Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 5
SISTEM SARAF DAN PANCA INDERA

Disusun Oleh:
Nadia Paramitha H. (10060316036)
Indah P Mulyantini (10060316037)
Resti Darojatin H (10060316038)
Gita Ratu K (10060316040)
Anggun Putri (10060316041)
Shift/Kel: A/7

Tanggal Praktikum: Rabu, 18 Oktober 2017


Tanggal Laporan: Rabu, 25 Oktober 2017

Asisten:
, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2017 / 1439 H
PERCOBAAN 5

SISTEM SARAF DAN PANCA INDERA

I. Tujuan
1. Dapat menjelaskan struktur sel dan jaringan yang menyusun sistem
saraf
2. Dapat menjelaskan anatomi dan fungsi otak
3. Dapat menjelaskan anatomi spinalis cordata beserta fungsinya
4. Dapat menjelaskan anatomi dan fungsi sistem saraf tepi
5. Dapat menjelaskan fungsi panca indera dan kaitannya dengan
sistem saraf
II. Alat dan Bahan
2.1 Alat
- Buku tes buta warna Ishihara
- Garpu tala
- Jam/stopwatch
- Kartu snellen
- Pipet tetes
- Penutup mata
- Penutup hidung
- Penutup telinga
2.2 Bahan
- Air es
- Bawang merah
- Jambu
- Kamfer
- Kentang
- Larutan kinin sulfat 0,1% dan 0,000008 M
- Larutan sukrosa 5% dan 0,001 M
- Larutan asam asetat 1%
- Larutan asam klorida 0,0009 M
- Larutan natrium klorida 10% 0,01 M
- Kapas
- Minyak cengkeh
- Minyak permen

III. Prosedur
3.1 Anatomi
Diamati dari literatur gambar struktur sel, otak, dan spinalis cordata
3.2 Fisologi
3.2.1 Penglihatan
i. Refleks Akomodasi
Pupil mata diukur dan diamati adanya perbedaan pupil mata
dibawah sinar biasa dan sinar terang (menggunakan lampu
senter). Pupil mata diukur jika mata melihat objek pada jarak 5
meter maupun 20 cm.
ii. Titik Dekat
Mata difokuskan pada objek (dimisalkan pensil atau batang
pengaduk) berjarak 1 meter. Perlahan-lahan gerakkan objek
mendekati mata sampai objek telihat berganda. Digerakkan
kembali menjauh sampai objek tampak lagi sebagai objek
tunggal. Jarak ini disebut titik dekat untuk akomodasi.
iii. Ketajaman Penglihatan
Diuji ketajaman penglihatan dengan menggunakan kartu
Snellen. Ketajaman penglihatan dinyatakan sebagai:
V = d/D
d = jarak dimana huruf dapat dilihat dengan jelas (dapat dibaca)
D = jarak dimana huruf seharusnya dapat dibaca (mata normal)
iv. Penglihatan Binokular
Benang dimasukan ke dalam lubang jarum dengan kedua mata
terbuka. Dicatat waktu yang diperlukan. Dilakukan hal yang
sama, kali ini dengan salah satu mata ditutup. Disimpulkan dari
percobaan yang terjadi.
v. Uji Buta Warna
Pengujian dilakukan dengan Uji Ishihara. Plat warna Ishihara
diletakan berjarak 75 cm dari subjek. Diberikan jawaban nomor
atau gambar aoa yang terdapat dalam plat gambar Ishihara
tersebut. Setiap jawaban harus diberikan tidak lebih dari 3
detik.
3.2.2 Pendengaran (Uji Ketulian)
- Uji ketulian dilakukan dengan cara Uji Weber.
- Dipukulkan sebuah garpu tala dengan frekuensi 512 cps pada lutut.
- Garpu tala di gigit di antara gigi dengan bibir terbuka. Orang dengan
pendengaran normal akan melokalisir suara yang terdengar seakan dari
posisi median. Penderita tulis konduktif pada salah satu telinga akan
mendengar lebih jelas pada telinga tersebut, penderita tuli perseptif
pada salah satu telinga akan mendengar suara lebih jelas pada telinga
yang normal.
- Catatan: untuk mendapatkan keadaan serupa ketulian konduktif.
Dilakukan percobaan ini dengan salah satu telingan yang disumbat
dengan kapas.
3.2.3 Pengecapan
i. Distribusi reseptor kecap
Ditentukan lokasi reseptor untuk empat jenis rasa pada lidah
dengan menggunakan satu tetes dari larutan-larutan sebagai
berikut:
- Larutan kinin surafktan 0,1%
- Larutan sukrosa 5%
- Larutan asam asetat1%
- Larutan natrium klorida 10%
Setiap kali setelah mengecap satu rasa,berkumurlah dengan air
tawar.
ii. Nilai ambang rasa
Berdasarkan literatur, larutan-larutan di bawah ini merupakan
larutan yang memiliki rasa pada nilai ambang rasa lidah (pada
rata-rata orang)
- Pahit : kinin 0,000008 M
- Manis : sukrosa 0,01 M
- Asam : asam klorida 0,0009 M
- Asin : natrium klorida 0,01 M
Diuji kebenaran data literatur tersebut pada seluruh anggota
kelompok, dengan dipanaskan semua larutan pada suhu 37C.
Diteteskan 1 tetes larutan pada lidah yang bersih (sewaktu
mencicipi, lidah tidak digoyangkan).
3.2.4 Penciuman
Percobaan dilakukan oleh 2 orang. Rekan saudara diminta untuk
menutup mata. Kepada rekan saudara, diciumkan kamfer pada satu
lubang hidungnya (lubang hidung lain ditutup). Diperhatikan, apa bau
kamfer tersebut langsung tercium?
Bila kamfer dicium terus menerus, dicatat waktu yang diperlukan
sampai rekan saudara tak dapat lagi mendeteksi bau tersebut. Waktu
yang diperoleh merupakan waktu adaptasi. Rekan saudara langsung
diminta untuk membedakan atau mengenali bau minyak permen dan
minyak cengkeh dengan lubang hidung.
3.2.5 Peliput
Distribusi reseptor pada kulit
Pada bagian anterior dari lengan bawah dan pada telapak tangan
digambarkan suatu daerah dengan luas sekitar 2cm2 yang terdiri dari 20
kotak dengan menggunakan pulpen seperti contoh berikut:
1. Didalam daerah tersebut, dilakukan sentuhan perlahan dengan
bulu sikat paling sedikit pada 20 tempat berbeda.
2. Jika dirasakan adanya sensasi, ditandai dengan huruf S. S
artinya adanya sensasi sentuh.
3. Dipanaskan paku dalam air yang bersuhu sekitar 40C atau
50C, kemudian dikeringkan. Dicari lokasi reseptor panas
seperti pada prosedur nomor 2. Ditandai dengan huruf P jika
dirasakn sensasi panas.
4. Paku didinginkan dengan cara direndam dalam air es kemudian
dikeringkan. Dicari lokasi reseptor dingin seperti pada prosedur
2 dan 3. Ditandai dengan huruf D jika dirasakan sensasi dingin.
5. Dilakukan lagi pada daerah yang sama dengan menggunakan
jarum untuk reseptor nyeri. Sensasi dirasakan jika reseptor
nyeri distimulasi oleh tekanan tingan, yang mewakili syok
listrik ringan, ditandai reseptor pada daerah tersebut dengan
huruf N.
6. Dijumlahkan lokasi reseptor untuk setiap sensasi.
IV. Data Pengamatan
4.1 Penglihatan
4.1.1 Refleks Akomodasi

Gambar 1. Refleks akomodasi

Mengukur pupil

Sinar biasa: 0,53 mm


Sinar terang: 0,30 mm
Jarak objek 1 meter: 0,40 mm
Jarak objek 20 cm: 0,35 mm

4.1.2 Titik Dekat


Objek 1 meter, ukuran pupil: 0,48 mm
Objek terlihat ganda (berbayang): 13 cm
Objek terlihat tunggal kembali: 30 cm

4.1.3 Ketajaman Penglihatan


Mata baca (d) = 5,4 meter
Mata normal (D) = 6.1 meter
5,4
= = = 0,8
6,1
4.1.4 Penglihatan Binokular

Gambar 2. Penglihatan Binokular (memasukkan jarum dengan dua mata).

Gambar 3. Penglihatan Binokuler (memasukkan jarum dengan satu mata)

Memasukkan jarum dengan 2 mata: 4 detik


Memasukkan jarum dengan 1 mata: 7 detik
4.1.6 Uji Buta Warna
Uji Ishihara: normal (tidak buta warna)

Gambar 4. Uji Ishihara

4.2 Pendengaran
Keadaan telinga terbuka = yang lebih dominan terdengar gelombang bunyi
pada telinga sebelah kanan
Keadaan telinga kanan (tertutup) = terdengar gelombang bunyi pada
telingan sebelah kanan (yang lebih dominan terdengar) dan telinga sebelah
kiri sedikit serdengar.
Keadaan telinga kiri (tertutup) = terdengar gelombang bunyi pada telinga
sebelah kiri (yang lebih dominan terdengar) dan telinga sebelah kanan
sedikit terdengar.
Kesimpulan = rekan saudara mengalami atau penderita tuli perseptif
4.3 Pengecapan
i. Distribusi resptor pengecapan
Keterangan:
Pahit : kinin 0,000008 M
Manis : sukrosa 0,01 M
Asam : asam klorida 0,0009 M
Asin : natrium klorida 0,01 M
4.4 Penciuman
4.5 Peliput
Uji peliput
Pada lengan bawah

Gambar 5. Uji sensasi pada lengan bawah

SPDN SPDN SPDN SPDN SPDN


SPDN SPDN SPDN SPDN SPDN
SPDN SPDN SPDN SPDN SPDN
SPDN SPDN SPDN SPDN SPDN

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Sensasi pada Lengan bawah

Keterangan:
S = sentuh
P = panas
D = dingin
N = nyeri
Pada telapak tangan

Gambar 6. Uji sensasi pada telapak tangan

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Sensasi pada Telapak tangan

Keterangan:
S = sentuh
P = panas
D = dingin
N = nyeri

Kesimpulan: Pada lengan bawah lebih terasa Sentuhan, Panas, Dingin, dan Nyeri
dibandingkan pada telapak tangan.
5 Pembahasan
5.1 Penglihatan
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini
mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan
saraf diantara berbagai sistem (Price dan Wilson, 2005)
Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis yang
dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral. Sistem saraf perifer meliputi
seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial
dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan
reseptor dan efektor. (Price dan Wilson, 2005).
Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir, daya ingat, bahasa, sensasi,
dan gerakan semuanya berasal dari sistem ini. Oleh karena itu, kemampuan
untuk memahami, belajar, dan berespon terhadap rangsangan merupakan
hasil dari integrasi fungsi sistem saraf, yang memuncak dalam kepribadian
dan perilaku seseorang (Price dan Wilson, 2005).
Bagian penting dari teori deteksi sinyal yang berpengaruh besar terhadap
psikologi adalah implikasinya dalam pembelajaran ambang
penginderaan. Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa ambang
penginderaa bukan hanya kekuatan sinyal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ambang penginderaan adalah :
(a) kekuatan sinyal;
(b) sifat-sifat tugas/pekerjaan;
(c) harapan individu;
(d) konsekuensi-konsekuensi berupa penghargaan atau hukuman;
(e) norma/standar/ukuran yang dikenakan individu.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ambang
penginderaan manusia di atas memungkinkan kita untuk memahami
mengapa dan bagaimana individu hanya menerima stimulus/informasi
tertentu darin sekian banyak Sensasi (sensation) mengacu pada pendeteksian
dini terhadap energi dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi umunya
berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik. beserta stimulasi
yang mempengaruhi mekanisme-mekanisme tersebut. (Pearce, 2005)
Deteksi energi fisik yang di hasilkan atau di pantulkan oleh benda-benda
fisik, sel-sel tubuh yang melakuakan penderteksi ini, organ inderawi ( mata,
telinga, hidung, kulit dan jaringan tubuh ) proses penginderaan menyadarkan
kita akan adanya suara, warna, bentuk dan elemen kesadaran yang lain.
Tanpa sensasi kita tidak dapat menyentuh dalam arti sesungguhnya dunia
nyata.Tapi untuk membuat dunia yang mendera indera kita menjadi sesuatu
yang masuk akal. (Pearce, 2005)
Sensasi Normal dipersepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap
pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya organ sensori berkaitan
erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan
penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat
menimbulkan reaksi dari individu. (Mahmud, 1990:41)
Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh, betapapun
asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu
bentuknya yang telah kita lihat sebelumnya.sensasi murni itu terjadi
mungkin dalam peristiwa saat rangsangan warna ditunjukkan untuk pertama
kali kepada seseorang yang sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba dapat melihat
(Mahmud, 1990:41)

5.2 Pendengaran
Uji pendengaran atau uji ketulian bisa menggunakan berbagai
macam cara. Salah satunya adalah uji Weber. Uji Weber adalah uji
pendengaran yang dilakukan dengan garpu penala (garpu tala) pada
frekuensi 512-Hz yang ditempatkan pada bagian tengah dahi. Harus
didengar dengan sama pada kedua telinga. (Maulany, 1997). Kemudian
dilakukan penilaian lateralisasi. (Musrifatul dan Aziz, 2008).
Menggunakan uji Weber karena untuk membedakan penderita tuli
konduktif atau tuli perseptif. Tuli konduktif yaitu tuli yang terjadi akibat
kerusakan struktur penghantar rangsang suara. Sedangkan, tuli perseptif
yaitu tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf. (Nugroho, 2009)
Mekanisme pendengaran oleh telinga sebagai berikut: suara akan
dikumpulkan oleh daun telinga ke lubang telinga pada telinga luar.
Getaran suara yang masuk akan menggetarkan gendang telinga. Dari
gendang telinga, getaran akan disalurkan ke tulang-tulang pendengaran
dan kemudian ke tingkap oval. Getaran pada tingkap oval akan
menggetarkan cairan di dalam koklea. Getaran akan merambat ke ujung
koklea melalui kanal atas. Kemudian, getaran akan masuk ke kanal bawah
dan menghilang. Pada saat getaran masuk ke kanal atas, getaran tersebut
akan menekan kanal tengah. Hal ini mengakibatkan membran basilar
bergetar. Secara otomatis, sel-sel berambut ikut bergetar menyapu
membran tektorial. Ketika sel berambut bergetar, lubang ion pada
membrannya membuka. Hasilnya, sel berambut melepaskan
neurontransmiter menuju neuron sensoris. Neuron sensoris ini akan
meneruskan impuls ke otak melalui saraf pendengaran. Otak besar
menerima impuls ini dan kemudian menerjemahkannya. (Firmansyah,
2007)
Pada saat uji pendengaran atau uji ketulian, dilakukan percobaan
dengan memukulkan garpu tala dengan frekuensi 521 cps pada lutut.
Kemudian garpu tala digigit di antara gigi dengan bibir terbuka.
Digunakan garpu tala karena akan memudahkan survei kepekaan
pendengaran dari frekuensi rendah sampai tinggi. Uji pendengaran
dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan kedua telinga terbuka, telinga
kanan ditutup atau disumbat dengan kapas, dan telinga kiri ditutup atau
disumbat dengan kapas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
relawan termasuk ke dalam tuli konduktif atau tuli perseptif. Pada saat
keadaan telinga relawan terbuka, gelombang bunyi yang lebih dominan
terdengar pada telinga sebelah kanan. Keadaan telinga kanan yang
tertutup, terdengar gelombang bunyi pada telinga sebelah kanan (yang
lebih dominan terdengar) dan telinga sebelah kiri sedikit serdengar. Pada
keadaan telinga kiri yang tertutup, terdengar gelombang bunyi pada telinga
sebelah kiri (yang lebih dominan terdengar) dan telinga sebelah kanan
sedikit terdengar. Dari hasil percobaan tersebut bahwa relawan mengalami
tuli perseptif. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu mengidap penyakit, faktor keturunan, cedera kepala,
serangan stroke, kondisi autoimunitas, kelainan telinga, kemoterapi, obat-
obatan antibiotik tertentu, radioterapi untuk kanker hidung, infeksi virus di
telinga bagian dalam atau di saraf pendengaran dan suara bising yang
terjadi pada saat melakukan pengujian yang menyebabkan relawan kurang
berkonsentrasi terhadap mendengar bunyi/ gelombang suara. (Jeyaratnam
dan David, 2009)
5.3 Pengecapan
5.4 Penciuman
Penciuman disebut suatu indera kimia karena menerima rangsangan kimia
yang dibawa oleh udara. Bagian atas hidung mempunyai area sempit yang
berisi sel penerima rangsangan penciuman. Fungsi penciuman adalah
melakukan transduksi mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan saraf.
(Basuki, 2008)

Mekanisme kerja penciuman pada hidung adalah sebagai berikut:


Gas yang masuk ke dalam hidung larut dalam lendir hidung di bagian atas
rongga hidung. Gas ini akan merangsang ujung saraf pembau dan
menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu Na+ masuk dan K+ keluar dari
reseptor (ujung saraf). Depolarisasi dapat menyebabkan terjadinya
potensial aksi dan dihantarkan dalam bentuk impuls ke otak untuk diolah.
Indera penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam sistem
penginderaan kimia kita (chemosensation). Proses yang kompleks dari
mencium dan mengecap dimulai ketika molekul-molekul dilepaskan
oleh substansi di sekitar kita yang menstimulasi sel syaraf khusus di
hidung, mulut, atau tenggorokan. Sel-sel ini menyalurkan pesan ke otak,
dimana bau dan rasa khusus diidentifikasi. Sel-sel olfactory (syaraf
penciuman) distimulasi oleh bau busuk di sekitar kita. Contohnya aroma
dari mawar, bau adonan roti. Sel-sel syaraf ini ditemukan di sebuah
tambalan kecil dari jaringan terletak di atas dalam hidung, dan mereka
terhubung secara langsung ke otak. Penciuman (olfaction) terjadi karena
adanya molekul-molekul yang menguap dan masuk ke saluran hidung dan
mengenai olfactory membrane. Manusia memiliki kira-kira 10000 sel
reseptor berbentuk rambut. Bila molekul udara masuk, maka sl-sel ini akan
mengirimkan impuls saraf. (Lancent,1988)

Pada hidung terdapat kemoreseptor, yaitu sel-sel sensoris yang sensitif


terhadap senyawa kimia. Reseptor pada hidung terletak di dalam epitel
olfaktori. Reseptor tersebut adalah sel-sel olfaktori. Epitel olfaktori
terletak di atas rongga hidung. Sel-sel olfaktori tersebut akan mengirimkan
impuls melewati akson menuju bulbus olfaktori pada otak. Ketika suatu
subtansi masuk ke rongga hidung, substansi tersebut akan menempel pada
protein reseptor spesifik pada silia. Menempelnya substansi tersebut
memicu adanya potensial aksi. Di otak, sinyal dari potensial aksi akan
diolah. Manusia dapat membedakan ribuan bau yang berbeda.
(Firmansyah, 2007)
Sistem olfaktori adalah satu-satunya sistem sensori yang jalur
utama ke otaknya tidak harus melalui talamus. Dalam sistem olfaktori,
terdapat dua jalur menuju otak, yaitu :
a. Dari daerah piriform-amigdala berproyeksi menyebar ke sistem limbik
b. Dari daerah piriform-amigdala proyeksi melalui nuklei dorsal medial
thelamus ke korteks orbitofrontal (daerah korteks dipermukaan inferior
lobus frontal di sebelah orbits atau lekuk mata).
Kemampuan penciuman bergantung pada hal-hal berikut ini :
a) Susunan rongga hidung, tempat reseptor pembau pada setiap orang
berbeda bentuknya.
b) Variasi fisiologis, contohnya pada wanita saat sebelum menstruasi atau
pada saat hamil muda akan menjadi sangat peka.
c) Spesies, pada spesies tertentu yang kemampuan survivalnya
bergantung pada pembauan akan memiliki inra pembau yang lebih
peka.
d) Besarnya konsentrasi dari substansi yang berbau.
(Puspitawati, 2014)

Pada saat melakukan uji penciuman, dilakukan percobaan dengan bahan


yang digunakan kamfer, minyak cengkeh dan minyak permen. Perobaan
dilakukan dengan salah satu lubang hidung ditutupi dan relawan mencium
aroma kamfer sampai aromanya tidak tercium lagi. Pada saat kamfer di
dekatkan pada hidung, kamfer langsung tercium baunya. Waktu yang
dibutuhkan agar aroma kamfer tidak tercium lagi adalah selama 3 menit 30
detik. Setelah aroma kamfer tidak tercium lagi, relawan diminta untuk
membedakan aroma minyak cengkeh dan minyak permen dengan mata
tertutup. Pada saat menghirup aroma minyak cengkeh dan aroma minyak
permen, aromanya langsung tercium dan relawan yang di uji langsung
mengenali aroma pada minyak cengkeh dan minyak permen. Hal ini
berarti penciuman relawan masih berfungsi dengan baik, karena pada saat
waktu adaptasi, hidung tidak mencium bau apapun, sehingga dapat dengan
mudah mengenali bau-bau minyak yang di ujikan.

5.5 Peliput
Uji peliput
Sistem peliput meliputi kulit, turunana kulit (seperti kuku, keleknjar, dan
rambut) serta beberapa jenis reseptor khusus. Sistem ini sering kali
mencakup bagian system organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut,
bulu, sisisk, kuku, kelenjar keringant dan produknya. Kata kulit berasal dari
bahasa latin integumentum yang berarti penutup. (Pearce. 1979).
Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Kulit sangat sensitif
terhadap pengaruh lingkungan sekitar, seperti panas matahari, debu, dan asap
knalpot. Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri
dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang
meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivateintegumen
yaitu struktur tertentu yang secara embryogenetik berasal dari salah satu
ataukedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang
lunak seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari
kulit ini, dinamakan eksoskelet. Kulit dibagi menjadi 3 bagian: bagian terluar
disebut epidermis, bagian tengah mesodermis,dan dan tekanan. Subcutan
merupakan indera peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan,
panas, dingin, sakit.(Pearce. 1979)

Setiap manusia dan hewan mempunyai sistem peliput atau kulit, yang
bertujuan untuk merasakan nyeri, pengaturan panas, dan sebagainya. Secara
fisiologi kulit dapat merasakan panas, dingin, sentuh dan nyeri dan itu adalah
sensasi kulit. Pada percobaan peliput yaitu dengan distribusi reseptor pada
kulit, praktikan diuji pada lengan bawah dan pada telapak tangan. Dengan
cara dibuat 20 kotak pada bagian lengan tangan dan 20 kotak pada bagian
telapak tangan. Kotak-kotak tersebut diuji satu-persatu. Yang dilakukan
dengan menggunakan media bulu sikat untuk sensasi sentuh, paku panas
untuk sensasi panas, paku dingin untuk sensasi dingin dan jarum untuk
sensasi nyeri.
Sensasi yang pertama yaitu sensasi sentuh menggunakan bulu sikat. Hasil
pengamatan yang diperoleh relawan merasakan sensasi sentuh pada ke-20
kotak tersebut di lengan bawah maupun di telapak tangan. Hal itu
menyatakan relawan tersebut normal karena dapat merasakan sensasi sentuh
pada kulit.
Sensasi yang kedua yaitu sensasi panas menggunakan paku yang dipanaskan
di dalam air yang mendidih. Hasil pengamatan yang diperoleh relawan
merasakan sensasi panas pada ke-20 kotak tersebut di lengan bawah maupun
di telapak tangan. Hal itu menyatakan relawan tersebut normal karena dapat
merasakan sensasi panas pada kulit.
Sensasi yang ketiga yaitu sensasi dingin menggunakan paku dingin. Hasil
pengamatan yang diperoleh relawan merasakan sensasi dingin pada ke-20
kotak tersebut di lengan bawah maupun di telapak tangan. Hal itu
menyatakan relawan tersebut normal karena dapat merasakan sensasi dingin
pada kulit.
Sensasi yang keempat yaitu sensasi nyeri menggunakan jarum. Hasil
pengamatan yang diperoleh relawan merasakan sensasi nyeri pada ke-20
kotak tersebut di lengan bawah maupun di telapak tangan. Hal itu
menyatakan relawan tersebut normal karena dapat merasakan sensasi nyeri
pada kulit.
Setelah melakukan percobaan sensasi pada lengan bawah dan telapak tangan.
Pada bagian lengan bawah lebih terasa sensasi sentuhan, panas, dingin, dan
nyerinya dibandingkan sensasi yang terasa pada telapak tangan. Hal itu
dikarenakan kulit di bagian lengan bawah lebih tipis dibandingkan di telapak
tangan dan reseptor di telapak tangan lebih banyak dibandingkan pada lengan
atas sebagaimana yang terdapat pada literatur di bawah ini.
Kulit manusia terdiri atas 3 lapisan yaitu Epidermis , Dermis , dan Subkutan .
Lapisan Epidermis merupakan lapisan sel epitel berlapis membentuk keratin
(bahan utama dari epidermis) kuku dan rambut, agar sel-sel dibawahnya,
mencegah dan melindungi dari bahaya dehidrasi. Tebalnya di kulit biasa 0, 3
mm. Ditelapak tangan dan kaki tebalnya 1.5 mm. (Wibowo. 1987).
Lapisan epidermis atau lapisan luar merupakan bagian kulit paling luar.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling
tebal berukuran 1 milimeter. Epidermis terbagi atas 5 bagian, yaitu:
Stratum korneum / lapisan tanduk
Lapisan tanduk terdiri dari beberapa lapisan sel pipih tidak berinti,
mengandung air . protoplasma lapisan tanduk telah berubah menjadi keratin
(zat tanduk). Yaitu sejanis protein yang tidak larut dalam air dan sangat
resisten terhadap bahan-bahan kimia . proses pembaharuan lapisan tanduk
terus berlangsung sepanjang hidup menjadikannya memiliki self repairing
capacity atau kemampuan memperbaiki diri .
Stratum iusidum
Stratum iusidum adalah lapisan tembus cahaya , terdiri dari sel-sel mati .
mengandung eledrin ( protein peralihan antara soft keratin dengan
kheratholyne ) dan hanya tanpak di telapak tangan dari kaki lapisan ini
berperan dalam melindungi kulit dari sinar ultra violet .
Stratum granulosum / lapisan granular
Stratum granulosum / lapisan granular adalah Lapisan yang terdiri dari 2 atau
3 lapisan sel pipih yang memiliki inti di tengah nya , yaitu sitoplasmanya
berbutir kasar dan terdiri atas keratohialin . lapisan ini berisi sedikit keratin
yang menyebabkan kulit menjadi keras dan kering . selain itu sel-sel dari
lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin) .
kandungan melanin menentukan derajat warna kulit yaitu kehitaman ataupu
kecokelatan .
Stratum spinosum / lapisan malpigi
Stratum spinosum / lapisan malpigi adalah lapisan yang terdiri dari lapisan
epidermis yang paling tebal yang terdiri dari sel polygonal yang besarnya
berbeda-beda karena ada proses mitosis .
Stratum basale / stratum germinativum
Stratum basale / stratum germinativum adalah lapisan terbawah dari
epidermis , lapisan ini terdiri dari sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap
dermis dan tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
(Wibowo. 1987).
Lapisan Dermis adalah bagian bawah dari epidermis yang keadaannya lebih
tebal dan dilengkapi dengan pembuluh darah, pembuluh limpe, dan urat
syaraf. Lapisan dermis (corium) ini terdiri dari 2 lapisan yaitu :1. Pars
Papilaris (Stratum Papilar), bagian atas yang berisi ujung saraf dan pembuluh
darahdan pembuluh getah bening.2. Pars Retikularis (Stratum Retikularis),
bagian bawah yang terdiri dari serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen, serabut elastin dan serabut retikulin.(Shearwood. 1996)
Jaringan hipodemis / subkutan merupakan jaringan yang terdiri atas jaringan
ikat longgar dan berisi sel-sel lemak di dalamnya , pada lapisan ini terdapat
ujung-ujung saraf tepi , pembuluh darah, dan getah bening . Subcutan terdiri
dari kumpulan-kumpulan sel lemak yang dinamakan Adiposa yang tebalnya
tidak sama pada tiap-tiap tempat atau juga pada laki-laki maupun perempuan.
Guna lapisana dipose adalah sebagai bantalan terhadap tekanan pada trauma
mekanis yang menimpa padakulit, isolator panas (untuk mempertahankan
suhu), penimbunan cadangan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Dilapisan ini juga ujung-ujung syaraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh
getah bening.(Anderson. 1996)
Pada kulit terdapat kulit tipis dan kulit tebal. Kulit tipis menutupi seluruh
bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit
tebal. Epidermisnya tipis sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari
daerah di tubuh. Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit
tebal, hanya terdapat beberapa perbedaan :
a. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
b. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
c. Tidak terdapat stratum lucidium.
d. Stratum corneum sangat tipis.
e. Papila corii tidak teratur susunannya.
f. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
g. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
(Anderson. 1996 )

Kelenjar-kelenjar pada kulit terdiri dari:


a. Kelenjar keringat ( glandula sudorifera ) : terdapat di lapisan dermis , yang
di klasifikasi menjadi 2 kategori :
b. Kelenjar ekrin : terdapat disemua kulit , melepas keringat sebagai reaksi
peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh
c. Kelnjar apokrin : terdapat di aksil, anus, siktorum, labia mayora, dan
bermuara pada tolkel rambut .
d. Kelenjar sabasea : berfungsi mengkontrol sekresi yang ke dalam ruang
antara folikel rambut dan batang rambut yaga akan melumasi rambut
sehingga menjadi halus, lentur, dan lunak.
(Pearce. 1979).

Rasa nikmat dan lezat dari setiap makanan yang dirasakan dipengaruhi oleh
adanya rangsangan pada lidah. Ungkapan rasa sakit seperti mengucapkan
kata aduh juga terkait rangsangan pada bagian tertentu tubuh kita. Oleh
karena itu, rangsangan (stimulus) diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyebabkan perubahan pada tubuh atau bagian tubuh tertentu. Sedangkan
alat tubuh yang menerima rangsa ng an tersebut dinamakan indra (reseptor).
Adanya reseptor, memungkinkan rangsangan dihantarkan menuju sistem
saraf pusat. Di dalam saraf pusat, rangsangan akan diolah untuk dikirim
kembali menuju efektor, seperti otot dan tulang oleh suatu sel saraf sehingga
terjadi tanggapan (respons).
Rangsangan yang menuju tubuh dapat berasal dari bau, rasa (seperti pahit,
manis, asam, dan asin), sentuhan, cahaya, suhu, tekanan, dan gaya berat.
Rangsang an semacam ini akan diterima oleh indra penerima yang disebut
reseptor luar (eksteroseptor). Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam
tubuh misalnya rasa lapar, kenyang, nyeri, maupun kelelahan akan diterima
oleh indra yang dinamakan reseptor dalam (interoseptor). Tentu semua
rangsangan ini dapat kita rasakan karena pada tubuh kita terdapat sel-sel
reseptor. (Setiadi, 2007)
Mekanisme rangsangan pada kulit terhadap stimulus yaitu:
1. Rangsangan di kulit (misalnya, memegang air dingin, dicubit, disentuh dll)
akan diterima oleh reseptor (penerima rangsangan) yang terletak di bawah
permukaan kulit.
2. Kemudian diteruskan ke saraf tepi (saraf di luar otak dan sumsum tulang
belakang).
3. Lalu masuk ke dalam susunan saraf pusat di sumsum tulang belakang.
4. Kemudian stimulus diteruskan ke atas sampai ke thalamus (pusat
penyebaran utama impuls-impuls sensoris yang berperan penting dalam
memproses/mengolah informasi sensorik).
5. Dari sini, stimulus dikirimkan ke pusat sensorik di otak besar (cerebral
cortex), yang disebut korteks sensorik.
(Setiadi, 2007)

6 Kesimpulan
7 Daftar Pustaka
Basuki, A. M. H. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas
Gunadarma

Boron WF, Boulpeap EL. 2005. Medical Physiology. Ed Sounders


Comp: America

Firmansyah, Rikky. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta:


PT Setia Purna

J. Jeyaratnam dan David Koh. 2009. Textbook of Occupational


Medicine Practice. Jakarta: EGC

Musrifatul Uliyah dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Praktikum


Keterampilan Dasar Praktik Klinik: Aplikasi Dasar-dasar Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta:


EGC

Puspitawati, Ira .1998. Psikologi Faal. Depok: Universitas Gunadarma

R. F. Maulany. 1997. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai