Anda di halaman 1dari 22

G.

Analisa Praktikum, Simulasi, dan Perhitungan


Percobaan 1 Operasi Voltage Follower
Langkah-Langkah Percobaan
1. Setting osiloskop pada kedudukan
kanal 1 dan kanal 2 yaitu volt/div = 0,5
volt/div, time/dive = 1ms, dan kopling
AC.
2. Hubungkan catu daya pada IC LM324N
yaitu tegangan +15 pada kaki +V dan
tegangan -15 (atau ground) pada kaki –
V.
3. Atur AFG dengan tegangan 1,5 Vpp
dan frekuensi 400 Hz.
4. Buktikan penguatan voltage follower =
1 dengan mengubah tegangan input dan
mengukur tegangan outputnya.
Analisa Hasil Praktikum
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok kami, didapatkan hasil
sebagai berikut.

Pengukuran Kanal 1 Kanal 2


Vpp 1,08 Vpp 1,04 Vpp
Vmax 402 mV 434 mV
Vrms 720 mV 800 mV
Frekuensi 459,8 Hz 455,4 Hz
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kelompok 5 (lima), nilai Vpp baik pada kanal input
(kanal 1) maupun pada kanal output (kanal 2), tidak mengalami perbedaan yang berarti.
Tegangan input adalah 1,08 Vpp dan tegangan output adalah 1,04 Vpp. Selisihnya adalah
0,04 Vpp. Secara ideal, kondisi input sama dengan kondisi output. Hal ini dikarenakan
penguatan tegangan pada operasi voltage follower adalah 1. Untuk frekuensi, seharusnya
berada dalam jangkauan 450 Hz. Namun, karena AFG tidak stabil dan tuning frekuensinya
tidak tepat, maka praktikan hanya mengambil nilai pendekatan. Frekuensi kanal input
(kanal 1) adalah 459,8 Hz dan frekuensi kanal output (kanal 2) adalah 455,4 Hz. Selisih
frekuensi adalah 4,4 Hz.
Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi untuk percobaan 1 tentang Operasi Voltage Follower,
praktikan mendapatkan data-data sebagai berikut.

Vin Vout Frekuensi Vout/Vinput


1,5 Vpp 1,5 Vpp 400 Hz 1
2 Vpp 2 Vpp 400 Hz 1
2,5 Vpp 2,5Vpp 400 Hz 1
3 Vpp 3 Vpp 400 Hz 1

Pada saat diamati pada tabel diatas, nilai tegangan input selalu sama dengan tegangan
output. Pada saat tegangan input diatur sebesar 1,5 Vpp, 2 Vpp, 2,5 Vpp, dan 3 Vpp, maka
tegangan output yang dihasilkan adalah 1,5 Vpp, 2 Vpp, 2,5 Vpp, dan 3 Vpp. Hal ini
menunjukkan bahwa tegangan output sama dengan tegangan inputnya. Hal ini
membuktikan bahwa operasi voltage follower memiliki penguatan tegangan (Av) = 1.
Analisa Hasil Perhitungan
Untuk menjelaskan penyebab dari penguatan tegangan (Av) di dalam operasi voltage
follower bernilai 1, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara sebagai berikut.

Rf = 0 dan R1 = ∞ maka Av(CL) dapat dicari sebagai berikut.

Rf
Av(CL) = R1 + 1
0
Av(CL) = +1

Av(CL) = 0 + 1
Av(CL) = 1

Sehingga jika diketahui tegangan input adalah Vinput dan tegangan output adalah Vout, maka
akan ditemukan hubungan sebagai berikut.

Vout = AvVin
Vout = (1)Vin
Vout = Vin
Oleh karena itu, berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tegangan
input akan sama dengan tegangan outputnya berapapun nilainya. Hal tersebut dapat
dibuktikan sebagai berikut.

Perhitungan 1 Perhitungan 2 Perhitungan 3 Perhitungan 4


Vin = 1 Vpp Vin = 2 Vpp Vin = 3 Vpp Vin = 4 Vpp
Vout = AvVin Vout = AvVin Vout = AvVin Vout = AvVin
Vout = 1(1Vpp) Vout = 1 (2Vpp) Vout = 1 (3Vpp) Vout = 1 (4Vpp)
Vout = 1Vpp Vout = 2 Vpp Vout = 3 Vpp Vout = 4 Vpp
Melalui perhitungan di atas, dapat ditemukan bahwa Vin = 1 Vpp, maka Vout = 1 Vpp.
Vin = 2 Vpp maka Vout = 2 Vpp, Vin = 3 Vpp maka Vout = 3 Vpp, dan Vin = 4 Vpp
maka Vout = 4 Vpp. Hal ini membuktikan bahwa penurunan rumus diatas sesuai dengan
dasar desain penguatan yang ada pada lembar kerja bahwa penguatan tegangan pada
operasi voltage follower adalah bernilai 1.

Percobaan 2 Operasi Non-Inverting Amplifier Op-Amp


Langkah-Langkah Percobaan
1. Setting osiloskop pada kedudukan kanal 1
dan kanal 2 yaitu volt/div = 0,5 volt/div,
time/dive = 1ms, dan kopling AC.
2. Hubungkan catu daya pada IC LM324N
yaitu tegangan +15 pada kaki +V dan
tegangan -15 (atau ground) pada kaki –V.
3. Atur AFG dengan tegangan 1 Vpp dan
frekuensi 400 Hz. Amati sinyal input
penguat dan sinyal outputnya. Apakah
ada perbedaan di antara keduanya?
4. Berapa tegangan outputnya? Berapa
penguatan tegangan? Bagaimana bila
dibandingkan dengan persamaan pada
dasar desain?
Analisa Hasil Praktikum

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok kami, didapatkan hasil
sebagai berikut.

Pengukuran Kanal Input (Kanal 1) Kanal Output (Kanal 2)


Vpp (Vpp) 1,04 2,00
Frekuensi (Hz) 403,6 Hz 403,6 Hz

Pada hasil diatas, tegangan input (Vin) adalah 1,04 Vpp, sedangkan tegangan output (Vout)
adalah 2,00 Vpp. Melalui kedua hasil tersebut, ditemukan penguatan tegangan (Av)
sebesar 2 (dua) kali. Hal ini membuktikan bahwa penguat non-inverting dengan RA = RB
= 10 kΩ menghasilkan penguatan tegangan (Av) = 2. Untuk frekuensi baik kanal input
dan kanal output adalah sama. Hal ini dikarenakan AFG yang digunakan berbeda dengan
yang digunakan praktikan pada percobaan sebelumnya. Sehingga frekuensi yang
dihasilkan pun stabil baik pada input maupun output.

Pada percobaan berikutnya, praktikan mengubah nilai RB. Pengubahan resistansi RB


mengakibatkan peningkatan nilai penguatan tegangan (Av). Hal tersebut ditunjukkan pada
tabel hasil praktikum sebagai berikut.
RB Vout (Vpp) Vin (Vpp) Av (Vout/Vin)
27 kΩ 3,84 Vpp 1 Vpp 3,84
39 kΩ 5,12 Vpp 1 Vpp 5,12
47 kΩ 5,84 Vpp 1 Vpp 5,84
82 kΩ 9,60 Vpp 1 Vpp 9,60

Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, nilai RB mempengaruhi AV (penguatan


tegangan). Apabila penguatan tegangan (Av) semakin besar, maka Vout pun akan semakin
besar pula. Pada saat RB = 27 kΩ, AV = 3,84. Sehingga Vout = AVVin = 3,84 (1Vpp) = 3,84
Vpp. Pada saat RB = 39 kΩ, tegangan output (Vout) = 5,12 Vpp, maka AV = Vout/Vin =
5,12/1= 5,12. Pada saat RB = 47 kΩ, tegangan output (Vout) = 5,84 Vpp, maka Av = Vout/Vin
= 5,84/1 = 5,84. Pada saat RB = 82 kΩ, tegangan output (Vout) = 9,60 Vpp, maka Av =
Vout/Vin = 9,60/1 = 9,60. Sehingga, hasil simulasi ini membuktikan penggantian RB
memengaruhi nilai Vout dan Av pada penguat non-inverting.
Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi untuk percobaan 2 tentang Operasi Non-Inverting Amplifier
Op-Amp, praktikan mendapatkan data-data sebagai berikut.

Vin Vout Frekuensi Vout/ Vinput


1 Vpp 2 Vpp 399 Hz 2
1,5 Vpp 3 Vpp 399 Hz 2
2 Vpp 4 Vpp 399 Hz 2
2,5 Vpp 4,99 Vpp 399 Hz 1,99 ≅ 2
3 Vpp 5,66 Vpp 400 Hz 1,89 ≅ 2

Pada saat diamati pada tabel diatas, tegangan output adalah hasil 2 (dua) kali dari tegangan
output. Pada saat Vin = 1 Vpp, maka Vout = 2 Vpp. Pada saat Vin = 1,5 Vpp, maka Vout = 3
Vpp. Pada saat Vin = 2 Vpp, maka Vout = 4 Vpp. Pada saat Vin = 2,5 Vpp, maka Vout = 4,99
Vpp. Kondisi 4 (empat) terjadi penyimpangan nilai yaitu Δ = 2-1,99 = 0,01. Hal tersebut
juga terjadi pada kondisi 5 (lima) dimana terdapat selisih dari nilai seharusnya sebesar
0,11. Hal ini menunjukkan bahwa Vout adalah 2 (dua) kali Vin. Hal ini membuktikan bahwa
operasi non-inverting amplifier Op-Amp dengan RA = RB = 10 kΩ menghasilkan
penguatan tegangan (Av) = 2.

Pada percobaan berikut, RB atau Rf diganti dengan nilai-nilai bervariasi. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Vout Vin Av
RB (puncak- (puncak- (Vout/Vin)
ke-puncak) ke-puncak)
27 kΩ 3,7 Vpp 1 Vpp 3,7
39 kΩ 4,9 Vpp 1 Vpp 4,9
47 kΩ 5,44 Vpp 1 Vpp 5,44
82 kΩ 7,49 Vpp 1 Vpp 7,49

Pada tabel diatas, dapat diamati bahwa dengan digantinya nilai RB dengan nilai-nilai yang
lebih besar menghasilkan nilai penguatan yang lebih besar. Pada saat R = 27 kΩ, maka
Vout = 3,7 Vpp, sehingga Av(gain) = 3,7. Pada saat R = 39 kΩ, maka Vout = 4,9 Vpp,
sehingga Av(gain) = 4,9. Pada saat R = 47 kΩ, maka Vout = 5,44 Vpp, sehingga Av(gain) =
5,44. Pada saat R = 82 kΩ, maka Vout = 7,49 Vpp, sehingga Av(gain) = 7,49.

Melalui penjabaran hasil penggantian nilai RB pada rangkaian tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa penggantian RB dengan nilai yang lebih besar menghasilkan nilai
penguatan yang lebih besar pula.

Analisa Hasil Perhitungan


Untuk menjelaskan bagaimana penguatan tegangan (Av) terjadi di dalam operasi non-
inverting amplifier Op-Amp, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara sebagai
berikut.

Rf atau RB = 10 kΩ dan R1 atau RA = 10 kΩ maka Av(CL) dapat dicari sebagai berikut.


Vo
Av(CL) = Vi
RB
Av(CL) = RA + 1
10kΩ
Av(CL) = 10kΩ + 1
Av(CL) = 1 + 1
Av(CL) = 2
Melalui persamaan diatas dengan nilai RB = 10 kΩ atau RA = 10 kΩ, maka nilai dari Av(CL)
adalah sebesar 2. Dengan menggunakan Vin = 1 Vpp, 2 Vpp, 3 Vpp, dan 4 Vpp, maka
dapat dihasilkan Vout sebagai berikut.

Perhitungan 1 Perhitungan 2 Perhitungan 3 Perhitungan 4


Vin = 1 Vpp Vin = 2 Vpp Vin = 3 Vpp Vin = 4 Vpp
Vout = AvVin Vout = AvVin Vout = AvVin Vout = AvVin
Vout = 2(1Vpp) Vout = 2 (2Vpp) Vout = 2 (3Vpp) Vout = 2 (4Vpp)
Vout = 2 Vpp Vout = 4 Vpp Vout = 6 Vpp Vout = 8 Vpp
Berdasarkan hasil diatas, pada perhitungan pertama dihasilkan Vout = 2 Vpp. Pada
perhitungan kedua dihasilkan Vout = 4 Vpp. Pada perhitungan ketiga dihasilkan Vout = 6
Vpp. Pada perhitungan keempat dihasilkan Vout = 8 Vpp.

Sedangkan dalam pendekatan lain, nilai dari arus tegangan input dapat dicari sebagai
berikut. Dengan Vin = 1 Vpp dan R1 atau RA = 10 kΩ, maka:
Vin = i1R1
1 Vpp = i1(10kΩ)

1 Vpp
i1 = 10 kΩ
i1 = 10-4 A = 0,1 mA
Dengan RB atau Rf = 10 kΩ, maka nilai Vout dapat dicari sebagai berikut.
Vout = i1 (Rf + R1)
Vout = i1 (RB + RA)

Vout = 10-4 (104 + 104)


Vout = 10-4 (20.103)
Vout = 2 Vpp
Sedangkan apabila RB atau Rf diganti dengan nilai resistansi yang bervariasi, maka akan
dihasilkan penguatan tegangan sebagai berikut .

Untuk RB = 27 kΩ Nilai RTH pada RB = 27 kΩ


Vo RA//RB
Av(CL) = Vi
RA ×RB
RB
Av(CL) = RA + 1 =
RA+RB
27kΩ 10k ×27k
Av(CL) = 10kΩ + 1 =
10k+27k
27 270.000
Av(CL) = 10 + 1 =
37.000
Av(CL) = 2,7 + 1 = 7,29 kΩ
Av(CL) = 3,7
Dari perhitungan diatas untuk RB = 27 kΩ didapatkan hasil AV(CL) = 3,7.
Untuk RB = 39 kΩ Nilai RTH pada RB = 39 kΩ
Vo RA//RB
Av(CL) = Vi
RA ×RB
RB
Av(CL) = RA + 1 =
RA+RB
39kΩ 10k ×39k
Av(CL) = 10kΩ + 1 =
10k+39k
39 390.000
Av(CL) = 10 + 1 =
49.000
Av(CL) = 3,9 + 1 = 7,96 kΩ
Av(CL) = 4,9

Dari perhitungan diatas untuk RB = 39 kΩ didapatkan hasil AV(CL) = 4,9.

Untuk RB = 47 kΩ Nilai RTH pada RB = 47 kΩ


Vo RA//RB
Av(CL) = Vi
RB RA ×RB
Av(CL) = RA + 1 =
RA+RB
47kΩ 10k ×47k
Av(CL) = 10kΩ + 1 =
47
10k+47k
Av(CL) = 10 + 1 470.000
=
Av(CL) = 4,7 + 1 57.000
= 8,25 kΩ
Av(CL) = 5,7

Dari perhitungan diatas untuk RB = 47 kΩ didapatkan hasil AV(CL) = 5,7.

Untuk RB = 82 kΩ Nilai RTH pada RB = 82 kΩ


Vo RA//RB
Av(CL) = Vi
RB RA ×RB
Av(CL) = RA + 1 =
RA+RB
82kΩ 10k ×82k
Av(CL) = 10kΩ + 1 =
10k+82k
82
Av(CL) = 10 + 1 820.000
=
92.000
Av(CL) = 8,2 + 1
= 8,91 kΩ
Av(CL) = 9,2

Dari perhitungan diatas untuk RB = 82 kΩ didapatkan hasil AV(CL) = 9,2.

Berdasarkan hasil perhutungan nilai Av berdasarkan RB yang bervariasi, nilai Vout dapat
dihitung sebagai berikut.
Perhitungan 1 Perhitungan 2 Perhitungan 3 Perhitungan 4
Vin = 1 Vpp Vin = 1 Vpp Vin = 1 Vpp Vin = 1Vpp
Av1 = 3,7 Av2 = 4,9 Av3 = 5,7 Av4 = 9,2
Vout = Av1Vin Vout = Av2Vin Vout = AvVin Vout = Av4Vin
Vout = 3,7 (1Vpp) Vout = 1 (4,9Vpp) Vout =5,7 (1Vpp) Vout = 9,2 (1Vpp)
Vout = 3,7 Vpp Vout = 4,9 Vpp Vout = 5,7 Vpp Vout = 9,2 Vpp

Melalui perhitungan di atas, dengan Vin = 1 Vpp dan Av yang bervariasi, dapat ditemukan
Vout sebagai berikut. Av1 = 3,7 maka Vout = 3,7 Vpp. Av2 = 4,9 maka Vout = 4,9 Vpp. Av2
= 5,7 maka Vout = 5,7 Vpp. Sedangkan Av5 = 9,2 maka Vout = 9,2 Vpp.

Percobaan 3 Operasi Inverting Amplifier


Langkah-Langkah Percobaan
1. Setting osiloskop pada kedudukan kanal
1 dan kanal 2 yaitu volt/div = 0,5
volt/div, time/dive = 1ms, dan kopling
AC.
2. Hubungkan catu daya pada IC LM324N
yaitu tegangan +15 pada kaki +V dan
tegangan -15 (atau ground) pada kaki –
V.
3. Atur AFG dengan tegangan 1 Vpp dan
frekuensi hingga menampilkan 5
gelombang input pada 10 divisi
osiloskop.
4. Amatilah kedua sinyal, yaitu sinyal
input dan sinyal output. Bagaimanakah
kondisi keduanya.
5. Berapa tegangan output pick-to-pick dan
bagaimana jika dibuktikan dengan
persamaan dalam dasar desainnya.
Analisa Hasil Praktikum
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok 5, maka didapatkan hasil
praktikum pada kegiatan operasi inverting amplifier sebagai berikut.

Pengukuran Kanal Input (Kanal 1) Kanal Output (Kanal 2)


Vpp (Vpp) 1,04 1,04
Frekuensi (Hz) 339,2 Hz 334,7 Hz
Melalui hasil yang diperoleh di atas, Vin = Vout. Hal ini dikarenakan Av = 1. Akan tetapi fasa
diantara kedua gelombang berbeda, sehingga menimbulkan beda fasa sebesar 180o.
Frekuensi yang terdapat di kanal 1 = 339,2 Hz dan kanal 2 = 334,7 Hz. Secara ideal,
frekuensi input dan output adalah sama. Terdapat beda atau selisih = 4,5 Hz. Hal ini
dikarenakan jenis AFG yang digunakan oleh kelompok adalah AFG yang output yang
dihasilkannya kurang stabil.

Sedangkan pada praktikum inverting, dengan melakukan penggantian RB, dihasilkan Vout
dan Av sebagai berikut.
RB Vout (Vpp) Vin (Vpp) Av (Vout/Vin) Beda Fasa
27 kΩ 2,34 Vpp 1 Vpp -2,34 180o
39 kΩ 3,96 Vpp 1 Vpp -3,96 180o
47 kΩ 4,88 Vpp 1 Vpp -4,88 180o
82 kΩ 9,00 Vpp 1 Vpp -9,00 180o

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, penggantian RB diatas nilai sebelumnya (RB
= 10 kΩ) menghasilkan penguatan yang lebih besar daripada sebelumnya. Tanda negatif
yang terdapat pada penguatan menunjukkan beda fasa. Bentuk fasa yang dihasilkan baik
antara sinyal input dan sinyal output adalah berbeda. Beda fasa yang didapatkan adalah
180O.
Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi untuk percobaan 3 tentang Inverting Amplifier, praktikan
mendapatkan data-data sebagai berikut (RA = RB = 10 kΩ).

Vin Vout Frekuensi Beda Vout/


fasa Vinput
1 Vpp 1 Vpp 400 Hz 180o -1
o
2 Vpp 2 Vpp 400 Hz 180 -1
3 Vpp 2 Vpp 400 Hz 180o -1
o
4 Vpp 4 Vpp 400 Hz 180 -1

Pada saat diamati pada tabel diatas, nilai tegangan input selalu sama dengan tegangan
output. Pada saat tegangan input diatur sebesar 1 Vpp, 2 Vpp, 3Vpp, dan 4 Vpp, maka
tegangan output yang dihasilkan adalah 1 Vpp, 2 Vpp, 3 Vpp, dan 4 Vpp. Hal ini
menunjukkan bahwa tegangan output sama dengan tegangan inputnya. Akan tetapi yang
membedakan adalah perbedaan posisi gelombang dimana terdapat perbedaan fasa sebesar
180o. Hal ini membuktikan bahwa operasi voltage follower memiliki penguatan tegangan
(Av) = -1 (tanda negatif dalam hal ini adalah untuk membedakan bentuk perbedaan fasa
saja).

Pada percobaan berikutnya, nilai RB atau Rf diatur bervariasi sehingga menghasilkan Vout
dan Av sebagai berikut.
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dengan meningkatnya nilai resistansi RB pada
penguat inverting, maka Vout dan Av yang dihasilkan akan semakin besar. Tanda negatif
pada penguatan hanya untuk menunjukkan terjadinya beda fasa pada gelombang input dan
gelombang output. Tegangan output yang didapatkan semakin meningkat seiring dengan
pergantian nilai RB atau Rf pada rangkaian penguat inverting.

RB Vout Vin Frekuensi Beda Vout/


fasa Vinput
27 kΩ 2,98 Vpp 1 Vpp 400 Hz 180o -2,98
39 kΩ 4,3 Vpp 1 Vpp 400 Hz 180o
-4,3
47 kΩ 5,19 Vpp 1 Vpp 400 Hz 180o -5,19
82 kΩ 9,05 Vpp 1 Vpp 400 Hz 180o
-9,05
Analisa Hasil Perhitungan
Pada percobaan 3 yaitu penguat operasi inverting, melalui perhitungan dasar desain, dapat
ditemukan hubungan-hubungan sebagai berikut.
vin = iinR1
vin = iinRA
Dengan vin = 1 Vpp dan RA atau R1 = 10 kΩ, maka iin dapat dicari sebagai berikut.
1 Vpp = iin (10 kΩ)
1 Vpp
iin = = 10-4 App
10 kΩ

Dengan Rf atau RB = 10 kΩ, maka vout dapat dicari sebagai berikut.


Vout = -iinRf
Vout = -10-4(104)
Vout = -1 Vpp
Sehingga melalui perhitungan di atas, dengan vin = 1 Vpp maka vout = -1 Vpp. Tanda negatif
pada perhitungan menunjukkan beda fasa antara sinyal input dan output sebesar 180o.

Sedangkan untuk mencari RTH antara R1 dan Rf , dapat dilakukan operasi perhitungan
sebagai berikut.

RTH = R1 // Rf
R1 ×Rf
= R1+Rf
10kΩ ×10kΩ
= 10kΩ+10kΩ
100000kΩ
= 20kΩ
= 5 kΩ
Melalui perhitungan di atas, nilai resistansi thevenin dengan RA = 10kΩ dan RB = 10 kΩ
adalah 5 kΩ.

Sedangkan pada percobaan selanjutnya, tegangan input konstan dengan nilai 1 Vpp.
Penggantian nilai RB atau Rf pada rangkaian inverting menghasilkan penguatan yang lebih
besar dari sebelumnya. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui perhitungan sebagai berikut.

Untuk RB = 27 kΩ Nilai RTH dengan RB = 27 Vout1 = Av1(Vin)


Av(CL) = − Vi
Vo kΩ = -2,7(1 Vpp)
RB
RA//RB = -2,7 Vpp
Av(CL) = − RA ×RB
RA
27kΩ
=
RA+RB
Av(CL) = − 10kΩ
10k ×27k
27 =
Av(CL) = − 10 10k+27k
270.000.000
Av(CL) = -2,7 =
37.000
= 7,29 kΩ

Melalui hasil diatas didapatkan hasil Av(CL) = -2,7 dan RTH1 = 7,29 kΩ, dan Vout1 = -2,7 Vpp
(tanda negatif menunjukkan beda fasa sebesar 180).

Untuk RB = 39 kΩ Nilai RTH dengan RB = 39 kΩ Vout2 = Av2(Vin)


Vo RA//RB = -3,9(1 Vpp)
Av(CL) = − Vi
RA ×RB = -3,9 Vpp
Av(CL) = − RA
RB =
RA+RB
39 kΩ 10k ×39k
Av(CL) = − 10 kΩ =
10k+39k
39 390.000.000
Av(CL) = − 10 =
49.000
Av(CL) = -3,9 = 7,96 kΩ
Melalui hasil diatas didapatkan hasil Av(CL) = -3,9 dan RTH2 = 7,96 kΩ, dan Vout2 = -3,9 Vpp
(tanda negatif menunjukkan beda fasa sebesar 180).

Untuk RB = 47 kΩ Nilai RTH dengan RB = 47 kΩ Vout2 = Av3(Vin)


Vo RA//RB = -4,7(1 Vpp)
Av(CL) = − Vi
RA ×RB = -4,7 Vpp
RB
Av(CL) = − RA =
RA+RB
47 kΩ 10k ×47k
Av(CL) = − 10 kΩ =
10k+47k
47 470.000.000
Av(CL) = − 10 =
57.000
Av(CL) = -4,7 = 8,25 kΩ

Melalui hasil diatas didapatkan hasil Av(CL) = -4,7 dan RTH3 = 8,25 kΩ, dan Vout3 = -4,7 Vpp
(tanda negatif menunjukkan beda fasa sebesar 180).

Untuk RB = 82 kΩ Nilai RTH dengan RB = 47 kΩ Vout2 = Av4(Vin)


Vo RA//RB = -8,2(1 Vpp)
Av(CL) = − Vi
RA ×RB = -8,2 Vpp
RB
Av(CL) = − RA =
RA+RB
82 kΩ 10k ×82k
Av(CL) = − 10 kΩ =
10k+82k
82 820.000.000
Av(CL) = − 10 =
92.000
Av(CL) = -8,2 = 8,91 kΩ

Melalui hasil diatas didapatkan hasil Av(CL) = -8,2 dan RTH3 = 8,91 kΩ, dan Vout3 = -8,2 Vpp
(tanda negatif menunjukkan beda fasa sebesar 180).
Percobaan 4 Operasi Penguat Penjumlah 2 Input

Langkah-Langkah Percobaan
1. Setting osiloskop pada kedudukan
kanal 1 dan kanal 2 yaitu volt/div = 0,5
volt/div, time/dive = 1ms, dan kopling
AC.
2. Hubungkan catu daya pada IC
LM324N yaitu tegangan +15 pada
kaki +V dan tegangan -15 (atau
ground) pada kaki –V.
3. Atur AFG dengan tegangan 1 Vpp dan
frekuensi 300 Hz.
4. Rangkailah rangkaian 1 disamping ini
untuk tahap pertama. Ukurlah V1, V2,
dan Vout. Bagaimanakah hasilnya?
5. Lakukanlah kembali urutan langkah
kerja 1-4 untuk 2 rangkaian lainnya.

Analisa Hasil Praktikum


Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok 5, maka didapatkan hasil praktikum
pada kegiatan operasi Penguat Penjumlah 2 Input sebagai berikut.

Percobaan V1 (Vin) V2 Vout


Rangkaian 1 1 Vpp 1 Vpp 2 Vpp
Rangkaian 2 800 mVpp 2 Vpp 2,8 Vpp
Rangkaian 3 999 mVpp 440 mVpp 120 mVpp

Pada percobaan dengan rangkaian pertama, V1 = 1 Vpp dan V2 = 1 Vpp. Hal ini dikarenakan
op-amp 1 adalah penguat voltage follower, yang mana V1 = V2, berapapun V1 yang diberikan
maka V2 akan bernilai sama. Dengan demikian, maka Vout = 2 Vpp. Pada percobaan rangkaian
kedua, V1 = 800 mVpp = 0,8 Vpp dan V2 = 2 Vpp. Hal ini dikarenakan op-amp 1 adalah penguat
non inverting dengan Av = 2. Melalui dasar desain, Vout yang dihasilkan adalah 2,8 Vpp. Pada
percobaan rangkaian ketiga, V1 = 999 mVpp dan V2 = 440 mVpp. Seharusnya, karena op-amp
1 adalah inverting amplifier dan AV = 1, V2 = V1 dan beda fasa 180O. Melalui pengamatan
tersebut, Vout yang dihasilkan adalah 120 mVpp.
Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi untuk percobaan 4 tentang Operasi Penguat Penjumlah 2 Input,
praktikan mendapatkan data-data sebagai berikut.

Percobaan V1 (Vin) V2 Vout


Rangkaian 1 999 mVpp 999 mVpp 2 Vpp
Rangkaian 2 999 mVpp 2 Vpp 3 Vpp
Rangkaian 3 999 mVpp 999 mVpp 110 mVpp

Pada saat diamati pada tabel diatas, nilai V1 untuk semua rangkaian adalah sama yaitu 999
mVpp. Namun untuk nilai V2 dan nilai Vout yang dihasilkan tidaklah sama. Hal ini dikarenakan
oleh bedanya model rangkaian op-amp 1. Sehingga karakteristik yang dihasilkan pun berbeda.
Pada rangkaian 1, V1 memiliki nilai yang sama dengan V2. Hal ini dikarenakan penguat 1
tersebut adalah operasi voltage follower, dimana V1 = V2, berapapun V1 yang diberikan, maka
V2 adalah sama dan Vout yang dihasilkan adalah 3 V. Pada rangkaian 2, V1 mengalami penguatan
sebesar 2 (dua) kali, sehingga menghasilkan keluaran sebesar 2 (dua) kali masukannya. Penguat
pada rangkaian 2 untuk Op-Amp 1 adalah penguat non-inverting dan Vout = 3 Vpp. Sedangkan
pada rangkaian 3 (tiga), penguat op-amp 1 yang digunakan adalah penguat inverting
berpenguatan satu. Oleh karena itu, nilai Vin = Vout = 999 mVpp, namun hal tersebut
menyebabkan penurunan pada Vout menjadi 110 mVpp.
Analisa Hasil Perhitungan

Untuk menjelaskan penyebab bagaimana terjadi penguatan dengan rangkaian operasi penjumlah
2 input, maka dalam hal ini akan dibahas terlebih dahulu berdasarkan tiap-tiap bagian sebagai
berikut.

 Percobaan 4.1 dengan Op-Amp 1 Rangkaian Voltage Follower


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rangkaian voltage follower memiliki penguatan
sebesar 1. Hal ini dapat terlihat jelas nilai input akan sama dengan output berapapun
kondisi/hasil yang dimasukkan.

Dengan persamaan matematis, maka dapat dibuktikan bahwa penguatan voltage follower
= 1.

Rf = 0 dan R1 = ∞ maka Av(CL) dapat dicari sebagai berikut.


Rf
Av(CL) = R1 + 1
0
Av(CL) = ∞ + 1
Av(CL) = 0 + 1
Av(CL) = 1
Dengan demikian, apabila V1 diberikan sebesar 1 Vpp, maka V2 :
Vout = AV(CL) Vin
V2 = AV(CL) V1
V2 = 1 (1 Vpp)
V2 = 1 Vpp
Maka, V2 = 1 Vpp. Untuk mengetahui nilai Vout, kita dapat menggunakan rumus yang
terdapat pada dasar desain sebagai berikut.

V1 V2
Tegangan Output : Vo = -R3 [(R1) + (R2)]

Diketahui nilai R1 = 10 kΩ, R2 = 10 kΩ, R3 = 10 kΩ V1 = 1 Vpp, dan V2 = 1 Vpp.


Sehingga tegangan output (Vout) adalah sebagai berikut.
1 Vpp 1 Vpp
Vo = -10.000[(10.000) + (10.000)]
2 Vpp
Vo = -10.000(10.000)
Vo = -2 Vpp

Melalui operasi perhitungan diatas, nilai Vo = -2 Vpp (tanda negatif dalam hal ini
menunjukkan beda fasa yang terjadi antara Vo dan V1 atau V2 sebesar 180O.

 Percobaan 4.2 dengan Op-Amp 1 Rangkaian Penguat Non Inverting.


Apabila V1 diatur dengan AFG sebesar 1 Vpp, maka dengan dasar desain rangkaian non-
inverting, nilai V2 dapat diketahui.

Bila R1 = R2 = 47 kΩ, maka nilai V2 dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
RB
AV(CL) = +1
RA
47 kΩ
AV(CL) = +1
47 kΩ
47
AV(CL) = +1
47
AV(CL) = 1 + 1
AV(CL) = 2

AV(CL) pada rangkaian non-inverting adalah 2. Maka dari itu, untuk mencari V2,
digunakan rumus sebagai berikut.

V2= AV(CL) V1
V2 = 2 (1Vpp)
V2 = 2 Vpp

Apabila V1 = 1 Vpp, V2 = 2 Vpp, R1 = 10 kΩ, R2 = 10 kΩ, dan R3 = 10 kΩ, maka nilai


Vout dalam rangkaian dapat dicari sebagai berikut.

V1 V2
Vo = -R3 [(R1) + (R2)]
1 Vpp 2 Vpp
Vo = -10.000 [(10.000) + (10.000)]
3 Vpp
Vo = -10.000 (10.000)
Vo = -3 Vpp

Melalui operasi perhitungan diatas, nilai Vo = -3 Vpp (tanda negatif dalam hal ini
menunjukkan beda fasa yang terjadi antara Vo dan V1 atau V2 sebesar 180O.

 Percobaan 4.3 dengan Op-Amp 1 Rangkaian Penguat Inverting Berpenguatan 1


Apabila V1 diatur dengan AFG sebesar 1 Vpp, maka dengan dasar desain rangkaian
inverting, nilai V2 dapat diketahui.

Vo
AV(CL) = − Vi
RB
AV(CL) = − RA

RA = RB = 47 kΩ sehingga AV(CL) dapat dicari sebagai berikut.


RB
AV(CL) = − RA
47 kΩ
AV(CL) = − 47 kΩ
47
AV(CL) = − 47
AV(CL) = −1

Melalui perhitungan diatas AV(CL) adalah = 1 (tanda negatif menunjukkan perbedaan


fasa input dan output sebesar 180o. Dengan demikian nilai V2 dapat dicari sebagai
berikut.
V2 = AV(CL) V1
V2 = -1 (1Vpp)
V2 = -1 Vpp

Apabila V1 = 1 Vpp, V2 = -1 Vpp, R1 = 10 kΩ, R2 = 10 kΩ, dan R3 = 10 kΩ, maka


nilai Vout dalam rangkaian dapat dicari sebagai berikut.

V1 V2
Vo = -R3 [(R1) + (R2)]
1 −1
Vo = -10.000 [(10.000) + (10.000)]
Vo = 0 Vpp
Melalui operasi perhitungan diatas, nilai Vo = 0 Vpp.
Percobaan 5 Operasi Penguat Selisih

Langkah-Langkah Percobaan
1. Hubungkan catu daya pada IC LM324N
yaitu tegangan +15 pada kaki +V dan
tegangan -15 (atau ground) pada kaki –V.
2. Atur Catu Daya dengan tegangan 15 V DC
dan lakukanlah pembagian tegangan
dengan membangun rangkaian seperti
yang tertera di gambar 1.
3. Ukurlah V1 = VB, V2 = VA, dan Vo untuk
rangkaian pertama.
4. Selanjutnya, ubahlah V1 = VA dan V2 = VB
sesuai skema gambar kedua. Ukur kembali
V1 = VA, V2 = VB, dan Vo pada rangkaian
2.
5. Selanjutnya lakukan kembali langkah
keempat dengan mengganti R1 dan R3 (R
yang tersambung baik pada VA dan VB
pada posisi sejajar Op-Amp) dengan nilai
33 kΩ.

Analisa Hasil Praktikum


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok kami, maka didapatkan
data-data sebagai berikut.

Pengukuran Percobaan Percobaan Hasil Simulasi Percobaan 5.2


5.1 5.2 R1 dan R3 = 33 kΩ
VA 9,11 V 12,66 V 12,66 V
VB 12,94V 7,39 V 7,39 V
VB-VA 3,83 V -5,27 V -5,27 V
VO 11,64 V 0,56 V 0,56 V

Pada percobaan 5.1 berdasarkan pengukuran dengan voltmeter, VA = 9,11 V, VB = 12,94 V,


VB – VA = 3,83 V, dan Vo = 11,64 V. Pada percobaan 5.2 berdasarkan pengukuran dengan
voltmeter, VA = 12,66 V, VB = 7,39 V, VB – VA = -5,27 V, dan Vo = 0,56 V. Pada percobaan
5.2, kami mengasumsikan nilai yang dihasilkan adalah sama. Karena hanya berganti resistor
R1 dan R3 dengan nilai yang sama. Dalam praktikum ini, seharusnya nilai Vo baik pada
percobaan 5.1 dan percobaan 5.2 adalah sama, yang berbeda hanya polaritas tegangannya.
Hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam referensi pengukuran di titik VA dan VB. Sehingga
menghasilkan nilai yang berbeda dari nilai yang seharusnya.
Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi untuk percobaan 1 dan 2 tentang Operasi Voltage Follower,
praktikan mendapatkan data-data sebagai berikut.

Tabel Simulasi Kegiatan 5.1 Operasi Penguat Selisih


Hasil Simulasi
Pengukuran Hasil Simulasi Hasil Simulasi Percobaan 5.2
Percobaan 5.1 Percobaan 5.2 dengan R1 dan
R3 = 33 kΩ
VA 2,553 V 2,125 V -240,102 mV
VB 791,536 mV 536,217 mV 2,391 V
VB-VA -1,7614664 V -1,588783 V 2,631 V
VO 543,501 mV -644,363 mV 103,917 mV

Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan hasil pada simulasi percobaan 5.1 yaitu V A = 2,553
V, VB = 791,536 mV, VB-VA = -1,76 V, dan Vo = 543,501 mV. Pada simulasi percobaan 5.2
yaitu VA = 2,125 V, VB = 536,217 mV, VB – VA = -1,588783 V, dan Vout = -644,363 mV.
Pada percobaan 5.1 dan 5.2, selisih nilai Vo = 100,862 mV = 0,100862 V. Sehingga, hasil
yang didapatkan tidak menyimpang jauh dari apa yang seharusnya dimana nilai Vo adalah
sama, namun yang berbeda hanya polaritasnya. Akan tetapi, berdasarkan hasil penghitungan
selisih VB dan VA, seharusnya percobaan 5 bernilai postif dan percobaan 5.2 bernilai negatif.
Hal ini dikarenakan terdapat kekeliruan pemasangan Voltmeter pada VA dan VB. Untuk
percobaan 5.2.1, praktikan mendapatkan hasil bahwa baik Vo dan VB-VA sesuai dengan teori
yang terdapat pada modul kerja, yaitu apabila selisih VB dan VA positif maka Vo positif..
Analisa Hasil Perhitungan

Vcc = 15 V, R1 = 100 kΩ, R2 = 33 kΩ, dan R3 = 68 kΩ


RT = R1 + R2 + R3 = 100 kΩ + 33 kΩ + 68 kΩ = 201 kΩ
R1 100
V1 = RT × Vs = 201 × 15 V = 7,46 V
R3 33
V2 = RT × Vs = × 15 V = 2,46 V
201
R3 68
V3 = RT × Vs = × 15 V = 5,07 V
201

Untuk R1 = R3 = 47 kΩ
Apabila V1 = VB = 7,46 V dan V2 = VA = 2,46 V
VB-VA = 7,46 V – 2,46 V = 5,00 V
R3 47 kΩ
Vo = R1 (VB-VA) = 47 kΩ × 5 = 5 V
Apabila V1 = VA = 7,46 V dan V2 = VB = 2,46 V
VB-VA = 2,46 V – 7,46 V = -5,00 V
R3 47 kΩ
Vo = R1 (VB-VA) = 47 kΩ × -5 = -5 V

Untuk R1 = R3 = 33 kΩ

Apabila V1 = VB = 7,46 V dan V2 = VA = 2,46 V


VB-VA = 7,46 V – 2,46 V = 5,00 V
R3 33 kΩ
Vo = R1 (VB-VA) = 33 kΩ × 5 = 5 V

Apabila V1 = VA = 7,46 V dan V2 = VB = 2,46 V


VB-VA = 2,46 V – 7,46 V = -5,00 V
R3 33 kΩ
Vo = R1 (VB-VA) = 33 × -5 = -5 V

Dengan demikian, bahwa tegangan output dalam hubungan keduanya adalah sama.
Perbedaan hanya ada pada polaritas tegangan outputnya saja.

Percobaan 6 Subbab Dasar-Dasar Op-Ap Respon Loop Tertutup Op-Amp


Langkah-Langkah Percobaan
1. Setting osiloskop pada kedudukan kanal 1
dan kanal 2 yaitu volt/div = 0,1 volt/div,
time/dive = 0,5 µs, dan kopling DC.
2. Hubungkan catu daya pada IC LM324N
yaitu tegangan +15 pada kaki +V dan
tegangan -15 (atau ground) pada kaki –V.
3. Atur AFG dengan tegangan 0,7 Vpp.
4. Ubahlah frekuensi input secara perlahan-
lahan hingga Vout 5 Vpp.
5. Ukurlah frekuensi (BW1) pada saat Vout
= 5 Vpp.
6. Selanjutnya, ubahlah R1 = 5 kΩ dengan
memaralelkan 10 kΩ pada R1 = 10 kΩ.
Ubah frekuensi input sampai Vout = 1
Vpp.
7. Ukur dan catatlah frekuensi BW2 tersebut
pada lembar kerja.
8. Selanjutnya, ubahlah R1 = 1 kΩ. Ubahlah
Vin = 5 Vpp. Ukurlah dan catatlah
frekuensi saat ini (BW3)
Analisa Hasil Praktikum Disertai Perhitungan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok kami, didapatkan hasil sebagai
berikut.

Praktikum 1 BW Av GBP = AvBW


Langkah 1 287,9 kHz 1,0 287,9 kHz
Langkah 2 155,8 kHz 2,0 311,6 kHz
Langkah 3 42,61 kHz 10 426,1 kHz
Melalui hasil yang tertera diatas didapatkan hasil BW1 = 287,9 kHz dan Av1 = 1,0. Untuk
GBP1 = Av1 BW1 = 1,0 (287,9 kHz) = 287,9 kHz. Pada langkah 2, BW2 = 155,8 kHz, Av =
2,0, dan BW2 = Av2 BW2 = 2,0 (155,8kHz) = 311,6 kHz. Pada langkah 3, GBP3 = Av3 BW3
= 10 (42,61 kHz) = 421,6 kHz.
Analisa Hasil Simulasi Disertai Perhitungan
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan oleh kelompok kami, didapatkan hasil sebagai
berikut.
Praktikum 1 BW Av GBP = AvBW
Langkah 1 310 kHz 1,0 310 kHz
Langkah 2 150 kHz 2,0 300 kHz
Langkah 3 24 kHz 10 240 kHz

Melalui hasil yang tertera diatas didapatkan hasil BW1 = 310 kHz dan Av1 = 1,0. Untuk GBP1
= Av1 BW1 = 1,0 (310 kHz) = 310 kHz. Pada langkah 2, BW2 = 150 kHz, Av = 2,0, dan BW2
= Av2 BW2 = 2,0 (150 kHz) = 300 kHz. Pada langkah 3, GBP3 = Av3 BW3 = 10(24 kHz) =
240 kHz.

Anda mungkin juga menyukai