Pada saat diamati pada tabel diatas, nilai tegangan input selalu sama dengan tegangan
output. Pada saat tegangan input diatur sebesar 1,5 Vpp, 2 Vpp, 2,5 Vpp, dan 3 Vpp, maka
tegangan output yang dihasilkan adalah 1,5 Vpp, 2 Vpp, 2,5 Vpp, dan 3 Vpp. Hal ini
menunjukkan bahwa tegangan output sama dengan tegangan inputnya. Hal ini
membuktikan bahwa operasi voltage follower memiliki penguatan tegangan (Av) = 1.
Analisa Hasil Perhitungan
Untuk menjelaskan penyebab dari penguatan tegangan (Av) di dalam operasi voltage
follower bernilai 1, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara sebagai berikut.
Rf
Av(CL) = R1 + 1
0
Av(CL) = +1
∞
Av(CL) = 0 + 1
Av(CL) = 1
Sehingga jika diketahui tegangan input adalah Vinput dan tegangan output adalah Vout, maka
akan ditemukan hubungan sebagai berikut.
Vout = AvVin
Vout = (1)Vin
Vout = Vin
Oleh karena itu, berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tegangan
input akan sama dengan tegangan outputnya berapapun nilainya. Hal tersebut dapat
dibuktikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok kami, didapatkan hasil
sebagai berikut.
Pada hasil diatas, tegangan input (Vin) adalah 1,04 Vpp, sedangkan tegangan output (Vout)
adalah 2,00 Vpp. Melalui kedua hasil tersebut, ditemukan penguatan tegangan (Av)
sebesar 2 (dua) kali. Hal ini membuktikan bahwa penguat non-inverting dengan RA = RB
= 10 kΩ menghasilkan penguatan tegangan (Av) = 2. Untuk frekuensi baik kanal input
dan kanal output adalah sama. Hal ini dikarenakan AFG yang digunakan berbeda dengan
yang digunakan praktikan pada percobaan sebelumnya. Sehingga frekuensi yang
dihasilkan pun stabil baik pada input maupun output.
Pada saat diamati pada tabel diatas, tegangan output adalah hasil 2 (dua) kali dari tegangan
output. Pada saat Vin = 1 Vpp, maka Vout = 2 Vpp. Pada saat Vin = 1,5 Vpp, maka Vout = 3
Vpp. Pada saat Vin = 2 Vpp, maka Vout = 4 Vpp. Pada saat Vin = 2,5 Vpp, maka Vout = 4,99
Vpp. Kondisi 4 (empat) terjadi penyimpangan nilai yaitu Δ = 2-1,99 = 0,01. Hal tersebut
juga terjadi pada kondisi 5 (lima) dimana terdapat selisih dari nilai seharusnya sebesar
0,11. Hal ini menunjukkan bahwa Vout adalah 2 (dua) kali Vin. Hal ini membuktikan bahwa
operasi non-inverting amplifier Op-Amp dengan RA = RB = 10 kΩ menghasilkan
penguatan tegangan (Av) = 2.
Pada percobaan berikut, RB atau Rf diganti dengan nilai-nilai bervariasi. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Vout Vin Av
RB (puncak- (puncak- (Vout/Vin)
ke-puncak) ke-puncak)
27 kΩ 3,7 Vpp 1 Vpp 3,7
39 kΩ 4,9 Vpp 1 Vpp 4,9
47 kΩ 5,44 Vpp 1 Vpp 5,44
82 kΩ 7,49 Vpp 1 Vpp 7,49
Pada tabel diatas, dapat diamati bahwa dengan digantinya nilai RB dengan nilai-nilai yang
lebih besar menghasilkan nilai penguatan yang lebih besar. Pada saat R = 27 kΩ, maka
Vout = 3,7 Vpp, sehingga Av(gain) = 3,7. Pada saat R = 39 kΩ, maka Vout = 4,9 Vpp,
sehingga Av(gain) = 4,9. Pada saat R = 47 kΩ, maka Vout = 5,44 Vpp, sehingga Av(gain) =
5,44. Pada saat R = 82 kΩ, maka Vout = 7,49 Vpp, sehingga Av(gain) = 7,49.
Melalui penjabaran hasil penggantian nilai RB pada rangkaian tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa penggantian RB dengan nilai yang lebih besar menghasilkan nilai
penguatan yang lebih besar pula.
Sedangkan dalam pendekatan lain, nilai dari arus tegangan input dapat dicari sebagai
berikut. Dengan Vin = 1 Vpp dan R1 atau RA = 10 kΩ, maka:
Vin = i1R1
1 Vpp = i1(10kΩ)
1 Vpp
i1 = 10 kΩ
i1 = 10-4 A = 0,1 mA
Dengan RB atau Rf = 10 kΩ, maka nilai Vout dapat dicari sebagai berikut.
Vout = i1 (Rf + R1)
Vout = i1 (RB + RA)
Berdasarkan hasil perhutungan nilai Av berdasarkan RB yang bervariasi, nilai Vout dapat
dihitung sebagai berikut.
Perhitungan 1 Perhitungan 2 Perhitungan 3 Perhitungan 4
Vin = 1 Vpp Vin = 1 Vpp Vin = 1 Vpp Vin = 1Vpp
Av1 = 3,7 Av2 = 4,9 Av3 = 5,7 Av4 = 9,2
Vout = Av1Vin Vout = Av2Vin Vout = AvVin Vout = Av4Vin
Vout = 3,7 (1Vpp) Vout = 1 (4,9Vpp) Vout =5,7 (1Vpp) Vout = 9,2 (1Vpp)
Vout = 3,7 Vpp Vout = 4,9 Vpp Vout = 5,7 Vpp Vout = 9,2 Vpp
Melalui perhitungan di atas, dengan Vin = 1 Vpp dan Av yang bervariasi, dapat ditemukan
Vout sebagai berikut. Av1 = 3,7 maka Vout = 3,7 Vpp. Av2 = 4,9 maka Vout = 4,9 Vpp. Av2
= 5,7 maka Vout = 5,7 Vpp. Sedangkan Av5 = 9,2 maka Vout = 9,2 Vpp.
Sedangkan pada praktikum inverting, dengan melakukan penggantian RB, dihasilkan Vout
dan Av sebagai berikut.
RB Vout (Vpp) Vin (Vpp) Av (Vout/Vin) Beda Fasa
27 kΩ 2,34 Vpp 1 Vpp -2,34 180o
39 kΩ 3,96 Vpp 1 Vpp -3,96 180o
47 kΩ 4,88 Vpp 1 Vpp -4,88 180o
82 kΩ 9,00 Vpp 1 Vpp -9,00 180o
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, penggantian RB diatas nilai sebelumnya (RB
= 10 kΩ) menghasilkan penguatan yang lebih besar daripada sebelumnya. Tanda negatif
yang terdapat pada penguatan menunjukkan beda fasa. Bentuk fasa yang dihasilkan baik
antara sinyal input dan sinyal output adalah berbeda. Beda fasa yang didapatkan adalah
180O.
Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi untuk percobaan 3 tentang Inverting Amplifier, praktikan
mendapatkan data-data sebagai berikut (RA = RB = 10 kΩ).
Pada saat diamati pada tabel diatas, nilai tegangan input selalu sama dengan tegangan
output. Pada saat tegangan input diatur sebesar 1 Vpp, 2 Vpp, 3Vpp, dan 4 Vpp, maka
tegangan output yang dihasilkan adalah 1 Vpp, 2 Vpp, 3 Vpp, dan 4 Vpp. Hal ini
menunjukkan bahwa tegangan output sama dengan tegangan inputnya. Akan tetapi yang
membedakan adalah perbedaan posisi gelombang dimana terdapat perbedaan fasa sebesar
180o. Hal ini membuktikan bahwa operasi voltage follower memiliki penguatan tegangan
(Av) = -1 (tanda negatif dalam hal ini adalah untuk membedakan bentuk perbedaan fasa
saja).
Pada percobaan berikutnya, nilai RB atau Rf diatur bervariasi sehingga menghasilkan Vout
dan Av sebagai berikut.
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dengan meningkatnya nilai resistansi RB pada
penguat inverting, maka Vout dan Av yang dihasilkan akan semakin besar. Tanda negatif
pada penguatan hanya untuk menunjukkan terjadinya beda fasa pada gelombang input dan
gelombang output. Tegangan output yang didapatkan semakin meningkat seiring dengan
pergantian nilai RB atau Rf pada rangkaian penguat inverting.
Sedangkan untuk mencari RTH antara R1 dan Rf , dapat dilakukan operasi perhitungan
sebagai berikut.
RTH = R1 // Rf
R1 ×Rf
= R1+Rf
10kΩ ×10kΩ
= 10kΩ+10kΩ
100000kΩ
= 20kΩ
= 5 kΩ
Melalui perhitungan di atas, nilai resistansi thevenin dengan RA = 10kΩ dan RB = 10 kΩ
adalah 5 kΩ.
Sedangkan pada percobaan selanjutnya, tegangan input konstan dengan nilai 1 Vpp.
Penggantian nilai RB atau Rf pada rangkaian inverting menghasilkan penguatan yang lebih
besar dari sebelumnya. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui perhitungan sebagai berikut.
Melalui hasil diatas didapatkan hasil Av(CL) = -2,7 dan RTH1 = 7,29 kΩ, dan Vout1 = -2,7 Vpp
(tanda negatif menunjukkan beda fasa sebesar 180).
Melalui hasil diatas didapatkan hasil Av(CL) = -4,7 dan RTH3 = 8,25 kΩ, dan Vout3 = -4,7 Vpp
(tanda negatif menunjukkan beda fasa sebesar 180).
Melalui hasil diatas didapatkan hasil Av(CL) = -8,2 dan RTH3 = 8,91 kΩ, dan Vout3 = -8,2 Vpp
(tanda negatif menunjukkan beda fasa sebesar 180).
Percobaan 4 Operasi Penguat Penjumlah 2 Input
Langkah-Langkah Percobaan
1. Setting osiloskop pada kedudukan
kanal 1 dan kanal 2 yaitu volt/div = 0,5
volt/div, time/dive = 1ms, dan kopling
AC.
2. Hubungkan catu daya pada IC
LM324N yaitu tegangan +15 pada
kaki +V dan tegangan -15 (atau
ground) pada kaki –V.
3. Atur AFG dengan tegangan 1 Vpp dan
frekuensi 300 Hz.
4. Rangkailah rangkaian 1 disamping ini
untuk tahap pertama. Ukurlah V1, V2,
dan Vout. Bagaimanakah hasilnya?
5. Lakukanlah kembali urutan langkah
kerja 1-4 untuk 2 rangkaian lainnya.
Pada percobaan dengan rangkaian pertama, V1 = 1 Vpp dan V2 = 1 Vpp. Hal ini dikarenakan
op-amp 1 adalah penguat voltage follower, yang mana V1 = V2, berapapun V1 yang diberikan
maka V2 akan bernilai sama. Dengan demikian, maka Vout = 2 Vpp. Pada percobaan rangkaian
kedua, V1 = 800 mVpp = 0,8 Vpp dan V2 = 2 Vpp. Hal ini dikarenakan op-amp 1 adalah penguat
non inverting dengan Av = 2. Melalui dasar desain, Vout yang dihasilkan adalah 2,8 Vpp. Pada
percobaan rangkaian ketiga, V1 = 999 mVpp dan V2 = 440 mVpp. Seharusnya, karena op-amp
1 adalah inverting amplifier dan AV = 1, V2 = V1 dan beda fasa 180O. Melalui pengamatan
tersebut, Vout yang dihasilkan adalah 120 mVpp.
Analisa Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi untuk percobaan 4 tentang Operasi Penguat Penjumlah 2 Input,
praktikan mendapatkan data-data sebagai berikut.
Pada saat diamati pada tabel diatas, nilai V1 untuk semua rangkaian adalah sama yaitu 999
mVpp. Namun untuk nilai V2 dan nilai Vout yang dihasilkan tidaklah sama. Hal ini dikarenakan
oleh bedanya model rangkaian op-amp 1. Sehingga karakteristik yang dihasilkan pun berbeda.
Pada rangkaian 1, V1 memiliki nilai yang sama dengan V2. Hal ini dikarenakan penguat 1
tersebut adalah operasi voltage follower, dimana V1 = V2, berapapun V1 yang diberikan, maka
V2 adalah sama dan Vout yang dihasilkan adalah 3 V. Pada rangkaian 2, V1 mengalami penguatan
sebesar 2 (dua) kali, sehingga menghasilkan keluaran sebesar 2 (dua) kali masukannya. Penguat
pada rangkaian 2 untuk Op-Amp 1 adalah penguat non-inverting dan Vout = 3 Vpp. Sedangkan
pada rangkaian 3 (tiga), penguat op-amp 1 yang digunakan adalah penguat inverting
berpenguatan satu. Oleh karena itu, nilai Vin = Vout = 999 mVpp, namun hal tersebut
menyebabkan penurunan pada Vout menjadi 110 mVpp.
Analisa Hasil Perhitungan
Untuk menjelaskan penyebab bagaimana terjadi penguatan dengan rangkaian operasi penjumlah
2 input, maka dalam hal ini akan dibahas terlebih dahulu berdasarkan tiap-tiap bagian sebagai
berikut.
Dengan persamaan matematis, maka dapat dibuktikan bahwa penguatan voltage follower
= 1.
V1 V2
Tegangan Output : Vo = -R3 [(R1) + (R2)]
Melalui operasi perhitungan diatas, nilai Vo = -2 Vpp (tanda negatif dalam hal ini
menunjukkan beda fasa yang terjadi antara Vo dan V1 atau V2 sebesar 180O.
Bila R1 = R2 = 47 kΩ, maka nilai V2 dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
RB
AV(CL) = +1
RA
47 kΩ
AV(CL) = +1
47 kΩ
47
AV(CL) = +1
47
AV(CL) = 1 + 1
AV(CL) = 2
AV(CL) pada rangkaian non-inverting adalah 2. Maka dari itu, untuk mencari V2,
digunakan rumus sebagai berikut.
V2= AV(CL) V1
V2 = 2 (1Vpp)
V2 = 2 Vpp
V1 V2
Vo = -R3 [(R1) + (R2)]
1 Vpp 2 Vpp
Vo = -10.000 [(10.000) + (10.000)]
3 Vpp
Vo = -10.000 (10.000)
Vo = -3 Vpp
Melalui operasi perhitungan diatas, nilai Vo = -3 Vpp (tanda negatif dalam hal ini
menunjukkan beda fasa yang terjadi antara Vo dan V1 atau V2 sebesar 180O.
Vo
AV(CL) = − Vi
RB
AV(CL) = − RA
V1 V2
Vo = -R3 [(R1) + (R2)]
1 −1
Vo = -10.000 [(10.000) + (10.000)]
Vo = 0 Vpp
Melalui operasi perhitungan diatas, nilai Vo = 0 Vpp.
Percobaan 5 Operasi Penguat Selisih
Langkah-Langkah Percobaan
1. Hubungkan catu daya pada IC LM324N
yaitu tegangan +15 pada kaki +V dan
tegangan -15 (atau ground) pada kaki –V.
2. Atur Catu Daya dengan tegangan 15 V DC
dan lakukanlah pembagian tegangan
dengan membangun rangkaian seperti
yang tertera di gambar 1.
3. Ukurlah V1 = VB, V2 = VA, dan Vo untuk
rangkaian pertama.
4. Selanjutnya, ubahlah V1 = VA dan V2 = VB
sesuai skema gambar kedua. Ukur kembali
V1 = VA, V2 = VB, dan Vo pada rangkaian
2.
5. Selanjutnya lakukan kembali langkah
keempat dengan mengganti R1 dan R3 (R
yang tersambung baik pada VA dan VB
pada posisi sejajar Op-Amp) dengan nilai
33 kΩ.
Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan hasil pada simulasi percobaan 5.1 yaitu V A = 2,553
V, VB = 791,536 mV, VB-VA = -1,76 V, dan Vo = 543,501 mV. Pada simulasi percobaan 5.2
yaitu VA = 2,125 V, VB = 536,217 mV, VB – VA = -1,588783 V, dan Vout = -644,363 mV.
Pada percobaan 5.1 dan 5.2, selisih nilai Vo = 100,862 mV = 0,100862 V. Sehingga, hasil
yang didapatkan tidak menyimpang jauh dari apa yang seharusnya dimana nilai Vo adalah
sama, namun yang berbeda hanya polaritasnya. Akan tetapi, berdasarkan hasil penghitungan
selisih VB dan VA, seharusnya percobaan 5 bernilai postif dan percobaan 5.2 bernilai negatif.
Hal ini dikarenakan terdapat kekeliruan pemasangan Voltmeter pada VA dan VB. Untuk
percobaan 5.2.1, praktikan mendapatkan hasil bahwa baik Vo dan VB-VA sesuai dengan teori
yang terdapat pada modul kerja, yaitu apabila selisih VB dan VA positif maka Vo positif..
Analisa Hasil Perhitungan
Untuk R1 = R3 = 47 kΩ
Apabila V1 = VB = 7,46 V dan V2 = VA = 2,46 V
VB-VA = 7,46 V – 2,46 V = 5,00 V
R3 47 kΩ
Vo = R1 (VB-VA) = 47 kΩ × 5 = 5 V
Apabila V1 = VA = 7,46 V dan V2 = VB = 2,46 V
VB-VA = 2,46 V – 7,46 V = -5,00 V
R3 47 kΩ
Vo = R1 (VB-VA) = 47 kΩ × -5 = -5 V
Untuk R1 = R3 = 33 kΩ
Dengan demikian, bahwa tegangan output dalam hubungan keduanya adalah sama.
Perbedaan hanya ada pada polaritas tegangan outputnya saja.
Melalui hasil yang tertera diatas didapatkan hasil BW1 = 310 kHz dan Av1 = 1,0. Untuk GBP1
= Av1 BW1 = 1,0 (310 kHz) = 310 kHz. Pada langkah 2, BW2 = 150 kHz, Av = 2,0, dan BW2
= Av2 BW2 = 2,0 (150 kHz) = 300 kHz. Pada langkah 3, GBP3 = Av3 BW3 = 10(24 kHz) =
240 kHz.