Anda di halaman 1dari 13

ParafAsisten

JURNAL PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK


Judul

: Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat

Tujuan Percobaan

: Mempelajari reaksi Cannizzaro

Pendahuluan
Benzil merupakan suatu awalan yang menggambarkan adanya suatu radikal
" C6H5CH2-". Suatu contoh sederhana adalah benzil alkohol, C6H5CH2OH. Benzil alkohol,
juga disebut fenilmetanol atau phenylcarbinol, adalah suatu cairan berwarna jernih
kekuning-kuningan dengan bau harum yang lembut. Bahan ini memiliki titik lebur 15 C dan
titik didih 205 C, memiliki berat jenis 1,05 gram/cm3. Benzil Alkohol merupakan suatu
alkohol primer dengan gugus aril. Senyawa ini dapat larut dalam air dan eter. Benzil alkohol
mempunyai kekuatan polaritas yang kuat dan mampu membatasi daya larut air. Hal itu yang
menyebabkan benzil alkohol mempunyai sifat pelarut yang baik, toxisitas, dam memiliki
tekanan uap air yang rendah. Senyawa ini juga digunakan sebagai suatu bahan pelarut umum
untuk tinta, cat, pernis, epoxy damar mantel, dan sebagai degreasing agen didalam reaksi
kimia. Benzil alkohol bereaksi dengan cuka untuk membentuk banyak ester, garam dan
campuran lain, dengan dapat digunakan secara luas dalam bidang industri seperti halnya
membuat sabun, parfum, dan makanan, juga telah digunakan untuk aktivitas antipruritic
untuk menyembuhkan rasa gatal. Berikut ini adalah struktur benzil alkohol:
H
C

OH

benzil alkohol

(Anonim, 2014).
Benzaldehid (ArCHO) merupakan suatu aldehid (-COH) dengan gugus karbonnya
adalah gugus benzena aromatik (Ar/aril). Pada gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon
sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi.Ikatan
sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120 disekitar
karbon sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang
ikatanikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan electron-elektron dalam
ikatan sigma, dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih

ikatan hidrogen
H

C
H

elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri.


Sedangkan gugus aromatik/benzena (Ar) bersifat non polar. Kekuatan non polar dari
benzaldehid lebih besar daripada kepolarannya. Oleh sebab itu sifat dari benzaldehid ini
secara keseluruhan adalah non polar tetapi dapat larut dalam air, kelarutannya sebesar 3,3
gram/Lt. Semua sifat-sifat struktural ini, misalnya saja kedataran, ikatan pi, polaritas dan
adanya electron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil. Gugus
aldehid dari benzaldehid ini akan membentuk ikatan hidrogen dengan pelarut yang memiliki
gugus N ataupun O, atau dalam larutan benzaldehid itu sendiri. Sehingga titik didihnya sangat
tinggi, yaitu sekitar 179 C dan titik lebur sebesar -26 C, dengan berat jenis 1,05 gram/mL.
ikatan hidrogen
O
C
H

benzaldehid

planar

H
C
H

(Fessenden, 1999).
Reaksi cannizaro merupakan reaksi kebalikan dari kondensasi aldol. Reaksi diri suatu
gugus aldehida dibedakan menjadi dua yaitu suatu aldehida yang memiliki hidrogen
aldehida yang tidak memiliki hidrogen

dan

. Hidrogen merupakan suatu hidrogen yang

terhadap suatu gugus karbonil misalnya saja suatu asetaldehida


memiliki hidrogen , sedang suatu aldehida yang tidak memiliki hidrogen adalah
terikat pada

posisi

benzaldehida.

Hidrogen

ini memiliki sifat asam, hal ini karena stabilisasi-resonansi dari ion enolat

produknya. Aldehida yang memiliki hidrogen akan mengalami reaksi kondensasi aldol,
sedang yang tidak memiliki hidrogen akan mengalami reaksi cannizzaro, dengan bantuan
suatu basa kuat. Kondensasi aldol akan memberikan suatu produk aldehida -hidroksi. Kata
aldol disini berasal dari aldehida dan alkohol yang merupakan produk yang terbentuk dari
reaksi tersebut, untuk reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih
bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul

kecil (suatu air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskan
suatu molekul kecil (Hart, 2003).
Asam benzoat adalah zat pengawet yang sering dipergunakan dalam saos dan sambal.
Asam benzoat disebut juga senyawa antimikroba karena tujuan penggunaan zat pengawet ini
dalam kedua makanan tersebut untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri terutama
untuk makanan yang telah dibuka dari kemasannya. Jumlah maksimum asam benzoat yang
boleh digunakan adalah 1000 ppm atau 1 gram per kg bahan. Pembatasan penggunaan asam
benzoat ini bertujuan agar tidak terjadi keracunan. Konsumsi yang berlebihan dari asam
benzoat dalam suatu bahan makanan tidak dianjurkan karena jumlah zat pengawet yang
masuk ke dalam tubuh akan bertambah dengan semakin banyak dan seringnya
mengkonsumsi. Lebih-lebih lagi jika dibarengi dengan konsumsi makanan awetan lain yang
mengandung asam benzoat. Asam benzoat mempunyai ADI 5 mg per kg berat badan. Asam
benzoat berdasarkan bukti-bukti penelitian menunjukkan mempunyai toksinitas yang sangat
rendah terhadap manusia dan hewan. Pada manusia, dosis racun adalah 6 mg/kg berat badan
melalui injeksi kulit tetapi pemasukan melalui mulut sebanyak 5 sampai 10 mg/hari selama
beberapa hari tidak mempunyai efek negatif terhadap kesehatan (Matsjeh, 1992).
Secara umum lagi dijelaskan bahwa kristalisasi adalah suatu metode pemurnian dengan
cara pemebentukan kristal sehingga cemarannya dapat dipisahkan. Suatu zat, gas atau cair,
dapat mendingin atau memadat serta membentuk kristal karena mengalami proses kristalisasi.
Kristal-kristal juga akan terbentuk dari suatu larutan yang dijenuhkan dengan pelarut tertentu.
Makin kasar kristalnya makin baik, kerena semakin kecil kemungkinan tercemar kotoran.
Pemurnian dengan cara rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam
suatu pelarut tunggal atau campuran. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah (a).
melarutkan senyawa yang akan dimurnikan ke dalam pelarut yang sesuai pada atau dekat
titik didihnya; (b). menyaring larutan panas dari molekul atau partikel tidak larut. (c). biarkan
larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal; dan (d). memisahkan kristal dalam
larutan (Natsir, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal adalah sebagai berikut :

Derajat lewat jenuh

Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.

Pergerakan antara larutan dan kristal

Faktor lain : viskositas larutan serta jenis dan banyaknya pengotor


Bernasconi, 1995).

(G.

Mekanisme Reaksi
Analisis diskoneksi:
O

OH

IGF
reduksi

OH

O- +K

IGF
pengasaman

Sintesis:
O-K+

O-H+

H
H

KOH

O-

OH

OH

O-K+

Alat
Beaker glass 100 mL dan 250 mL, erlenmeyer 250 mL, corong pisah, labu alas bulat 50 mL,
gelas ukur 25 mL, pipet mohr, kertas saring, botol semprot, dan corong buchner.
Bahan
KOH, benzaldehid, eter, MgSO4 anhidrat, HCl pekat, dan aquades

Skema Kerja
a. Cara kerja sintesis benzil alkohol dan asam benzoat
15 ml Benzaldehida
-

Direfluks dengan larutan kalium hidroksida (20 gram dalam 90 mL air)


hingga mendidih selama 2 jam

Didinginkan lalu ditambahkan air 52,5 ml

Dituangkan pada corong pisah dan ditambah 15 ml eter

Dikocok larutan dan dipisahkan lapisan bawah dan dilakukan ekstraksi


dengan eter dua kali (masing-masing 12,5 ml eter)

Disimpan fasa berair lalu digabungkan ekstrak eter dan dilakukan


penguapan pelarut menggunakan rotaryevaporator hingga volume kirakira 12,5 ml.

Didinginkan dan dikocok larutan eter dua kali dengan 2,5 ml natrium
metabisulfit jenuh untuk memisahkan benzaldehid yang tersisa

Dipisahkan larutan eter, dicuci dengan 5 ml larutan 10% natrium


karbonat, kemudian dengan 5 ml air, dan dikeringkan dengan magnesium
sulfat anhidrat.

Diidentifikasi fraksi benzil alkohol menggunakan uji titik didihnya

Dituangkan fasa berair ke dalam campuran 40 mL asam klorida pekat, 40


mL air dan kira-kira 50 gram es

Disaring endapan asam benzoat, dicuci dengan air dingin

Dilakukan pemurnian dengan teknik rekristalisasi. Setelah kristal


dikeringkan, ditimbang hasil asam benzoat tersebut dan diuji titik
lelehnya.

Hasil
b. Prosedur kerja sintesis benzil alkohol dan asam benzoat
Refluks 16 g (15 mL, 0.15 mol) benzaldehida dan larutan kalium hidroksida (20 gram
dalam 90 mL air) hingga mendidih selama 2 jam. Kemudian campuran reaksi didinginkan.
Tambahkan air 52.5 mL untuk melarutkan kalium benzoat. Tuangkan larutan ke dalam corong
pisah dan tambahkan 15 mL eter. Kocoklah larutan untuk mengekstrak benzil alkohol dengan
eter. Pisahkan lapisan bawah dan lakukan ekstraksi dengan eter dua kali menggunakan
masing-masing 12.5 mL eter. Simpanlah fasa berair.
Gabungkan ekstrak eter dan uapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator hingga

volume kira-kira 12.5 mL. Dinginkan dan kocok larutan eter dua kali dengan 2.5 mL natrium
metabisulfit jenuh untuk memisahkan benzaldehid yang masih ada. Pisahkan larutan eteral,
cuci dengan 5 mL larutan 10% natrium karbonat, kemudian dengan 5 mL air, dan keringkan
dengan magnesium sulfat anhidrous. Identifikasi fraksi benzil alkohol menggunakan uji titik
didih. Senyawa murni mendidih pada 205.5oC.
Tuangkan fasa berair ke dalam campuran 40 mL asam klorida pekat, 40 mL air dan
kira-kira 50 gram es. Saringlah endapan asam benzoat, cucilah dengan air dingin. Lakukan
pemurnian dengan teknik rekristalisasi.
Waktu yang dibutuhkan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kegiatan
Persiapan alat dan bahan
Pemanasan/Refluks
Pendinginan
Ekstraksi
Ekstraksi kedua
Fase berair ditambahkan asam

Jam
07.00-07.29
07.29-09.35
09.35-09.47
09.47-10.00
10.00-10.15
10.15-10.22

klorida, air dan es


Penguapan fase bawah dengan

10.15-10.42

revatory
Pengocokan fase bawah ditambah

10.42-10.51

8.

natrium bisulfat dan natrium

9.
10.

bikarbonat
Rekristalisasi fase berair
Uji titik leleh dan titik didih
Total Waktu

Waktu
29 menit
2 jam 06 menit
12 menit
13 menit
15 menit
7 menit
27 menit

9 menit
10.51-11.17
11.17-11.44

66 menit
27 menit
4 jam 44 menit

Hasil
Perlakuan

Fenomena

Gambar

1.15 ml benzaldehil

+ Benzaldehid mula-mula

larutan KOH (20 gr bewarna kuning ++


KOH yang dilarutkan setelah dicampur
dalam 90 ml akuades)

2.Proses refluks

bewarna orange

Larutan menjadi orange


pekat

3.Ekstraksi dengan
diklorometana

Terbentuk 2 fase
Fase atas: bewarna
bening
Fase bawah : bewarna
orange

4.Fase berair dipisahkan, Muncul endapan atau


ditambahkan

dengan kristal putih, larutan

asam klorida pekat, air mula-mula tak bewarna


dan es
5.Fase bawah diuapkan Bewarna kuning
di rotatory evaporator

6.Fase

berair

kecoklatan

disaring Terbentuk endapan putih

dengan corong buchner

7.Fase bawah dikocok -terbentuk 2 fasa


dalam corong pisah
+ natrium bisulfit
+ natrium karbonat

fasa atas: orange


Fase bawah : putih pucat

terbentuk 2 fasa
fasa atas: putih
Fase bawah : kuning

8.Rekristalisasi

fasa

Terbentuk kristal putih

titik didih

Titik didih fasa bawah

berair

9. Pengujian

titik leleh dan massa


kristal

199,8 oC
Titik leleh fasa berair
120oC
Massa kristal 8,82gram

Perhitungan

Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang sintesis benzil alkohol dan asam benzoat. Sintesis
benzil alkohol dan asam benzoat dapat dibuat dengan memanfaatkan reaksi cannizzaro.
Reaksi cannizaro merupakan reaksi disproporsionasi senyawa karbonil yang tidak memiliki
hidrogen alfa dengan pereaksi basa menjadi alkohol dan asam karboksilat. Reaksi Cannizzaro
terjadi dua tahap, pada tahap awal nukleofil ion hidroksida mengadisi aldehida menghasilkan
suatu intermediate. Tahap kedua, senyawa intermediate melepaskan ion hidrida yang
berfungsi sebagai nukleofil yang mengadisi benzaldehida yang lain menghasilkan benzil
alkohol dan garam benzoat.
Proses awal dari percobaan ini yaitu pembuatan larutan KOH. Larutan KOH dibuat dengan
caraa melarutkan KOH sebanyak 20 gram ke dalam 90 mL air. Proses ini merupakan suatu
reaksi eksotermis yang menghasilkan panas. Larutan KOH yang sudah siap kemudian
ditambahkan dengan 15 mL benzaldehida. Fungsi KOH dan benzaldehid adalah sebagai

reaktan, sedangkan air adalah sebagai pelarut/ penghidrolisis KOH. KOH bertindak sebagai
nukliofil yang akan menyerang gugus karbonil untuk mencapai fase transisi. Air yang
ditambahkan bertujuan untuk mempolarisasi larutan terutama pada gugus karbonil. Nukleofil
yang digunakan berasal dari basa yang tidak berair. Hal ini dikarenakan jika menggunakan
basa berair produk air yang dihasilkan akan mengganggu kesetimbangan dari proses reaksi
sehingga produk yang terbentuk akan semakin sulit terbentuk. Terutama dengan kondisi basa
yang ditambahkan banyak.
Proses selanjutnya yaitu larutan tersebut kemudian direfluks proses refluks dilakukan
selama 2 jam terhitung setelah larutan mendidih. Pada proses ini larutan yang mendidih akan
menghasilkan pelarut yang teruap ke atas dan didinginkan oleh kondensor sehingga pelarut
akan berulang kembali dalam kondisi cair dan akan terjadi proses reaksi lagi sehingga reaksi
akan terus berlangsung hingga reaktan habis bereaksi. Reaktan memperoleh energi untuk
melampui energi aktivasi yang dibutuhkan untuk pembentukan transisi. Energi ini diperoleh
dari hasil pemanasan dengan refluks. Molekul yang mengalami keadaan transisi akan
distabilkan oleh ion-ion dalam larutan yang akan berinteraksi dengan molekul lain. Keadaan
transisi ini stabil dengan konformasi molekul dalam kondisi tertrahedral. Keadaan ini dalam
kondisi yang paling stabil karena tolakan antara atom yang diikat adalah stabil yang semula
dalam kondisi trigonal planar berubah menjadi tetrahedral.
Proses refluks menghasilkan larutan bewarna orange pekat. Hasil refluks ini yaitu
kalium benzoat dan benzil alkokol namun masih dalam keadaaan campuran. Larutan hasil
refluks ini kemudian ditambahkan dengan akuades. Fungsi penambahan akuades ini adalah
untuk memperoleh kalium benzoat yang lebih terionisasi/ diperoleh kalium benzoat yang
lebih banyak dalam kondisi ionnya.
Kalium benzoat dan benzil alkohol kemudian dipisahkan dengan menggunakan
metode ekstraksi. Prinsip dasar dari metode ini yaitu pemisahan senyawa yang berdasarkan
perbedaan tingkat kelarutan terhadap pelarut antara satu larutan dengan larutan lain dalam
fase campurannya. Pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu diklorometana. Pelarut
yang ditambahkan akan mempermudah distribusi dari fase campuran yang akan memisahkan
fase organik dan fase ion kemasing-masing fraksi. Proses ekstraksi pada percobaan kali
menggunakan corong pisah. Campuran kalium benzoat dan benzil alkohol diekstraksi dengan
15 mL diklorometana kemudian corong pisah dikocok dan sesekali kran corong dibuka.
Proses pengocokan dilakukan untuk mempercepat distribusi dan fungsi dari kran corong yang
sesekali dibuka adalah untuk mencegah terjadinya terbukanya tutup corong secara paksa
akibat tekanan di dalam corong terlalu besar yang berdampak pada tumpahnya campuran

karena tekanan pada corong akan meningkat seiring dengan diklorometana yang menguap
menjadi kondisi gas akibat adanya pengocokan. Corong dilekatkan pada statif dengan posisi
keran dibawah dan tutup corong dibuka. Tujuan dari perlakuan di atas adalah agar gaya
gravitasi yang ada memberikan gaya pada campuran sehingga fraksi yang berat jenisnya lebih
besar akan berada di bawah. Fraksi organik yang memiliki berat jenis lebih rendah akan
berada diatas sedangkan fase berair akan berada dibawah. Fasa yang paling atas merupakan
campuran homogen antara diklorometana dengan benzil alohol dan yang bawah adalah fasa
berair yang sebagian besar

mengandung air dan asam benzoat serta pengotor-pengotor

lainnya. Pada percobaan ini fase berair yang diambil terlebih dahulu karena mengandung
ion-ion benzoat dan kalium. Pemisahan larutan menjadi dua setelah ditambahkan
diklorometana disebabkan karena adanya sifat bahwa suatu senyawa polar akan larut dalam
pelarut polar, begitu pula sebaliknya (azas like dissolve like). Diklorometana merupakan
suatu molekul polar, tetapi sukar larut dalam air karena kepolarannya sangat rendah, tetapi
diklorometana merupakan suatu pelarut yang baik pada senyawa-senyawa organik yang tidak
larut dalam air karena diklorometana memiliki kepolaran yang hampir sama dengan benzil
alkohol, maka benzil alkohol akan mudah larut dalam diklorometana sehingga akan lebih
mudah untuk diekstrak, sedangkan asam benzoat mudah larut dengan air karena adanya
perbedaan dua kepolaran yang bebeda tersebut maka dalam larutan akan terbentuk dua
lapisan yang berbeda, yang tidak dapat bercampur satu sama lain. Larutan hasil pemisahan
ditampung dalam beaker gelas. Fraksi yang diambil kemungkinan masih mengandung benzil
alkohol oleh karena itu perlu dilakukan ekstraksi ulang sebanyak dua kali dengan pelarut
diklorometana dan cara yang sama.
Larutan berair atau kalium benzoat yang telah diperoleh diubah dengan asam benzoat
denga cara direaksikan dengan asam klorida (HCl) pekat dan akuades serta ditambahkan es
didalamnya . Perbandingan HCl dan akuades adalah 1:1. HCl tersebut akan terhidrolisis
menjadi ion-ionnya dalam air, ion H+ dari HCl ini akan menggeser keberadaan ion K+dari ion
benzoat, sehingga terbentuklah asam benzoat. Pada suasana asam ini asam benzoat berwujud
padat, sedangkan pada suasana basa/alkali ion benzoat ini berwujud cair.

Dalam keadaan dingin kristal benzoat akan terbentuk karena turunnya suhu dalam
larutan. Kristal yang terbentuk adalah kristal benzoat. Endapan asam benzoat yang terbentuk
kemudian disaring menggunakan corong buchner. Endapan asam benzoat yang dihasilkan
pada percobaan ini adalah kristal berwarna putih. Kristal yang diperoleh dari penyaringan ini
masih belum murni karena masih mengandung banyak pengotor sehingga perlu dilakukan
proses rekristalisasi.
Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni
atau kristal yang lebih teratur/murni. Kristal yang diperoleh kemudian dilarutkan dalam air
panas agar kristal berubah menjadi cair sehingga pengotor akan terbebas dari kristal
selanjutnya karena pelarut yang digunakan adalah akuades maka mineral yang kemungkinan
berada dalam kristal dalam bentuk pengotor akan lebih cenderung berada dalam fase air yang
akan terpisah selanjutnya dalam kondisi larutan yang masih panas dibiarkan hingga
mendekati suhu ruangan. Proses selanjutnya beaker gelas dicelupkan dalam air es untuk
menurunkan suhu. Akibat dari suhu yang turun terbentuklah kristal. Suhu yang turun
membuat kristal yang akan semakin cepat terbentuk. Pembentukan kristal yang ada lebih
banyak dengan pelarut berupa air yang tepat larut untuk asam benzoat. Asam benzoat yang
diperoleh disaring yang selanjutnya dioven. Hasil dari tahap penghilangan air dilanjutakan
dengan pengujian kemurnian garam yang ada. Garam yang diperoleh selanjutnya dimasukkan
dalam pipa kapiler yang selanjutnya dipanaskan.Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh
titik leleh asam benzoat yaitu sebesar 120C sedangkan pada literatur titik leleh asam benzoat
adalah 122,4 C (395 K) sehingga dapat disimpulkan bahwa kristal asam benzoat yang
dihasilkan hampir mendekati murni karena nilai titik lelehnya yang cukup dekat selain uji
titik leleh praktikan juga menghitung persen rendemen. Berdasarkan hasil praktikum
rendemen asam benzoat yaitu sebesar 9,6 %.
Berbeda halnya dengan kalium benzoat, campuran benzil alkohol dengan
diklorometana yang diperoleh dari proses ektraksi dipisahkan dengan beberapa tahapan.

Tahapan yang pertama yaitu penguapan pelarut yang dilakukan dengan cara memanaskan
campuran benzil alkohol dengan diklorometana. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
pelarut diklorometana dimana diklorometana tersebut memiliki titik didih yang cukup rendah.
Tahapan berikutnya yaitu penambahan natrium metabisulfit jenuh. Penambahan ini
berfungsi untuk memisahkan benzaldehida yang masih ada dalam larutan. Tahapan ini
dilanjutkan dengan proses pengocokan agar campuran tersebut menjadi lebih homogen. Pada
proses pengocokan akan timbul dua lapisan, hal tersebut menandakan bahwa larutan
tersebut masih mengandung sisa benzaldehid yang tidak digunakan untuk reaksi. Natrium
metabisulfit tersebut akan memberikan kepolaran yang berbeda antara benzaldehid yang
memiliki kepolaran yang berbeda dengan campuran diklorometana dengan benzil alkohol,
sehingga terbentuk dua lapisan. Pada tahapan ini fasa yang diambil adalah fasa yang
diatas atau fasa yang bewarna kuning.
Tahapan selanjutnya yaitu penambahan natrium karbonat. Penambahan natrium
karbonat akan membuat larutan benar-benar terpisah menjadi dua dengan batas yang sangat
jelas, sehingga lebih mudah dipisahkan. Proses ini bertujuan untuk memperoleh benzil
alkohol yang lebih murni kemudian barulah dipisahkan larutan yang mengandung benzil
alkohol dengan larutan yang mengandung benzaldehid. Larutan yang mengandung benzil
alkohol terletak pada fasa bawah dan yang mengandug benzaldehid terletak pada fasa atas.
Hal ini dapat terlihat dari warnanya, warna kuning menunjukkan benzil alkohol.
Tahapan yang keempat adalah penambahan magnesium sulfat anhidrat . Penambahan
magnesium sulfat anhidrat berfungsi sebagai agen penghidrasi (pengikat molekul air dari
hasil samping reaksi/ molekul air yang ikut terekstraksi). Kemampuan pengikatan
tersebut dikarenakan magnesium sulfat anhidrat memiliki afinitas yang besar terhadap
molekul air. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan benzil alkohol yang lebih murni, dan
terbebas dari molekul air. Berdasarkan hasil praktikum benzil alkohol yang diperoleh
bewarna kuning jernih dan untuk menguji kemurnian benzil alkohol yang diperoeh maka
dilakukan uji titik didih. Berdasarkan hasil pengamatan titik didih benzil alkohol yaitu
199,8oC dimana titik didih yang dihasilkan ini mendekati titik didih yang berdasarkan
literatur. Berdasarkan literatur titik didih benzil alkohol yaitu sebesar 205,5 oC hal ini
menunjukkan bahwa benzil alkohol yang didapatkan cukup murni. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan diperoleh rendemen benzil klorida yaitu sebesar 48%.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
-

Sintesis asam benzoat dapat dilakukan dengan proses refluks dan pemisahannya
dilakukan dengan metode ekstraksi serta reaksi yang terjadi dalam pembuatan asam
benzoat dan benzil alkohol adalah reaksi cannizzaro

Referensi
Anonim. 2014. Benzil alkohol. [serial online]. http://www.sciencelab. com/msds.php ?
msdsId=9922769. [20 Oktober 2014].
Bernasconi, B. dkk. 1995. Teknologi Kimia bagian 2. PT Pradnya paramita. Jakarta.
Hart. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralph J. 1999. Kimia Organik Jilid 1 Edisi 3. Erlangga : Jakarta
Matsjeh, Sabirin. 1992. Kimia Organik Dasar I. Yogyakarta: UGM-Press.
Natsir Arsyad, M. 2001. Kamus Kimia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tim koordinator praktikum kimia organik.2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik.
Jember:Universitas Jember.
Saran
Saran dari percobaan sintesis p-nitro asetanilida adalah:
-

Hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam penggunaan bahan karena dapat


membahayakan kesehatan

Hendaknya dalam proses pengocokan praktikan lebih berhati-hati agar cairan tidak
tumpah.

Nama Praktikan
Lailatul Badriyah 121810301036

Anda mungkin juga menyukai