Anda di halaman 1dari 23

Konstruksi Transistor Bipolar

Transistor adalah komponen semikonduktor yang terdiri atas sebuah


bahan type p dan diapit oleh dua bahan tipe n (transistor NPN) atau
terdiri atas sebuah bahan tipe n dan diapit oleh dua bahan tipe p
(transistor PNP). Sehingga transistor mempunyai tiga terminal yang
berasal dari masing-masing bahan tersebut. Struktur dan simbol
transistor bipolar dapar dilihat pada gambar berikut.

Ketiga terminal transistor tersebut dikenal dengan Emitor (E), Basis (B)
dan Kolektor (C). Emitor merupakan bahan semikonduktor yang diberi
tingkat doping sangat tinggi. Bahan kolektor diberi doping dengan tingkat
yang sedang. Sedangkan basis adalah bahan dengan dengan doping yang
sangat rendah. Perlu diingat bahwa semakin rendah tingkat doping suatu
bahan, maka semakin kecil konduktivitasnya. Hal ini karena jumlah
pembawa mayoritasnya (elektron untuk bahan n; dan hole untuk bahan p)
adalah sedikit. Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah bahwa ukuran
basis sangatlah tipis dibanding emitor dan kolektor. Perbandingan lebar
basis ini dengan lebar emitor dan kolektor kurang lebih adalah 1 : 150.
Sehingga ukuran basis yang sangat sempit ini nanti akan mempengaruhi
kerja transistor. Pada kaki emitor terdapat tanda panah yang merupakan
arah arus yang mengalir pada emitor atau sering disebut arus konvensional
transistor. Pada transistor npn tanda panahnya menuju keluar sedangkan
pada transistor pnp tanda panahnya menuju kedalam.
Mode operasi BJT

Mode operasi BJT:


1. Active Mode; Transistor digunakan sebagai amplifier.
2. Cut Off Mode; Transistor digunakan sebagai saklar.
3. Saturation Mode; Transistor digunakan sebagai saklar.
4. Reverse Active Mode; Hampir tidak pernah digunakan.

Arus Emitter
Terdiri atas :
IE = IpE + InE
IpE = arus hole injeksi forward
InE = arus elektron injeksi reverse
Ic = Ico –Ipc = Ico – IE

Gambar: Kurva Hubungan VCE, IC dan IB

Berdasarkan kurva Hubungan VCE, IC dan IB ada beberapa region yang


menunjukkan daerah kerja transistor. Pertama adalah daerah saturasi,
lalu daerah cut-off, kemudian daerah aktif dan seterusnya daerah
breakdown.
Mode Operasi Transisor Bipolar

Electrode Junction Junction


Mode Function
Voltages Emitter-Base Collector-Base
Normal
Amplifier
E<B<C Aktif Forward bias Reverse bias
(Sering
digunakan)
E>B<C Cut-off Reverse bias Reverse bias Open switch
E<B>C Saturation Forward bias Forward bias Close switch
E>B>C Breakdown Reverse bias Forward bias Low gain
amplifier
Ket
● Daerah Aktif >> Transistor beroperasi sebagai penguat dan Ic = β.Ib
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, yaitu
ketika  arus IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini
diperlihatkan bahwa arus IC hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah
kerja ini biasa juga disebut daerah linear (linear region).
● Saturation   >>   Transistor "fully-ON", Ic = I(saturation)
Daerah saturasi adalah mulai dari VCE  = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt
(transistor silikon). Ini diakibatkan oleh efek p-n junction kolektor-basis
yang membutuhkan tegangan yang cukup agar mampu mengalirkan elektron
sama seperti dioda. 
● Cut-off   >>  Transistor menjadi "fully-OFF", Ic = 0
Daerah dimana Vce masih cukup kecil sehingga Arus IC = 0 atau IB = 0.
Transistor dalam kondisi off
● Daerah Breakdown

Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE  lebih dari 40 V, arus IC
menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada
pada daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada
daerah ini, karena akan dapat merusak transistor tersebut. Untuk
berbagai jenis transistor nilai tegangan VCE max  yang diperbolehkan
sebelum breakdown bervariasi.

Operasi Transistor pnp saat mode aktif

Penggunaan transistor sebagai saklar akan mengeksplorasi dua mode


operasi transistor. Dan kedua mode operasi tersebut adalah saat
transistor dikatakan menjadi mode cutoff (transistor akan seperti saklar
yang terbuka), dimana transistor tidak bisa mengalirkan arus antara
emitor dan kolektor. Sebaliknya transistor akan dikatakan menjadi mode
jenuh saat transistor dapat menjadi konduktor atau mengalirkan arus
antara emitor dan kolektor.
Namun transistor bipolar tidak hanya beroperasi pada dua mode operasi
diatas. Seperti yang kita pelajari pada artikel sebelumnya bahwa arus
basis seolah-olah seperti “membuka gerbang” untuk mengalirkan arus
melalui kolektor dengan jumlah yang dibatasi atau proporsional. Jika pada
batas ini arus yang dikontrol ini lebih besar dari nol tetapi kurang dari
jumlah maksimum yang diperbolehkan oleh power supply dan rangkaian
beban, transistor akan “throttle” dimana mode ini adalah suatu mode
antara cutoff dan jenuh(saturasi). Dan mode ini disebut mode aktif.
Sebuah analogi otomotif mungkin bisa menjelaskan mode operasi
transistor, seperti berikut ini : cutoff adalah kondisi dimana tidak ada
gaya yang dihasilkan oleh bagian mekanik mobil untuk membuatnya
bergerak. Dalam mode cutoff, rem mobil berfungsi (arus basis nol),
mencegah mobil bergerak (arus kolektor dicegah atau diblokir). Mode
aktif adalah kondisi dimana mobil berjalan dengan konstan, kecepatan
terkontrol (arus kolektor konstan dan terkontrol) sesuai yang diinginkan
pengemudi. Mode jenuh (saturation) adalah kondisi dimana mobil
dikendarai menuruni bukit yang curam, dimana jalan yang curam tersebut
akan membuat kecepatan yang tidak diinginkan oleh pengemudi. Dengan
kata lain, mode jenuh adalah dimana pedal pemercepat atau pedal gas
mobil ditekan penuh kebawah (arus basis mengontrol arus kolektor yang
lebih besar daripada arus yang disediakan oleh power supply atau beban).
Coba perhatikan gambar dibawah ini untuk menunjukkan apa yang terjadi
saat transistor beroperasi pada mode aktif.

Sirkuit simulasi transistor

“Q” adalah standar penunjukkan komponen transistor pada gambar


skematik, seperti “R” untuk resistor, dan “C” untuk kapasitor. Pada
rangkaian atau sirkuit ini kita memiliki transistor NPN yang diaktifkan
oleh baterai “V1” dan dikendalikan oleh arus melalui sumber arus “I 1” .
sebuah sumber arus adalah perangkat yang menghasilkan output dengan
jumlah arus tertentu, dan menghasilkan sebanyak atau sedikit tegangan
pada terminal untuk memastikan dengan tepat jumlah arus yang mengalir.
Membuat arus tetap konstan terkenal sulit (tidak seperti sumber
tegangan yang selalu dengan upaya kontras tetap menjaga agar tegangan
tetap konstan, dan dengan output arus yang tidak menentu), tetapi hal itu
dapat diwujudkan dengan kumpulan komponen-komponen elektronika yang
kecil. Seperti yang kita ketahui dari transistor, bahwa ia cenderung mirip
dengan perilaku sumber arus, yaitu mempunyai kemampuan untuk mengatur
arus pada nilai konstan atau tetap.

Pada simulasi diatas, kita atur sumber arus pada nilai yang konstan 20µA,
kemudian sumber tegangan(V1) divariasikan antara 0 sampai 2 volt.
Setelah itu kita pantau berapa banyak arus yang mengalir melewati
transistor itu. Gambar baterai kosong diatas(Vammeter) dengan output 0
volt digunakan sebagai elemen sirkuit untuk pengukuran arus.

arus basis yang konstan 20µA, akan menghasilkan arus kolektor yang konstan 2
mA

Kolektor yang menyapu atau mengalirkan tegangan 0 sampai 2 volt dengan


arus basis yang konstan 20µA, akan menghasilkan arus kolektor(arus
utama) yang konstan 2 mA pada daerah jenuh(saturation).

Mengatur atau menset konstan arus basis sebesar 20µA akan menetapkan
batas arus kolektor 100 kali lebih besar, yaitu sebesar 2 mA. Perhatikan
gambar kurva diatas, yang menunjukkan besarnya arus kolektor yang
konstan selama rentangan tegangan baterai dari 0 sampai 2 volt. Ada satu
pengecualian untuk ini, yaitu sifat khusus pada petak diawal, dimana
tegangan baterai yang naik dari 0 volt menjadi lebih besar dari 0 volt, ada
kenaikan arus kolektor yang sangat cepat dari 0 ampere ke batas arus 2
mA. Lalu, mari kita lihat apa yang terjadi bila tegangan baterai diubah
dengan jangkauan atau rentang yang lebih luas, dari 0 – 50 volt. Dan
dengan arus basis yang tetap, yaitu 20µA konstan. Perhatikan gambar
dibawah ini.

Besarnya tegangan tidak berpengaruh, arus kolektor tetap konstan 2 mA

Hasil yang sama didapatkan, meskipun tegangan yang mengalir sekitar 0 –


50 volt, dan arus basis 20µA. Arus kolektor benar-benar stabil pada 2 mA
meskipun tegangan baterai bervariasi. Dalam hal ini transistor berfungsi
sebagai regulator atau pengatur arus.

Sekarang kita lihat apa yang terjadi bila arus pengendali atau arus basis
kita naikkan dari 20 µA menjadi 75 µA, dengan rentang tegangan yang
sama 0 – 50 volt. Perhatikan gambar grafik arus dibawah ini.
Gambar kurva beberapa arus basis yang membatasi arus kolektor

Arus basis yang konstan 75 µA akan membatasi arus kolektor sehingga


menjadi stabil pada 7,5 mA. Begitu juga dengan kurva-kurva dari variasi
arus basis yang lain, arus kolektor atau arus utama akan dibatasi menjadi
100 kali arus basis(arus pengendali).

Hubungan antara arus dan tegangan pada transistor sangat berbeda


dengan yang ada pada resistor. Pada resistor arus akan meningkat secara
linier jika tegangannya meningkat. Namun pada transistor, arus
kolektor(arus utama) akan tetap terbatas atau stabil pada nilai maksimum
tidak peduli seberapa besar tegangan meningkat.
Perhatikan kumpulan kurva pada gambar dibawah ini, yang menunjukkan
setiap kurva untuk tingkat arus basis yang berbeda, kurva ini disebut
kurva karekteristik transistor.

Kurva karekteristik transistor

Setiap kurva pada grafik menunjukkan besarnya arus kolektor dari


berbagai tegangan emitor-kolektor, untuk jumlah arus basis tertentu.
Karena transistor cenderung berfungsi sebagai regulator arus, atau
membatasi arus kolektor dengan proporsi yang ditetapkan oleh arus basis,
maka proporsi ini dapat diekspresikan sebagai standar ukuran kinerja
transistor. Perbandingan rasio arus kolektor dengan rasio arus basis biasa
dikenal sebagai rasio “Beta” (dilambangkan dalam huruf yunani β) :
β transistor ditentukan saat membuat atau merancang dan tidak bisa
diubah setelah pembuatan. Sebenarnya rasio β pada transistor tidak tetap
stabil untuk semua kondisi operasi. Rasio β bisa saja berubah dikarenakan
beberapa faktor seperti, jumlah arus kolektor, temperatur transistor,
frekuensi sinyal yang diperkuat, dan faktor-faktor yang lainnya.
Perhatikan model transistor yang kompleks berikut ini :

Model transistor dioda-resistor

Model transistor diatas seperti kombinasi antara dioda dan rheostat


(variable resistor). Dari gambar diatas menunjukkan kalau itu transistor
dengan jenis NPN, untuk yang berjenis PNP sebenarnya ya sama, hanya
saja perbedaannya cuma pada arah dioda. Model ini berhasil
menggambarkan konsep dasar transistor amplifikasi, yaitu sinyal arus
basis dapat mengontrol arus kolektor. Namun transistor model ini
merupakan gagasan yang gagal untuk mengatur arus kolektor seperti
gambar kurva karekteristik sebelumnya. Gambar kurva arus kolektor akan
terus meningkat secara linear saat tegangan meningkat, atau dengan kata
lain arus kolektor akan berbanding lurus dengan tegangan emitor-kolektor.
Perhatikan sebuah model transistor yang lebih baik dibandingkan model
sebelumnya pada gambar dibawah ini.
Model transistor sumber arus
Model ini menunjukkan transistor yang terdiri dari dioda dan sumber arus.
Output sumber arus yang ditetapkan merupakan kelipatan (rasio β) dari
arus basis. Model ini jauh lebih akurat dalam menggambarkan input/output
karakteristik transistor yang sebenarnya. Selain itu model ini disukai
ketika melakukan analisis jaringan pada sirkuit transistor, sumber arus
menjadi komponen yang dipahami dengan baik secara teori.

Arus pada Transistor

                  

Gambar (a)                      Gambar (b)

E   :  Emitor      B  :  Basis    C  :  Colektor

( a ) Gabungan semi conduktor PN-NP membentuk transistor PNP

(b)  Gabungan semi conduktor NP-PN membentuk transistor NPN

Bagian dimana arus dimasukan disebut Emitor, Basis untuk mengendalikan


arus yang keluar dari Colektor. Pada transistor PNP emitor dihubung ke
Positip dan pada transistor NPN emitor dihubung ke negatip. Agar
transistor bekerja ( menghantar arus ) :

–          Antara emitor – basis diberi tegangan arah maju


–          Antara colektor-basis diberi tegangan arah terbalik.

Gambar berikut  hubungan transistor terhadap baterai

            

(a)                                  (b)

Pada gambar (a) Baterai B1 memberikan tegangan maju pada B_E ( PN)
Batery B2 memberikan tegangan terbalik pada B-C (NP ) dan demikian juga
pada gambar (b).

Sebagian besar arus Emitor (IE) menjadi arus colektor (IC) sebagian kecil
menjadi arus Basis (IB)

Jadi   :    IE  =  IB  +  IC.

Jenis lambang dan bentuk fisik Transistor

 Jenis Transistor Lambang Bentuk Fisik

 PNP
 
 

 NPN
 
 

Seperti tampak pada gambar bahwa transistor PNP maupun NPN tidak ada
bentuk fisik yang membedakan kedua jenis transistor itu.Sedangkan tipe
transistor dapat dibedakan sebagai penguat frekkuensi , penguat awal
atau penguat daya.
Perhatikan gambar berikut   :

VEB memberi tegangan arah maju pada Basis emitor dan Vcc memberikan
tegangan arah balik terhadap CB

VEB   :  Tegangan basis emitor   VBC   :  Tegangan basis colektor  VR   : 
tegangan di ujung –ujung  R

Jika arus emitor yang sampai colektor dinamakan ᾳ  maka   Ic  = – αIE 
jadi arus colektor terjadi karena adanya arus emitor. Arus emitor dan
arus Colektor diperjanjikan selalu berlawanan arah, oleh karenanya harga
α selalu pas.

1. Karakteristik transistor

Jika harga VEB berubah maka IE akan  berubah dan IC juga akan berubah
pula. Demikian pula IC bertambah jika VBC lebih negatip. Jadi IC
bergantung VBC dan pada  IE. Maka bisa dikatakan  IC adalah fungsi dari
VBC dan IE

Jadi      :  ———————   Ø2( VBC,IE ).

Demikian juga antara harga VEB , IE dan VBC ada hubungan yang satu
mempengaruhi dua lainnya

Jadi     :    ———————  Ø1 ( VBC,IE ).

1. Rangkaian transistor.                                                                        
a.Emitor bersama

Pada rangkaian emitor bersama dimasukan sinyal tegangan bolak balik


berbentuk tegangan sinus atau yang lainya sehingga di ujung-ujung R
(Output) diperoleh tegangan yang serupa dengan tegangan input tetapi
amplitudonya lebih besar.
Ciri-ciri Emitor bersama adalah basis dan emitor dilalui sinyal masuk
sedangkan sinyal keluar melalui emitor colektor.Dalam rangkaian emitor
bersama (Emitoe terbumi) terjadi penguatan arus dan tegangan , jadi
terjadi juga penguatan daya karena    :            P  = E  x  I   dengan  P  =
Daya listrik  E  = tegangan listrik    I    =  arus listrik

Ciri-ciri lain jika amplitudo sinyal yang masuk berfase positip , maka
amplitudo yang keluar

berfase negatip, jadi rangkaian emitor terbumi terjadi pembalikan fase.

Dalam prakteknya rangkain transistor hanya menggunakan 1 rangkaian


baterai seperti gambar berikut   :

Tegangan basis diambil dari tegangan di ujung-ujung RB, tegangan


Colektor diambil dari tahanan RC , dan emitor langsung ground (negatip)

-Sinyal input dipasang antara basis melalui penghubung C1 dan ground

-Sinyal Output dipasang antara Colektor penghubung C2 dan ground.

RB   :  Tahanan basis   RC   :  Tahanan Colektron  RL   :  Tahanan beban


output.

b.  Rangkaian basis bersama


Rangkaian basis terbumi sinyal dimasukan dari emitor dan keluar dari
colektor,basis juga dimasuki sinyal yang masuk dan keluar. Basis terkebumi
menghasilkan penguatan tegangan yang lebih besar, sedangkan penguatan
arus sangat kecil bisa dikatakan tidak berarti.

c.   Rangkaian colektor bersama

Pada rangkaian colektor bersama colektor bersama –sama dilalui sinyal


yang masuk dan keluar.Rangkaian ini terjadi penguatan arus tetapi tidak
terjadi penguatan tegangan.

1. Fungsi dan pebandingan nialai jenis rangkaian transistorsebagai


berikut  :

Penguatan
Jenis Rangkaian Penguatan arus Sinyal keluar
tegangan
Mengalami
Emitor bersama 49 306
pembalikan fase
Tidak mengalami
Basis bersama 0,98 682
pembalikan fase
Colektor Tidak mengalami
50 0,976
bersama pembalikan fase

Perhatikan rangkaian berikut   :

      
VR1  = tegangan di ujung-ujung R1    VR2   = Tegangan di ujung-ujung R2    
VR3   = tegangan di ujung-ujung R3     E   = Baterai

IE   = arus emitor    IB   =   arus basis    IC  =  arus colektor

Basis emitor mendapat  tegangan arah maju dari VR2 dan tegangan arah
terbalik dari VR1. Arus mengalir melalui emitor ( IE) , sebagian besar
menjadi arus colektor (IC) kembali ke Negatip , sebagian kecil menjadi
arus basis melewati R1 dan kembali ke negatip. R1 dan R2 digunakan
sebagai pembagi tegangan. Di titik P positip terhadap titik Q, titik Q
positip terhadap R dan sebaliknya , Titik R negatip terhadap Q, dan titik
Q negatip terhadap P.

Bandingkan pula arah arus transistor PNP dan NPN. Besarnya arus
colektor dipengaruhi oleh besarnya arus basis , jika arus basis bertambah
besar arus colektor juga bertambah besar atau  conduktansi transistor
semakin baik (Conduktif). Jadi arus basis mengendalikan arus output .Pada
gambar berikut   :

Jika tahanan basis (Rb) tidak terhubung kemana-mana maka tidak ada arus
basis (IB) hambatan transistor sangat besar Lampu (L1) tidak menyala
selanjutkan katakan saja transistor tidak menghantar.Ketika RB dihubung
ke titik B yaitu positip baterai maka tegangan basis sangat rendah dan
tidak terjadi arus basis (IB) ,jadi transistor tidak menghantar dan lampu
(L1) tidak menyala.Jika RB dihubung ke titik A yaitu dihubung ke negatip
baterai lewat (L1) maka akan mengalir arus basis sehingga transistor
menghantar karena terjadi Arus emitor (IE) , IC , menuju negatip baterai
lewat lampu dan lampu menyala.Arus basis ditentukan juga besarnya
hambatan basis (RB)makin kecil RB arus basis akan makin besar.Perhatikan
gambar berikut ini  :
Arus basis ditentukan besarnya hambatan Rb dan hambatan P. Hambatan
P( potensiometer). Karena P variable , ketika P diputar-putar sehingga
diperoleh hambatan P yang paling besar maka Ib menjadi kecil, sehingga Ic
juga kecil jadi lampu akan redup.Sebaliknya jika hambatan P diperoleh
harga yang paling kecil Ib akan bertambah besar dan Ic pun bertambah
besar, jadi lampu menyala yang paling terang. Pada gambar berikut  :

P   :  Potensiometer  Ldr  (Light dependent resistor) jenis resistor yang


akan berubah hambatannya jika dipengaruhi intensitas cahaya.

Rangkaian P dan LDR adalah rangkaian pembagi tegangan basis. Dalam


ruangan yang terang putar-putar P sampai kondisi lampu (L1) tidak
menyala.Ketika ruangan gelap hambatan LDR menjadi sangat besar dan
tegangan basis emitor menjadi besar , sehingga terjadi arus basis Ib
lewat P maka transistor menghantar dan L1 menyala.
Konfigurasi Common Base

Konfigurasi common basis ini lebih kompleks bila dibandingkan dengan


kedua konfigurasi yang lainnya, dan konfigurasi ini kurang umum karena
karakteristik operasinya yang aneh. Perhatikan gambar dibawah ini.

Penguat common-basis

Konfigurasi seperti ini disebut konfigurasi penguat common-basis karena


(power supply disamping), sumber sinyal dan beban menetapkan atau
menjadikan basis sebagai titik koneksi common. Seperti yang ditunjukkkan
oleh gambar dibawah ini.

Penguat common basis : Input antara emitor dan basis, output antara
kolektor dan basis

Karakteristik yang paling mencolok dari konfigurasi seperti ini adalah


sumber sinyal input membawa arus penuh emitor, seperti yang ditunjukkan
oleh panah tebal pada gambar ilustrasi yang pertama diatas. Seperti yang
kita ketahui sebelumnya bahwa arus emitor merupakan arus yang paling
besar dari arus-arus yang lainnya dalam transistor, karena arus emitor
merupakan nilai penjumlahan dari arus basis dan arus kolektor.
Karena arus masukan (input) melebihi semua arus yang lain di sirkuit,
termasuk juga arus keluaran, keuntungan perolehan arus pada penguat ini
akan kurang dari 1 (perhatikan beban R (Rload) yang terhubung ke kolektor,
sehingga arus yang dibawa akan menjadi sedikit atau berkurang bila
dibandingkan dengan sumber sinyal). Dengan kata lain, yang terjadi
bukannya memperkuat arus, melainkan memperlemah arus. Pada
konfigurasi penguat common-emitor dan common-kolektor, parameter yang
terkait dengan keuntungan rasio penguatan adalah β (beta). Namun dalam
konfigurasi common-basis, yang digunakan adalah parameter dengan basic
yang lain: rasio antara arus kolektor dan arus emitor, dimana perbandingan
rasio ini akan selalu kurang dari 1. Dan nilai perbandingan ini disebut rasio
alpha (α).
Karena sudah jelas tidak bisa meningkatkan atau memperkuat arus sinyal,
mungkin akan tampak lebih masuk akal bila konfigurasi ini digunakan untuk
meningkatkan tegangan sinyal. Sebuah simulasi rangkaian dibawah ini akan
menjelaskan asumsi tersebut benar atau tidak.

Rangkaian common-basis dengan sumber sinyal DC (untuk analisa)


Perhatikan gambar diatas yang menjelaskan tegangan output yang 0 volt
atau tidak ada (cutoff) dan terus meningkat sampai 15,75 volt (saturasi),
saat diberikan tegangan input yang mencakup rentang tegangan dari 0,6
volt sampai 1,2 volt. Kurva diatas juga menjelaskan tegangan output baru
meningkat ketika tegangan input 0,7 volt, jika tegangan input kurang dari
itu, tegangan output sama dengan nol. Dan memotong atau mendatar pada
sekitar 1,12 volt tegangan input. Ini merupakan keuntungan penguatan
tegangan yang cukup besar, perbandingan antara rentang tegangan output
15,75 volt dengan rentang tegangan input 0,42 volt, maka rasio
keuntungannya sebesar 37,5 atau 31,48 dB. Perhatikan juga bagaimana
tegangan output (diukur dari beban R) benar-benar melebihi tegangan
power supply (15 volt) pada saat kejenuhan atau saturation, hal ini terjadi
karena ada tambahan dari efek seri sumber tegangan input.
Analisis sirkuit yang kedua (gambar dibawah ini), dengan sumber sinyal AC
(DC dan tegangan bias) menunjukkan hasil yang sama : yaitu keuntungan
tegangan yang tinggi.

Rangkaian common-basis dengan sumber sinyal AC (untuk analisa)


Coba lihat pada gambar diatas, gelombang input dan output berada pada
fase satu sama lain. Hal ini memberitahu kita kalau penguat common-basis
bukan penguat pembalik.
Pada analisis AC dibawah ini dengan frekuensi tunggal 2 KHz memberikan
tegangan input dan tegangan output untuk perhitungan keuntungan
penguatan.
common-base amplifier                                                          
vin 5 2  ac 0.1 sin
vbias 0 1  dc 0.95      
r1 2 1 100     
q1 4 0 5 mod1  
v1 3 0 dc 15   
rload 3 4 5k   
.model mod1 npn
.ac dec 1 2000 2000    
.print ac vm(5,2) vm(4,3)
.end   

frequency       mag(v(5,2))     mag(v(4,3))


--------------------------------------------
0.000000e+00    1.000000e-01    4.273864e+00
 Dan keuntungan tegangannya adalah 42,74 (4,274 volt / 0,1 volt) atau

32,617 dB :

Pada gambar dibawah ini, merangkum hubungan antara fasa dan


penyeimbang DC berbagai sinyal dalam sirkuit (bila dilihat dengan
osiloskop).

penguat common basis (NPN)

Dan untuk transistor PNP, hasilnya akan seperti gambar dibawah ini.

penguat common basis (PNP)


Daerah Kerja BJT

·         Daerah Aktif >> Transistor beroperasi sebagai penguat dan

Ic = β.Ib

Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif,

yaitu ketika  arus IC konstans terhadap berapapun nilai VCE.

Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus IC hanya tergantung dari

besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear

(linear region).

·         Saturation   >>   Transistor "fully-ON", Ic = I(saturation)

Daerah saturasi adalah mulai dari VCE  = 0 volt sampai kira-kira

0.7 volt (transistor silikon). Ini diakibatkan oleh efek p-n

junction kolektor-basis yang membutuhkan tegangan yang cukup

agar mampu mengalirkan elektron sama seperti dioda.  

·         Cut-off   >>  Transistor menjadi "fully-OFF", Ic = 0

Daerah dimana Vce masih cukup kecil sehingga Arus IC = 0 atau

IB = 0. Transistor dalam kondisi off.

·         Daerah Breakdown

Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE  lebih dari 40 V,

arus IC menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini

disebut berada pada daerah breakdown. Seharusnya transistor

tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan dapat merusak

transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai

tegangan VCE max  yang diperbolehkan sebelum breakdown

bervariasi.
Tabel.  Daerah Operasi Transistor Bipolar

Electrode Junction Junction


Mode Function
Voltages Emitter-Base Collector-Base
Normal

Amplifier
E<B<C Aktif Forward bias Reverse bias
(Sering

digunakan)
E>B<C Cut-off Reverse bias Reverse bias Open switch
E<B>C Saturation Forward bias Forward bias Close switch
Low gain
E>B>C Breakdown Reverse bias Forward bias
amplifier

Alpha dc (∝dc)
Alpha dc sebuah transistor didefinisikan sebagai arus kolektor DC dibagi
arus emitor DC.

.……………..…………………………………………………(2)

Karena arus kolektor hampir sama dengan arus emitor, alpha dc sedikit
lebih kecil dari 1.

Beta dc ( )
Beta dc sebuah transistor didefinisikan sebagai rasio arus kolektor DC
dengan arus basis DC. Beta dc juga dikenal sebagai gain arus (penguatan
arus) karena arus basis yang kecil dapat menghasilkan arus kolektor yang
jauh lebih besar.
.……………..…………………………………………………(3)

…………………………………………………………(4)

.……………..…………..……………………………………(5)

Pada sistem analisis lain yang disebut parameter h (hybrid), hFE lebih
digunakan daripada βdc. Seperti βdc, hFE juga didefinisikan sebagai
penguatan arus sehingga kedua parameter tersebut adalah sama dengan:

βdc = hFE ...................................................................................................................


(6)
Catatan:
a. βdc atau hFE adalah sebutan untuk penguatan arus DC
b. hfe adalah sebutan untuk penguatan arus AC

Anda mungkin juga menyukai