendidikan non-BK dalam dimensi yang
didikan BK dalam mengunjukkerjakan dimensi KPKK sama mencapai sebesar 55.50% (rendah). Hasil ini
mencapai sebesar 70.63% (tinggi), sedangkan kon- memberikan makna bahwa kedua kelompok konselor
selor berlatar pendidikan non-BK dalam dimensi yang sama-sama mengunjukkerjakan pemahaman masing-
sama mencapai sebesar 63.73% (cukup). Artinya kon- masing terhadap konsep dasar asesmen yang tepat dan
selor berlatar pendidikan BK mengunjukkerjakan pe- komprehensif serta implikasinya bagi kepentingan
mahaman terhadap dinamika keluarga dan memper- klien dengan kurang memuaskan.
348 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, Juni 2011, hlm. 339-353

Dari hasil persentase di atas dapat dikelompok- gasnya. Ini berarti pula bahwa latar pendidikan BK
kan menjadi tingkat kinerja konselor profesional yang memberi urunan bagi tingkat profesionalitas konselor.
berlatar pendidikan BK mengunjukkerjakan 7 dimen- Hasil ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu
si yang tergolong tinggi, yakni dimensi CK, KAR, yang relevan (Supriadi, 1990) bahwa sebagian orang
KI, KS, KPPB, KPKK, 2 dimensi (KA, KP) tergo- tua (38%) belum meyakini signifikansi dan eksistensi
long rendah, 6 dimensi (KK, KPPK, KMPK, KDDR, BK karena alasan kurang profesionalnya guru pem-
KSK, KER) tergolong cukup. Sedangkan tingkat ki- bimbing dalam menjalankan tugas. Orang tua dan
nerja konselor profesional yang bukan berlatar pendi- siswa kurang merasakan, mengakui keberadaan dan
dikan BK mengunjukkerjakan 1 dimensi saja (CK) ter- manfaat BK di sekolah. Melalui studi pendahuluan,
golong tinggi, 7 dimensi (KA,KPPK, KMPK, KDDR, penulis menemukan sejumlah guru pembimbing yang
KSK,KER,KP) tergolong rendah, 7 dimensi (KAR, menunjukkan perilaku kurang profesional antara lain
KK, KI, KS, KPPB, KPKK, Kko) tergolong cukup. seperti pemegang buku absensi siswa, guru piket bukan
Dari perbedaan hasil tingkat kinerja konselor berlatar pendidikan BK (guru bidang studi yang dise-
yang berlatar pendidikan BK dan yang bukan berla- rahi tanggung jawab melaksanakan BK), sarjana
tar pendidikan BK berarti bahwa konselor dari latar muda, dan bukan berlatar pendidikan BK. Perilaku
pendidikan BK menunjukkan profesionalisme lebih nonprofesional tersebut harus diubah secara sistemik
tinggi dalam hal penguasaan pengetahuan, kemam- dan sustainable menjadi perilaku profesional. Dep-
puan, keterampilan, sikap konselor dalam melaksana- diknas (2003:7) telah menegaskan bahwa suatu pro-
kan BK dibandingkan dengan konselor yang bukan fesi yang bermartabat perlu didukung oleh (a) pela-
berlatar pendidikan BK. Semua tugas memiliki im- yanan yang tepat dan bermanfaat, (b) pelaksana yang
plikasi langsung bagi penguasaan pengetahuan dan bermandat, dan (c) pengakuan yang sehat dari ber-
sikap-sikap oleh pemangku profesi agar mampu me- bagai pihak yang terkait. Ketiga hal tersebut akan
laksanakan tugas dengan benar. Hasil ini memberi menjamin tumbuh subur dan kokohnya identitas serta
makna bahwa tingkat penguasaan kompetensi kon- tingginya citra dan kemartabatan profesi yang dimak-
selor berlatar pendidikan BK dalam mengunjukker- sud. Terkait pentingnya latar pendidikan ini, Depdik-
jakan ke-15 komponen kompetensi lebih tinggi dari- nas (2003:7) menambahkan, ...untuk suatu profesi
pada konselor yang bukan berlatar pendidikan BK. diperlukan pendidikan prajabatan untuk memberikan
Ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan modal dasar bagi (calon) tenaga profesi, serta pendi-
tingkat kinerja konselor yang berlatar pendidikan dikan dalam jabatan... Ini mengandung arti bahwa
BK tergolong tinggi pada tujuh dimensi konselor pro- latar pendidikan BK merupakan modal dasar konselor
fesional, yaitu dimensi CK, KAR, KI, KS, KPPB, profesional yang siap dikembangkan melalui in-service
KPKK, KKo, sementara dimensi konselor yang di- training secara berkelanjutan (never ending) dalam
unjukkerjakan pada kategori tinggi oleh konselor menjalankan tugas profesinya.
yang bukan berlatar pendidikan BK hanya dimensi Kinerja konselor profesional yang berlatar pen-
CK. Ini juga mengandung arti bahwa konselor ber- didikan bukan BK menampilkan capaian 63,67% an-
latar pendidikan BK lebih banyak mengunjukkerjakan tara batas cukup minimal dan batas rendah maksimal.
dimensi konselor daripada konselor yang bukan ber- Untuk meningkatkan capaian yang lebih tinggi dari
latar pendidikan BK, yang hanya mengunjukkerjakan pencapaian ini, kelompok konselor ini tidak cukup
dimensi CK. hanya mendapatkan pendidikan penataran, seminar,
Pencapaian dimensi CK pada konselor yang lokakarya yang dilaksanakan secara insidentil dan tidak
bukan berlatar pendidikan BK ini mencapai sebesar sistematis. Sehingga konselor ini tidak memiliki pe-
70,67%. Artinya, konselor yang bukan berlatar pen- ngetahuan/kemampuan yang utuh untuk diunjukkerja-
didikan BK juga mengunjukkerjakan atribut-atribut kan dalam menjalankann tugas BK-nya. Lebih-lebih
atau sifat-sifat kepribadian dalam membantu klien de- jika konselor kelompok ini kurang proaktif terlibat
ngan memuaskan, meskipun capaian persentasenya dalam berbagai training maka tingkat kinerja BK-nya
berbeda tipis dengan batas maksimal kategori cukup. akan lebih rendah lagi. Tetapi kelompok konselor ini
Secara personal, konselor berlatar pendidikan bukan membutuhkan konsultasi, supervisi, mentoring dan
BK memiliki karakteristik pribadi yang diharapkan. workshop yang intensif serta berkolaborasi dengan
Hasil ini didasari oleh asumsi penelitian yang menya- konselor senior
takan bahwa tingkat penguasaan pengetahuan, kemam- Sementara itu, konselor profesional yang ber-
puan, keterampilan, sikap individu dalam melaksana- latar pendidikaan BK telah menguasai keilmuan,
kan BK dapat menunjukkan profesionalisme konselor. teknik, dan praktik BK yang dituangkan dari kuriku-
Semakin tinggi tingkat penguasaan kompetensi kon- lum secara sistematis dan berjenjang. Pada saat pre--
selor, semakin profesional konselor menjalankan tu- service training di LPTK, calon konselor ini juga telah
Murad, Tingkat Kinerja Konselor Profesional 349

melaksanakan praktik lapangan sebagai konselor di selor yang bertugas di sekolah yang penyelenggaraan
sekolah-sekolah secara tersupervisi dan intensif oleh BK-nya memadai dalam menampilkan dimensi KAR
dosen pembimbing PPL-nya. Sebagaimana tercantum sebesar 74.07% (tinggi), sedangkan yang bertugas di
dalam dokumen Dikti Depdiknas (2003:7) bahwa sekolah kurang memadai pada dimensi yang sama
...untuk suatu profesi diperlukan pendidikan prajab- sebesar 68.36% (cukup). Hasil penelitian ini mengan-
atan untuk memberikan modal dasar bagi (calon) dung arti bahwa konselor yang bertugas di sekolah
tenaga profesi, serta pendidikan dalam jabatan. Jadi, yang penyelanggaraan BK-nya memadai mengun-
pendidikan prajabatan mutlak dimiliki oleh konselor, jukkerjakan konseling bagi pemenuhan kebutuhan
barulah kemudian diperkaya, dikembangkan, dipeli- perkembangan unik anak dan remaja dengan memu-
hara melalui pendidikan dalam jabatan yang difasilitasi askan lebih baik daripada konselor yang bertugas di
oleh penyelenggaraan BK yang memadai di sekolah. sekolah yang penyelenggaraan BK-nya kurang me-
Dengan kata lain, untuk mendapatkan kinerja kon- madai. Tingkat kinerja konselor yang bertugas di seko-
selor yang sangat memuaskan, pendidikan dalam ja- lah yang penyelenggaraan BK-nya memadai dalam
batan tidak dapat menggantikan pendidikan prajabatan menampilkan dimensi KK sebesar 70.63% (tinggi),
BK, bahkan pendidikan prajabatan ini ditumbuhsubur- sedangkan konselor bertugas di sekolah yang kurang
kan dalam penyelenggaraan BK yang memadai/iklim memadai pada dimensi yang sama sebesar 61.30%
sekolah yang kondusif di SMAN. (cukup). Artinya, konselor yang bertugas dalam iklim
sekolah yang suportif bagi BK mengunjukkerjakan
Kinerja Konselor Berdasarkan Iklim Sekolah kompetensi memahami, mengimplementasikan prinsip-
prinsip kerja kelompok dalam seting sekolah dengan
Hasil data persentase kinerja konselor profe- memuaskan, lebih baik daripada konselor yang ber-
sional kelompok konselor yang bertugas di sekolah tugas dalam iklim sekolah yang kurang suportif bagi
yang penyelenggaraan BK-nya memadai dan konselor BK berada pada taraf sedang. Tingkat kinerja konse-
yang bertugas di sekolah yang kurang memadai, serta lor yang bertugas di sekolah yang penyelenggaraan
dilihat pula keadaan masing-masing dimensi kompe- BK-nya memadai dalam menampilkan dimensi KI
tensi dari kedua kelompok konselor tersebut. Secara sebesar 74.95% (tinggi), sedangkan konselor yang
umum, tingkat kinerja konselor profesional yang ber- bertugas di sekolah kurang memadai pada dimensi
tugas di sekolah yang iklim penyelenggaraan BK-nya yang sama sebesar 66.38% (cukup). Ini berarti kon-
memadai mencapai sebesar 70.14% (tinggi). Sedang- selor yang bertugas di sekolah yang penyelenggaraan
kan konselor yang bertugas di sekolah yang penye- BK-nya memadai mengunjukkerjakan strategi kon-
lenggaraan BK-nya kurang memadai sebesar 64.55% seling individual dengan memuaskan, lebih baik dari-
(sedang). Perbedaan persentase ini berarti bahwa kon- pada kinerja konselor yang bertugas di sekolah yang
selor yang bertugas di SMAN yang iklim sekolahnya penyelenggaraan BK-nya kurang memadai. Tingkat
sehat bagi BK mengunjukkerjakan kompetensi kon- kinerja konselor yang bertugas di sekolah yang penye-
selor lebih memuaskan daripada konselor yang ber- lenggaraan BK-nya memadai dalam dimensi KS sebe-
tugas di sekolah yang iklim sekolahnya kurang sehat/ sar 76.16% (tinggi), sedangkan yang bertugas di
suportif. Dengan kata lain, iklim sekolah yang suportif sekolah yang penyelenggaraan BK-nya kurang me-
bagi BK ternyata memberikan urunan bagi pencapaian madai sebesar 71.44% (tinggi). Artinya kedua ke-
kinerja konselor yang tinggi. lompok konselor mengunjukkerjakan kemampuan
Secara spesifik menurut masing-masing dimensi membangun komunikasi, memperkuat hubungan
kompetensi konselor profesional, konselor yang ber- antara orang tua dan sekolah dengan memuaskan,
tugas di sekolah yang memadai penyelenggaraan BK- meskipun ada perbedaan hasil yang tipis.
nya menampilkan dimensi CK sebesar 74.92% (ting- Tingkat kinerja konselor yang bertugas di sekolah
gi), sedangkan konselor yang bertugas di sekolah kurang yang penyelenggaraan BK-nya memadai dalam di-
memadai pada dimensi yang sama sebesar 72.08% mensi KA sebesar 55.95% (rendah), sedangkan yang
(tinggi). Artinya kedua kelompok konselor sama-sama bertugas di sekolah yang penyelenggaraan BK-nya
dapat mengunjukkerjakan ciri-ciri kepribadian berupa kurang memadai pada dimensi yang sama sebesar
atribut-atribut atau sifat-sifat yang seharusnya dimi- 52.01% (rendah). Artinya kinerja kedua kelompok
liki oleh konselor profesional dengan memuaskan, konselor kurang memuaskan dalam mengunjukker-
meskipun ada perbedaan hasil yang tipis. Hasil tersebut jakan kompetensi memahami dinamika kebergan-
diperoleh bukan saja oleh dukungan latar pendidikan tungan obat dan mendiagnosis/menyembuhkan klien
BK, melainkan juga tingginya minat, sifat alami kon- yang mengalami abuse/adiksi. Tingkat kinerja kon-
selor yang menarik/menyenangkan siswa serta penga- selor yang bertugas di sekolah yang penyelenggaraan
laman kerja konselor yang lama. Tingkat kinerja kon- BK-nya memadai dalam dimensi KPPK sebesar
350 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, Juni 2011, hlm. 339-353

63.04% (cukup), sedangkan yang bertugas di sekolah lihara hubungan kolaboratif di sekolah dengan memu-
yang penyelenggaraan BK-nya kurang memadai pada askan lebih baik daripada konselor di sekolah yang
dimensi yang sama sebesar 57.76% (rendah). Hasil penyelenggaraan BK-nya kurang memadai dengan
penelitian ini memberi makna bahwa konselor yang cukup memuaskan. Tingkat kinerja konselor yang ber-
bertugas di sekolah beriklim suportif bagi BK meng- tugas di sekolah yang penyelenggaraan BK-nya me-
unjukkerjakan pemahaman terhadap dinamika keluar- madai dalam dimensi KDDR sebesar 66.94% (se-
ga dan memperkaya keterampilan orang tua, pola- dang), sedangkan yang bertugas di sekolah kurang
pola keluarga dan hubungan pasangan dengan cukup memadai penyelenggaraan BK-nya pada dimensi yang
memuaskan, sedangkan kinerja konselor yang ber- sama sebesar 62.01% (sedang). Artinya, kedua ke-
tugas di sekolah yang kurang memadai mengunjuk- lompok konselor sama-sama mengunjukkerjakan kom-
kerjakan dimensi yang sama dengan kurang memuas- petensi mendiagnosis, memahami, dan memeliharan
kan. Tingkat kinerja konselor yang bertugas di sekolah data klien berdasarkan dukungan asesmen dengan cu-
yang penyelenggaraan BK-nya memadai dalam di- kup memuaskan.
mensi KMPK sebesar 61.57 % (sedang), sedangkan Tingkat kinerja konselor yang bertugas di sekolah
konselor yang bertugas di sekolah yang penyeleng- yang penyelenggaraan BK-nya memadai dalam di-
garaan BK-nya kurang memadai sebesar 54.14% mensi KSK sebesar 67.14% (sedang), sedangkan yang
(rendah). Hasil penelitian ini memberi makna bahwa bertugas di sekolah yang penyelenggaraan BK-nya
konselor di sekolah yang penyelenggaraan BK-nya kurang memadai pada dimensi yang sama sebesar
memadai mengunjukkerjakan kompetensi merespon 57.33% (rendah). Hasil ini memberi makna bahwa
kebutuhan klien dari populasi spesifik dan multikul- konselor di sekolah yang iklimnya suportif bagi BK
tural melalui intervensi dengan cukup memuaskan mengunjukkerjakan kompetensi dalam aspek etik,
masih lebih baik daripada konselor di sekolah yang legal, aturan dan profesi serta metode dalam mengelola
penyelenggaraan BK-nya kurang memadai dengan kasus klien dengan cukup memuaskan lebih baik dari-
taraf kurang memuaskan. Tingkat kinerja konselor pada konselor yang bertugas di iklim sekolah yang
yang bertugas di sekolah yang penyelenggaraan BK- kurang suportif bagi BK dengan kurang memuaskan.
nya memadai dalam dimensi KPPB sebesar 72.98% Tingkat kinerja konselor yang bertugas di sekolah
(tinggi), sedangkan konselor yang bertugas di seko- yang penyelenggaraan BK-nya memadai dalam di-
lah yang penyelenggaraan BK-nya kurang memadai mensi KER sebesar 60.48% (sedang), sedangkan yang
sebesar 69.97% (sedang). Hasil ini memberi makna bertugas di sekolah beriklim kurang suportif bagi BK
bahwa konselor yang bertugas di sekolah yang penye- pada dimensi yang sama sebesar 53.74% (rendah).
lenggaraan BK-nya memadai mengunjukkerjakan ke- Artinya konselor yang bertugas di sekolah beriklim
terampilan menyusun program konseling perkembang- suportif bagi BK mengunjukkerjakan kemampuan
an dengan memuaskan masih lebih baik daripada menerapkan konsep dan praksis riset dan evaluasi
konselor yang bertugas di sekolah yang penyelengga- untuk kepentingan klien dengan cukup memuaskan
raan BK-nya kurang memadai dengan cukup memuas- lebih baik daripada konselor di sekolah beriklim ku-
kan. Tingkat kinerja konselor yang bertugas di sekolah rang suportif bagi BK dengan kurang memuaskan.
yang penyelenggaraan BK-nya memadai dalam di- Tingkat kinerja konselor yang bertugas di sekolah
mensi KPKK sebesar 69.09% (sedang), sementara beriklim suportif bagi BK pada dimensi KP sebesar
konselor yang bertugas di sekolah yang penyelengga- 62.86% (sedang), sedangkan yang bertugas di sekolah
raan BK-nya kurang memadai sebesar 66,54% (se- beriklim kurang suportif bagi BK pada dimensi yang
dang). Artinya kedua kelompok konselor sama-sama sama sebesar 52.59% (rendah). Hasil penelitian ini
mengunjukkerjakan penguasaan perkembangan manu- memberi makna bahwa konselor di sekolah beriklim
sia, teori perkembangan dan pilihan karir serta me- suportif bagi BK mengunjukkerjakan pemahamannya
miliki informasi diri klien maupun informasi karir yang terhadap konsep dasar asesmen yang tepat dan kom-
lengkap dengan cukup memuaskan. prehensif serta implikasinya bagi kepentingan klien
Tingkat kinerja konselor yang bertugas di sekolah dengan cukup memuaskan, lebih baik daripada kon-
yang penyelenggaraan BK-nya memadai dalam di- selor di sekolah beriklim kurang suportif bagi BK de-
mensi KKo sebesar 71.23% (tinggi), sementara yang ngan kurang memuaskan.
bertugas di sekolah kurang memadai pada dimensi Dari paparan hasil kinerja konselor berdasarkan
yang sama sebesar 66.07% (sedang). Hasil ini mem- iklim sekolah dapat dideskripsikan bahwa tingkat ki-
beri makna bahwa konselor di sekolah yang penye- nerja konselor profesional mengunjukkerjakan di-
lenggaraan BK-nya memadai mengunjukkerjakan mensi CK,KAR,KK,KI,KS,KPPB, Kko pada taraf
kompetensi memahami model konsultasi dan meme- tinggi di sekolah yang iklim penyelenggaraan BK-nya
Murad, Tingkat Kinerja Konselor Profesional 351

memadai, sedangkan tingkat kinerja konselor yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1 di bawah ini menun-
bertugas di sekolah yang iklim penyelenggaraan BK- jukkan bahwa tingkat kinerja konselor profesional
nya kurang memadai hanya 1 dimensi yang tinggi, berdasarkan latar pendidikan BK dengan iklim sekolah
yakni CK. Ada enam dimensi yang tergolong rendah memadai mencapai sebesar 72,89% (tinggi). Tingkat
diunjukkerjakan oleh konselor yang bertugas di seko- kinerja konselor profesional yang berlatar pendidikan
lah yang iklim penyelenggaraannya kurang memadai BK dan bertugas di sekolah yang iklimnya kurang
yaitu KA, KPPK, KMPK, KSK, KER, KP. Sedangkan memadai mencapai sebesar 67,23% (cukup). Selan-
konselor yang bertugas di sekolah yang iklim penye- jutnya tingkat kinerja konselor yang bukan berlatar
lenggaraan BK-nya memadai mengunjukkerjakan di- pendidikan BK dan bertugas di sekolah yang iklim
mensi yang tergolong rendah, satu dimensi saja, yakni penyelenggaraan BK-nya memadai mencapai sebesar
dimensi KA. Pencapaian tingkat kinerja yang rendah 66,48% (cukup). Kemudian tingkat kinerja yang bu-
ini disebabkan oleh kurangnya dukungan kepala se- kan berlatar pendidikan BK dan bertugas di sekolah
kolah baik moril maupun materil sehingga meskipun yang iklim penyelenggaraan BK-nya kurang me-
terdapat 14 konselor berlatar pendidikan BK bertugas madai mencapai sebesar 59,46% (rendah).
di sekolah tersebut tidak cukup berarti meningkatkan
kinerja dimensi konselor profesional. Temuan ini seja- Tabel 1. Persentase Kinerja Konselor Profesional
lan dengan pandangan teori yang dikemukakan Furqon Berdasarkan Latar Pendidikan dan
dkk (2003) bahwa tingkat kinerja yang tinggi hanya Iklim Sekolah
dapat terwujud dengan optimal apabila didukung oleh
Aspek
lingkungan sistem sosial yang disebut dengan iklim Skor Skor
Latar Iklim %
sekolah. Uraian di atas memberikan makna bahwa Aktual Ideal
Pendidikan Sekolah
kinerja yang memuaskan tersebut tidak dihasilkan di
ruangan hampa, melainkan kinerja konselor memu- BK Memadai 7347 10080 72.89
askan didapatkan melalui interaksi unik dalam sistem BK Kurang 6438 9576 67.23
memadai
sosial yang berlangsung terus menerus dalam watu
yang lama. Ini berarti juga bahwa kinerja dimensi kon- Non BK Memadai 5026 7560 66.48
selor profesional tersebut diunjukkerjakan dalam di- Non BK Kurang 2997 5040 59.46
memadai
mensi ruang dan waktu.
Kepedulian kepala sekolah seyogyanya diwu-
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1 dapat
judkan nyata dalam bentuk dukungan konkret seperti
dikemukakan bahwa terdapat perbedaan capaian se-
ruangan, peralatan, sarana dan fasilitas BK serta men-
cara konsisten ke empat kelompok konselor di atas.
supervisi program BK secara terjadwal dan berkelan- Perbedaan capaian itu terjadi karena pengaruh aspek
jutan. Para guru berkolaborasi dengan konselor dalam latar pendidikan BK dan iklim sekolah yang kondu-
menangani terciptanya suasana siswa termotivasi untuk sif bagi BK. Capaian ini sejalan dengan penelitian
belajar dan menguasai kompetensi. Persepsi siswa dan Furqon dkk (2003) bahwa kinerja konselor profesional
orang tua juga semakin positip terhadap BK. Mereka setidaknya didukung oleh kompetensi, kondisi envi-
tidak memandang ruang BK sebagai tempat anak yang ronmental dan kondisi kontekstual. Kompetensi diper-
bermasalah, namun sebagai tempat untuk mengem- oleh dari latar pendidikan BK dan kondisi environ-
bangkan dan mengaktualisasikan potensi diri. Persepsi mental dan kondisi kontekstual difasilitasi oleh iklim
siswa ini seyogyanya perlu diubah dengan cara me- sekolah. Seiring dengan hasil penelitian ini, Natawidjaja
nampilkan layanan BK yang signifikan. Dengan ada- (1990) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa
nya kondisi sistem sosial sekolah yang telah terbangun penerapan bimbingan oleh guru dalam proses belajar
kondusif dan positif ini, mendukung tingkat kinerja mengajar belum memuaskan. Penerapan bimbingan
konselor profesional. Dengan demikian, iklim sekolah di sekolah terbukti masih berada pada taraf rutin. Pe-
memberikan urunan bagi tingginya tingkat kinerja kon- nerimaan terhadap eksistensi BK di sekolah masih
selor profesional. sebagai tugas formal dan para petugas bimbingan be-
lum melibatkan diri secara utuh dalam memperbaiki
kondisi. Petugas bimbingan meragukan apakah mereka
Kinerja Konselor Berdasarkan Latar Pendidikan
mampu menjalankan peran sebagai petugas bimbing-
dan Iklim Sekolah
an. Demikian pula yang terjadi terhadap para siswa
Hasil data persentase kinerja konselor profesio- sebagai akibat kinerja konselor/petugas bimbingan,
nal berdasarkan latar pendidikan dan iklim sekolah masih menunjukkan sikap kurang positif dan masih
352 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, Juni 2011, hlm. 339-353

enggan memanfaatkan pelayanan BK di sekolahnya. Makna dan esensi temuan di atas adalah bahwa
Kartadinata (2005) memerinci hasil penelitiannya di kesejahteraan psikologis klien/siswa sangat dipenga-
SMA se-Jawa Barat memperkuat hasil penelitian ini ruhi oleh tingginya kualitas kinerja konselor profesio-
bahwa mutu bimbingan masih perlu ditingkatkan. As- nal. Tingginya kualitas kinerja konselor profesional
pek program bimbingan, ketenagaan, prosedur dan hanya bisa diperoleh dengan adanya konselor berlatar
teknik, isi bimbingan serta daya dukung lingkungan pendidikan BK dan iklim sekolah yang suportif ter-
termasuk manajemen, pembinaan profesional dan sara- hadap kinerja BK. Dengan kata lain, latar pendidikan
na prasarana merupakan aspek-aspek yang memerlu- BK dan iklim sekolah yang suportif bagi BK menjadi
kan penataan secara sistemik dan sistematik. Makna prasyarat mutlak bagi tingginya kinerja konselor di se-
hasil penelitian sebagaimana tercantum pada Tabel 1 kolah. Kesadaran akan pentingnya kualitas kompetensi
dan makna hasil ketiga penelitian di atas menunjuk- dalam diri konselor tidak hanya dengan mengem-
kan bahwa kinerja konselor profesional diuruni oleh bangkan segi kognitif, afektif, dan psikomotorik, me-
latar belakang pendidikan dan iklim sekolah. Secara lainkan seyogyanya dilandasi oleh dan diintegrasikan
lebih tegas, kinerja konselor yang sangat memuaskan dengan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
secara signifikan diuruni oleh latar pendidikan BK Berkualitasnya kinerja konselor secara esensial dimulai
dan iklim sekolah yang kondusif bagi BK. dari evaluasi diri (self-evaluation) konselor. Hasil eva-
Jika ke-4 kelompok konselor sebagaimana ter- luasi diri ini membawa implikasi pada pentingnya
cantum pada Tabel 1 dibandingkan tampak bahwa ting- pendidikan konselor dan iklim sekolah yang suportif
kat kinerja konselor profesional tertinggi (72,89%) bagi BK untuk dituangkan dalam program nyata bagi
adalah kinerja konselor yang berlatar pendidikan BK pihak yang berkompeten.
dan iklim sekolah yang memadai. Tingkat kinerja
konselor terendah (59,46%) adalah kinerja konselor SIMPULAN
yang bukan berlatar pendidikan BK dan iklim sekolah
yang kurang memadai. Hasil perbedaan yang menyo- Tingkat kinerja konselor profesional yang dica-
lok dua kelompok tersebut memberikan informasi pai para konselor saat ini secara empirik berada pada
lebih terinci bahwa latar pendidikan BK dan iklim tingkat sedang, meskipun tingkat kinerja konselor
sekolah yang memadai/suportif memberikan urunan profesional yang ditampilkan konselor bila dilihat
bagi tingginya tingkat kinerja konselor profesional. dari tiap-tiap dimensi terbukti sangat variatif. Selain
Selain itu, bila dibandingkan antara kinerja ke- itu, latar pendidikan BK memberikan urunan pada
lompok konselor berlatar pendidikan BK yang bertu- pencapaian tingkat kinerja konselor profesional yang
gas di sekolah yang iklim penyelenggaraan BK-nya tinggi. Kesimpulan ini didasarkan pada dua temuan
kurang memadai (67,23%) dan kinerja kelompok penelitian yang menyatakan bahwa pertama, tingkat
konselor yang bukan berlatar pendidikan BK bertugas kinerja konselor profesional yang berlatar pendidikan
di sekolah yang iklimnya memadai (66,48%) tampak BK mencapai pada taraf tinggi, sedangkan tingkat
pula bahwa latar pendidikan BK lebih kuat membe- kinerja konselor yang bukan berlatar pendidikan BK
rikan urunan bagi tingginya tingkat kinerja konselor hanya berada pada taraf sedang, dan kedua, tingkat
profesional daripada iklim sekolah. Artinya, konselor kinerja konselor profesional di sekolah beriklim su-
berlatar pendidikan BK memiliki pemahaman, pengua- portif bagi BK mencapai pada taraf tinggi, sedangkan
saan tentang apa yang seharusnya dilakukan melalui tingkat kinerja konselor profesional di sekolah beriklim
program BK yang didesain untuk diunjukkerjakan, kurang suportif bagi BK mencapai pada taraf sedang.
meskipun kelompok konselor ini banyak menghadapi Dinamika hasil penelitian yang terjadi pada pen-
tantangan kondisi sekolah yang kurang memadai. Ke- capaian persentase tingkat kinerja nyata dari yang ter-
lompok konselor ini masih dapat mengunjukkerja- tinggi hingga terendah atau sebaliknya dari yang teren-
kan kompetensi konselor seadanya. Berbeda halnya dah hingga tertinggi memperkuat dukungan bahwa
dengan konselor yang bukan berlatar pendidikan BK, latar belakang pendidikan dan iklim sekolah membe-
walupun bertugas di sekolah yang iklim penyelengga- rikan urunan bagi pencapaian tingkat kinerja konselor
raan BK-nya memadai, dipastikan tidak dapat berbuat profesional. Singkatnya, penelitian ini menemukan
sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena bahwa kinerja konselor profesional diuruni oleh latar
konselor kelompok ini tidak memiliki pengetahuan, pendidikan BK dan iklim sekolah yang suportif bagi
kemampuan, dan keterampilan mumpuni yang diharap- BK.
kan untuk mengunjukkerjakan kompetensi konselor.
Murad, Tingkat Kinerja Konselor Profesional 353

DAFTAR RUJUKAN

ABKIN. 2005. Standar Kompetensi Konselor Indonesia. ratif Guru-Dosen. Laporan Penelitian tidak diter-
Analisa, 3 April, 2005. Sebanyak 73,4% Pengguna Narkoba bitkan. Bandung: PPB FIP UPI.
di Sumatera Utara adalah Usia Sekolah, hlm.3. Hatip, M. 1989. Profil Konselor Sekolah Menengah Atas.
Asrori, M. 1990. Unjuk Kerja Petugas Bimbingan Ditela- Tesis, Fakultas Pascasarjana IKIP Bandung
ah Dari Latar Belakang Pendidikan dan Pengalam- Kartadinata, S. 2005. Arah dan Tantangan BK Profesional:
an Kerja. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS Proposisi Historik-Futuristik: Tema Perspektif Baru
IKIP Bandung. Profesi Konseling di Era Global. Makalah disaji-
Bowers, J.J. & Hatch, P.A. 2002. The National Model for kan dalam Seminar di FIP & PPS UPI.
School Counseling Programs. (Online), (http://www. Kartadinata, S. 2010. Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan
Schoolcounselor. Org. html, diakses 17 November dan Kenyataan. Bandung: UPI Press.
2002). Murad, A. 2005. Standar Kualitas Kompetensi Konselor
Canadian Standards and Guidlines for Career Development, Profesional. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung:
2001. Core Competencies, Ontario, ATEC for the PPS UPI Bandung.
National Steering Committee for Career Develop- Muri, Y. A. 1995. Program Pengembangan Profesionalitas
ment Guidlines and Standards. Petugas Bimbingan Sekolah. Disertasi tidak diter-
Dahlan, M.D. 1988. Posisi Bimbingan dan Penyuluhan bitkan. Bandung: PPS UPI Bandung.
dalam Pendidikan dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Natawidjaja, R. 1990. Fungsi dan Profesionalisasi BK dalam
Bandung: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pendidikan. Bandung: Pidato Pengukuhan Jabatan
di IKIP Bandung. Guru Besar dalam Ilmu Pendidikan pada FIP IKIP
Depdiknas. 2003. Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Bandung. Tanggal 18 Oktober 1990.
Jakarta: Depdiknas. Supriadi, D. 1990. Profesi dan Profesionalitas Konseling.
Engels, D.W. & Dameron, J.D. 1990. The Professional Makalah disajikan pada Seminar Konseling, PPS
Counselor: Competencies, Performance Guidelines IKIP Bandung.
and Assesment. 2nd. Ed. Texas: American Associa- Waspada. 11 Juni, 2010. 34,58 % Siswa SMA di Sergai
tion for Counseling and Development. Pengonsumsi Rokok Aktif, hlm. 4.
Furqon, dkk. 2003, Peningkatan Kinerja Profesional Guru
Pembimbing Melalui Penelitian Tindakan Kolabo

Anda mungkin juga menyukai