Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

OLEH:
HERWADI
NIM 0332183035

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
A. IDENTITAS REVIEWER
Nama : Herwadi
NIM : 0332183035
Program : Magister Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas : FITK
Tugas : Critical Journal Review
Judul : Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
Tempat tugas : SMK N 2 Binjai
B. KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang Allah
SWT,karena atas itu semua penulis mampu menyelesaikan tugas”Critical Journal Review”sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan.Sholawat dan salam tercurah kepada junjungan alam,sang
pemimpin sejati Rosulullah Muhammad SAW yang telah memberi jalan terbaik buat dan
menjadi rahmat seluruh isi alam.Semoga kita sebagai pengikut sunnah beliau terus menebar
risalah ke seluruh penjuru dunia.

Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang dalam kepada
pengampu Mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan yang telah begitu banyak
menginspirasi dalam proses pembuatan serta penyusunan Critical Juornal ini.Terima kasih juga
kepada rekan-rekan dalam Kelas Magister Manajemen Pendidikan Islam non regular yang selalu
mendukung dan saling memotivasi hingga terselesaikannya “Critical Journal Review”ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Critical Journal Review ini masih banyak
kekurangan dalam segala aspek dan memerlukan begitu banyak perbaikan.Penulis merasa sangat
membutuhkan kritik saran yang membangun agar Critical Journal Review ini lebih sempurna dan
memberi manfaat kepada khalayak pembaca seluruhnya.Aamiin ya Robbal ‘Alaamiin.

Penulis
C.JURNAL KE-1

I.DATA/IDENTITAS JURNAL JURNAL KE-1

The Effect of Training with TQM on the Perceptions of Teachers about


JUDUL
the Quality of Schools
JURNAL Universal Journal of Educational Research
TEMPAT Turkey
PENULIS Esen Altunay
VOL -
NO -
TAHUN 2016
ISSN 2332-3205

II.RINGKASAN/DESKRIPSI

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh pelatihan dengan manajemen
kualitas total (TQM) pada persepsi guru. Dalam penelitian ini digunakan model eksperimen.
Kelompok studi penelitian terdiri dari guru yang bekerja di sekolah-sekolah Departemen
Pendidikan. Kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data. Akhirnya, diamati bahwa
pendidikan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen kualitas total efektif untuk menentukan
persepsi guru tentang praktik manajemen kualitas total di sekolah mereka. Mereka berpikir
bahwa praktik manajemen kualitas total tidak memadai di sekolah mereka. Pelatihan dengan
TQM mungkin disediakan bahwa para peserta memiliki penilaian praktik dan peningkatan
kualitas yang lebih realistis di sekolah mereka.

1. Pendahuluan

Kebanyakan orang menginginkan yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Semua orang
menginginkan kualitas hidup dan keinginan ini tidak tergantung pada waktu dan situasi, karena
orang ingin memiliki kondisi terbaik sambil memenuhi setiap kebutuhan dalam setiap periode
kehidupan seperti masa kanak-kanak, dewasa atau lanjut usia sekarang dan di masa lalu. Tingkat
dan bentuk harapan kualitas berubah sesuai dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan orang.
Juga, orang mencari kualitas saat mereka menyediakan kebutuhan mereka di setiap tahap
kehidupan. Salah satu tahapan yang dicari kualitasnya adalah kehidupan sekolah. Kehidupan
sekolah sangat penting bagi setiap orang dan masyarakat, karena orang-orang dididik dengan
pengetahuan dan keterampilan untuk memenuhi perubahan kebutuhan diri dan masyarakat
selama kehidupan sekolah. Lembaga pendidikan harus mewujudkan tugas ini dengan sukses.
Agar fakta bahwa tugas dan tanggung jawab lembaga pendidikan dapat berhasil maka perlu
bahwa proses pendidikan harus memiliki kualitas tinggi

Pendidikan yang berkualitas berarti mencapai tujuan yang dimaksudkan dan dilaksanakan
oleh siswa. Pendidikan berkualitas tinggi adalah bahwa sistem pendidikan disetujui oleh
masyarakat. Pendidikan berkualitas tinggi adalah bahwa guru dan kepala sekolah memiliki
pengetahuan dan bakat mengikuti perkembangan terkini. Tak lama orang memiliki perilaku ini di
akhir proses pendidikan [3,2]. Oleh karena itu, proses pendidikan harus didefinisikan,
dikendalikan, dikembangkan, standarisasi dan kecukupan harus disediakan untuk kualitas
[4,5,6,7]. Kualitas sistem pendidikan berarti menyediakan kualitas dan kekayaan sumber daya
manusia, sumber fisik, layanan siswa, lingkungan sosial dan budaya, teknologi pendidikan, kerja
sama pendidikan dan lingkungan, administrasi dan kurikulum pendidikan [2,3]. Dengan kata
lain, sistem pendidikan harus dinaikkan (mempertinggi) karakteristik dan kualitasnya secara
keseluruhan.

1.1. Kerangka Teoritis

Kualitas didefinisikan secara berbeda oleh banyak penulis. Karena kualitas bervariasi menurut
sudut pandang, dibentuk dengan persyaratan dan kriteria masyarakat [14,15,16,17]. Di sisi lain
total quality management (TQM) adalah total pendekatan manajemen, filosofi, struktur
organisasi, dan metode. TQM dapat sepenuhnya berhasil dengan mempraktekkan faktor-faktor
dasar yang menekankan faktor manusia dan saintisme [2,18]. TQM adalah kegiatan yang
bertujuan pada proses produksi di mana manajer lembaga, pekerja, dan siswa diperlukan untuk
menyadari masalah atau kegagalan dan memutuskan untuk solusinya [13]. Aplikasi pertama dan
prinsip-prinsip dasar TQM di lembaga pendidikan biasanya berfokus pada peningkatan proses
manajemen. Namun baru-baru ini prinsip-prinsip TQM telah dianggap dapat digunakan secara
efektif dalam proses pengajaran dan ruang kelas dan juga untuk memberikan efek penting pada
keberhasilan dan sikap siswa [9]. Dalam hal ini untuk menerapkan TQM di lembaga pendidikan
manajemen puncak berkewajiban untuk memahami filosofi TQM dengan baik, untuk
mendedikasikan dan menjadi pemimpin praktik TQM [12]. Administrator yang memahami
filosofi TQM, misi dan memiliki sudut pandang visioner dapat berhasil dalam praktiknya [14].
Di sisi lain, praktik TQM mungkin tidak berhasil karena tidak memadainya substruktur,
manajemen puncak, kecurigaan pekerja terhadap praktik TQM di sekolah [14,19].

1.2. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian

Pertanyaan penelitian adalah "Apa efek pelatihan dengan TQM pada persepsi guru
tentang praktik TQM di sekolah mereka?" Dengan demikian hipotesis penelitian adalah sebagai
berikut: H1. Pelatihan dengan TQM mempengaruhi persepsi guru tentang penerapan TQM di
sekolah mereka antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H2. Pelatihan dengan TQM
mempengaruhi persepsi guru tentang penerapan TQM di sekolah mereka antara pengukuran (pre
test-post test). H3. Beberapa karakteristik demografis guru mempengaruhi persepsi mereka
tentang penerapan TQM di sekolah mereka.

2. Bahan-bahan dan metode-metode

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian eksperimental. Dalam penerapan proses
penelitian digunakan desain Pre test-post test Control Group (PPCD) design. Pertama, dalam
penelitian ini ditentukan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen terdiri dari guru dan
kepala sekolah. Juga, grup ini adalah mahasiswa pascasarjana. Kedua, ditentukan kelompok
kontrol. Kelompok kontrol terdiri dari guru dan kepala sekolah yang bekerja di sekolah yang
berbeda dari Departemen Pendidikan (EM) di Turki. Pra-tes dan pasca-tes diterapkan pada
kelompok-kelompok ini oleh peneliti. Dosen menerapkan prinsip-prinsip TQM di kelas dan
mengendalikan dinamika kelompok, membangun konsensus, dan gaya pengambilan keputusan
kolaboratif. Karena Total Quality Management adalah salah satu cara terbaik untuk secara efektif
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan [29].

2.1. Kelompok Studi

Kelompok penelitian eksperimental terdiri dari guru dan kepala sekolah yang bekerja di
sekolah-sekolah Departemen Pendidikan. Juga, para guru dan kepala sekolah ini adalah
mahasiswa pascasarjana dalam Program Magister Administrasi Pendidikan, Universitas
Okan. Teknik pengambilan sampel bertujuan digunakan untuk memilih kelompok studi
penelitian. Kelompok studi terdiri dari 27 peserta perempuan dan 23 peserta laki-laki.
Terlihat bahwa 8 dari mereka memiliki 1-5 tahun, 11 dari mereka memiliki 6-10 tahun, 11
dari mereka memiliki 16-20 tahun dan 7 dari mereka memiliki 21 tahun dan senioritas yang
lebih profesional. 26 peserta adalah guru dan 15 peserta adalah asisten administrator dan 9
peserta adalah kepala sekolah. Pengalaman latar belakang peserta terbanyak di sekolah
mereka adalah 1-5 tahun.

2.2. Prosedur

25 orang untuk kelompok eksperimen dan 25 orang untuk kelompok kontrol dipilih. Skala
Persepsi (penilaian praktik TQM di sekolah mereka) diterapkan untuk menentukan situasi
persepsi peserta sebelum aplikasi dan setelah aplikasi. Sementara kelompok eksperimen
mengambil program pelatihan berdasarkan pada kepala sekolah TQM, itu tidak menerapkan
pendidikan apa pun untuk kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, intervensi diharapkan
mengarah pada temuan yang dihipotesiskan, karena investigasi pembelajaran profesional
peserta dan pengembangan organisasi pendidikan guru in-service dengan TQM akan
berkontribusi pada prestasi siswa di masa depan. Praktik TQM di kelas meningkatkan
keterampilan penilaian diri dan kesadaran orang. Oleh karena itu, seseorang menemukan
lebih banyak gaya belajar pribadi [29]. Karena alasan ini, prosedur diterapkan selama tiga
minggu.

3. Hasil

3.1. Pengaruh Pelatihan dengan TQM pada Persepsi Guru Pertama-tama persepsi dari kelompok
eksperimen dan kontrol tentang penerapan prinsip-prinsip TQM di sekolah diukur. Untuk
tujuan ini, hasil uji Mann-Whitney U menentukan signifikansi perbedaan antara skor pra-tes
tentang persepsi kelompok eksperimen dan kontrol.

3.2. Pengaruh Pelatihan dengan TQM pada Persepsi Guru antara Pengukuran Untuk menentukan
perbedaan antara nilai rata-rata pre-test dan post-test dari skala persepsi dari prinsip-prinsip
TQM dari kelompok kontrol melakukan hasil uji peringkat Wilcoxon yang ditandatangani.
3.3. Karakteristik Demografis dan Persepsi Guru Menurut beberapa variabel seperti posisi, jenis
kelamin, senioritas profesional dan latar belakang pengalaman hasil peserta tentang persepsi
penerapan prinsip-prinsip TQM diselidiki. Untuk menentukan pengaruh posisi (jenis tugas)
pada skor post-test dilakukan uji Kruskal-Wallis H

4. Diskusi dan Kesimpulan

Menurut hasil kami, perbedaan antara nilai pre-tes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak signifikan. Artinya, pada awalnya, pandangan mereka mirip dengan praktik TQM
di sekolah mereka. Tetapi setelah kursus, pendapat kelompok eksperimen negatif. Pelatihan
dengan Total Quality Management mempengaruhi persepsi peserta dan peserta dievaluasi untuk
menurunkan kesesuaian praktik di sekolah mereka berdasarkan prinsip-prinsip TQM. Menurut
literatur ditentukan bahwa guru dianggap efektif TQM di sekolah mereka [14]. Aydın dan
Şentürk [30] ditentukan bahwa TQM secara substansial dapat diterapkan di sekolah dasar. Dalam
penelitian Okay [31] efek dari praktik TQM di sekolah menengah terhadap komunikasi para
pemangku kepentingan ditemukan di tingkat menengah [14]. Dalam hasil penelitian lain, kepala
sekolah melaporkan pendapat positif tentang penerapan TQM di sekolah menengah [2]. Guru
bekerja di tim TQM miliki pendapat positif lebih dari guru yang tidak bekerja di tim TQM
tentang praktik TQM yang memberikan kontribusi positif untuk komunikasi antara guru dan
keluarga siswa [31].

Özdemir [9] melaporkan bahwa mengajar berdasarkan prinsip-prinsip TQM lebih efektif dalam
meningkatkan sikap dan prestasi siswa daripada teknik pengajaran lainnya. Selain itu Kocabaş
[32] menyimpulkan bahwa keberhasilan siswa dalam pelajaran bahasa Inggris meningkat dengan
menggunakan prinsip-prinsip TQM. Esirtgen [33] melaporkan bahwa di beberapa lembaga
pendidikan swasta keberhasilan siswa meningkat dengan kegiatan pengajaran dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip TQM. Menurut hasil penelitian ini dan literatur di lembaga
pendidikan tingkat kesadaran tentang prinsip TQM rendah.

Alasan hasilnya adalah rendahnya tingkat kesiapan atau tingkat pengetahuan dasar.
Setelah percobaan, tingkat persepsi kelompok kontrol menunjukkan peningkatan parsial karena
mereka cenderung mengingat pra-tes atau memiliki upaya perlindungan sekolah mereka. Namun,
persepsi kelompok eksperimen tentang penerapan prinsip-prinsip TQM dipengaruhi secara
negatif. Meskipun kesadaran eksperimental mungkin telah dikembangkan, mereka mungkin telah
meningkatkan harapan mereka dan melihat praktik yang tidak memadai saat ini. Pelatihan
dengan TQM menyediakan untuk menghadapi praktik TQM untuk guru yang berpartisipasi.
Dalam konteks ini, penelitian ini menyajikan hasil awal untuk peneliti manajemen pendidikan
pada literatur pendidikan internasional.

4. Keterbatasan Penelitian & Studi Masa Depan

Salah satu batasan dari penelitian ini adalah ukuran sampel yang kecil. Penelitian di masa
depan mungkin memperluas ukuran sampel. Selain itu penelitian ini dilakukan selama tiga
minggu, penelitian di masa depan mungkin lebih lama. Keterbatasan lain adalah kenyataan
bahwa evaluasi kursus dibuat dalam satu kelompok guru saja. Perbandingan dengan kelompok
lain mungkin mengungkapkan beberapa perbedaan antara hasil dalam dua kelompok. Akhirnya,
meskipun penelitian ini penting untuk menentukan perubahan persepsi guru (peserta) tentang
TQM, pelatihan dalam jabatan dan program magister harus dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran mereka dan ini harus berkelanjutan. Dalam program lembaga pelatihan guru harus
ditambahkan kursus elektif (pelajaran) yang terdiri dari implementasi prinsip-prinsip TQM di
kelas. Dengan kursus elektif ini, calon guru dapat berkontribusi bahwa siswa mereka belajar
bentuk yang lebih berkualitas melalui penerapan prinsip-prinsip TQM dalam proses pengajaran
dengan.

III.KEMUTAKHIRAN/KEKHASAN JURNAL

Jurnal Internasional yang ditulis oleh akademisi Turki ini sangat fokus yang membidik tentang
bagaimana persepsi guru terhadap mutu sekolah melalui pelatihan penjaminan mutu
terpadu.Jurnal ini tidak terlalu melebar,sehingga sangat bagus informasinya.

IV.KELEBIHAN

Jurnal ini sangat rapi dalam tata penulisannya,terlihat seluruh aspek standar seperti
pendahuluan,pertanyaan dan hipotesis penelitian,bahan dan metode yang tersaji
lengkap,kerangka teoritis,sampai pada penyajian hasil yang berbentuk tabel-tabel data sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami fokus penelitian ini.
V.KELEMAHAN

Reviewer agak kesulitan dalam melihat kelemahan jurnal ini terlebih memang dalam bahasa
Inggris yang terkadang pemahaman arti dari pembahasannya harus diterjemahkan dan sedikit
berbeda gaya bahasanya.Namun ada hal yang agak mengganggu yakni dalam mencantumkan
kutipan buku referensinya dituliskan kurang umum,yang menurut periview jarang dilakukan
penulis lain yaitu membuat kurung siku dengan angka urutan buku rujukan.Hal ini menjadikan
tampilan terkesan ‘berserakan’dan kurang nyaman saat dibaca karena terlalu banyak angka yang
muncul di dalam redaksi tulisannya.

D.JURNAL KE-2

I.DATA/IDENTITAS JURNAL JURNAL KE-2

JUDUL Total Quality Management in School


JURNAL IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM)
TEMPAT Malaysia
PENULIS Fuzainah Taahyadin ,Yaakob Daud (Phd)
VOL 20
NO 6
TAHUN 2018
ISSN 2319-7668

II.RINGKASAN/DESKRIPSI

Abstrak

Penelitian ini mengidentifikasi tingkat kualitas sekolah di Kedah dan Bali untuk melihat
hubungan antara indikator kualitas sekolah yang Nilai dan Tugas, Sistem dan Tim, Sumber Daya
dan juga Pertemuan Staf Murid dan Pemberdayaan. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk silang
antar seksi. Sebanyak 375 guru yang bekerja di sekolah menengah di Kedah terpilih sebagai
responden jawab kuesioner Total Quality Management in School oleh West-Burham (1992).
Data analis ditampilkan menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 53,50. Selain itu, temuan data
juga menunjukkan adanya korelasi di antara semua indikator kualitas sekolah. Temuan
menunjukkan bahwa beberapa perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan lingkungan budaya
sekolah yang positif dan kinerja keunggulan generasi pendidik. Pemimpin sekolah seharusnya
lebih proaktif dan bijak dalam mengelola sekolah

I. Pendahuluan

Kualitas sekolah adalah elemen paling penting dari sekolah karena merupakan salah satu penentu
efektivitas sekolah setelah implementasi peningkatan dilakukan. Efektivitas sekolah juga jelas
dapat dilihat melalui prestasi akademik siswa (Lezotte, 2010; Rutter dan Maughan, 2002).
Kualitas sekolah tidak hanya mempengaruhi pembelajaran siswa melalui pelatihan instruksional
dan bakat siswa, situasi kelas, budaya sekolah dan lingkungan sekolah, tetapi juga
mempengaruhi pembelajaran siswa baik secara langsung maupun tidak langsung (Mayer,
Mullens, dan Moore, 2000). Perbedaan dalam kinerja akademik para siswa ini menyebabkan
efektivitas sekolah yang ditemukan bervariasi antara sekolah dan sekolah lain (Gorard, 2010). Di
antara alasan utama lainnya mengapa efektivitas sekolah berbeda adalah bahwa beberapa
manajemen kepemimpinan sekolah telah menggunakan ukuran kualitas sekolah yang lemah, atau
mereka belum memasukkan unsur-unsur kunci kualitas dalam manajemen sekolah mereka
(Mayer et al., 2000). Di Malaysia, kualitas sekolah dirujuk melalui peringkat sekolah yang
ditetapkan oleh Inspektorat Sekolah. Instrumen Standar Kualitas Pendidikan Malaysia digunakan
untuk menetapkan nilai par atau tingkat keunggulan yang diinginkan atau harus dicapai oleh
sekolah. Namun, dari pengamatan sembilan tahun berturut-turut tentang pencapaian kinerja
siswa di Kedah yang menduduki SijilPelajaran Malaysia, negara bagian Kedah berada di
peringkat antara 11 dan 13 di Malaysia. Ini menunjukkan perlunya mempelajari masalah ini lebih
dalam.

II Kualitas Sekolah

Kualitas mengacu pada fitur atau layanan produk yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan (Juran dan Godfrey, 1999). Organisasi yang baik, baik publik atau swasta, adalah
organisasi yang memahami kualitas dan mengetahui rahasia kualitas, yang, mereka harus selalu
mendengarkan dan bereaksi dengan cepat terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Ini
karena menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi (Sallis, 2005). Kualitas
sekolah, pada gilirannya, mengacu pada berbagai aspek urusan yang terjadi di sekolah termasuk
administrasi, pengajaran dan pembelajaran, ko-kurikulum, proyek pengembangan siswa dan
lingkungan sekolah. Kualitas sekolah mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sosial negara
tersebut. Sekolah dianggap gagal dalam misinya, jika siswa tidak diajar dengan nilai-nilai dan
keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk menjadi komunitas yang baik dan siswa tidak
diajarkan dengan keterampilan akademik yang diperlukan untuk menjadi lebih produktif dalam
ekonomi (Mayer et al. , 2000). Ini berarti bahwa kegagalan sekolah untuk memenuhi tanggung
jawabnya juga dapat mempengaruhi masa depan siswa.

Trujillo (2013) dalam studinya menemukan bahwa efektivitas sekolah tergantung pada
kurikulum yang selaras dengan standar, struktur organisasi yang koheren, kepemimpinan
mengajar yang kuat, pemantauan dan evaluasi yang sering dan pembelajaran profesional.

Nilai dan tugas (nilai dan tugas) Kent dan Terrence (2002) menyatakan bahwa nilai adalah
seperangkat standar kualitas yang harus didefinisikan sebagai tingkat yang sangat baik.
Sedangkan Harcourt, Area, dan State (2016) menyatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya,
persiapan guru adalah proses dalam sistem pendidikan. Ini adalah proses untuk membuat guru
terampil, efisien dan efektif di kelas dan sekolah, sehingga memperlengkapi mereka sebagai guru
profesional. Holliman (2015) menyatakan bahwa guru yang hadir di sekolah memiliki nilai dan
keyakinan yang kuat untuk menetapkan seperangkat norma komitmen mereka untuk bekerja agar
bermanfaat bagi sekolah dan para siswanya.

Sementara itu, Erdemli (2015) menemukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
perilaku fisik dan psikologis dengan sub-dimensi berorientasi tugas. Selain itu, Mohammadtaheri
(2011) mencatat bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor ekonomi, hubungan
manusia, faktor sekolah, pengetahuan guru, sistem nilai dan sifat kepribadian terkait dengan
komitmen kerja guru.

Sistem dan tim (sistem dan tim)

Budaya sekolah kolaboratif dan hubungan profesional bukan hanya kebetulan. Sebaliknya, perlu
dipupuk dan dilestarikan. Kepemimpinan sekolah harus bijaksana dalam menetapkan pekerjaan
sehingga ada budaya kerja tim yang positif di sekolah. Ejionueme (2015) menyatakan bahwa
aplikasi kerja tim memungkinkan guru untuk berbagi ide dan pengetahuan mereka dan kerja tim
juga memotivasi staf untuk tetap berhubungan satu sama lain. Secara tidak langsung, ini
membuktikan bahwa kerja tim sangat penting untuk manajemen kualitas di sekolah dan tim
dapat dibentuk untuk berkomunikasi lebih efektif dalam administrasi sekolah. Sementara itu,
Quintero (2017) menyatakan bahwa kinerja siswa meningkat secara dramatis karena guru
memiliki kerja tim yang baik. Sedangkan Mulford (2003) menyatakan bahwa sistem yang
ditetapkan oleh kepemimpinan sekolah harus diimbangi dengan pembelajaran sehingga diterima
dengan baik oleh tim sekolahnya. Selain itu, Schochet dan Chiang (2010) dalam studinya
menekankan bahwa sistem pengukuran kinerja guru perlu dipertimbangkan dengan cermat oleh
pembuat kebijakan. Mereka lebih lanjut menyarankan bahwa nilai tambah dalam pengukuran
kinerja guru diadakan sehingga dapat memberikan keunggulan dalam mengukur kualitas guru.

Sumber daya dan perubahan

Wang, Walters, dan Thum (2013) dalam studinya menyarankan pentingnya menggunakan nilai
tambah atau kemajuan pembelajaran siswa sebagai ukuran pelengkap keberhasilan sekolah,
terutama untuk membuat keputusan kebijakan utama untuk sebuah sekolah. Ini sejalan dengan
temuan Zmuda, Kuklis, dan Kline (2004) yang menyatakan bahwa dukungan sistemik terhadap
kebijakan, struktur dan sumber daya dapat mempertahankan fokus berkelanjutan pada tujuan dan
keputusan yang disepakati oleh suatu organisasi. Dan itu menyoroti sifat jangka panjang dari
proses perubahan pendidikan. Sementara Holliman (2015) menemukan bahwa guru dengan
kinerja tinggi dan komitmen memiliki kemampuan untuk berinovasi dan ini dapat mempengaruhi
sikap dan sikap siswa terhadap sekolah meskipun sumber daya terbatas.

Memenuhi kebutuhan siswa dan staf yang diberdayakan Sallis (2005) menyatakan bahwa
kualitas adalah tentang memenuhi dan melampaui kebutuhan dan keinginan pelanggan. Ini
berarti bahwa di sekolah adalah penting untuk membuat keinginan dan keinginan siswa dan
manajemen menjadi lebih jelas. Hal ini sejalan dengan West-Burnham dan Bradbury (2003)
yang menetapkan kebutuhan siswa dan manajemen sekolah yang harus dipenuhi termasuk
menentukan penempatan siswa, merekomendasikan ukuran kelas, menentukan metode pelaporan
kemajuan siswa kepada orang tua, memilih layanan konseling, mengidentifikasi siswa untuk
penghargaan, dan membantu memecahkan masalah akademik dan pribadi siswa. Demikian pula
dengan Dorsey (1999) yang menyatakan bahwa karyawan perlu memahami bagaimana mereka
dan siswa mereka akan mendapat manfaat dari perubahan fokus pelanggan. Kombinasi
profesionalisme dengan kualitas terbaik sangat penting untuk mencapai keberhasilan di sekolah.
Sedangkan Tetzloff (1996) menyatakan bahwa guru perlu menggunakan strategi pengajaran yang
sesuai untuk memenuhi kebutuhan siswa.

Tujuan penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi: 1) Tingkat
kualitas untuk sekolah menengah di Kedah. 2) Hubungan yang signifikan antara Nilai dan Tugas
dengan Sistem dan Tim. 3) Hubungan yang signifikan antara Nilai dan Tugas dengan Sumber
Daya dan Perubahan. 4) Hubungan yang signifikan antara Nilai dan Tugas dengan Bertemu
Kebutuhan Murid dan Staf Pemberdayaan 5) Hubungan yang signifikan antara Sistem dan Tim
dengan Sumber Daya dan Perubahan. 6) Hubungan yang signifikan antara Sistem dan Tim
dengan Memenuhi Kebutuhan Murid dan Staf Pemberdayaan 7) Hubungan signifikan antara
Sumber Daya dan perubahan dengan Memenuhi Kebutuhan Murid dan Staf Pemberdayaan

III.KEMUTAKHIRAN/KEKHASAN JURNAL

Jurnal Internasional dari Universitas Utara Malaysia ini tergolong penelitian kuantitatif yang
cukup baik mengungkap beberapa keterhubungan beberapa aspek yang dapat menjamin mutu
pendidikan di sebuah sekolah.

IV.KELEBIHAN

Reviewer melihat jurnal ini sangat baik terutama dalam tata penulisan dan runut pelaporan
sebuah karya ilmiah.Bagaimana tidak,penulis jurnal ini memasukkan pertanyaan
penelitian,hipotesis,metodologi dan kelengkapan isi laporan penelitian ilmiah.Ditambah
lagi,temuan dari penulis dijabarkan dengan lengkap dan jelas lewat tabel-tabel hubungan
sehingga pembaca akan sangat mudah memahami isi dan maksud tulisan.Terakhir kali dapat
ditemukan diskusi yang mengajak pembaca jurnal ini untuk berfikir lebih jauh guna melanjutkan
apa-apa yang belum dibahas dalam jurnal ini dimana hal inilah yang akan menjadi potongan
rantai penyambung penelitian sejenis guna melengkapi pengetahuan tentang penjaminan mutu
pendidikan di sekolah.

V.KELEMAHAN
Titik lemah dari jurnal ini terletak pada minimnya kutipan teori pengantar yang relevan sehingga
informasi yang tersaji tidak dapat secara langsung dibandingkan pembaca pada satu
kesempatan.Dimana pembaca harus mencari sumber bacaan lain apabila muncul pertanyaan dari
temuan yang telah dipaparkan.

E.JURNAL KE-3

I.DATA/IDENTITAS JURNAL JURNAL KE-3

Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan Sebagai Upaya Pengendalian Mutu


JUDUL
Pendidikan Secara Nasional dalam Otonomi Pendidikan
JURNAL Educationist jurnal
TEMPAT Universitas Pendidikan Indonesia,Jakarta
PENULIS Danny Meirawan
VOL IV
NO 2
TAHUN 2010
ISSN 1907-8898

II.RINGKASAN/DESKRIPSI

Abstrak

Kualitas pendidikan tidak terlepas dari manajemen mutu karena manajer sekolah melayani
semua fungsi manajerial untuk memberikan layanan terbaik bagi pelanggan mereka. Karena itu
perlu untuk mengontrol kualitas. Dalam hal manajemen kualitas, suatu produk cenderung gagal
memenuhi standar. Produk dari proses pendidikan dapat menyebabkan kegagalan yang sama.
Oleh karena itu, diperlukan jaminan kualitas untuk mengelola kualitas. Output dari proses
pendidikan harus memenuhi standar dan harapan yang ditentukan. Konsepsi Penjaminan Mutu
telah menjadi kondisi penting dari sekolah berkualitas di era otonomi daerah di Indonesia karena
akan berdampak positif pada pengembangan sekolah di tingkat daerah dan menghasilkan
standarisasi kualitas di tingkat nasional.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan, bahwa
pendidikan dilaksanakan melalui satu sistem pendidikan nasional yang mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Implikasi dari berlakunya
undang-undang ini diantaranya adalah perlu adanya suatu standar mutu pendidikan yang bersifat
nasional. Di antara upaya menentukan standar secara nasional adalah adanya Standar Nasional
Pendidikan (PP no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan) untuk berbagai jenis dan jenjang
satuan pendidikan. Otonomi Daerah berdampak pada pengelolaan pendidikan di daerah. Di satu
sisi, upaya otonomi pendidikan akan berpengaruh positif terhadap berkembangnya sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang berbasis kepada kebutuhan dan tantangan-tantangan yang
dihadapi sekolah. Di sisi lain, keragaman potensi dan sumberdaya daerah dapat menyebabkan
mutu keluaran sekolah sangat bervariasi. Oleh karena itu, upaya standardisasi mutu harus
menjadi fokus perhatian dalam upaya menjaga mutu pendidikan secara nasional.

Upaya menjaga mutu pendidikan sulit dilepaskan keterkaitannya dengan manajemen mutu.
Dalam manajemen mutu semua fungsi manajemen yang dijalankan oleh para manajer pendidikan
di sekolah diarahkan agar semua layanan yang diberikan semaksimal mungkin sesuai atau
melebihi harapan pelanggan. Berkaitan dengan upaya tersebut diperlukan upaya untuk
mengendalikan mutu atau quality control. Dalam perspektif manajemen mutu, mengendalikan
mutu suatu produk setelah dihasilkan bisa menghadapi resiko terjadinya sejumlah produk yang
tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa proses produksi lebih mahal.
Dalam bidang pendidikan logika inipun berlaku. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya
pengelolaan mutu dalam bentuk jaminan atau assurance, bahwa semua aspek yang terkait dengan
layanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah mencapai standar mutu tertentu sehingga output
yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Konsep yang terkait dengan hal ini dalam manajemen
mutu dikenal dengan Quality Assurance atau Penjaminan Mutu.

Dalam manajemen mutu, ada dua konsep tentang mutu atau quality, yaitu konsep klasik dan
konsep modern. Konsep klasik bersifat absolut, sementara konsep modern bersifat relatif. Dalam
konsep klasik, mutu suatu produk ditentukan oleh produsen sedangkan dalam konsep modern
mutu ditentukan oleh konsumen atau tergantung pada penilaian konsumen. Dalam konsep klasik
ini mutu menunjukkan kepada sifat yang menggambarkan derajat “baik” nya suatu barang atau
jasa yang diproduksi atau dipasok oleh suatu lembaga. Adapun dalam konsep relatif mutu
menunjukkan kepada sifat suatu produk apakah memuaskan konsumen atau tidak. Ali (2000; 28)
menambahkan bahwa, pada konsep mutu yang bersifat absolut, derajat (degree) baiknya produk,
barang atau jasa, mencerminkan tingginya harga barang atau jasa itu serta tingginya standar atau
tingginya penilaian dari lembaga yang memproduksi atau memasok barang itu. Sedangkan dalam
konsep mutu yang bersifat relatif, derajat mutu itu bergantung pada penilaian dari pelanggan
yang memanfaatkan produk tersebut.

Apakah sekolah dapat memberi layanan yang sesuai atau melebihi kepuasan para pelanggannya
merupakan pertanyaan kunci dalam menilai mutu suatu sekolah. Untuk menilainya diperlukan
adanya kriteria-kriteria penilaian pada masing-masing dimensi mutu. Menurut Sanusi (1990),
dimensidimensi itu meliputi dimensi hasil belajar, dimensi mengajar, bahan kajian, dan dimensi
pengelolaan. Dimensi hasil belajar dapat dipandang sebagai mutu output sedangkan dimensi
pengelolaan dan mutu mengajar sebagai mutu proses, sementara dimensi bahan kajian sebagai
mutu input. Berbagai dimensi tersebut dapat dipandang sebagai sumbersumber mutu sekaligus
sebagai fokus mutu dalam penjaminan mutu sekolah.

PEMBAHASAN

Penjaminan mutu atau quality assurance merupakan suatu sistem dalam manajemen mutu.
Manajemen mutu itu sendiri merupakan suatu cara dalam mengelola suatu organisasi yang
bersifat komprehensif dan terintegrasi. Manajemen mutu diarahkan dalam rangka : a) memenuhi
kebutuhan konsumen secara konsisten, dan b) mencapai peningkatan secara terus menerus dalam
setiap aspek aktivitas organisasi (Tenner dan DToro, 1992). Tujuan utama dari sistem
manajemen mutu adalah untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam proses produksi dengan
cara mengusahakan agar setiap langkah yang dilaksanakan selama proses produksi diawasi sejak
permulaan proses produksi itu. Apabila terjadi kesalahan dalam proses produksi segera dilakukan
perbaikan sehingga terjadinya kerugian yang lebih besar bisa dihindari. Dalam manajemen mutu,
sistem ini memiliki keunggulan yaitu produk yang dihasilkan terjamin mutunya, karena
pencegahan kesalahan dalam proses produksi dilakukan secara ketat. Meskipun dalam jangka
pendek untuk memulai penerapan sistem manajemen mutu seperti ini relatif mahal, karena harus
tersedia berbagai sumber daya khususnya sumber daya manusia yang andal, namun dalam jangka
panjang sistem ini sangat menguntungkan, karena dapat mencegah atau memperkecil kegagalan
dalam proses produksi.

Pada praktek manajemen mutu, dalam rangka memproduksi barang atau jasa, pertimbangan,
aspirasi, dan keinginan pelanggan harus diperhitungkan. Selain itu semua faktor yang terkait
dengan proses produksi harus dikelola sedemikian rupa sehingga menjamin produk yang
dihasilkan serta memenuhi bahkan melebihi keinginan dan harapan pelanggan. Penerapan
pendekatan manajemen itu tidak lagi memerlukan pengendalian mutu setelah produk dihasilkan,
melainkan semua sumber daya dan faktor yang terkait dengan proses produksi dikelola agar
terjamin dihasilkannya produk yang bermutu, yakni produk yang sesuai atau melebihi keinginan,
harapan, dan kebutuhan pelanggan (Ali. 2000; 31).

Keberhasilan penerapan konsep manajemen mutu dalam bidang industri menyebab-kan banyak
pengelola organisasi, termasuk organisasi pendidikan cenderung untuk menerapkan konsep dan
prinsip-prinsip manajemen mutu itu dengan modifikasi sesuai dengan kepentingan. Dalam
bidang pendidikan, manajemen mutu merupakan cara mengatur semua sumber daya pendidikan
yang diarahkan agar semua orang yang terlibat di dalamnya melaksanakan tugas dengan penuh
semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan sehingga menghasilkan jasa
yang sesuai atau melebihi kebutuhan konsumen. Penerapan konsep ini dalam bidang pendidikan
memerlukan berbagai perubahan. Menurut Herman dan Herman (1995), perubahan harus
dilakukan dalam tiga elemen, yaitu:

1. Filosofi.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, sekolah dipandang sebagai lembaga produksi yang
menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggannya. Mutu jasa yang dihasilkan
ditentukan oleh sejauh mana dia memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan. Agar jasa yang
dihasilkan itu secara terus menerus disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, maka feedback
dari pelanggan sangat penting untuk dijadikan dasar dalam menentukan derajat mutu yang harus
dicapai.

2. Tujuan.

Tujuan lembaga pendidikan adalah memproduksi jasa yang didistribusikan kepada semua
pelanggan. Setiap aktivitas yang menjadi jasa yang diproduksi harus diberikan dalam tingkatan
mutu yang lebih tinggi.

3. Proses.

Proses pendidikan, mau tidak mau harus memperdulikan kesesuaiannya dengan kebutuhan
pelanggan. Feedback dari pelanggan ini harus menjadi dasar dalam menentukan derajat mutu
jasa yang diproduksi. Untuk mencapai derajat mutu yang diinginkan itu lembaga pendidikan
harus menggunakan sumber daya manusia yang terdidik yang baik dengan sistem dan
pengembangan produksi jasa yang memiliki nilai tambah yang memungkinkan pelanggan
memperoleh kepuasan yang tinggi.

Proses penjaminan mutu harus dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip berikut:

1. Mutu bukan hanya menjadi tanggung jawab pimpinan melainkan menjadi tanggung jawab
semua orang dalam organisasi

2. Melakukan tindakan yang benar pada tahapan pertama berarti mencegah terjadinya kesalahan.
Menunda pekerjaan dapat berakibat fatal bagi seluruh proses manajemen. Oleh karenanya
pencegahan lebih baik dibanding dengan menanggulangi dan memperbaiki kesalahan.

3. Keberhasilan melaksanakan manajemen pada suatu proses sangat ditentukan oleh iklim
organisasi, yaitu komunikasi dan tim kerja yang kompak. Dengan berkomunikasi dan
bekerjasama semua orang mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan, bagaimana mengerjakan,
kapan waktu yang tepat, dimana dan dengan siapa setiap orang harus berhubungan.

BEBERAPA PRAKTEK PENJAMINAN MUTU

A. New South Wales School Review New South Wales Department of School Education,
Australia menerapkan suatu sistem penjaminan mutu sekolah dengan nama Quality Assurance
School Review. Sistem ini diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan kualitas sekolah
dalam berbagai aspek, dengan tujuan untuk menjamin bahwa sekolah yang bersangkutan
memiliki keefektifan yang tinggi dalam mencapai tujuan dan hasil belajar siswa.

Terdapat tiga komponen sistemik dari penjaminan mutu yang dikembangkan oleh Directorate of
Quality Assurance, yaitu: belajar dan mengajar, kepemimpinan dan budaya serta pengembangan
dan manajemen sekolah.

1. Komponen Belajar dan Mengajar meliputi: lingkungan belajar, proses belajar siswa, proses
mengajar, perencanaan dan penerapan mengajar, penugasan dan pelaporan, serta penilaian
dan refleksi.

2. Kepemimpinan dan Budaya meliputi: kepemimpinan kontekstual, kepemimpinan untuk


perubahan, kepemimpinan inklusif, kepemimpinan untuk belajar, konteks budaya,
mengembangkan rasa memiliki, budaya belajar, budaya peningkatan,

3. Pengembangan Sekolah dan Tatalaksana meliputi: tujuan sekolah, penetapan prioritas,


perencanaan, tatalaksana peningkatan yang terencana, tatalaksana perubahan fundamental.

B. Quality Assurance Framework di Hong Kong

Di Hong Kong penerapan penjaminan mutu sekolah di kenal dengan nama Kerangka kerja
penjaminan mutu pendidikan sekolah (School Education Quality Assurance Framework). Dalam
kerangka kerja ini mutu pendidikan di sekolah diupayakan melalu pengembangan (school
improvement) dan akuntabilitas. Ini merupakan arah yang akan dituju melalui proses penjaminan
mutu. Pelaksanaannya meliputi dua kegiatan utama, yaitu penilaian yang dilakukan melalui
evaluasi diri sekolah (school self evaluation) dan inspeksi penjaminan mutu (QA inspection).
Dalam rangka pelaksanaann evaluasi diri dan inspeksi penjaminan mutu dikembangkan
indikator-indikator kinerja yang dijadikan acuan yang mengacu kepada tujuan. Hubungan
hirarkis antara tujuan, indikator kinerja, proses penilaian, dan kepentingannya digambarkan
dalam kerucut pada gambar 3. Secara umum kerangka kerja penjaminan mutu pendidikan di
sekolah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Penjaminan mutu didasarkan atas indikatorindikator kinerja yang bersifat umum, terbuka dan
obyektif, yang dirumuskan berdasarkan pernyataan-pernyataan tujuan, yang dijadikan sebagai
alat penilaian kualitas pendidikan di sekolah.

2. Penjaminan mutu dilakukan melalui proses yang transparan dan interaktif melalui penilaian
diri dan inspeksi penjaminan mutu.

3. Penjaminan mutu dilaksanakan dengan memperhatikan kekuatan-kekuatan berbagai aktivitas


dalam proses penjaminan mutu dan manajemen berbasis sekolah, serta nilainilai tradisional
dan kebutuhan-kebutuhan sekolah untuk berubah.
4. Penjaminan mutu dilaksanakan dengan menjaga keseimbangan antara dukungan kepada
sekolah melalui kemitraan dan tekanan kepada sekolah melalui monitoring. 5. Tujuan
Penjaminan mutu adalah untuk mencapai mutu pendidikan sekolah melalui pengembangan
dan akontabilitas.

C. Sistem Penjaminan Mutu Sekolah di Indonesia

Diantara jenjang pendidikan yang memperhatikan pelaksanaan penjaminan mutu adalah


Pendidikan Tinggi dan Sekolah Menengah Kejuruan. Pendidikan Tinggi telah secara berkala
melakukan akreditasi, baik terhadap pendidikan tinggi negeri maupun swasta. Adapun sekolah
menengah kejuruan melakukan penjaminan mutu yang terkait dengan tugas jenjang pendidikan
ini dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkeahlian dalam menunjang keberhasilan industri.
Adanya kebutuhan global mengenai produk industri yang berkualitas, mendorong sekolah
menengah kejuruan untuk menyesuaikan diri sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan.
Lebih jauh industri membutuhkan tenaga yang memiliki penampilan tepat waktu, kecepatan
dalam pelayanan, memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin, berorientasi pada benefit dan profit
oriented menuntut sekolah menengah kejuruan untuk menetapkan standar baku dalam proses
maupun lulusannya.

a) Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi

Salah satu contoh Quality Assurance di Perguruan Tinggi diambil pada bidang teknologi yang
tertuang dalam Quality Assurance Handbook (83-88, 2000). Dalam handbook ini terdapat 11
unsur yang diukur, yaitu: 1) Pembinaan dan Pengembangan Lembaga 2) Disain Jenjang dan
Kurikulum serta Unsurunsurnya secara Eksplisit 3) Sumber Daya Keuangan, Administrasi dan
Sarana Fisik 4) Seleksi, evaluasi dan Pengembangan Tenaga Pengajar. 5) Seleksi Peserta Didik
6) Dukungan dan Tuntutan Bagi Peserta Belajar 7) Praktikum dan Kerja Praktek 8) Penilaian 9)
Pelaporan Prestasi Peserta Belajar 10) Sistem Pengembangan 11) Peningkatan kurikulum yang
berkelanjutan

b) Monitoring dan Evaluasi (ME) di Sekolah Kejuruan

Lembaga pendidikan sebagai lembaga pelayanan/jasa, dituntut untuk memberikan jaminan mutu
kepada pelanggan eksternalnya yaitu masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Dalam hal
sekolah kejuruan, salah satu proses untuk mencapai mutu yang dikehendaki oleh pelanggan ialah
menggunakan standar dasar yang dibutuhkan oleh industri. Untuk memenuhi kemampuan dasar
yang dikehendaki industri, sekolah perlu menerapkan kinerja karyawan berpolakan industri
sebagai jaminan mutu bahwa sekolah bisa menghasilkan tenaga yang profesional. Pendekatan
pembelajaran yang memperhatikan pada jaminan mutu yaitu Competency Based Training.

Dalam hal ini hasil penjaminan mutu dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk tiga macam
kepentingan, yaitu:
1.Dalam rangka pendekatan pengetahuan, yakni hasil penjaminan mutu dapat dimanfaatkan
dalam rangka mengetahui bagaimana keadaan dan hubungan berbagai dimensi dan aspek yang
dijadikan fokus penilaian.

2.Dalam rangka pengembangan, yakni hasil penjaminan mutu dapat dimanfaatkan sebagai dasar
dalam pengembangan pendidikan di sekolah.

3.Dalam rangka akuntabilitas, yakni hasil penjaminan mutu dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders).

DIMENSI DAN ASPEK MUTU SEKOLAH

Secara historis, sekolah merupakan lembaga pendidikan modern yang dikembangkan untuk
membantu keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan seseorang. Dalam
konteks ini, sekolah diharapkan dapat menyediakan layanan pendidikan yang tidak dapat
dilakukan oleh keluarga dan masyarakat. Dalam perkembangannya, fungsi sekolah dan
kompetensi (kemampuan) lulusan yang dihasilkannya dipersepsi dan dipahami secara beragam
oleh berbagai pihak.

Mutu pembelajaran selain tergantung pada mutu siswa dan mutu guru, juga tergantung pada
tujuh dimensi lainnya, yakni KURIKULUM, KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN, SARANA
PRASARANA, MASYARAKAT, LINGKUNGAN, dan dimensi BUDAYA. Dengan demikian
Penjaminan Mutu Sekolah mencakup 9 dimensi, yakni: 2 dimensi inti (belajar, mengajar), 4
dimensi pada lapis kedua (kurikulum, sarana-prasarana, kepemimpinan, manajemen), dan 3
dimensi pada lapis ketiga (masyarakat, lingkungan,budaya). Dalam konteks Standar Nasional
Pendidikan, ke Sembilan dimensi tersebut sesuai dengan delapan standar nasional pendidikan,
yaitu standar;

1) kompetisi lulusan,

2) isi,

3) proses,

4) pendidik dan tenaga kependidikan,

5) penilaian,

6) sarana dan prasarana,

7) pengelolaan,

8) pembiayaan.

III.KEMUTAKHIRAN/KEKHASAN JURNAL
Jurnal Nasional yang direview kali ini cukup up to date,karena pola pembahasannya sangat
sesuai dengan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.Informasi yang tersaji mampu memberi
khasanah tambahan bagi para pembaca,dan sangat aplikatif bagi para praktisi dunia pendidikan.

IV.KELEBIHAN

Jurnal ini memiliki tatanan redaksional lumayan baik,lengkap dengan contoh penerapan terkait
penjaminan mutu pendidikan di Negara lain yang langsung dicompare dengan kondisi
pendidikan terkini di Indonesia.Selain itu,jurnal ini sangat bagus bagi para peneliti yang
membutuhkan referensi literature sebab informasi yang tersaji di dalamnya sangat kekinian bagi
dunia penjaminan mutu terutama pendidikan.

V.KELEMAHAN

Reviewer melihat sisi lemah dari jurnal ini tepatnya pada kelengkapan ‘atribut’ sebuah jurnal
seperti hilangnya metodologi,hasil yang diperoleh maupun diskusi.Hal ini membuat jurnal hanya
seperti kutipan teoritis dari buku-buku dan bukan terlihat seperti sebuah penelitian ilmiah.

F.REKOMENDASI

Dari ketiga jurnal yang direview kali ini,reviewer merekomendasi jurnal pertama yang secara
umum memiliki tatanan redaksional yang baku dengan materi pembahasan yang lebih fokus dan
terarah pada satu permasalahan.Hal ini akan berimbas pada nyamannya pembaca tulisan ini,dan
terkhusus bagi peneliti lain,jurnal ini cukup bagus dijadikan rujukan.Meskipun demikian jurnal
kedua juga memiliki keunggulan yang layak direkomedasikan,sebab fokus penelitiannya juga
sangat tajam dimana dalam mewujudkan mutu disebuah sekolah mampu diungkap dari cukup
banyak faktor.

G.KESIMPULAN

Ketiga jurnal yang direview kali ini memiliki ciri masing-masing dan pada dasarnya mutu
pendidikan banyak tergantung pada banyak hal,namun cara penyajian dan pembahasannya
banyak perbedaan.Demikian juga fokus bahasannya,memiliki banyak perbedaan meski ketiganya
sama-sama baik dalam mengungkap hasil penelitiannya masing-masing.Meski reviewer melihat
untuk jurnal ketiga yang merupakan jurnal nasional,terlihat memiliki kualitas yang masih lebih
rendah ketimbang dua jurnal lain yang notabene merupakan penulis internasional.Sektor materi
bahasan dan hasil pembahasannya menjadi bagian yang utama dimana penulis memiliki cara
sendiri dan jelas terlihat jurnal nasional tidak memiliki standar baku sebuah jurnal sehingga
terkesan jurnal kutipan buku-buku.

Anda mungkin juga menyukai