Anda di halaman 1dari 3

TEORI DASAR

Garam merupakan senyawa ion, yang terdiri dari kation logam dan anion sisa asam.
Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya berasal dari suatu
asam. Jadi, setiap garam mempunyai komponen basa (kation) & asam (anion) (Kim et al, 2011).
Kation adalah ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom kehilangan satu atau
lebih elektron selama reaksi kimia (Kusumarini et al, 2014). Sedangkan anion adalah ion negatif
yang terbentuk ketika atom nonlogam memperoleh satu atau lebih elektron. Anion dinamakan
demikian karena mereka tertarik ke anoda (bidang positif) dalam medan listrik (Zhang,
2015). Terdapat beberapa contoh garam, antara lain: NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari–hari ditemukan garam dalam bentuk garam dapur (NaCl) yang biasa
digunakan untuk keperluan memasak. Garam dapur dapat diperoleh dari air laut. Petani garam
membuatnya dengan cara penguapan dan kristalisasi. Garam yang diperoleh kemudian diproses
iodisasi (garam kalium, KI) sehingga diperoleh garam beriodium. Garam dapur juga dapat
diperoleh dengan cara mencampur zat asam dan basa. Asam bereaksi dengan basa membentuk
zat netral dan tidak bersifat asam maupun basa. Reaksi antara asam dan basa dinamakan reaksi
netralisasi (Kim et al, 2011).

Analisis merupakan suatu bidang ilmu kimia yang mempelajari tentang identifikasi suatu
spesies, penentuan komposisi, dan elusidasi strukturnya (Padmaningrum, 2010). Pada umumnya,
kimia analisis dibagi menjadi dua yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi zat-zat seperti unsur atau senyawa apa yang terdapat
dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui penetapan banyaknya suatu zat tertentu dalam suatu sampel yang memiliki besaran
(Underwood dan Day, 1998).

Analisis kualitatif adalah proses untuk mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia yang
tidak diketahui. Dalam metode analisis kualitatif digunakan beberapa pereaksi diantaranya
adalah pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini digunakan untuk mengetahui
jenis anion maupun kation suatu golongan (Keenan, 1999). Pereaksi selektif adalah pereaksi
yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation / anion tertentu. Dengan menggunakan
pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi,
misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas dan dapat
diketahui suatu larutan termasuk ke dalam golongan berapa (Svehla, 1985). Reaksi identifikasi
spesifik merupakan reaksi yang khusus yang merupakan reaksi antara bahan tertentu dengan
pereaksi spesifik untuk bahan tersebut (Besari et al, 1982).

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi
kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji
spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan.
Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan
dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah
(Svehla, 1985).

Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima


golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa
yang disebut reagensia golongan secara spesifik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-
golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini dengan pemeriksaan lebih
lanjut. Selain merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urutan ini juga
memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi. Reagensia golongan yang dipakai untuk
klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak (Svehla,1985).

Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang
mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat dari
logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat
yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak
soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Merle et al, 2011).

Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan
utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam
pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna
untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan
(Svehla, 1985).

Anda mungkin juga menyukai