Subjek dalam penelitian ini guru, kepala sekolah, komite, dan orang tua siswa SMP
Negeri 3 Abainsemal yang diambil secara purposive. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Instrument yang digunakan telah divalidasi
oleh pakar dan diujisecara empiris.Data dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitaif.
Untuk menentukan efektivitas pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di
SMP Negeri 3 Abiansemal, skor mentah ditransfor-masikan ke dalam T-skor kemudian
diverifikasi ke dalam prototype Glickman. Program bimbingan dan konseling pada SMP
Negeri 3 Abiansemal dapat dilihat dari berfungsinya secara efektif komponen konteks,
input, proses dan produk yang semuanya mengacu pada kriteria bimbingan dan konseling
yang telah ada, jadi untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan program layanan bimbingan
konseling di SMP Negeri 3 Abiansemal efektif dapat dilihat dari kualitas produknya.
Apabila produknya tidak sesuai dengan kriteria bimbingan dan konseling, berarti sekolah
tersebut tidak efektif dalam melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling.
Layanan konseling yang diberikan memberikan kesempatan kapada peserta didik untuk
mengembangkan potensinya seoptimal mugkin.
Guru harus menguasai kurikulum dan silabus yang merupakan pedoman yang dapat
mengarahkan dalam merencanakan program dan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Kurikulum menentukan jenis dan kualitas pendidikan. Perubahan atau penambahan isi
kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis, kepesatan
kemajuan itu tentunya paling banyak didominasi aspek kognitif. Kurikulum yang
berkualitas akan membawa dampak terhadap kualitas pendidikan. Pelaksanaan peningkatan
mutu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari unsur kurikulum. Kurikulum disempurnakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Susilo (2007:180) ada dua hal pokok yang perlu dipersiapkan pihak
sekolah, yaitu mencakup kesiapan material dan non material. Kesiapan materiil dapat
berupa kesiapan sekolah berkenaan dengan materi yang sifatnya kebendaan seperti;
perangkat kurikulum, sarana prasarana sekolah (laboratorium, ruang belajar, perpustakan
dan lainnya) unsur keuangan dan unsur lingkungan sekolah. Sedangkan kesiapan non
materiil dapat berupa tenaga pendidik yang handal (kepala sekolah /guru), kesiapan
karyawan maupun kesiapan dari unsur siswa dan orang tua siswa. Dengan demikain sarana
prasaran turut mendukung keberhasilan program layanan BK di sekolah.
HASIL ANALISA JURNAL
Dunia di abad ke-21 terus mengalami perubahan besar di sektor industri, penduduk,
sosial, serta perekonomian. Perubahan ini menciptakan tantangan besar untuk anak-
anak dan kaum muda. Yakni cepat mengubah dunia kerja dan tenaga kerja,
menimbulkan kekerasan dalam rumah, sekolah, dan masyarakat; terjadi perceraian,
penyalahgunaan obat, bunuh diri remaja bunuh serta percobaan seksual dll. Tantangan
ini adalah nyata dan memiliki dampak yang luas pada pribadi / sosial, karir, dan
pengembangan akademik anak-anak dan kaum muda (Gysbers, 1999).
Pernyataan ini disetujui oleh ( Super, 1990 seperti dikutip di Marin, 2006 ) dan
teorinya tentang pengembangan kerja yang mana menekankan pentingnya mencapai
kongruensi antara harapan kerja dan konsep diri. Pengetahuan konsep diri meliputi diri
akan kemampuan dan keterampilan kita, suka dan tidak suka, serta kelemahan kita dan
konflik. setelah individu berhasil menemukan tempat di masyarakat dia bisa secara
efektif memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Ferguson (1989) menyajikan sebuah perguruan tinggi model konseling, di mana dia
menekankan pentingnya konselor memberikan informasi tentang pilihan pasca-sekolah
menengah yang tersedia untuk setiap siswa yang akan masuk perguruan tinggi sesuai
keinginan, tentang lokasi geografis, persyaratan pendaftaran dan program akademik
yang tersedia.