Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 6

SISTEM ENDOKRIN

Disusun Oleh:

Audi Tiara Angghita ( 10060316179)


Inne Gustiani ( 10060316180)
Sinta Nurlaela ( 10060316181)
Desianti Nur Cahya ( 10060316182)
Annisa Meilani ( 10060316183)

Kelompok/shift : 7/E
Asisten : .Dina Rosdiana Sari,S.Farm

Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2017

Tanggal Laporan : 25 Oktober 2017

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PNGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1439 H/2017 M
PERCOBAAN 5

SISTEM SARAF DAN PANCA INDERA

I. Tujuan Percobaan
- Menjelaskan struktur sel dan jaringan yang menyusun sistem saraf.
- Menjelaskan anatomi dan fungsi otak.
- Menjelaskan anatomi spinalis cordata berserta fungsinya.
- Menjelaskan anatomi dan fungsi sistem saraf tepi
- Menjelaskan fungsi panca indera dan kaitannya dengan sistem saraf.

II. Bahan dan Alat


Bahan:
Larutan kinin sulfat 0,1% dan 0,000008 M, larutan sukrosa 5% dan 0,01 M,
larutan asam asetat 1%, larutan asam klorida 0,0009 M, larutan natrium
klorida 10% dan 0,01 M , kamfer, minyak permen, minyak cengkeh.

Alat:
Pipet tetes, kartu snellen, garpu tala, stopwatch, penutup mata, penutup
hidung, penutup telingan, buku tes buta warna isihara.

III. Prosedur
3.1. Penglihatan
3.1.1. Refleks akomodasi
Diukur pupil matan dan diamati adanya perbedaan pupil mata
di bawah sinar biasa dan sinar terang (menggunakan lampu senter).
Kemudian, diukur pupil mata jika mata melihat objek pada jarak 5
meter maupun 20 meter.
3.1.2. Titik dekat
Difokuskan mata pada objek ( misal pensil atau batang
pengaduk) berjarak 1 meter. Perlahan lahan gerakan objek mendekati
mata sampai objek terlihat berganda. Kemudian, digerakkan kembali
menjauh sampai objek tampak lagi sebagai objek tunggal. Jarak ini
disebut titik dekat untuk akomodasi.

3.1.3. Ketajaman Pengihatan


Diuji ketajaman penglihatan dengan menggunakan kartu
snellen. Ketajaman penglihatan dinyatakan sebagai:
V= d/D
d= jarak dimana huruf dapat dilihat dengan jelas (dapat dibaca)
D= jarak dimana huruf seharusnya dapat dibaca (mata normal)

3.1.4. Penglihatan Binokular


Dimasukkan benang ke dlam lubang jarm dengan kedua mata
terbuka. Dicatat waktu yang diperlukan. Kemudian dilakukan hal yang
sama dengan salah satu mata ditutup.

3.1.5. Uji Buta Warna


Penujian buta warnan dilakukan dengan uji ishihara. Diletakkan
plat warna ishihara berjarak 75 cm dari subjek. Diberikan jawaban
nomor atau gambar apa yang terdapat dalam plat gambar ishihara
tersebut. Setiap jawaban harus diberikan tidak lebih dari 3 titik.

3.2. Pendengaran
Dipukulkan sebuah garpu tala dengan frekuensi 512 cps pada mulut.
Garpu tala digigit di antara gigi dan bibir terbuka. Orang dengan
pendengaran normal akan melokalisir suara terdengar seakan dari posisi
median. Penderita tuli konduktif pada salah satu telingan akan mendengar
lebih jelas pada telinga tersebut. Penderita tuli perseptif pada slah satu
telinga akan mendengar suara lebih jelas pada telingan yang normal.

3.3. Pengecapan

3.3.1. Distribusi reseptor kecap


Ditentukan lokasi reseptor untuk empat jenis rasa pada lidah
dengan menggunakan satu tetes dari larutan-larutan sebagai berikut:
- Larutan kinin sulfat 0,1%
- Larutan sukrosa 5%
- Larutan asam asetat 1%
- Larutan natrium klorida 10%
Setiap kali setelah mengecap satu rasa, dikumurkan mulut dengan air
tawar.

3.3.2. Nilai Ambang Rasa


Dipanaskan larutan: kinin 0,000008 M; sukrosa 0,01 M; asam
klorida 0,0009 M; natrium klorida 0,01 M pada suhu 37°C. Kemudian
diteteskan 1 tetes larutan pada lidah bersih (sewaktu mencicipi, lidah
tidak digoyangkan).

3.4. Penciuman
Mata ditutup dengan penutup mata, kemudian diciumkan kamfer
pada salah satu lubang hidung (lubang hidung yang lain ditutup). Bila
kamfer dicium terus menerus, catat waktu yang diperlukan sampai tak
dapat lagi terdeteksi bau tersebut. Waktu yang diperoleh merupakan waktu
adaptasi. Kemudian dibedakan / mengenali bau minyak permen dan
minyak cengkeh dengan mata di tutup.
3.5. Peliput
Pada bagian anterior dari lengan bawah dan pada telapak tangan
digambarkan suatu daerah dengan luas sekitar 2 cm2 yang terdiri dari 20
kotak dengan menggunakan pulpen seperti contoh berikut

Di dalam daerah tersebut, dilakukan sentuhan perlahan dengan suhu


sikat paling sedikit pada 20 tempat berbeda. Jika dirasakan adanya sensasi,
ditandai dengan S. S artinya terasa adanya sensasi sentuh.
Kemudian paku dipanaskan dengan suhu sekitar 40°C atau 50°C.
Dicari lokasi reseptor panas seperti pada prosedur sebelumnya. Tandai
dengan huruf P jika dirasakan sensai panas. Setelah itu paku didinginkan
dengan cara dimasukkan kedalam kulkas. Dicari lokasi reseptor dingin.
Ditandai dengan huruf D jika dirasakan sensasi dingin. Dilakukan lagi
pada daerah yang sama dengan menggunakan jarum untuk reseptor nyeri.
Sensasi dirasakan jika reseptor nyeri distimulasi oleh tekanan ringan, yang
mewakili syok listrik tangan, ditandai reseptor pada daerah tersebut
dengan huruf N.
IV. Data Pengamatan dan Tugas

4.1.Data Pengamatan

4.1.1. Penglihatan
a). Refleks akomodasi
Pupil mata berukuran 0,4 mm pada sinar biasa. Pada jarak 20
cm pupil mata berukuran 0,3 mm, dan pada jarak 5 meter pupil
mata berukuran 0,34 mm.
b). Titik dekat
Objek terlihat ganda pada jarak 13 cm dan objek kembali jelas
pada jarak 18 cm.
c). Ketajaman penglihatan
d= 3,05
D= 3,05
d
V=
D
3,05
=
3,05
=1
d). Penglihatan binokular
Memasukan benang kedalam lubang jarum dengan 2 mata
terbuka membutuhkan waktu 8 detik. Memasukan benang ke
dalam lubang jarum dengan salah satu mata ditutup membutuhkan
waktu 1 menit 30 detik.
e). Uji buta warna
Ketika dilakukan uji ishihara terjawab semua dan benar semua.
4.1.2. Pendengaran (Uji Ketulian)
- Telinga tidak di tutup: Getaran suara terdengar di kedua
telinga
- Telinga di tutup sebelah: Getaran suara terdengar pada salah
satu telinga yaitu pada telinga yang di tutup.

4.1.3. Pengecapan
- Distribusi reseptor kecap
a. Larutan kinin sulfat 0,1% = semua pahit tapi ujung lidah
lebih terasa pahit
b. Larutan sukrosa 5% = semua manis tapi ujung lidah dan
lidah sebelah kanan lebih terasa manis
c. Larutan asam asetat 1% = semua terasa asam tapi ujung
lidah lebih terasa asam
d. Larutan natrum klorida 10% = semua terasa sangat asin tapi
ujung lidah lebih terasa asin
- Nilai ambang rasa
a. kinin 0,000008 M = terasa sangat pahit
b. sukrosa 0,01 M = terasa manis
c. asam klorida 0,0009 M = tidak terasa
d. natrim klorida 0,01 M = terasa asin

4.1.4. Penciuman
- Adaptasi penciuman (satu lubang hidung ditutup) pada
kamfer: 29,16 detik
- Pada analisis membedakan /mengenali bau,Subjek dapat
membedakan bau minyak permen atau minyak cengkeh.
4.1.5. Peliput

S,D,P S,D S,P S S

S,D,T S,D S S S

S,D,T S,D S S S

S S S S S

Telapak Tangan

S S,D S S S

S,D,P,T S,P S,T S S

S,D S,D,P S S S,D

S,D,P,T S S S S,D

Lengan Bawah
4.2. Tugas

4.2.1. a. Tuliskan bagian-bagian yang ditunjuk pada gambar saraf:

Jawaban:

A. Dendrit
B. Badan sel
C. Akson
D. Selubung myelin
E. Sel schwan
F. Nodus ranvier
G. Nukleus sel schwan
H. Terminal akson

b. Tuliskan bagian-bagian yang ditunjuk pada gambar otak:

Jawaban:

A. Lobus frontal

B. Lobus temporal

C. Medula Oblangata

D. Spinal Cordata

E. Cerebellum

F. Lobus ocipital

G. Lobus pariental

H. Korteks sematosensori

I. Korteks Sematotrop
c. Tuliskanlah bagian-bagian yang ditunjuk pada gambar
medulla spinalis:

Jawaban:

C. Serviks

T. Toraks

L. Lumbar

S. Sakral

4.2.2. Anatomi Mata:

- Sklera: sklera adalah bagian putih mata yang mengelilingi kornea. Hal ini
terdiri dari jaringan berserat, dan memberikan perlindungan kepada bagian
dalam mata.
- Kornea: membantu dalam memfokuskan cahaya pada retina.
- (Aqueous Humor): cairan transparan bening yang mengisi ruang antara
kornea dan lensa mata dan memasok nutrisi dan oksigen ke bagian-bagian
ini.
- Iris adalah cincin otot di bagian tengah mata, yang membantu dalam
mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata dengan mengontrol ukuran
pupil.
- Pupil: adalah sebuah lubang di tengah iris di mana cahaya melewati dan
jatuh pada lensa mata.
- Lensa Mata: membantu dalam memfokuskan cahaya pada retina. Lensa
mata mampu mengubah bentuknya sehingga memungkinkan kita untuk
melihat objek dekat dan jauh.
- Otot siliari: adalah jaringan berbentuk cincin yang memegang dan
mengontrol pergerakan lensa mata, dan karena itu, membantu dalam
mengendalikan bentuk lensa.
- Humor vitreous: Bertindak sebagai pengisi dan mencakup ruang antara
lensa mata dan retina. Serta memberikan perlindungan kepada lensa.
- Retina: untuk mengubah cahaya yang jatuh di atasnya menjadi impuls
listrik yang dapat dikirim ke otak.
- Saraf optik: berfungsi sebagai kabel yang menghubungkan mata ke otak.
Saraf optik ini membantu dalam transmisi sinyal dari retina ke pusat visual
otak.
- Spot kuning atau Makula: untuk penglihatan pembacaan kita, dan
membantu kita untuk melihat obyek yang tepat di depan kita.
- Kelopak mata: membantu dalam perlindungan dan pelumasan mata kita.
Serta membantu dalam mengendalikan jumlah cahaya yang jatuh ke mata
kita.

4.2.3. Anatomi Telinga

- Daun telinga (pinna), sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara.


- Liang telinga atau saluran telinga, berfungsi untuk menjaga agar benda
asing tidak masuk kedalam. Pada dinding saluran telinga luar
menghasilkan minyak serumen.
- Gendang telinga (membran timpani) Gendang telinga adalah selaput tipis
yang bertindak sebagai menghubungkan antara telinga luar dan telinga
tengah. Gendang telinga bergetar dengan cepat dalam menerima
gelombang suara, dan mengubah energi suara menjadi energi mekanik.
- Anvil (Inkus) adalah tulang kecil lain di samping malleus, anvil bergetar
dalam menanggapi getaran malleus.
- Jendela oval, menerima getaran dari tulang sanggurdi dan meneruskannya
menuju koklea.
- Organ korti, mengandung sel reseptor telinga yang akan menerima getaran
dan mengubahnya menjadi impuls listrik untuk dihantarkan ke otak.
- Vestibula berperan dalam mengatur keseimbangan tubuh.
- Saluran eustacheus berfungsi untuk menyamakan takanan udara di dalam
telinga dengan atmosfer.
- Stapes, berfungsi menyalurkan getaran dari gendang telinga ke telinga
bagian dalam.

4.2.4. Anatomi Hidung

- Rongga hidung adalah lubang tempat melekatnya beragam organ hidung


dalam menjalankan fungsinya, baik sebagai indera pembau maupun alat
pernapasan. Rongga hidung pada manusia dilengkapi dengan bulu hidung
yang berfungsi menyaring setiap kotoran yang masuk melalui pernapasan.
- Rongga sinus memiliki fungsi, di antaranya adalah memproduksi lendir
yang mengalir ke dalam hidung, lendir yang dihasilkan oleh rongga sinus
selain dapat menjaga kelembaban udara yang masuk ke paru-paru, juga
dapat membantu polutan-polutan asing.
- Bulbus Olfaktori, dalam menjalankan fungsinya sebagai alat indera
pembau, hidung ditunjang oleh bagian yang bernama bulbus olfaktori.
Tonjolan olfaktor berperan dalam menerima semua impuls yang dikiri
akson dan membawanya menuju otak. Akson olfaktori merupakan sel
saraf pengubung yang mengangkut impuls hasil kerja saraf pembau.
- Nasofaring adalah bagian sistem pernapasan yang menghubungkan hidung
dan tenggorokan. Saat tersedak, bagian inilah yang menstimulasi rasa sakit.

4.2.5. Anatomi Lidah

Sebagian besar lidah terdiri atas otot-otot, terdapat dua jenis otot pada lidah
yaitu otot intrinsik lidah dan otot ekstrinsik lidah

- Otot – Otot Ekstrinsik Lidah


 Musculus Genioglosus, berfungsi untuk menjulurkan lidah.
 Musculus Hypoglosus, berfungsi untuk menekan dan meretraksikan
lidah sehingga punggun lidah lebih cekung.
 Musculus Styloglosus, berfungsi untuk memanjangkan dan menarik
lidah ke belakang.
 Musculus Palatoglosus, berfungsi untuk mengankat bagian posterior
(belakang lidah) dan membantu proses inisiasi menelan.
- Otot – Otot Intrinsik Lidah
 Musculus Longitudinal Superior, berfungsi untuk retraksi, melebarkan
lidah, juga mengangkat dan menurunkan ujung lidah.
 Musculus Longitudinal Inferior, berfungsi untuk retraksi, melebarkan
lidah, juga mengangkat dan menurunkan ujung lidah.
 Musculus Tranversus Linguae, berfungsi untuk memanjangkan dan
melebarkan lidah bersama dengan musculus verticalis Linguae.
 Musculus Verticalis Linguae, berfungsi untuk melebarkan lidah
bersama dengan musculus tranversus linguae.

4.2.6. Jelaskan fenomena yang terjadi! Bandingkan bagaimana


ukuran pupil yang diberi stimulasi cahaya dan pengaruh jarak
objek! Bagaimana kedua stimulus tersebut mempengaruhi
perubahan ukuran pupil, kaitkan dengan sistem saraf!

Jawaban:

Pada saat cahaya diarahkan kemata dengan jarak dekat, pupil mata
menjadi mengecil. Hal tersebut dapat terjadi karena daya akomodasi
mata diatur melalui saraf parasimpatis, perangsangan saraf
parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang selanjutnya
akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias.
ketika cahaya mengenai mata, sinyal saraf terbentuk dan dikirimkan
ke otak untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya dan
kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan
sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut.

4.2.7. Jelaskan pengertian titik dekat untuk akomodasi! Jelaskan


bagian dari sistem saraf yang berperan dalam proses
akomodasi penglihatan!

Jawaban:
Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk
mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat
akomodasi, daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat.
Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat
benda makin kuat mata harus berakomodasi. Saraf yang berperan
dalam percobaan titik dekat adalah saraf simpatik.

4.2.8. Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimanakah ketajaman


penglihatan sukarelawan? Jelaskan!

Jawaban:

Hasil dari pengamatan ketajaman penglihatan sukarelawan adalah


tajam, karena didapatkan hasil=1. Ketajaman penglihatan adalah
kemampuan untuk membedakan bagian-bagian detail yang kecil, baik
terhadap objek maupun terhadap permukaan. Ketajaman penglihatan
juga tergantung pada pencahayaan dan tingkat kebutuhan penglihatan.
Ketajaman penglihatan juga dapat diartikan sebagai kemampuan mata
untuk dapat melihat suatu obyek secara jelas dan sangat tergantung
pada kemampuan akomodasi mata. Tajam penglihatan dicatat sebagai
jarak baca pada nomor baris, dari huruf terkecil yang dilihat.Tajam
penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (20/15
atau 20/20 kaki).

4.2.9. Jelaskan yang dimaksud dengan penglihatan binokular!


Jelaskan bagian dari sistem saraf yang berperan dalam proses
penglihatan binokular!

Jawaban:

Penglihatan binokular adalah penglihatan dimana kedua mata


digunakan bersama-sama. Saraf yang berperan adalah saraf optik, juga
disebut saraf kranial II, adalah susunan saraf yang berfungsi
mengirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak.
4.2.10. Jelaskan bagian mata yang berperan dalam mengidentifikasi
warna! Jelaskan apa yang terjadi pada seseorang yang
mengalami buta warna parsial maupun buta warna total!

Jawaban:

Bagian mata yang berperan dalam mengidentifikasi warna adalah pada


retina bagian sel kerucut. Pada orang yang buta warna parsial atau
disebut juga dengan buta warna sebagian hanya tidak dapat
membedakan antara warna hijau dengan merah dan antara warna hijau
dengan biru. Sedangkan untuk orang yang buta warna total tidak
memiliki sel kerucut merah, hijau dan biru sehingga warna yang bisa
di lihat hanya warna hitam dan putih.

4.2.11. Jelaskan bagaimana proses mendengar beserta bagian - bagian


telinga yang berperan ! Jelaskan juga peranan bagian sistem
saraf pada proses pendengaran sehingga kita bisa mengartikan
suara – suara yang kita dengar!

Jawaban:

Gelombang Bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan


gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang
pendengaran ke jendeka oval. Getaran struktur koklea pada jendela
oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan menggetarkan cairan limfa dalam saluran
tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di membran basiler yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.
Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela
bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput
– selaput basiler yang akan menggerakkan sel – sel rambut ke atas dan
kebawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektoral,
terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ kortil dan
kemudian menghasilkan imupls yang akan dikirim ke pusat
pendengaran di dalam otak melalui saraf pendengaran ( saraf
vestibulokoklear).

4.2.12. Gambarkan peta lidah pada jurnal saudara, kemudian


tentukan pada lidah bagian mana yang lebih peka terhadap
masing-masing larutan!
Jawaban :

4.2.13. Jelaskan yag dimaksud dengan nilai ambang rasa!


Berdasarkan hasil pengamatan pada seluruh anggota
kelompok, simpulkan nilai ambang rasa yang dimiliki
masing-masing anggota kelompok! Apakah nilai ambang
rasa setiap orang dapat berbeda? Mengapa bisa terjadi?
Jelaskan bagian apakah pada sistem saraf yang berperan
dalam proses identifikasi rasa dan interpretasinya!
Jawaban :
Nilai ambang rasa adalah suatu konsentrasi bahan terendah yang mulai
menghasilkan kesan wajar karena kepekaan terhadap sifat inderawi
untuk dapat menstimulasi reseptor pengecapan
Niali ambang rasa setiap orang bisa berbeda karena dipengaruhi oleh
kebiasaan makanan yang dikonsumsi. Contohnya pada orang yang
suka atau sering memakan makanan yang asin maka saat diuhi nilai
ambnag rasanya rasa asin tidak akan terasa.
Sistem saraf yang mempengaruhi pengecapan adalah sistem saraf
sensorik karena sistem saraf sensorik berfungsi untuk menghantarkan
impuls dari indera ke saraf pusat

4.2.14. Jelaskan yang dimaksud dengan adaptasi penciuman!

Jelaskan mengapa lama kelamaan bau kamfer tidak lagi


terasa menyengat, kaitkan dengan mekanisme adaptasi sel
reseptor penciuman!

Jelaskan bagian apakah pada sistem saraf yang berperan


dalam proses penciuman.

Jawaban:

- Adaptasi penciuman yaitu, berkurangnya kepekaan terhadap aroma


akibat proses adaptasi pada sel reseptor olfaktori maupun pada SSP.
- Molekul aroma masuk kerongga hidung melalui udara yang di
hirup. Molekul ditangkap oleh cilia dendrit sel reseptor olfaktori.
Molekul berikatan dengan reseptor terkait protein G pada membran
plasma sel reseptor bagian dendrit. Mengaktivasi adenylate cyclase
dan produksi cAMP. Pembukaa saluran Na+ aliran Na+ masuk ke
dalam sel reseptor olfaktori (DEPOLARISASI). Terjadinya
potensial aksi. Pembentukan & propagasi implus saraf sepanjang
akson.
Pada bulbus olfaktorius terdapat:
- Sel – sel mitral: stimulasi/aktivasi transmisi sinyal pada jalur
olfaktori. Sel mitral dapat diakivasi atau diinhibisi.
- Sel – sel granul: inhibisi transmisi sinyal pada jalur olfaktori.

Akson sel reseptor olfaktori berkumpul membentuk bundel saraf


olgaktori(l). Kemudian membentuk sinaps dengan saraf orde 1 pada
bulbis olfaktori ( dibawah lobus frontal serebrum & lateral dari tulang
ethmoid). Jalur olfaktori berujung pada: area olfaktori (pada
permukaan medial dan inferior lobus temporal), sistem limbik,
hipotalamus, dan area orbitofontal (pada lobus frontal).

Lama kelamaan bau kamfer tidak lagi terasa menyengat karena pada
mekanisme penciuman ada sel granul yang berperan dalam proses
inhibisi sel mitral (proses adaptasi).

4.2.15. Jelaskan peranan bagian sistem saraf dalam proses sensitisasi


dan interpretasi keempat senasi.

Jawaban:

- Paccini: saraf yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan


- Ruffini: saraf yang peka terhadap ranngsangan berupa panas
- Meisner: saraf yang peka terhadap rangsangan berupa sentuhan
- Krause: saraf yang peka terhadap rangsangan berupa dingin
- Lempeng merkel: peka tehadap sentuhan dan tekanan ringan.

V. Pembahasan
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Sistem saraf dalam tiga cara utama :
1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensai atau stimulus melalui resptor,
yang terletak di tubuh naik eksternal maupun internal.
2. Aktivitas integrative. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik
yang menjalar disepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis uang
kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus sehingga
respons terhadap informasi bias terjadi
3. Output motorik. Impuls dari ptak dan medulla spinalis memperoleh
respons yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh, yang disebut sebagai
efektor. (Sloane,Ethel.2004)

Semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan,


mengunyah makanan dan lainnya, di atur dan dikendalikan oleh satu sistem yang
disebut "Sistem Saraf" atau Sistem Pengatur Tubuh. Sistem Saraf terbagi atas 2
bagian yaitu :

1. Sistem Saraf Pusat


Sistem Saraf pusat terdiri atas Otak dan Sumsum (saraf) Tulang Belakang.
Otak kita terdiri dari otak besar dan otak kecil. Otak kecil berfungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot tubuh serta
menyeimbangkan tubuh. Letak Otak kecil terdapat tepat di atas batang otak. Otak
besar berfungsi untuk menentukan tingkat kecerdasan, kepribadian,
menterjemahkan sensor impuls dan perencanaan. Otak besar terletak di bagian
depan otak.
2. Sistem Saraf Perifer
Sistem Saraf Periferi, dibentuk oleh beberapa saraf yang berhubungan
dengan sistem saraf pusat baik secara langsung maupun tidak langsung yang
terdiri dari 12 pasang bagian tengkorak. Sistem perifer terbagi menjadi siste
aferen dan eferen :

a. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke


SSP
b. Saraf eferen (motorik) mentrasmisi inforasi dari SSP ke otot dan
kelenjar. Sistem eferen dari system saraf perifer memiliki dua subdivisi.
1. Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan
eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.
2. Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respons involunter
pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi
impuls saraf melalui dua jalur: Saraf simpatis berasal dari area toraks
dan lumbal pada medulla spinalis dan Saraf parasimpatis berasal dari
otak dan sacral pada medulla pinalis. (Sloane,Ethel.2004)

5.1. Penglihatan

5.1.1. Anatomi dan fisiologi penglihatan


Organ Luar, terdiri dari :

 Bulu Mata, terletak dekat sekali dengan mata dan berfungsi


menyaring sinar atau cahaya yang akan diterima sebelum masuk ke
bola mata
 Kelopak Mata, membuka dan menutup mata yang berguna sebagai
pelindung mata dari partikel-partikel asing seperti debu.
 Alis Mata, berada tepat di atas kelopak mata dan memiliki fungsi
untuk menahan mata dari air jatuh dari atas seperti keringat dan saat
hujan.

Organ Dalam, terdiri dari :

 Lensa Mata, memiliki fungsi untuk memfokuskan cahaya yang


masuk kebagian belakang mata tepat pada retina.
 Retina/Selaput Jala, merupakan lapisan yang sangat tipis dari
jaringan di dalam mata. Berfungsi untuk menangkap sinar cahaya
yang masuk ke mata. Impuls cahaya kemudian dikirim ke otak untuk
diproses melalui saraf optik.
 Kornea, terletak paling luar dari mata yang bening dan tembus
pandang menutupi iris dan pupil. Fungsinya untuk menerima cahaya
dari lingkungan sekitar.
 Iris, bagian mata yang memiliki warna yang pada manusia kadang
berbeda-beda sesuai dengan genetiknya. Berfungsi untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk.
 Pupil, berwarna hitam dan berada di tengah iris yang dapat membuka
dan menutup. Berfungsi untuk mengatur masuknya cahaya pada
bola mata.
 Aqueous Humor, berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola
mata.
 Vitreous Humor, cairan bening yang umumnya berada pada rongga
mata. Berfungsi meneruskan cahaya dari lensa menuju ke retina.
 Otot Mata, berfungsi untuk mengatur besar dan kecilnya lensa.

i. Refleks akomodasi

Refleks adalah respon yang cepat dan tidak disadari terhadap


perubahan lingkungan interna maupun lingkungan eksterna, terjadi lewat
suatu lintasan refleks yang disebut lengkung refleks. Komponen utama dari
lengkung refleks adalah reseptor yang menerima stimulus, efektor yang
merespon stimulus, neuron sensorik dan motorik yang merupakan lintasan
komunikasi antara reseptor dan efektor. Refleks akomodasi adalah
kemampuan mata untuk melihat objek dengan cara mengakomodasi bentuk
lensa melalui otot-otot bersilia. (Basoeki, 2000)

Pada percobaan refleks akomodasi di dapatkan hasil pada saat cahaya


diarahkan kemata dengan jarak dekat, pupil mata menjadi mengecil. Hal
tersebut dapat terjadi karena daya akomodasi mata diatur melalui saraf
parasimpatis, perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot
siliaris yang selanjutnya akan mengendurkan gligamen lensa dan
meningkatkan daya bias. ketika cahaya mengenai mata, sinyal saraf terbentuk
dan dikirimkan ke otak untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya
dan kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan
sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut. (Anthony, 1983)

ii. Titik dekat

Pada percobaan ini objek terlihat ganda pada jarak 13 cm dan kembali
terlihat tunggal pada jarak 18 cm. Hal ini terjadi akibat adanya daya
akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika
berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada
retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk
mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi,
daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan
meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata
harus berakomodasi. (Anthony, 1983)

iii. Ketajaman penglihatan

Pada percobaan ini didapatkan hasil 1 dimana penglihatan masih


tajam. Ketajaman penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan
bagian-bagian detail yang kecil, baik terhadap objek maupun terhadap
permukaan. Ketajaman penglihatan juga tergantung pada pencahayaan dan
tingkat kebutuhan penglihatan. Ketajaman penglihatan juga dapat diartikan
sebagai kemampuan mata untuk dapat melihat suatu obyek secara jelas dan
sangat tergantung pada kemampuan akomodasi mata. Tajam penglihatan
dicatat sebagai jarak baca pada nomor baris, dari huruf terkecil yang
dilihat.Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6
(20/15 atau 20/20 kaki). Apabila penglihatan kurang maka diukur dengan
menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari) ataupun proyeksi
sinar. (Basoeki, 2000)
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan:
1. Usia
Bertambahnya usia maka lensa mata berangsur-angsur kehilangan
elastisitasnya dan melihat ada jarak dekat akan semakin sulit.
2. Penerangan
Pengaruh intensitas penerangan dengan penglihatan sangat penting karena
mata dapat melihat objek melalui cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan objek tersebut. Luminasi adalah banyaknya cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia
juga mempengaruhi kemampuan mata melihat objek. Pada usia tua
diperlukan intensitas penerangan yang lebih besar untuk melihat objek.
(Kroemer et al, 2001)
3. Silau
Silau (glare), adalah proses adaptasi berlebihan pada mata sebagai akibat
dari retina mata terpapar sinar yang berlebihan (Grandjean, 2000).
4. Sudut dan ketajaman penglihatan, sudut penglihatan (visual angle) sebagai
sudut yang ditempuh oleh mata ketika melihat. (Grandjean, 2000).

iv. Penglihatan binokular


Penglihatan binokular adalah penglihatan dimana kedua mata
digunakan bersama-sama. Pada percobaan ini ketika memasukan benag
kedalam jarum dengan dua mata terbuka lebih cepat dibandingkan ketika
salah satu mata di tutup. Hal ini disebabkan karena mata kanan dan mata kiri
memiliki kemampuan penglihatan yang berbeda. Saraf yang berperan adalah
saraf optik, juga disebut saraf kranial II, adalah susunan saraf yang berfungsi
mengirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak.

v. Uji buta warna


Pada uji buta warna didapatkan hasil bahwa praktikan tidak buta
warna, uji buta warna menggunakan uji ishihara. Buta warna adalah suatu
keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa
dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta
warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan
obat-obatan yang berlebihan. Buta warna umumnya diderita oleh laki-laki,
sedangkan wanita hanyalah sebagai gen pembawa/resesif . (Agusta, 2012)

Ganbar 1 Gambar 2

Pada gambar 1 jika orang yang buta warna parsial akan dapat
membaca angka tersebut, karena orang yang buta warna parsial hanya tidak
dapat membedakan antara warna hijau dengan merah dan antara warna hijau
dengan biru. Sedangkan untuk orang buta warna total maka tidak akan bisa
membaca angka tersebut karena orang yang buta warna total tidak memiliki
sel kerucut merah, hijau dan biru sehingga warna yang bisa di lihat hanya
warna hitam dan putih. Pada gambar yang ke 2 baik orang dengan buta warna
parsial maupun buta warna total maka tidak dapat membaca angka tersebut
karena warna pada gambar 2 sudah lebih banyak dibandingkan dengan
gambar 1. (Agusta, 2012)

5.2. Pendengaran

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang


suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara
yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan. Rendah karena
penjarangan molekul tersebut. (Sherwood,2001).
Telinga merupakan alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa
gelombang suara. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan
frekuensi antara 20-20.000 Hz. Selain sebagai alat pendengaran, telinga juga
berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia (Pearce, 2009: 325).
Telinga manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Telinga Bagian Luar, terdiri dari : Daun telinga, Saluran telinga

luar atau lubang telinga, Kelenjar minyak, Membran timpani atau

selaput gendang.

2. Telinga Bagian Tengah, terdiri dari : Telinga bagian tengah

terletak di sebelah dalam membran timpani, Saluran Eustachius,

Tulang pendengaran.

3. Telinga Bagian Dalam, berfungsi mengantarkan getaran suara ke

pusat pendengaran oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam

adalah sebagai berikut. (Pearce, 2009:325)

Mekanisme Pendengaran:

Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu


gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan
perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana
tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut
tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila
deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps
dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan
sinyal disalurkan ke otak (Corwin,2001).

Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan


berubah dan, neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya,
sel-sel rambut yang terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval
adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi,
sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh
gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara
berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan
intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron
aferen yang melepaskan potensial aksi.(Corwin, 2001)

Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam


melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan
jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran osikular.
Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang
menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk
pendengaran normal, disebut hantaran udara. (Ganong, 2002).

Pada percobaan ini pengujian terhadap indera pendengaran dilakukan

dengan cara Uji Weber. Prinsip Uji Weber adalah membandingkan hantaran

bunyi pada telinga kanan dan kiri. Pada pengujian ini dilakukan dengan

bantuan garpu tala dengan frekuensi 512 cps pada lutut, garpu tala yang

telah dipukulkan pada lutut praktikan sukarelawan hingga bergetar, digigit

dengan bibir terbuka. Suara yang dihasilkan terdengar di kedua telinga sama.

Tetapi pada saat praktikan sukarelawan menutup salah satu telinga sebelah

kanan terdengar suaranya lebih jelas. Dengan demikian pendengaran

praktikan tidak normal (tuli konduktif). Hal ini dapat disebabkan kelainan di

telinga bagian luar atau di telinga bagian tengah, sedangkan saraf

pendengaran masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga

tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.

Ada berbagai macam gangguan di telinga, salah satu nya Tuli. Tuli

ada dua macam yaitu :


1. Tuli konduktif, terjadi karena gangguan transmisi suara ke

dalam koklea misalnya kotoran yang menumpuk,

2. Tuli saraf, bila terjadi kerusakan koklea atau saraf pendengaran.

(Pearce, 2009:335)

5.3. Pengecapan

Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat
kimia larutan. Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh
lendir dan penuh dengan bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah
karena terdapat reseptor yang dapat menerima rangsangan. Reseptor itu adalah
papilla pengecap atau kuncup pengecap. Kuncup pengecap merupakan
kumpulan ujung-ujung saraf yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak
kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam
papila terdapat banyak kuncup-kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bagian
berbentuk bundar yang terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan
sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai reseptor (Pearce, 2009: 310).

Gambar 5.1. Anatomi Lidah


Secara garis besar lidah dapat terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

1) Radiks lingua adalah pangkal lidah


2) Dorsum lingua adalah punggung lidah
3) Apeks lingua adalah ujung lidah (Delwiche, 2007)

Terdapat empat jenis papila yaitu:

a. Papila filiformis (fili=benang)


Berbentuk seperti benang halus adalah yang terbanyak dan menyebar
pada seluruh permukaan lidah. Organ ujung untuk pengecapan adalah putting-
putting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dinding pappilae
sirkumvalata dan fungiforum. Pappilae filiform lebih berfungsi untuk
menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput
lendir langit-langit dan farinx juga bermuatan putting-putting pengecap
(Delwiche, 2007)
b. Papila sirkumvalata (sirkum=bulat)
Berbentuk bulat, tersusun seperti huruf v di belakang lidah. Papilae
sirkumvalata adalah jenis papilae yang terbesar dan masing-masing di kelilingi
semacam lekukan seperti parit. Ada delapan hingga dua belas buah dari jenis
ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papilla sirkumvalata beserta 1/3
bagian anterior lidah berhubungan dengan saraf otak IX, glossopharyngeal
(Delwiche, 2007).
c. Papila fungiformis (fungi=jamur)
Berbentuk seperti jamur karena mereka mempunyai tangkai sempit
dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting pengecap
yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela
antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya (Delwiche, 2007).
d. Papila folliata
Terletak pada bagian pinggir lidah tersusun sebagai tonjolan-tonjolan
yang sangat padat sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini
mengandung banyak puting kecap. Tunas pengecap adalah bagian pengecap
yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel
pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong
berfungsi untuk menopang (Delwiche, 2007).

Mekanisme kerja lidah :


Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut
berukuran mikro yang sensitif, disebut mikrovilli. Sensasi rasa disebabkan oleh
zat yang berbentuk cair atau larut dalam air, sehingga lebih cepat stimuli rasa
pada lidah basah daripada lidah kering (Shallenberger, 1997). Bila makanan
ada dalam mulut atau mencium bau makanan maka akan keluar saliva disebut
sekresi psikis akan merangsang nervus olfaktorius dan nervus glossofaringeus.
Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah.
Terdapat adaptasi pada pengecapan terjadi 1 menit diperankan oleh sistem
saraf pusat, sedangkan pada kuncup kecap, adaptasi diperankan oleh mukus
yang segera menyapu molekul yang terdapat pada mikrovili tersebut. Sinyal
yang dikirim ujung saraf akan diterjemahkan oleh otak sehingga seseorang
dapat merasakan sensasi rasa yang dimakannya (Sherwood, 2010).

Fisiologi pengecapan:
Terdapat 4 tipe rasa dasar pada lidah yaitu asam, asin, manis, dan
pahit. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa
manis dan rasa asin dirasakan pada ujung lidah, asam pada samping lidah dan
pahit pada daerah sekitar papilla sirkumvalata. Keempat rasa ini dikenal
dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada rasa kelima yang telah
teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada glutamate (Marya,
2002).
1. Rasa Manis
Gula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi
memicu dulu perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat reseptor
pada permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul G-protein.
Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini diatur oleh Guanin
Trifosfat (Irianto, 2012). Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini
meliputigula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam
sulfonat, asam halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium.
Hampir semua zat yang menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia
organik, satu-satunya zat anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan
garam-garam tertentu dari timah hitam dan berillium (Guyton, 2001).
2. Rasa Asam
Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa asam. Ion
ini bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke dalam sel
secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili, dan mengikat
kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat masuk dalam sel rasa.
Muatan positif ini akan berakumulasi dan mendorong terjadinya depolarisasi
yang dapat melepaskan neurotransmitter dan menyalurkan sinyal ke otak
(Irianto, 2012).
3. Rasa Asin
Garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh dari
garam yang dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium masuk melalui
kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada basolateral (sisi)
sel rasa, hal inilah yang akan membangunkan sel rasa tersebut (Irianto 2012).
Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena
beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin
(Guyton, 2001).
4. Rasa Pahit
Seperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen kimia.
Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah zat organik
rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri dari banyak obat
yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, strikmin, dan nikotin
(Irianto 2012), misalnya kuinin, zat ini bereaksi melalui G-protein bersama
reseptor dan second messenger. Namun, hanya second messenger yang mampu
mendorong pelepasan ion kalsium dari retikulum endoplasma. Depolarisasi
pun terjadi akibat terakumulasinya ion kalsium, dan terjadi juga pelepasan
neurotransmitter (Guyton, 2001).
5. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang berarti “Meaty” atau
“Savory” (enak, sedap, lezat). Rasa umani ditimbulkan oleh glutamat, yaitu
asam amino yang banyak terdapat pada protein daging dan ikan. Zat ini
bereaksi melalui G-protein bersama reseptor atau second messenger. Namun,
belum diketahui tahapan antara second messenger dan pelepasan
neurotransmiter (Irianto2012)

Faktor mempengaruhi indera pengecap


a. Usia

Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa karena penurunn


sensitivitas indera pengecapan merupakan masalah psikologis yang biasa
terjadi pada orang dengan usia tua. Seiring dengan bertambahnya usia terjadi
penurunan jumlah papilla sirkumvalata dan penurunan fungsi transmisi pada
taste buds (Guyton, 2001).

b. Suhu makanan

Sensitivitas pada taste buds pada indera pengecap dapat dipengaruhi


oleh suhu makanan dan minuman yang kurang 20°C maupun lebih dari 30°C.
suhu yang terlalu panas akan merusak sel-sel taste buds (Guyton,
2011).demikian pulas suhu yang terlalu dingin dapat membuatsensitivitas lidah
berkurang, menyebabkan cedera atau bahkan kematian sel. Keadaan tersebut
cenderung berangsung cepat karena sel yang rusak tersebut diperbaiki (G.
Rensburg, 2005).

c. Penyakit

Perawatan dan terapi pada penyakit kronis memerlukan waktu yang


cukup lama. Obat-obatan tersebut memiliki efek samping dapat menyebabkan
penurunan sensitivitas indera pengecap (Pearce, 2001)
d. Obat-obatan

Pada penyakit kencing manis dan ginjal serta radiasi dapat pula
menyebabkan xerostomia. Xerostomia merupakan keadaan dimana mulut
kering akibat produksi kelenjar saliva berkurang (Guyton, 2001).

Dari hasil uji pengecapan yang telah dilakukan, didapat hasil pada uji
distribusi reseptor kecap larutan kinin 0,1% terasa pahit di semua bagian lidah
terutama bagian ujung lidah. Menurut literatur, lokasi reseptor untuk rasa pahit
berada di pangkal lidah sedangkan praktikan merasakan rasa pahit yang kuat di
ujung lidah karena penetesan sample pertama kali dilakukan di ujung lidah
sehingga rasa pahit lebih terasa. Hal ini juga disebabkan karena lidah yang
belum mengalami adaptasi rasa sehingga rasa pada bagian lidah yang
diteteskan lebih awal terasa lebih pahit.

Larutan sukrosa 5% terasa manis di semua bagian lidah terutama ujung


lidah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa lokasi reseptor rasa manis berada di
ujung lidah karena diujung lidah terdapat papilla pengecar rasa manis yang
kuat.

Larutan asam asetat 1% terasa asam di semua bagian terutama bagian


ujung lidah padahal menurut literatur, reseptor rasa asam berada di pinggir
lidah bawah sedangkan yang praktikan rasakan lebih kuat di ujung lidah. Hal
ini disebabkan karena reseptor asam yang berada di dekat ujung lidah sehingga
peaktikan lebih merasakan bahwa rasa manis yang kuat berada di bagian ujung
lidah

Larutan natrium klorida terasa sangat asin di seluruh bagian lidah


terutama di bagian ujung lidah sedangkan menurut literatur, reseptor rasa asin
berada di pinggir lidah bagian atas. Hasil ini tidak sesuai literatur karena saat
meneteskan larutan natrium klorida lebih banyak di bagian ujung lidah
sehingga rasa asin lebih terasa di bagian ujung lidah daripada bagian pinggir
lidah atas.
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa semua lidah berfungsi
dengan baik. Namun ujung lidah lebih peka dan merasakan rasa yang lebih
kuat dari semua sampel yang berbeda rasa. Hal ini disebabkan karena ujung
lidah lebih basah daripada bagian lidah yang lainnya sehingga keadaan basah
itu menyebabkan reaksi kimia berlangsung lebih cepat dan menjadi
kemoreseptor rasa indera pengecapan.

Pada uji nilai ambang rasa, rasa pahit, manis, dan asin sudah terasa
namun untuk rasa asam tidak terasa padahal larutan uji yang digunakan
merupakan larutan yang memiliki nilai ambang rasa lidah pada rata-rata orang.
Hal yang menyebabkan rasa asam tidak terasa adalah kebiasaan praktikan yang
suka atau sering memakan makanan yang asam sehingga lidah sudah terbiasa
dengan rasa asam yang kuat. Jadi, saaat ditetesi larutan asam dengan
konsentrasi yang rendah, rasa asam sudah tidak terasa lagi.

5.4.Penciuman
Mekanisme alat indera pembau/penciuman adalah rangsang bau
berupa gas yang berasal dari lingkungan sekitarnya, meransang indera pembau
di dalam rongga hidung. Selanjutnya rangsang bau tersebut bergerak diterima
oleh lender pembau dan diteruskan ke gelembung pembau, kemudian bergerak
melalui berkas saraf menuju otak untuk ditafsirkan.(Guyton, 1983)

Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel-


sel pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf
kranial (nervus alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung membentuk
serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin dengan serabut-serabut otak
(bulbus olfaktorius). Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk bersama
udara inspirasi mencapai reseptor pembau. (Pearce, 2009)

Zat ini dapat larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan
zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian timbul impuls yang
menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson bergabung menjadi suatu bundel
yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak ke I ini menembus lamina
cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian bersinaps dengan
neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls dijalarkan ke daerah pembau
primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan.( Pearce, 2009)

Sensasi penciuman dimulai di epitel penciuman yang terletak di tiap


lipatan di puncak rongga hidung. Letak daerah ini terlihat pada gambar yang
memperagakan penampang dari jalan udara dalam hidung dan juga kaitan
antara epitel penciuman dengan susunan saraf.( Pearce, 2009)

Reseptor Penciuman:

Epitel penciuman mengandung banyak reseptor saraf yang disebut sel-


sel olfaktorius. Sel-sel itu merupakan sel-sel saraf khusus mempunyai tonjolan-
tonjolan kecil berupa mikrovili yang disebut rambut penciuman. Rambut itu
keluar dari epitel masuk ke dalam mukus yang melapisinya. Rambut
penciumlah yang mendeteksi berbagai macambau-bauan. (Corwin, 2001)

Dengan cara bagaimana bau-bauan menggiatkan rambut penciuman


tidak dipahami benar. Namun bau yang sangat tercium adalah: Pertama, zat-zat
yang sudah muda menguap, dan yang kedua, zat-zat yang sangat mudah larut
dalam lemak. Kemudian menguap ini penting karena baunya hanya dapat
mencapai rongga di puncak hidung dengan cara mengikuti aliran udara.
Kelarutan dalam lemak penting karena rambut penciuman sendiri merupakan
tonjolan dari membran sel penciuman, dan kita tahu semua membran sel
penciuman, akan berubahlah potensial membran dan menimbulkan impuls
saraf dalam sel pemciuman. (Anthony, 1983)

Pada percobaan adaptasi penciuman pada orang percobaan dilakukan


dengan menutup mata sambil mencium kamfer sampai baunya hilang,
kemudian langsung dilanjutkan dengan mengenali bau minyak cengkeh dan
minyak permen. Dari percobaan waktu yang diperlukan untuk mencium bauk
kamfer yaitu 29,16 detik. Kemudian setelah di beri bau minyak permen dan
minyak cengkeh praktikan langsung mengenali perbedaan baunya. Ini berarti
penciuman praktikan masih berfungsi dengan baik. Karena pada saat waktu
adaptasi hidung tidak mencium bau apapun sehingga dapat dengan mudah
mengenali bau-bau minyak yang diajukan. Di dalam rongga hidung terdapat
selaput lendir yang mengandung sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf
pembau yang selanjutnya akan bergabung membentuk serabut saraf pembau.

5.5. Peliput
Sistem peliput meliputi kulit, turunana kulit (seperti kuku, keleknjar,
dan rambut) serta beberapa jenis reseptor khusus. Sistem ini sering kali
mencakup bagian system organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut,
bulu, sisik, kuku, kelenjar keringant dan produknya. Kata kulit berasal dari
bahasa latin “integumentum” yang berarti penutup.(Pearce. 1979)

Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Kulit sangat sensitif
terhadap pengaruh lingkungan sekitar, seperti panas matahari, debu, dan
asap knalpot. Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya
terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang
meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivateintegumen yaitu
struktur tertentu yang secara embryogenetik berasal dari salah satu ataukedua
lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak,
seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini,
dinamakan eksoskelet. Kulit dibagi menjadi 3 bagian: bagian terluar disebut
epidermis, bagian tengah mesodermis,dan dan tekanan. Subcutan merupakan
indera peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin,
sakit.(Pearce. 1979)

Permukaan kulit mengandung saraf-saraf yang memiliki bentuk dan


fungsi yang berbeda-beda. Ujung saraf tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap


rangsangan berupa tekanan atau saraf perasa tekanan kuat, letaknya
di sekitar akar rambut.
2. Ruffini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap
rangsangan panas.
3. Meisner, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka
terhadap sentuhan.
4. Krause, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka
terhadap rangsangan dingin.
5. Lempeng Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan
ringan, terletak dekat permukaan kulit.
6. Ujung saraf tanpa selaput, merupakan ujung saraf perasa nyeri.
(Shearwood. 1996)

Pada percobaan pengujian sistem peliput yang dilakukan dengan


menggunakan media sikat(rangsangan sentuh), jarum(rangsangan
nyeri/tekanan), paku panas(rangsangan panas), dan paku dingin(rangsangan
dingin) pada telapak tangan dan lengan bawah. Hasil yang di dapat bahwa
rangsangan yang paling banyak dirasakan adalah pada lengan bawah. Hal ini
karean lapisan kulit pada lengan bawah lebih tipis dibandingkan telapak tangan.
Lapisan kulit yang tipis pada permukaan lengan bawah menyebabkan reseptor
rangsangan pada ujung saraf yaitu, paccini,:peka terhadap rangsangan berupa
tekanan atau saraf perasa tekanan kuat, mudah dirasakan dan juga pada lengan
bahwa terdapat rambut rambut. Letak reseptor ini di sekitar akar rambut
sehingga rangsangannya cepat; Ruffini, ujung saraf pada kulit yang peka
terhadap rangsangan panas; Meisner, ujung saraf perasa pada kulit yang peka
terhadap sentuhan. Pada reseptor ini telapak tangn maupun lengan bawah dapat
merasakan rangsangan; Krause, ujung saraf perasa pada kulit yang peka
terhadap rangsangan dingin; Lempeng Merkel, ujung perasa sentuhan dan
tekanan ringan, terletak dekat permukaan kulit; dan Ujung saraf tanpa selaput,
ujung saraf perasa nyeri. Semua rangsangan seperti panas, nyeri/tekanan,
dingin, dan sentuhan mudah dirasakan pada lengan bawah karena ujung saraf
dekat dengan permukaan kulitnya.

VI. Kesimpulan

- Titik akomodasi adalah kemampuan mata memfokuskan suatu objek


dengan cara mengubah bentuk lensa melalui otot basilia.
- Diameter pupil mengecil bila cahaya masuk banyak dan akan membesar
jika cahaya masuk sedikit.
- Penglihatan binokular adalah penglihatan dimana kedua mata
digunakan bersama-sama
- Buta warna tebagi atas buta warna parsial yaitu tidak bisa membedakan
warna terang seperti merah dan hijau dan buta warna total yang hanya
mengenali warna hitam dan putih akibat cacat pada sel kerucut.
- Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara, organnyat
yaitu telinga. Telinga merupakan alat indera yang peka
terhadap rangsangan berupa gelombang suara
- Uji weber adalah uji pendengaran untuk membandingkan hantaran
tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
- Telinga kanan tuli konduktid, maka kiri normal/ tuli persersif. Telinga
kanan normal, makan kiri tuli persersif
- Reseptor lidah berada di bagian ujung lidah yang merasakan rasa manis,
pinggir lidah bawah merasakan rasa asam, pinggir lidah atas merasakan
rasa asin, dan pangkal lidah merasakan rasa pahit.
- Lidah yang lembab lebih cepat merasakan sensari rasa karena
kelembaban pada lidah mempercepat pelarutan reseptor kimia
- Nilai ambang rasa adalah rasa minimal yang bisa diraskan oleh
seseorang.
- Adaptasi penciuman yaitu, berkurangnya kepekaan terhadap aroma
akibat proses adaptasi pada sel reseptor olfaktori maupun pada SSP.
- Lama kelamaan bau kamfer tidak lagi terasa menyengat karena pada
mekanisme penciuman ada sel granul yang berperan dalam proses
inhibisi sel mitral (proses adaptasi).
- Dapat membedakan bau minyak permen/cengkeh setelah adaptasi
penciuman dengan kamfer hal ini karena merasakan rangsangan
berbeda yang dirasakan pada hidung normal.
- Sistem peliput/peraba pada manusia yaitu kulit. Kulit dapat merasakan
rangsangan panas,dingin,tekanan,sentuhan.
- Kulit dapat merasakan rangsangan tersebut karena adanya reseptor pada
ujung saraf yaitu, Paccini,Ruffini, Meisner, Krause, Lempeng Merkel.
- Pada percobaan, rangsangan yang paling banyak di rasakan yaitu pada
bagian lengah bawah, karena pada bagian ini permukaan kulit tipis
dibandingkan telapak tangan sehingga rangsangan mudah di terima.
VII. Daftar Pustaka

Agusta, sofiar. 2012. Instrumen Pengujian Buta Warna Otomatis. Jurusan


Fisika FMIPA UI: Depok. Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol 3 No 1.
Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983. Anatomy and Physiology.
London: The C.V Mosby Company.

Arrington, L. 1972. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: Media

Prasetya.

Basoeki, Soedjono. 2000. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta:


P2LPTK

Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC.

Dalimartha, Setiawan. 2003. Atlas Trumbuhan Obat Jilid 3. Jakarta:

Puspa Swara.

Delwiche, J. F., 2007. Defenition of Terms. Ohio State University.


Evelyn Pearce. 2001. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Penerjemah: Sri Yuliani Handoyo. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Ganong, 2009. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.

Grandjean. 2000. A textbook Of Ergonomic. London: Taylor.


Guyton A C. 2001. Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia -
pengecapan dan penciuman). Penerjemah: Irawati Setiawan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irianto Koes. 2012. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Bandung:
Kroemer, et al. 2001. Ergonomic How To Design For Ease And Efficiency.
New Jersey: Prentice Hall.
Pearce, Evenly. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :

ECG.

Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia: Dari sel ke sistem. Jakarta:

EGC.

Slone, ethel. 2004. Anantomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai