JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan Standar KMnO4 dan Penentuan Campuran Fe2+ dan
Fe3+
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan praktikan diharapkan dapat memahami dan terampil
dalam:
1. Mengetahui cara standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan
asam oksalat.
2. Mengetahui cara menentukan kadar ferro dan ferri dalam campuran.
C. LANDASAN TEORI
Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari dasar-
dasar analisis kimia. Secara garis besar pekerjaan analisis kimia dapat
digolongkan dalam dua kategori besar yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi komponen
yang terdapat dalam zat kimia. Analisis kualitattif menghasilkan data kualitatif,
seperti terbentuknya endapan, warna, gas maupun data non numerik lainnya.
Umumnya dari analisis kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi kasar dari
komponen penyusun suatu analit. Analisis kualitatif biasanya digunakan sebagai
langkah awal untuk analisisi kuantitatif. Tujuan utama analisis kuantitatif adalah
untuk mengetahui kuantitas dari setiap komponen yang menyusun analit. Analisis
kuantitatif menghasilkan data numerik yang memiliki satuan tertentu dengan
menggunakan metode analisis tertentu (Ibnu dkk, 2004: 1).
Analisis kimia kuantitatif memerlukan peralatan dengan tingkat akurasi
dan presisi yang tinggi. Selain itu juga memerlukan beberapa peralatan
laboratorium pendukung untuk keterlaksanaan dan keberhasilan analisis. Tahapan
yang perlu diperhatikan dalam analisis kuantitatif adalah sampling. pengubahan
cuplikan menjadi bentuk yang sesuai untuk diukur, pengukuran, dan perhitungan
serta interpretasi data dari sebuah hasil perhitungan (Pursitasari, 2014: 52).
Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri merupakan cara
analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Dalam
setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan
zat pendeteksi yang disebut titran. Reaksi dasar antara komponen analit dengan
titran dinyatakan dengan persamaan :
aA + tT → produk
“a” adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan “t”
mol titran atau “a” dan “t” setaranya. Analit adalah komponen larutan sampel
yang hendak diketahui kuantitasnya. Titran adalah larutan standar yang telah
diketahui dengan tepat konsentrasinya (Ibnu dkk, 2004 : 93).
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman
apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi (titration).
Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti,
disebut sebagai larutan standar (standard solution), ditambahkan secara bertahap
ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia anatra
dua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika kita mengetahui volume larutan
standar dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita
menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui ini (Chang, 2003: 111).
Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan bahwa
suatu larutan telah diketahui konsentrasinya dengan pasti. Larutan standar
dibedakan menjadi dua macam yaitu, larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Menurut Pursitasari (2014: 51) larutan standar primer memiliki syarat
yaitu:
E. PROSEDUR KERJA
1. Standarisasi Larutan
a. Sebanyak 0,65 gram kristal asam oksalat ditimbang menggunakan neraca
analitik
b. Selanjutnya dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 mL.
c. Sebanyak 25 mL larutan asam oksalat diambil lalu ditambahkan H2SO4
0,1N sebanyak 5 mL.
d. Larutan dipanaskan hingga suhu 70℃ .
e. Larutan tersebut dititrasi dalam keadaan panas dengan KMnO 4 standar
sampai berwarna ungu.
f. Larutan dititrasi sampai 3 kali dan dihitung volume rata-rata titran.
2. Menetapkan campuran ferro dan ferri
a. Sebanyak 25 mL larutan sampel campuran dipipet dan ditambahkan
larutan H2SO4 1 N sebanyak 25 mL .
b. Larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4 standar sampai terjadi warna
ungu dan dicatat volumenya.
c. Larutan dititrasi sebanyak 3 kali dan volume titran dicatat (V1).
d. Sebanyak 25 mL larutan sampel campuran dipipet dan ditambahkan 10 mL
larutan HCl pekat lalu dipanaskan.
e. Larutan SnCl2 5% ditambahkan ke dalam larutan dalam keadaan panas
sehingga berubah warna dari warna kuning menjadi hijau.
f. Larutan didinginkan dengan cepat kemudian ditambahkan 10 mL HgCl 2
5% maka akan terbentuk endapan putih HgCl2.
g. Larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4 standar sampai terbentuk warna
ungu muda dan dicatat volume titran (V2).
h. Larutan dititrasi sebanyak 3 kali dan dicatat volume titrannya
F. HASIL PENGAMATAN
NO Perlakuan Hasil
Standarisasi Larutan KMnO4
Kristal Asam Oksalat ditimbang 0,65 gr
Asam oksalat dilarutkan dengan H2O Larutan bening
sampai 100 mL
25 mL larutan C2H2O4+ 5 mL H2SO4 Larutan bening
1. 0,1 N
Larutan bening(panas)
Larutan dipanaskan sampai 70ºC
Larutan berwarna coklat
Larutan dititrasi dengan KMnO4 Titrasi I = 5 mL
Titrasi II = 4 mL
Titrasi III = 5,8 mL
Penetapan campuran Fe2+ dan Fe3+
a. Titrasi sampel + H2SO4 1 N
25 mL larutan sampel + 25 mL H2SO4 Kuning bening
1N
Dititrasi dengan KMnO4 standar Larutan berwarna ungu
Titrasi I V1= 2 mL
Titrasi II V2= 3,7 mL
Titrasi III V3= 2,6 mL
b. Titrasi sampel + SnCl2 + HgCl2 Vrata-rata = 2,76 mL
2.
Kuning
25 mL sampel + 10mL HCl Pekat +
Kuning
dipanaskan
Kuning
+ 3 tetes larutan SnCl2 5%
Kuning Kecoklatan
+ 10 mL HgCl2 5% Titrasi I V1= 5,3 mL
Titrasi dengan KMnO4 Titrasi II V2= 5,8 mL
Titrasi III V3= 5,4 mL
Vrata-rata = 5,5 mL
G. ANALISIS DATA
1. Standarisasi Larutan
Diketahu : BM H2C2O4.2H2O = 126 mg/mmol
m H2C2O4.2H2O = 0,65 g = 650 mg
V titran I = 5 mL
V titran II = 4 mL
V titran III = 5,8 mL
V rata-rata titran = 4,93 mL
Ditanyakan : N KMnO4 . . . ?
Penyelesaian :
W 25
x2 x
N KMnO4 = BM 100
V mL
650 mg 25
x 2x
= 126 mg/ mmol 100
4,93 mL
5,15 mol x 2 x 0,25
=
4,93 mL
= 0,52 N
2. Menetapkan Campuran Ferro dan Ferri
a. Kadar Ferro (Fe2+)
Diketahui : N KMnO4 = 0,52 N
BM Fe = 56 mg/mmol
V titran I = 2 mL
V titran II = 3,7 mL
V titran III = 2,6 mL
V rata-rata titran = 2,76 mL
Ditanyakan : Kadar ferro . . ?
Penyelesaian :
V 1 ( mL ) x N KMnO 4 x BM Fe
Kadar ferro =
25 mL
mmol
2,76 mL x 0,52 x 56 mg/mmol
= mL
25 mL
= 3,21 mg/mL
b. Kadar Ferri (Fe3+)
Diketahui : N KMnO4 = 0,52 N
V titran I = 5,3 mL
V titran II = 5,8 mL
V titran III = 5,4 mL
V rata-rata titran = 5,5 mL
BM Fe = 56 mg/mmol
Ditanyakan : Kadar ferri . . . ?
Penyelesaian :
( V 2−V 1 ) x N KMnO 4 x BM Fe
Kadar ferri =
25 mL
( 5,5−2,76 ) mLx 0,52 N x 56 mg/mmol
=
25 mL
= 3,19 mg/mL
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini berkaitan dengan proses titrasi. Titrasi merupakan reaksi
yang dilakukan dengan cara menambahkan suatu larutan ke larutan yang lain
dengan sangat terkendali dengan tujuan untuk menghentikan titrasi pada titik
ketika kedua reaktan telah bereaksi sempurna. Adapun pada percobaan ini
digunakan titrasi jenis redoks atau permanganometri. Prinsip dasar dari titrasi
reduksi oksidasi didasarkan pada reaksi reduksi oksidasi dan prinsip kerjanya
adalah penambahan titran (zat yang telah diketahui konsentrasinya) sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen atau titik akhir titrasi yang ditandai
dengan perubahan warna. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan normalitas
larutan KMnO4 menggunakan larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar
ferro dan ferri secara titrasi permanganometri.
1. Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk menstandarisasi larutan
KMnO4 menggunakan larutan asam oksalat. Standarisasi larutan KMnO4 juga
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan KMnO 4 yang sebenarnya karena
diketahui bahwa KMnO4 adalah larutan standar sekunder yakni larutan yang tidak
stabil dalam penyimpanannya yang menyeebabkan larutan KMnO4 bersifat
higroskopik (bereaksi dengan udara) sehingga konsentrasinya dapat berubah-
ubah. Prinsip dasar pada percobaan yang dilakukan adalah stoikiometri reaksi
kimia dan prinsip kerja percobaan adalah penimbangan, pelarutan, pengenceran,
dan titrasi.
Pada percobaan menggunakan larutan standar KMnO4 dan asam oksalat, di
mana KMnO4 berfungsi sebagai larutan sekunder dan juga sebagai oksidator kuat.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan menimbang kristal asam
oksalat. Fungsi penimbangan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan massa
kristal asam oksalat sesuai yang dinginkan. Setelah itu kristal asam oksalat
dilarutkan dengan aquades, di mana pelarutan dengan menggunakan aquades
berfungsi untuk melarutkan dan mengencerkan asam oksalat agar dapat dengan
mudah digunakan sebagai larutan standar primer yang akan dititrasi dengan
KMnO4. Penggunaan larutan asam oksalat pada percobaan yang dilakukan adalah
sebagai larutan standar primer.
Selanjutnya, larutan asam oksalat ditambahkan larutan asam sulfat 0,1 N
yang di mana fungsi penambahan asam sulfat 0,1 N sebagai pemberi suasana
asam agar Mn2+ dapat direduksi menjadi Mn+, serta digunakan asam sulfat pekat
yakni dilakukan pencampuran maka akan bereaksi secara eksoterm (reaksi
pelepasan kalor) yang akan mempercepat proses reduksi Mn 2+ menjadi Mn+
dimana pada suhu ruangan akan berlangsung lambat dan juga sebagai katalis yang
akan mempercepat terjadinya reaksi pada saat titrasi. Setelah itu, larutan
dipanaskan hingga suhu 70oC, di mana fungsi pemanasan yang dilakukan adalah
untuk mempercepat reaksi. Dimana semakin tinggi suhu maka semakin banyak
molekul yang mencapai energi pengaktifan akibatnya laju reaksi meningkat dan
juga suhu di atas 70oC maka asam oksalat akan terurai menjadi CO 2 dan H2O,
sedangkan apabila suhu berada kurang 70oC atau berada pada suhu kamar maka
reaksi akan berlangsung lambat, sementara apabila berada diatas 70 oC reaksinya
mulai lambat namun kecepatan terbentuknya ion mangan (II) meningkat sehingga
terbentuk senyawa lain akibat ion mangan yang terbentuk. Dan juga dengan
besarnya suhu maka pergerakan partikel-partikel air makin cepat sehingga akan
terjadi banyak tumbuhkan antara partikel tersebut. Sedangkan saat suhunya
diperkecil maka pergerakan partikel air tidak banyak terjadi sehingga air lambat
untuk mendidih.
Larutan dititrasi dengan menggunakan kalium permanganat sebagai
larutan standar sekunder. Titrasi dilakukan hingga warna dari kalium permanganat
hilang menjadi berwarna coklat. Titrasi sebanyak tiga kali, di mana hal ini
dilakukan agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Dan adapun reaksinya sebagai
berikut.
2KMnO4 + H2SO4 + H2C2O4 K2SO4 + 2MnSO4 + CO2 + H2O
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O x2
Oksidasi: C2O42- 2CO2 + 2e- x5
Reduksi : 2MnO4+ + 16H+ + 10e- 2Mn2+ + 8H2O
Oksidasi: 5C2O42- 10CO2 + 10e-
Redoks: 2MnO4+ + 16H+ + 5C2O4- 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
Reaksi lengkapnya:
Adapun hasil yang didapatkan pada saat titrasi pertama hingga ketiga
adalah masing-masing sebanyak 5 mL, 4 mL dan 5,8 mL dan setelah dilakukan
analisis data, maka didapatkan normalitas KMnO4 sebesar 0,52 N. Hal ini
menandakan bahwa konsentrasi larutan standar KMnO4 berubah atau tidak tetap
setelah dilakukan percobaan didapatkan standarisasi KMnO4 sebesar 0,52 N. Ini
membuktikan bahwa larutan KMnO4 sebagai larutan standar sekunder
konsentrasinya tidak stabil dalam penyimpanannya.
Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan titrasi pertama hingga ketiga
masing-masing sebanyak 2 mL, 3,7 mL dan 2,6 mL dan setelah dilakukan analisis
data, maka didapatkan kadar ferro sebanyak 3,21 mg/mL yang berarti dalam 1 mL
larutan sampel campuran terdapat 3,21 mg ferro.
Percobaan kedua dilakukan untuk mengetahui kadar ferri dalam campuran
Fe2+ dan Fe3+. Pada percobaan ini terlebih dahulu mereduksi SnCl 2 dan HgCl2 lalu
kemudian dititrasi. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menambahkan HCl
pekat kedalam larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ menghasilkan larutan yang berwarna
kuning. Penambahan HCl berfungsi untuk memberikan suasana asam karena dalam
suasana asam lebih memudahkan dalam pengamatan titik akhir titrasi dibandingkan
dalam suasana basa atau netral, kemudian larutan dipanaskan yang bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi, kemudian larutan tersebut ditambahkan 3 tetes
SnCl2 5% yang berfungsi sebagai reduktor yang mereduksi besi (III) menjadi besi
(II), sedangkan Sn teroksidasi dari Sn2+ menjadi Sn4+ menghasilkan larutan
berwarna kuning kehijauan yang menandakan bahwa terjadi reduksi. Adapun
penambahan SnCl2 dilakukan dalam keadaan panas karena larutan KMnO4 dapat
bereaksi pada suhu tinggi. Adapun reaskinya yaitu:
Sn2+(aq) + 2 Fe+(aq)→Sn4+(aq) + 3Fe2+(aq)
(Timah) (Besi) (Timah) (Besi)
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Day, JR. R.A dan A.L Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Holomak, J., Kodvanj I., Babic Perhoc A., Virag D., Knezovic A, Osmanovic Bariliar
J., Riederer P., Salkovic-Petrisic M. 2020. Nitrocellylose Redox
Permanganometry: A Simple Method For Reductive Capasity Assessment.
Journal of Psychosomatics and Psychoterapy. Vol. 32 No. 8.
Ibnu, Sodiq, Endang Budiasih., Hayuni Retno Widarti., dan Munzil. . 2004. Kimia
Analitik 1 Common Textbook Edisi Revisi. Indonesia: Primary and Secondary
Education.
Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. 2008. Pengantar Kimia Farmasi Analisis
Volumetri Dan Gravimetri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pursitasari, Indarini Dwi. 2014. Kimia Dasar Analitik Dasar Dengan Strategi Problem
Solving Dan Open-ended Experiment. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Putra, Frischa Andika dan R. Djarot Sugiarso. 2016. Perbandingan Metode Analisis
Permanganometri Dan Serimetri Dalam Penentuan Kadar Besi(II). Jurnal Sains
Dan Seni. Vol. 5 No. 1
Tim Dosen Kimia Analitik. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analitik I. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.