Anda di halaman 1dari 16

PROFESI BK SEBAGAI PROFESI YANG BERMARTABAT,

BERMANDAT, TEPAT DAN SEHAT

Dosen Pembimbing :

Drs. M. Husen, M. Pd

Fitra Marsela, S.Pd, M. Ed

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Aklima 1806104030031

Nurul Wahdani 1806104030050

Rismawati 1706104030006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH


2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menciptakan segalanya, mulai
dari Al-Quran sebagai petunjuk sampai akal sebagai alat untuk berfikir sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kami panjatkan keharibaan Nabi Muhammad SAW
yang telah memotifasi manusia untuk berfikir maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan kami sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih yang istimewa kami ucapkan kepada rekan sejawat dan semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah yang berjudul Profesi BK Sebagai Profesi
Yang Bermartabat, Bermandat, Tepat dan Sehat.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pada masa
yang akan datang. Akhirnya kepada Allah jualah kami serahkan segalanya, semoga usaha
kecil ini bernilai ibadah.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
A. Public Trust Dan Profesi BK Bermartabat.................................................................................2
B. Upaya Meningkatkan Kepercayaan Publik (Public Trust) Terhadap Profesi BK.......................3
C. Profesi BK Bermatabat..............................................................................................................5
D. Problematika Kebermartabatan Profesi Konseling....................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................9
B. SARAN...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pelayanan bimbingan dan konseling yang sedang berkembang di negara Indonesia,


membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang memiliki
berbagai wawasan, pandangan, interprestasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang
tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan. Bimbingan dan konseling merupakan
proses yang menunjang pelaksana program pendidikan di sekolah, karena program-program
bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya
menyangkut kawasan kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional,
serta kematangan sosial. Hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang
keberhasilan pendidikan umumnya.

Bimbingan dan konseling sebagai profesi harus dapat merebut kepercayaan publik
(public trust) melalui peningkatan mutu unjuk kerja yang dilakukan oleh guru BK atau
konselor yang profesional dalam bidang tugasnya. Masyarakat akan percaya bahwa layanan
yang diperlukan itu hanya dapat diperoleh dari guru BK atau konselor yang memiliki
kompetensi dan keahlian yang terandalkan. Kepercayaan publik inilah yang menjadi faktor
kunci untuk mengokohkan identitas profesi. Kepercayaan ini dapat memberikan makna
terhadap profesi dan memungkinkan anggota profesi akan menjalankan fungsinya di dalam
cara-cara profesional.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


1. Bagaimana Public Trust dan Profesi BK bermartabat itu?
2. Bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan publik (Public Trust) terhadap profesi BK?
3. Bagaimana problematika kebermartabatan profesi konseling itu?

1
C. Tujuan Pembahasan.
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang ada dalam perumusan masalah yang telah kami rangkum dalam makalah ini.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Public Trust Dan Profesi BK Bermartabat.


Untuk dapat melaksanakan profesinya, seorang konselor harus memiliki visi dan misi
secara luas dan mendalam dalam bidang profesinya sehingga dapat melakukan aksi
pelayanan secara tepat dan akurat, disertai dedikasi yang tinggi untuk kepentingan pengguna
(konseli). Suatu profesi perlu didukung oleh pelayanan yang, tepat, pelaksana yang
bermandat, dan pengakuan yang sehat dari berbagai pihak yang terkait. Ketiga hal tersebut
dapat menjamin tumbuh suburnya profesi dan menjadikan profesi konseling menjadi profesi
yang bermartabat.
Sebagai suatu profesi yang sedang berkembang, konseling harus merebut kepercayaan
publik (public trust) melalui peningkatan mutu untuk kerja konseling. Hal ini dapat dilihat
dalam Permendiknas no 27 tahun 2008 tentang kompetensi konselor. Public trust akan
mempengaruhi konsep profesi dan memungkinkan anggota profesi berfungsi dengan cara-
cara profesional. Public trust akan menumbuhkan profesi konseling, karena dalam public
trust terkandung keyakinan publik bahwa profesi dan para konselor berada dalam kondisi:
a) Yang memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui pendidikan dan latihan
khusus dalam standar kecakapan yang tinggi.
b) Yang memiliki perangkat ketentuan yang mengatur perilaku profesional dan melindungi
kesejahteraan publik.
c) Anggota profesi konselor dimotivasi untuk melayani pengguna dan pihak-pihak terkait
dengan cara terbaik, dan memiliki komitmen untuk tidak mengutamakan kepentingan
pribadi dan finansial.

Kepercayaan publik dapat menumbuhkan profesi Konselor karena beberapa hal:

a) Kepercayaan publik berawal dari suatu persepsi tentang kompetensi.


b) Kepercayaan publik diperkuat oleh persepsi terhadap kelompok profesional sebagai
kelompok yang mampu mengatur dirinya sendiri dan diatur sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

3
c) Kepercayaan publik juga tumbuh karena adanya persepsi bahwa orang-orang yang
terlibat dalam suatu profesi konselor dimotivasi untuk melayani orang lain yang
memerlukan bantuan.
d) Profesi konseling tertantang untuk dapat mengembangkan keprofesionalannya. Untuk
mengembangkan profesi konseling ada tiga dimensi keprofesionalan, yaitu ilmu dan
teknologi, pelayanan nyata kepada masyarakat, dan kode etik profesional.

Profesi konseling merupakan profesi yang bermartabat, maka perlu didukung oleh

 Pelayanan yang tepat dan bermanfaat bagi kemaslahatan kehidupan secara luas.
 Pelaksana yang bermandat, yaitu lulusan pendidikan profesi konselor, yang diharapkan
benar-benar menjadi tenaga profesional handal yang layak memperoleh kualifikasi
bermandat, baik dalam arti akademik, kompetensi, maupun posisi pekerjaannya.
 Pelayanan profesional konseling diakui secara sehat oleh pemerintah dan masyarakat.
Dengan demikian diharapkan pengakuan secara terbuka baik oleh pemerintah dan
masyarakat melalui pemanfaatan dan penghargaan yang tinggi atas profesi konselor.

Profesi konseling merupakan keahlian pelayanan pengembangan pribadi dan


pemecahan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pengguna
sesuai dengan martabat, nilai, profesi, dan keunikan individu berdasarkan kajian dan
penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu pendidikan dan psikologi yang
dikemas dalam kaji terapan konseling yang diwarnai oleh budaya pihak-pihak yang terkait

B. Upaya Meningkatkan Kepercayaan Publik (Public Trust) Terhadap Profesi BK


Bimbingan dan Konseling di Indonesia sebenarnya sudah diakui sebagai suatu profesi
oleh Pemerintah. Pengakuan yang dimaksud diberikan melalui sejumlah regulasi yang telah
ditetapkan. Namun, pengakuan tersebut nampaknya belum diiringi dengan pengakuan dari
masyarakat luas. Kondisi tersebut diasumsikan karena tidak adanya kepercayaan dari
masyarakat terhadap profesi ini.
Kekuatan dan eksistensi suatu profesi muncul dari kepercayaan publik (public trust).
Masyarakat percaya bahwa layanan yang diperlukannya itu hanya dapat diperoleh dari orang
yang dipersepsikan sebagai seorang yang berkompeten untuk memberikan layanan tersebut.
Public trust akan menentukan definisi profesi dan memungkinkan anggota profesi berfungsi
dalam cara-cara professional. Public trust akan melanggengkan profesi karena mengandung
keyakinan publik bahwa profesi dan para anggotanya memiliki kompetensi dan keahlian yang

4
disiapkan melalui pendidikan dan latihan khusus dalam standar kecakapan yang tinggi.
Kompetensi ini diuji melalui pendidikan formal atau ujian khusus sebelum memasuki dunia
praktek professional.
Bertolak dari hal tersebut, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat sehingga terciptanya bimbingan dan konseling sebagai profesi yang
bermartabat. Kemartabatan profesi bimbingan dan konseling ditunjukkan oleh dua ciri, yaitu
(1) dipercaya masyarakat (public trust), dan (2) dibutuhkan masyarakat (needed community).
Agar dapat dipercaya dan dibutuhkan oleh masyarakat, pelayanan bimbingan dan konseling
harus bermutu, dikelola dengan baik yang didukung oleh fasilitas yang memadai, dijamin,
dikembangkan, dan demokratis. Untuk mewujudkan kondisi tersebut dibutuhkan sumber
daya manusia yang bermutu yaitu konselor/guru bimbingan dan konseling yang menguasai
kompetensi bimbingan dan konseling dalam skala tinggi, sehingga memiliki daya
competitiveness yaitu kemampuan bersaing secara positif dengan profesi lain yang
ditunjukkan oleh kinerja tinggi bagi pengampu profesi bimbingan dan konseling. Adapun
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan publik (Public Trust)
terhadap profesi BK menjadikan bimbingan dan konseling sebagai profesi yang bermartabat
yaitu:

 Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia dipengaruhi oleh banyak sistem


diantaranya sosial, politik, budaya, ekonomi filsafat dan historis. Hal ini dapat terlihat
dalam implementasi adanya perubahan kurikulum dari masa ke masa yang berlandaskan
karakteristik peserta didik dan kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, bimbingan dan
konseling pun mengalami perubahan hingga pada periode terakhir yaitu kurikulum 2013.
Perubahan yang dapat dicermati adalah adanya perubahan dari pola bimbingan konseling
pola 17, konseling pola 17 plus dan BK komperhensif yang masing-masing memiliki
karakteristik yang sesuai dengan sistem pendidikan yang berlaku.
 Mengoptimalkan peranan ABKIN sebagai regulator untuk mengembangkan dan
memberlakukan norma-norma profesi seperti kode etik, standar kompetensi, model
pengembangan profesi melalui pendidikan profesi yang bermutu, melakukan audit
profesi, dan supervisi secara professional, memberikan izin praktik dan membangun
system pengawasan praktik profesi, melakukan pendekatan dengan pihak pemerintah
tentang berbagai hal yang terkait dengan eksistensi, kewenangan, kewajiban dan hak
profesi, serta menyelenggarakan berbagai kegiatan ilmiah yang diikuti oleh anggotanya

5
secara berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai-nilai demokratis,
tidak diskriminatif, nilai keagamaan, dan nilai kultural kebangsaan.
 Penerapan kebijakan pemerintah secara konsisten oleh pihak sekolah tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.Upaya yang dapat dilakukan pihak
sekolah yang memiliki guru BK dengan latar belakang Non-BK adalah dengan
merekomendasikan guru tersebut kepada dinas pendidikan provinsi setempat untuk
mengikuti sertifikasi konselor dalam jabatan.Dinas Pendidikan Provinsi kemudian
menindaklanjuti dengan memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan uji sertifikasi dan hal-
hal lainnya berkaitan dengan suksesnya penyelenggaraan program sertifikasi konselor
dalam jabatan. Sehingga tidak ada lagi pengampu bidang bimbingan dan konseling di
sekolah yang tidak memiliki standar kompetensi akademik sarjana bimbingan dan
konseling merujuk kepada SKAKK.
 Konselor/guru bimbingan dan konseling/pendidik calon guru bimbingan dan konseling
selalu meningkatkan profesionalitasnya, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Konselor professional harus memiliki kompetensi sesuai dengan sosok
utuh kompetensi konselor yang mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai
satu keutuhan. Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke
empat komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi
yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi
membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.

C. Profesi BK Bermatabat
Jika trilogi profesi telah terbina dan teraplikasikan dengan baik, maka suatu profesi
semestinya menjadi profesi yang bermartabat. Suatu profesi yang bermartabat sangat
tergantung pada tenaga profesional yang menjalankan kegiatan profesi tersebut dalam hal
mempersiapkan diri sebagai penyandang profesi dimaksud. Kemartabatan yang dimaksud,
dalam hal ini kemartabatan profesi bimbingan dan konseling, meliputi tiga kondisi sebagai
berikut (Prayitno, 2009) :

a. Pelayanan Bermanfaat
Pelayanan profesional yang diselenggarakan haruslah benar-benar bermanfaat bagi
kemaslahatan kehidupan secara luas. Hal tersebut terkait dengan upaya pendidikan yang
merupakan hajat hidup manusia dalam kadar yang sangat mendasar dan penting, dari
generasi ke generasi. Oleh karena itu, kegiatan pelayanan, dalam hal ini pelayanan

6
bimbingan dan konseling, apalagi yang bersifat formal dan diselenggarakan berdasarkan
aturan dan perundang-undangan, tidak boleh sia-sia atau terselenggara dengan cara-cara yang
salah (malpraktik), melainkan terlaksana dengan memberi manfaat yang setinggi-tingginya
bagi sasaran layanan dan pihak-pihak lain yang terkait.

b. Pelaksana Bermandat.
Pelayanan bimbingan dan konseling profesional diselenggarakan oleh petugas
atau pelaksana yang bermandat. Sesuai dengan sifat profesional itu, maka pelayanan
dimaksud, dalam hal ini pelayanan bimbingan dan konseling, haruslah dilaksanakan oleh
tenaga yang benar-benar dipercaya untuk mencapai hasil pelayanan dalam mutu yang
tinggi. Program pendidikan sarjana dan pendidikan profesi yang terpadu dan sinambung
dalam rangka trilogi profesi merupakan sarana dasar dan esensial untuk menyiapkan
pelaksana bermandat tersebut. Lulusan program pendidikan profesi konselor (PPK),
diharapkan benar-benar menjadi tenaga profesional handal yang layak memperoleh
kualifikasi bermandat, baik dalam arti akademik, kompetensi, maupun posisi pekerjaannya.

c. Pengakuan yang Sehat


Pelayanan bimbingan dan konseling yang profesional dimaksud diakui secara
sehat oleh pemerintah maupun masyarakat. Jika pelayanan bimbingan dan konseling benar-
benar dirasakan manfaatnya dan dilaksanakan oleh pelaksana yang bermandat, maka
tentu pemerintah dan masyarakat tidak ragu-ragu mengakui dan memanfaatkan
pelayanan tersebut, dalam hal ini pelayanan bimbingan dan konseling, peraturan
perundang-undangan telah secara umum menyatakan pentingnya keprofesionalan tenaga
pendidik, dalam hal ini Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling, yang selanjutnya
mudah-mudahan disertai pengakuan yang sehat atas lulusan Pendidikan Profesi
Pendidik dalam hal ini Pendidikan Profesi Konselor (PPK) atau Pendidikan Profesi Guru
BK (PPGBK) dan pelayanan yang mereka praktikkan. Demikian juga masyarakat
diharapkan memberikan pengakuan secara terbuka melalui pemanfaatan dan
penghargaan yang tinggi atas profesi pendidik, dalam hal ini Konselor atau Guru Bimbingan
dan Konseling tersebut.

Ketiga hal tersebut dapat menjamin tumbuh suburnya profesi konseling menjadi profesi
yang bermartabat. Konseling sebagai suatu profesi yang sedang berkembang, para anggota
profesi konseling harus berusaha memenuhi standar konselor agar konseling dapat merebut

7
kepercayaan publik (public trust) melalui peningkatan kinerja konselor dalam pelayanan
konseling bermartabat. Kekuatan eksistensi suatu profesi bergantung kepada public trust
(Brigg & Blocher, 1986). Masyarakat percaya bahwa layanan diperlukannya itu hanya dapat
diperoleh dari konselor yang memiliki kompetensi dan keahlian yang terandalkan untuk
memberikan pelayanan konseling.

D. Problematika Kebermartabatan Profesi Konseling


Problematika muncul manakala terjadi kesenjangan antara apa yang dikehendaki
dengan apa yang terjadi. Dalam praktik profesional konseling dewasa ini baik di setting
sekolah maupun luar sekolah agaknya telah terjadi beberapa kesenjangan yang dapat
diidentifikasikan dalam uraian berikut ini.

1. Belum standarnya istilah profesional yang dipakai.


Salah satu ciri khas profesi ialah adanya keseragaman antara lain dalam pemakaian
istilah.Sampai sekarang ini persoalan pemakaian istilah ”konselor” bagi pelaku profesi
konseling masih mengemuka. Padahal dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU No 20/2003 pasal 39 ayat 2) konselor telah diakui sebagai tenaga
kependidikan. Dengan kata lain, istilah konselor memiliki legalitas hukum yang kuat. Di
pihak lain, akhir-akhir ini banyak muncul istilah konselor seperti konselor AIDS,
konselor Narkoba dan lain-lain. Label konselor bisa dikatakan terdegradasi oleh
kelatahan tersebut.
2. Miskonsepsi dan Malapraktik konseling di sekolah.
Di samping kelemahan mutu layanan, tak jarang dijumpai praktik-praktik bantuan
yang menyimpang dari pengertian dan asas profesi ini sebagai bentuk layanan
kemanusiaan, bahkan kadang-kadang dijumpai terjadi malpraktik (Munandir, 1996;
Prayitno, 2004). Beberapa miskonsepsi itu antara lain:
a. Layanan bimbingan dan konseling hanya bagi siswa yang bermasalah.Sampai saat
sekarang ini masih tumbuh asumsi di sekolah bahwa layanan bimbingan dan
konseling itu hanya diperuntukkan kepada mereka yang bermasalah atau ekstrimnya
”nakal”. Siswa yang tidak bermasalah atau berkategori ”baik-baik saja” tidak perlu
diberikan layanan tersebut.
b. Konseling ditujukan untuk mendisiplinkan siswa.Miskonsepsi ini hampir-hampir
sulit dihilangkan karena sedemikian rupa kesalahkaprahan praktik yang terjadi di
sekolah lalu memunculkan ”polisi sekolah” kepada para konselor. Layanan

8
konseling seharusnya adalah sesuatu yang diperlukan, justru akhirnya menjadi
sesuatu yang tidak disukai bahkan menakutkan.
c. Konseling adalah pemberian nasihat.Padahal secara teoritik jelas bahwa tujuan
konseling adalah memandirikan klien termasuk ketika mengambil keputusan. Ada
dugaan bahwa ”jalan pintas” berupa pemberian nasihat itu dilakukan dengan alasan
pragmatis sekaligus memperlihatkan betapa kelemahan kompetensi konselor-
konselor kita yang bekerja di setting sekolah.
d. Semua pendidik di sekolah dapat menjadi konselor.Secara sistemik bimbingan dan
konseling adalah komponen integral dari proses pendidikan formal di sekolah.
Namun demikian bukan berarti bahwa semua yang tergolong sebagai tenaga
kependidikan termasuk guru di sekolah dapat menjadi konselor. Kenyataan dewasa
ini banyak sekali fenomena di sekolah, karena alasan ketiadaan tenaga, personil
tenaga pendidik ditunjuk sebagai pelaksana pemberian layanan konseling.
e. Konseling dilakukan manakala diperlukan saja. Anggapan keliru ini masih saja
terjadi di sekolah. Semestinya konseling adalah sesuatu kegiatan yang terkelola dan
mengacu pada tahapan menajemen yaitu : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
supervisi dan tindak lanjut program.
3. Belum adanya pengakuan yang sehat dari masyarakat Profesi konseling adalah tergolong
helping profesional yang duduk sejajar dengan profesi pemberian bantuan lainnya.
Namun dalam kenyataannya, profesi konseling dan sebutan konselor belum begitu
melekat di hati masyarakat. Hal ini sebenarnya sudah dirasakan sejak lama, apalagi pada
saat muncul perdebatan tentang tata cara kerja konseling.
4. Masih terdapat pelaku profesi yang tidak bermandat. Temuan survei dari lapangan
(terutama di sekolah) menunjukkan bahwa masih cukup banyak pelaku profesi konseling
yang belum memenuhi kualifikasi minimum. Lebih memprihatinkan lagi adalah
munculnya fenomena-fenomena seperti misalnya sarjana S1 non BK karena tidak punya
job kemudian nimbrung bekerja sebagai Konselor tanpa disetarakan lebih dahulu, tahu-
tahu ikut-ikutan menjadi konselor dengan berbekal modal kompetensi konseling yang
sangat minim.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN.
Suatu profesi perlu didukung oleh pelayanan yang, tepat, pelaksana yang bermandat,
dan pengakuan yang sehat dari berbagai pihak yang terkait. Ketiga hal tersebut dapat
menjamin tumbuh suburnya profesi dan menjadikan profesi konseling menjadi profesi yang
bermartabat. Sebagai suatu profesi yang sedang berkembang, konseling harus merebut
kepercayaan publik (public trust) melalui peningkatan mutu untuk kerja konseling. Public
trust akan mempengaruhi konsep profesi dan memungkinkan anggota profesi berfungsi
dengan cara-cara profesional.
Kemartabatan profesi bimbingan dan konseling ditunjukkan oleh dua ciri, yaitu (1)
dipercaya masyarakat (public trust), dan (2) dibutuhkan masyarakat (needed community).
Agar dapat dipercaya dan dibutuhkan oleh masyarakat, pelayanan bimbingan dan konseling
harus bermutu, dikelola dengan baik yang didukung oleh fasilitas yang memadai, dijamin,
dikembangkan, dan demokratis. Suatu profesi yang bermartabat sangat tergantung pada
tenaga profesional yang menjalankan kegiatan profesi tersebut dalam hal mempersiapkan
diri sebagai penyandang profesi dimaksud. Kemartabatan yang dimaksud, dalam hal ini
kemartabatan profesi bimbingan dan konseling, meliputi tiga kondisi sebagai berikut
(Prayitno, 2009) : Pelayanan bermanfaat, Pelaksana bermandat dan Pengakuan yang sehat.

Problematika muncul manakala terjadi kesenjangan antara apa yang dikehendaki


dengan apa yang terjadi. Dalam praktik profesional konseling dewasa ini baik di setting
sekolah maupun luar sekolah agaknya telah terjadi beberapa kesenjangan yaitu, Belum
standarnya istilah profesional yang dipakai, Miskonsepsi dan Malapraktik konseling di
sekolah, Belum adanya pengakuan yang sehat dari masyarakat Profesi konseling adalah
tergolong helping profesional yang duduk sejajar dengan profesi pemberian bantuan lainnya.
Masih terdapat pelaku profesi yang tidak bermandat. Temuan survei dari lapangan (terutama
di sekolah) menunjukkan bahwa masih cukup banyak pelaku profesi konseling yang belum
memenuhi kualifikasi minimum. Lebih memprihatinkan lagi adalah munculnya fenomena-
fenomena seperti misalnya sarjana S1 non BK karena tidak punya job kemudian nimbrung

10
bekerja sebagai Konselor tanpa disetarakan lebih dahulu, tahu-tahu ikut-ikutan menjadi
konselor dengan berbekal modal kompetensi konseling yang sangat minim.

B. SARAN.

Apabila dalam penulisan dan penyusunan makalah ini terdapat kekurangan, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing sehingga dalam
pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik dari yang sebelumnya. Kami hanyalah
manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran
pembimbing sangat jauh bagi kami untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya, hanya kepada
Allah lah kami selalu mengharap ridhoNya. Semoga dari penulisan yang terbatas ini, bisa
mendatangkan manfaat yang tiada batas. Aamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.

Suryono Budi. 2016. "Public Trust dan Profesi BK Bermartabat Menuju Karakter Konselor
yangDibutuhkan"(Online).http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/download/195/
168Di akses pada tanggal 10 Oktober 2020

https://www.researchgate.net/publication/335977164_PROFESI_BK diakses pada tanggal 09


Oktober 2020

https://text-id.123dok.com/document/9ynp5lm1z-public-trust-dan-profesi-bk-
bermartabat.html diakses pada tanggal 22 September 2020

12

Anda mungkin juga menyukai