Judul
Dasar Op - Amp
B. Tujuan
Alat :
Komponen :
Resistor : 10 KΩ
100 Ω
100 KΩ
1 MΩ
Variable Resistor : 5 MΩ
IC LM 741
1
D. Kajian Teori
1. AVO Meter
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan yang
lain batas ukurannya belum tentu sama.
AVO meter digital atau sering juga disebut sebagai digital multitester sama
merupakan jenis multimeter yang talah menggunakan display digital sebagai
penampil hasil ukurnya. Hasil ukur yang ditampilkan pada multitester digital
merupakan hasil yang telah sesuai, sehingga tidak perlu dilakukan lagi perhitungan
antara hasil ukur dan batas ukur.
Fungsi Avometer
1. Ampere Meter
Ampere meter adalah salah satu fungsi ukur pada avometer yang berfungsi
untuk mengukur arus listrik. Pada avometer pada umumnya terdiri dari 2 jenis
ampere meter yaitu ampere meter DC dan amper meter AC. Pada avometer analog
dan digital pada fungsi ampere meter ini saklar selektor berfungsi sebagai batas
ukur maksimum, oleh karena itu arus yang akan diukur harus diprediksikan
2
dibawah batas ukur avometer yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kerusakan pada multimeter.
2. Volt Meter
Volt meter merupakan fungsi ukur untuk mengetahui level tegangan listrik.
Sama halnya dengan fungsi avometer sebagai ampere meter. Pada fungsi volt meter
ini saklar selektor yang ada pada avometer baik digital maupun analog berfungsi
sebagai batas ukur maksimum, oleh karena itu harus diprediksikan level tegangan
yang akan diukur harus dibawah nilai batas ukur yang dipilih.
3. Ohm Meter
Ohm meter merupakan salah satu fungsi avometer yang berfungsi untuk
mengetahui nilai resistansi suatu resistor atau komponen elektronika yang memiliki
unsur resistansi. Pada fungsi ohm meter ini untuk avometer analog saklar selektor
berfungsi sebagai multiplier sedangkan pada avometer digital saklar selektor
berfungsi sebagai bats ukur maksimum suatu resistansi yang dapat dihitung oleh
avometer tersebut.
4. Hfe Meter
Hfe Meter tidak selalu terdapat pada setiap avometer, fungsi Hfe meter ini
digunakan untuk mengetahui nilai faktor penguatan transistor. Pada fungsi ini pada
umumnya avometer yang memiliki fungsi Hfe meter dapat diguanakan untuk
mengukur faktor penguatan transistor tipe NPN dan PNP.
5. Kapasitansi Meter
Kapasitansi meter merupakan fungsi yang tidak selalu terdapat pada setiap
avometer. Fungsi kapasitansi meter ini berguna untuk mengetahui nilai kapastansi
suatu kapasitor. Pada multi meter analog yang telah memiliki fungsi kapasitansi
meter saklar selektor pada fungsi ini berfungsi sebagai multiplier atau faktor pengali
dari nilai yang ditunjukan oleh jarum meter. Sedangkan pada avometer digital
dengan fungsi kapasitansi meter maka saklar selektor berfungsi sebagai batas ukur
maksimum.
6. Frekuensi Meter
3
Frekuensi meter hanya terdapat pada tipe avometer digital tertentu. Fungsi
frekuensi meter ini digunakan untuk mengetahui frekuensi suatu sinyal atau isyarat
pada suatu rangkaian elektronika.
2. OSILOSKOP
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal
listrik. Ada beberapa jenis osiloskop berbasis komputer, dan telah
diimplementasikan, salah satu jenis osiloskop digital berbasis komputer
menggunakan sound card yang dikendalikan di bawah sistem operasi
Linux.Perangkat keras maupun perangkat lunak yang mengendalikannya telah diuji
fungsi dan kebenarannya, dan sudah dapat berfungsi dengan baik dan benar.
Perangkat keras memiliki kemampuan menerima frekuensi masukan sampai
4 MHz, namun karena memanfaatkan sound card stereo CMI 8738, frekuensi
masukan hanya mencapai 20 kHz sesuai kemampuan sound card menerima
frekuensi pada mode stereo dengan resolusi 16-bit. Perangkat lunak pengendali
diimplementasikan menggunakan program bantu GCC (GNU Compiler
Collections) pada Linux, dan dengan memanfaatkan pengolah grafik X-Window,
program ini sudah dapat menampilkan grafik dari sinyal yang diukur sebagaimana
tampilan pada osiloskop dual trace.
Perangkat keras memiliki kemampuan menerima frekuensi masukan sampai
4 MHz, namun karena memanfaatkan sound card stereo CMI 8738, frekuensi
masukan hanya mencapai 20 kHz sesuai kemampuan sound card menerima
frekuensi pada mode stereo dengan resolusi 16-bit. Perangkat lunak pengendali
diimplementasikan menggunakan program bantu GCC (GNU Compiler
Collections) pada Linux, dan dengan memanfaatkan pengolah grafik X-Window,
program ini sudah dapat menampilkan grafik dari sinyal yang diukur sebagaimana
tampilan pada osiloskop dual trace.
Ada dua tipe osiloskop yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital, Osiloskop
analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas electron
dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung
ditampilkan bentuk gelombang tersebut. Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART)
menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran
elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube)
4
dari kiri ke kanan. Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti;
harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan
pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang
yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang
lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang
kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo.
Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum
terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang
yang frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz).
RESISTOR DAN KAPASITOR
Resistor dapat didefinisikan sebuah perangkat untuk mengontrol atau
membatasi aliran arus,maka kita dapat mengatakan bahwa parameter utama resistor
adalah resistensi, yang diukur pada besaran Ohm (Ω). Resistor bekerja dan diukur
dalam watt (W), yang merupakan jumlah daya resistor.
Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa resistor tidak hanya digunakan untuk
membatasi arus, mereka juga dapat digunakan sebagai pembagi tegangan untuk
menghasilkan tegangan sangat tepat dari tegangan lebih besar. Beberapa sensor
didasarkan pada resistensi yang bervariasi tergantung pada stres ringan, suhu atau
geser, seperti LDRs (resistor bergantung cahaya), termistor (suhu resistor
tergantung) atau pengukur regangan.
5
Berikut ini beberapa penggunaan resistor variabel yang umum pada aplikasi sehari-
hari :
1. Volume Control
2. Tone Control (Bass, Middle dan Treble)
3. Pengaturan tegangan dan arus
4. Pengaturan ukuran layar pada televisi analog
5. Setting referensi tegangan atau sinyal
6. Kontrol parameter alat seperti cahaya, kecepatan, frekuensi dan sebagainya.
Nilai resistansi antara kaki pinggir merupakan nilai yang tertera pada body resistor
variabel. Misalnya tertulis nilai 10kΩ maka besarnya resistansi antara kaki pinggir
selalu tetap sebesar 10kΩ. Kemudian nilai resistansi antara kaki tengah dengan kaki
pinggir berubah (variabel) sesuai dengan posisi kaki tengah terhadap kaki pinggir.
Jika posisi potensio berana pada kiri penuh maka besarnya resistansi kaki tengah
dengan kaki sebelah kiri sama dengan nol dan besarnya resistansi kaki tengah
dengan kakai sebelah kanan sebesar 10kΩ. Dan sebaliknya saat posisi kanan
penuh maka besarnya resistansi kaki tengah dengan kaki sebelah kanan sama
dengan nol dan besarnya resistansi kaki tengah dengan kaki sebelah kiri sebesar
10kΩ.
6
E. Langkah Praktikum
Percobaan 1
Tegangan Offset Op-Amp
1. Tujuan percobaan
Dapat menggukur tegangan offset input pada op-amp
2. Rangkaian
7
gambar hhubungan pada Gb. 1-1 dihilangkan dari diagram karena biasanya
hubungan tersebut dianggap sudah tercakup.
VOS= mV
VOi= mV
8
Percobaan 2
Arus Penyangga Iput Op – Amp
1. Tujuan percobaan
Peserta praktikum dapat mengukur arus pengangga input pada op – amp 324
2. Rangkaian
9
2. Masukan catudaya ke papan rangkaian kemudian dengan
menggunakan voltmeter, ukur tegangan pada R1 dan catat hasilnya
sebagai berikut :
VOS= mV
VOS= mV
IB1= nA
IB2= nA
10
Percobaan 3
Impedansi Input Op-Amp
1. Tujuan percobaan
Peserta praktikum dapat mengukur impedansi input interistik pada op-amp
741.
2. Rangkaian
11
2. Atur output tegangan V’ yang ditampilkan pada ch2 dengan
variabel resistor 5MΩ hingga tegangannya setengah tegangan input
(0,5Vpp)
3. Lepaskan hubungan catu daya dari papan percobaan tanpa
mengubah setting variabel resistor. Lepaskan variabel resistor dari
papan percobaan kemudian ukurlah besar tahanannya dengan ohm
meter dan catat hasilnya dibawah ini:
4. RVR= Ω
12
Percobaan 4
Slew Rate Op-Amp
1. Tujuan percobaan
Peserta praktikum dapat mengukur slew ratepada op-amp 741.
2. Rangkaian
13
2. Ukur tegangan uotput puncak ΔV, dan catat hasil anda, deskripsikan
bentuk gelombang uotputnya:
ΔV = Volt
3. Ukur waktu ΔV yang dibutuhkan oleh tegangan output untuk beralih dari
nilai minimum ke nilai maksimumnya, atau sebaliknya, catat hasil anda,
deskripsikan bentuj gelombang outputnya:
ΔV= µdet
4. Dari pengukuran poin C dan D, hitung slew rate ΔV/ Δt, dan catat hasilnya
:
Slew rate : V/ µdet
5. Lepaskan hubungan catu daya dari papan percobaan dan pasanglah op-amp
LM 318 pada tempat LM 741C (susunan kakinya sama). Kemudian
hubungkan kembali catu daya pada papan percobaan. Bagaimanakah bentuk
gelombang output yang and amati? Jelaskan Perbedaan.
14
Percobaan 5
Common Mode Rejection ratio
Op – Amp
1. Tujuan percobaan
Peserta praktikum dapat menentukan Common Mode Rejection ratio
(CMRR) pada op – amp 324
2. Rangkaian
15
a. Rangkaianlah rangkaian yang disajikan dalam diagram skematik.
Hubungkan catudaya ke papan percobaan dan atur frekuensi input
generator fungsi pada kira-kira 60 – 100 Hz. Jika anda mempunyai
trafo filamen kecil, anda bisa menggunakannya sebagai pengganti
generator gelombang sinus.
b. Dengan voltmeter ukur V1 (cm), setting tegangan input paling kecil
2 volt rms(ini merupakan pengukuran tegangan AC). Jika anda
menggunakan trafo filamen, nilai ini akan sekitar 6 volt rms. Hal
yang pertama dilakukan adalah catat tegangan input komon mode
dibawah ini :
VO = Volt rms
ACM=
CMRR = Db
16
Percobaan 6
Respon Loop Tertutup
Op – Amp
1. Tujuan percobaan
Peserta praktikum dapat menentukan Respon Loop Tertutup pada op – amp 324
dengan menghitung hasil kali pengatan – lebar bidangnya (GBP).
2. Rangkaian
Dimana A = R2 / R1
17
5. Langkah-langkah percobaan
DC coupling
GBP = kHz
18
BW = kHz(Ay = 2,0)
e. Apakah nilai ini lebih kecil dari nilai yang anda ukur pada poin c,
seharusnya demikian!
GBP = kHz
BW = kHz(Ay = 1,0)
GBP = kHz
Apakah ada perbedaan nilai diatas dengan nilai – nilai yang anda
peroleh pada langkah poin d dan poin f masih dala batas
penyimpangan 5 %? Analisalah hubungan antara hasil poin d dan
poin f !
19
F. Hasil Praktikum
VOS
VOS = 500mV
Setelah kami mengukur tegangan output, kami menghitung VOi (
Tegangan Offset input) dengan menggunakan rumus :
𝑉0𝑆
𝑉𝑂𝑖 =
𝐴𝐶𝐿
Kami harus menghitung terlebih dahul ACL ( Penguatan Loop
Tertutup) :
VOi 𝑅2 1𝑀Ω
𝐴𝐶𝐿 = = = 10𝑥
𝑅1 100𝑘Ω
Kemudian Mencari VOi :
𝑉0𝑆 500
𝑉𝑂𝑖 = = = 50𝑚𝑉
𝐴𝐶𝐿 10
VOi = 50mV
Percobaan 2 (Arus Penyangga Input Op-Amp)
VA
Pada percobaan 2, pertama-tama kami mengukur VA. Terlihat
pada gambar bahwa besar VA adalah 15,4mV.
20
VA = 15,4mV
VB
Setalah mengukur VA kami mengukur besar VB. Terlihat pada
gambar bahwa besar VB adalah 0,1mV.
VB = 0,1mV
Untuk mencari besar IB1 dapat menggunakan rumus :
𝑉𝐴 15,4
𝐼𝐵1 = = = 154𝑛𝐴
IB1 𝑅1 100.000
IB1 = 154nA
Untuk mencari besar IB2 dapat menggunakan rumus :
𝑉𝐵 0,1
𝐼𝐵2 = = = 1.000𝑛𝐴
IB2 𝑅3 100.000
IB2 = 1.000nA
Untuk mencari besar IB rata-rata dapat menggunakan rumus :
𝐼𝐵1 + 𝐼𝐵2 154 + 1.000
IB rata- 𝐼𝐵 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 577𝑛𝐴
2 2
rata
IB rata-rata = 577nA
Percobaan 3 (Impedansi Input Op-Amp)
V’i
21
Pada percobaan 3, kami mengukur V’i. V’i = ½ Vi, setelah kami
ukur terlihat pada gambar bahwa besarV’i = 520mV
V’i = 520mV
Rvr
Terlihat pada gambar bahwa besar RVr yaitu 0,573MΩ. Dan nilai
RVr menunjukkan nilai tahanan potensio.
RVr = 0,573MΩ
Percobaan 4 (Slew Rate Op-Amp)
Pada gambar diatas terlihat bahwa selisih antara Vp-p CH1 dan
CH2 sebesar 2,97V.
∆V
∆V = 2,97V
Pada gambar diatas terlihat bahwa selisih antara Periode CH1 dan
CH2 sebesar 0,25V.
∆t
∆t = 0,25V
Untuk mencari slew rate dapat menggunakan rumus :
∆𝑉 2,97
Slew Rate = = 11,8 𝑉/µ𝑑𝑒𝑡
∆𝑡 0,25
22
Slew Rate = 11,8V/µdet
Percobaan 5 (Common Mode Rejection Ratio Op-Amp)
Vi (cm)
Vi (cm) = 2,05Vrms
Vo (cm)
V0 (cm) = 4,73Vrms
Untuk mengetahui nilai ACM (Penguatan komon mode) dapat
menggunakan rumus :
ACM 𝑉𝑜 (𝑐𝑚) 4,73
𝐴𝐶𝑀 = = = 2,30
𝑉𝑖 (𝑐𝑚) 2,05
ACM = 2,30
Untuk mengetahui nilai CMRR (Rasio Rejeksi Komon Mode)
dapat menggunakan rumus :
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 log 10 𝐴𝑑/𝐴𝐶𝑀
CMRR
Pertama, kita mencari nilai Ad dengan rumus :
𝑅2 100.000
𝐴𝑑 = = = 1.000
𝑅1 100
23
Kemudian masukkan dalam rumus CMRR :
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 log 10 (1.000/2,30)
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 log 10 434,7 = 52,76dB
CMRR = 52,76dB
Percobaan 6 (Respon Loop Tertutup Op-Amp)
BW
Terlihat pada gambar diatas bahwa frequency CH2 yaitu 20,50kHz
(Av= 1,0)
GBP = 20,50kHz
BW
Terlihat pada gambar diatas bahwa frequency CH2 yaitu 10,57kHz
(Av= 2,0)
GBP = 21,14kHz
24
BW
Terlihat pada gambar diatas bahwa frequency CH2 yaitu 17,63kHz
(Av= 10)
GBP = 176,3kHz
Pada langkah GBP pertama dan GBP kedua terdapat perbedaan
nilai Pada praktikum ini batas penyimpangannya sebesar :
Analisis
21,14
= 1,03%
20,50
Tabel Hasil Praktikum
25
G. Analisa
Hasil Simulasi
VOS
VOS = 72,48mV
Setelah kami mengukur tegangan output, kami menghitung VOi (
Tegangan Offset input) dengan menggunakan rumus :
𝑉0𝑆
𝑉𝑂𝑖 =
𝐴𝐶𝐿
VOi = 7,248mV
Percobaan 2 (Arus Penyangga Input Op-Amp)
26
Pada percobaan 2, pertama-tama kami mengukur VA. Terlihat pada
gambar bahwa besar VA adalah 798,6mV.
VA
VA = 798,6mV
Setalah mengukur VA kami mengukur besar VB. Terlihat pada
gambar bahwa besar VB adalah 73,2mV.
VB
VB = 73,2mV
Untuk mencari besar IB1 dapat menggunakan rumus :
𝑉𝐴 798,6
𝐼𝐵1 = = = 7.986𝑛𝐴
IB1 𝑅1 100.000
IB1 = 7.986nA
Untuk mencari besar IB2 dapat menggunakan rumus :
𝑉𝐵 73,2
𝐼𝐵2 = = = 732𝑛𝐴
IB2 𝑅3 100.000
IB2 = 732nA
Untuk mencari besar IB rata-rata dapat menggunakan rumus :
𝐼𝐵1 + 𝐼𝐵2 7.986 + 732
IB rata- 𝐼𝐵 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 4.359𝑛𝐴
2 2
rata
IB rata-rata = 4.359nA
Percobaan 3 (Impedansi Input Op-Amp)
27
V’i
V’i = 550mV
Rvr
Terlihat pada gambar bahwa besar RVr yaitu 400kΩ. Dan nilai RVr
menunjukkan nilai tahanan potensio.
RVr = 400kΩ
Percobaan 4 (Slew Rate Op-Amp)
28
Pada gambar diatas terlihat bahwa selisih antara Vp-p CH1 dan
CH2 sebesar 2,39V.
∆V
∆V = 2,39V
Pada gambar diatas terlihat bahwa selisih antara Periode CH1 dan
CH2 sebesar 0,1V.
∆t
∆t = 0,1V
Untuk mencari slew rate dapat menggunakan rumus :
∆𝑉 2,39
= = 23,9 𝑉/µ𝑑𝑒𝑡
Slew Rate ∆𝑡 0,1
Vi (cm)
29
Vi (cm) = 2,12Vrms
Vo (cm)
V0 (cm) = 3,61Vrms
Untuk mengetahui nilai ACM (Penguatan komon mode) dapat
menggunakan rumus :
ACM 𝑉𝑜 (𝑐𝑚) 3,61
𝐴𝐶𝑀 = = = 1,70
𝑉𝑖 (𝑐𝑚) 2,12
ACM = 1,70
Untuk mengetahui nilai CMRR (Rasio Rejeksi Komon Mode)
dapat menggunakan rumus :
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 log 10 𝐴𝑑/𝐴𝐶𝑀
Pertama, kita mencari nilai Ad dengan rumus :
𝑅2 100.000
𝐴𝑑 = = = 1.000
CMRR 𝑅1 100
Kemudian masukkan dalam rumus CMRR :
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 log 10 (1.000/1,70)
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 log 10 588,2 = 55,39dB
CMRR = 55,39dB
Percobaan 6 (Respon Loop Tertutup Op-Amp)
30
BW
GBP = 480kHz
BW
GBP = 680kHz
31
BW
GBP = 1.740kHz
Pada langkah GBP pertama dan GBP kedua terdapat perbedaan
nilai Pada praktikum ini batas penyimpangannya sebesar :
Analisis
680
= 1,41%
480
Tabel Hasil Simulasi
Tabel Perbandingan
Percobaan 1 ( Tegangan Offset Op-Amp)
Praktikum Simulasi
VOS 500mV 72,48mV
VOi 50mV 7,248mV
Praktikum Simulasi
VA 15,4mV 798,6mV
VB 0,1mV 73,2mV
IB1 154nA 7.986nA
IB2 1.000nA 732nA
IB rata-rata 577nA 4.359nA
32
Percobaan 3 (Impedansi Input Op-Amp)
Praktikum Simulasi
V’i 520mV 550mV
Rvr 573kΩ 400kΩ
Praktikum Simulasi
∆V 2,97V 2,39V
∆t 0,25V 0,1V
Slow Rate 118V/µdet 23,9V/µdet
Praktikum Simulasi
Vi (cm) 2,05Vrms 2,12Vrms
Vo (cm) 4,73Vrms 3,16Vrms
ACM 2,30 1,70
CMRR 52,76dB 55,39dB
Praktikum Simulasi
BW 20,50kHz 480kHz
GBP (1,0V) 20,50kHz 480kHz
BW 10,57kHz 340kHz
GBP (2,0V) 21,14kHz 680kHz
BW 17,63kHz 174kHz
GBP (10V) 176,3kHz 1.740kHz
Analisis Penyimpangan 1,03% Penyimpangan 1,41%
33
satunya adalah kestabilan pada komponen dapat sangat amat mempengaruhi pada
nilai hasil yang keluar. lalu Sebuah rangkaian Op-Amp dasar dan sangat berguna
adalah penguat tegangan pembalik ( (interting voltage amplifier). Rangkaian dasar
lain Op-Amp adalah penguat tegangan non-pembalik (non-inverting voltage
amplifier). Rangkaian ini memberikan amplifikasi tanpa membalik gelombang
sinyal. Seperti yan pernah dikemukakan oleh lilik Eko Nuryanto dalam jurnalnya
yang berjudul PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER) dalam
jurnal tersebut menerangkan bahwa rangkaian Op-Amp dianalisis dengan akurasi
yang baik tanpa menggunakan teori umpan balik dengan mengasumsikan bahwa
Op-Amp tersebut adalah ideal. Kehadiran Op-Amp ideal dalam rangkaian penguat
membatasi arus dan tegangan diferensial pada terminal input Op-Amp keduanya
menjadi nol.
H. Kesimpulan
Penguat operassional atau Op-Amp adalah suatu penguat diferensial dengan dua
masukan dan satu keluaran yang mempunyai tegangan yang sangat tinggi.
Kestabilan komponen rangkaian dapat sangat berpengaruh pada hasil
pengamatan. Kehadiran Op-Amp ideal dalam rangkaian penguat membatasi arus
dan tegangan diferensial pada terminal input Op-Amp keduanya menjadi nol.
Kendala ini ketika disertakan dengan persamaan untuk rangkaian seputar Op-
Amp mengizinkan kinerja rangkaian yang akan mudah dianalisis. Rangkaian ini
memberikan amplifikasi tanpa membalik gelombang sinyal. rangkaian ini
memiliki sifat penting bahwa impedansi inputnya yang sangat tinggi dan
sehingga berguna sebagai penyangga sumber sinyal tegangan dengan signifikan
impedansi-diri.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. http://hendri015.blogspot.co.id/p/op-amp.html
2. http://www.geocities.ws/nerdi/multimeter_atau_avo_meter.html
3. http://www.hoo-tronik.com/2012/12/pengenalan-resistor-dan-hambatan-
arusnya.html
4. http://www.nulis-ilmu.com/2015/05/mengenal-komponen-resistor-
variabel.html
5. http://bagi-ilmu-elektronika.blogspot.co.id/2015/04/teori-transistor-jenis-
simbol-fungsi-dan-karakteristik.html
6. http://teknikelektronika.com/pengertian-power-supply-jenis-catu-daya/
35
LAMPIRAN
36