CJR Rahmad Rinaldi
CJR Rahmad Rinaldi
IDENTITAS REVIEWER
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
CRITICAL JOURNAL REVIEW
A. IDENTITAS JURNAL
1. Jurnal Utama
Pendidikan Islam
Volume :8
Nomor :2
2. Jurnal Kedua
Volume :5
Nomor :2
E-ISSN : 2548-7892
P-ISSN : 2527-4449
1
B. DESKRIPSI JURNAL
1. Jurnal Utama
Pendahuluan
Secara umum, pendidikan di Indonesia sedang menghadapi tantangan
dan persoalan yang serius berkaitan dengan mutu pendidikan, mulai dari
rendahnya kualitas masukan (input), proses (process), lulusan (output), dan
keluaran (outcome) yang dihasilkan. Data Human Development Indeks (HDI)
tahun 2011, menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi 124 jauh di
bawah Malaysia yang menempati posisi 61 dari 187 Negara di dunia, bahkan
turun dua peringkat dari tahun sebelumnya. Kemudian pada 2012 mulai ada
perkembangan dari yang tadinya peringkat 124 dari 178 negara, menjadi
urutan ke-121 dari 185 negara.
Sedangkan menurut data HDI terbaru pada 14 Maret 2013, Indonesia
dilaporkan naik tiga peringkat.1 “Sementara itu, berdasarkan UNDP monitor,
Indonesia meraih score 0,629 naik 0,009, meliputi aspek tenaga kerja,
kesehatan, dan pendidikan”. Tiga faktor pertama, menempatkan sumber daya
manusia (SDM) sebagai faktor yang strategis dalam globalisasi ekonomi dan
teknologi informasi. Kondisi demikian merupakan refleksi pendidikan
Indonesia secara keseluruhan.
Secara khusus, gambaran pendidikan Islam tercakup dalam
pendidikan Indonesia. Boleh jadi kondisi pendidikan Islam di Indonesia ini
lebih memprihatinkan lagi dibanding gambaran tersebut. Selama ini,
pendidikan Islam di Indonesia berada pada kelas ke-3 setelah pendidikan
negeri dan pendidikan Katolik. Hal ini menjadi penting untuk diidentifikasi
terkait faktor penyebab atas rendahnya kualitas pendidikan tersebut, baik dari
segi kepemimpinan, manajemen, kurikulum, strategi pembelajaran maupun
kecenderungan pragmatis.
Pada satu dekade terakhir, sejumlah perguruan tinggi Islam terkemuka
di Indonesia tiba-tiba memiliki visi menjadi universitas kelas dunia, bahkan
tidak sedikit yang mengaku telah menjadi perguruan tinggi kelas dunia.
Menurut Webometric—lembaga pendidikan asal Spanyol yang rutin
melakukan pemeringkatan perguruan tinggi dunia—beberapa perguruan
2
tinggi Indonesia rupanya telah dikenal di dunia walaupun masih jauh
tertinggal di belakang perguruan tinggi Jepang, China, Taiwan, Hongkong,
Singapuran dan Thailand. Di bawah ini penulis akan suguhkan tabel rangking
PTAIN di Indonesia.
Dibandingkan dengan perguruan tinggi di negara lain seperti Jepang
atau Singapura, betapa mudahnya menjadi seorang dosen di Indonesia.3 Saat
ini, dari sekitar 270.000 dosen (dan peneliti) pada perguruan tinggi dan
swasta, hanya sekitar 23.000 yang berpendidikan doctor. Pada saat yang
sama, terdapat 3.200 lebih perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.
Jadi secara rata-rata terdapat 7-8 doktor per-perguruan tinggi. Selebihnya
hanya bergelar master dan tak sedikit pula yang berbekal ijazah sarjana. Di
sebuah perguruan tinggi ternama, jumlah doktor memang bisa melampaui
1000 orang, tetapi ini justru menunjukkan distribusi doktor yang sangat tidak
merata di antara perguruan tinggi di Indoensia.
Aspek berikutnya adalah mengenai kualitas dosen, melalui sistem
perekrutan dan promosinya. Secara common sense saja dengan dosen yang
berkualitas rendah, apa yang bisa diharapkan dengan kualitas Tri Dharma
Perguruan Tinggi kita? Jika saat ini banyak program studi yang belum
terakreditasi maka kualitas dan kuantitas dalam penelitian dan pengabdian
masyarakat perlu ditingkatkan.
2. Jurnal Kedua
Pendahuluan
Pendidikan adalah wadah untuk menjadikan serta membentuk citra
yang islami dikarangan masnyarakat di era ini. Perkembangan madrasah
aliyah di kota medan menunjukkan eksistensinya dengan adanya beberapa
madrasah seperti MAN 1, MAN 2 Model, MAN 3 dan MAN 4 Persiapan
yang ada di Medan. Ini menunjukkan bahwa madrasah mampu menjalankan
kurikulum-kurikulm umum yang telah ditetapkan secara nasional dengan
tidak meninggal identitasnya sebagai lembaga berbasis agama Islam,
ditambah kecitraannya menerapkan muatan lokal yang bernilai agama.
Ditambah lagi program-program seperti program Adiwiyata yang sedang
3
berjalan pada MAN 3 Medan dan untuk MAN 2 Medan telah menyabet
prestasi tingkat provinsi.
Kepemimpinan Kepala madrasah adalah salah satu penentu
keberhasilan sebuah lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional. Namun tidak sedikit lembaga pendidikan masih mengalami berbagai
problem dalam mencapai tujuan pendidikan nasional karena ketidak efektifan
kepemimpinan kepala madrasahnya.
Mutu kepemimpinan akan mempengaruhi mutu guru, mutu guru akan
mempengaruhi mutu peserta didik dalam prosses pembelajarannya maka
semua itu akan mempengaruhi mutu pendidikan secara keseluruhan.Dengan
adanya peningkatan mutu guru maka akan berdampak pada output dan
outcome(Achmad, 2016).
Madrasah Aliyah Negeri 3 atau disingkat dengan MAN 3 yang
terletak di kecamatan Medan Amplas. Merupakan salah satu dari 3 madrasah
aliyah negeri yang ada di kota Medan. MAN 3 medan merupakan madrasah
yang mendapatkan Akreditasi “A”, Kepala madrasah dan guru-guru dari Man
3 Medan terhitung ada 60 guru yang telah bergelar Strata 2/S2. Ada sekitar
75% yang sudah S2 dari total jumlah guru yang ada. Kepala madrasah juga
sedang melanjutkan study ke jenjang Doktor/S-III Salah satu program yang
sedang berjalan di MAN 3 Medan adalah program Adiwiyat, adiwiyata
merupakan program penghijaun lingkungan. MAN 3 medan juga telah
mendapatkan tawaran dari Kamar Industri (KADIN) Sumatera Utara sebagai
penjalinan kerjasama pemasaran jamur tiram dari MAN 3 Medan.
Menurut Ordway Tead dalm(Mesiono, 2012) mengemukakan metode
kepemimpinan adalah: Memberi Perintah, Memberikan celaan dan pujian,
Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar, Peka terhadap saran-
saran, Peka terhadap saran-saran, Memperbaiki rasa kesatuan kelompok,
Menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok, dan Meredam kabar dan
isue-isue yang tidak benar.
Pendidikan bermutu adalah organisasi yang mampu memenuhi
kebutuhan para stakeholder-nya. Kemampuan organisasi dalam mengelolah
4
pegawai, peserta didik, proses pembelajaran, sarana, keuangan dan hubungan
dengan masyarakat adalah salah satu factor dari mutu.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa faktor
yang berpengaruh, yakni: Faktor kepemimpinan, Faktor Tim, Faktor
Deployment, Faktor harapan yang tidak realitas, Faktor empowerment.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dengan pendekata
melalui studi kasus(Case Study).Penelitian ini mendeskripsikan isi data yang
ada dalam Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Di Man 3 Medan. Adapaun informan pada penelitian ini
adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru.
5
C. KEKHASAN DAN KEMUTAKHIRAN
1. Jurnal Utama
2. Jurnal Kedua
6
memotivasi stake holdernya menunjukkan akan perannya sebagi agen of
change dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang Doktoral, ketika seseorang
ingin melakukan perubahan pertama yang harus dilakukan adalah dengan
merubah diri sendiri, sukses merubah organisasi, masnyarakat bahkan dunia
diawali dengan suksesnya merubah diri sendiri. Kepala MAN 3 medan
menperlihatkan bahwa pendidikan itu tidak berhenti sampai di strata 2 saja.
Bukan hanya gelar yang dijar pada dewasa ini, tetapi bagaimana memperoleh
wawasan, informasi, dan ilmu-ilmu baru untuk segera disebarluaskan
terhadap warga madrasah.
a). Kelebihan
b). Kelemahan
7
2. Junal Kedua
a). Kelebihan
b). Kelemahan
E. REKOMENDASI
1. Jurnal Utama
Menurut reviewer, secara umum jurnal ini sangat bagus dibaca oleh
pendidik maupun mau pun tenaga pendidik, sebagai sebuan pengetahuan
tentang kondisi pendidikan kita di Indonesia saat ini, sehingga harapannya
dapat menjadi motivasi untuk berpacu lebih giat lagi. Secara khusus, jurnal ini
sangat direkomendasikan kepada pemerintah terkait, agar bisa lebih serius
dalam memberikan perhatiannya kepada dunia pendidikan. Sehingga
pendidikan di Indonesia tidak lagi mengalami peurunan kualitas, melainkan
semakin baik lagi.
8
2. Jurnal Kedua
F. SIMPULAN
1. Jurnal Utama
9
2. Jurnal Kedua
10