Anda di halaman 1dari 31

Bab I

Pendahuluan

I.1. Tujuan Percobaan


1. Membuat larutan baku primer dan sekunder untuk titrasi permangometri.
2. Melakukan titrasi permanganometri dan mengamati perubahan yang terjadi pada
akhir titrasi.
3. Menghitung konsentrasi ion ferro (Fe2+) dalam sampel.

I.2. Tinjauan Pustaka

I.2.1 Titrasi
Titrasi merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada
proses pengukuran volume dari suatu sampel (baku sekunder ) yang bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan standart primer sehingga pada suatu titik akan terjadi
ekivalensi antara sampel dengan larutan standar primer ( Day and
Underwood,1998) .
Ekivalensi antara kedua zat terjadi ketika jumlah zat - zat yang bereaksi antara
sample ( baku sekunder ) dengan larutan standart primer tepat saling menghabiskan (
Harijadi , 1990) . Dalam proses titrasi , Larutan standart primer disebut dengan
istilah titrat dan larutan baku sekunder disebut dengan titran .Titrat merupakan zat
yang terdapat di labu titrasi atau erlenmeyer dan titran merupakan zat yang terdapat
di dalam biuret dalam proses titrasi. Proses mekanisme titrasi ditinjau dari gambar I.1

Gambar I.1 Mekanisme proses titrasi

1
Dalam proses mekanisme titrasi , dilakukan penambahan titran menggunakan
biuret hingga mencapai titik akhir titrasi . Titik akhir titrasi terjadi ketika adanya
indikasi dari indikator yang bereaksi terhadap kehadiran titran berlebih dengan
melakukan perubahan warna . Perubahan warna dari suatu indikator dapat terjadi
pada titik ekivalen atau bisa saja tidak , sehingga diusahakan agar titik akhir titrasi
terjadi sedekat mungkin dengan titik ekivalen . Oleh karena itu dibutuhkan untuk
memilih indikator yang tepat untuk menunjukan titik akhir titrasi pada setiap titrasi
yang dilakukan ( Day and Underwood ,1998 ).
Setiap dilakukan titrasi terdapat reaksi kimia yang diperlakukan untuk
penentuan metode titrimetik yang dilakukan . Terdapat empat tipe reaksi yang
digunakan untuk melakukan titrasi
1. Titrasi Asam - Basa .
Penentuan konsentrasi asam basa yang ditentukan melalui metode titrasi
berdasarkan teori ekivalensi dari suatu asam basa . Tergantung pada senyawa asam
atau basa yang di tentukan konsentrasinya .
2.Titrasi Oksidasi - Reduksi ( Redoks )
Titrasi yang melibatkan oksidasi - reduksi yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu senyawa menggunakan senyawa yang memiliki sifat
oksidator .
3. Titrasi Pengendapan .
Titrasi yang melibatkan terjadinya pengedapan mengguakan kation perak untuk
mengendapkan anion halogen untuk menentukan konsentrasi dari senyawa yang
dapat bereaksi dengan anion halogen .
4. Titrasi pembentukan senyawa kompleks .
Titrasi menggunakan pereaksi organik untuk membentuk seyawa kompleks
stabil dengan sejumlah ion logan yang digunakan untuk menghitung konsentrasi
ion logam dalam sampel
( Day and Underwood , 1998 )

Prinsip dasar dari melakukan jenis - jenis titrasi yang berlaku adalah Ekivalensi
dari suatu standar primer dan sampel yang ingin ditentukan volume dan konsentrasi

2
dari kandungan suatu senyawa dalam sampel . Dengan melakukan titrasi kita dapat
menentukan volume dari suatu sampel yang direaksikan secara kuantitatif dengan
larutan standar baku primer. Pada saat terjadi ekivalensi antara larutan standar primer
dengan sampel , maka konsentrasi dari suatu sampel dapat ditentukan melalui
persamaan ekivalensi antara sampel dengan larutan standar bakuprimer .

Normalitas sampel . Volume Sampel = Normalitas Standart primer . Volume standart primer
Normalitas sampel
Normalitas Standart primer . Volume standart primer
=
Volume sampel

Pengunaan reaksi kimia sebagai basis untut titrasi realtif sedikit . Sebuah reaksi
kimia dapat menggunakan metode titrasi untuk penentukan ukuran konsentrasi
sampel terus harus memenuhi syarat sebagai berikut .

1. Tidak ada reaksi sampingan yang dihasilkan pada saat titrasi dan proses reaksi
kimia diproses sesuai dengan persamaan kimiawi tertentu .
2. Reaksi titrasi harus berjalan dengan cepat sehingga titrasi dapat diselesaikan
dalam beberapa menit
3. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan tercapainya titik
ekivalen.Umumrnya dalam titrasi menggunakan indikator atau metode
instrumental agar analisis dapat menghentikan penambahan dari titran .
4. Reaksi itu harus dipastikan berakhir pada titik ekivalensi. Untuk itu, konstanta
kesetimbangan reaksi harus besar. Akibatnya dapat terjadi perubahan yang besar
dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi..

( Day and Underwood , 1998 )

I.2.2 Larutan Standart Baku Primer dan Baku Sekunder

Dalam metode titrimetri , larutan standart baku adalah suatu larutan yang
memiliki konsentrasi yang diketahui secara tepat baik secara perhitungan matematis
dan standarisasi larutan . Larutan yang diketahui secara tepat melalui perhitungan
matematis dan teliti sehingga menghasilkan konsentrasi yang tepat disebut dengan
3
larutan baku primer . Larutan yang perlu distandarisasi untuk mengetahui
konsentrasinya dari larutan disebut larutan baku sekunder . Larutan standart baku
primer dan baku sekunder memiliki perbedaan karakteristik . ( Day and Underwood
, 1998 )

I.2.2.1 . Larutan Standart Baku Primer

Larutan standart baku primer adalah larutan yang memiliki


konsentrasi yang diketahui secara tepat melalui penimbangan dan pelarutan
dengan jumlah volume yang teliti . Berikut syarat - syarat suatu larutan
dikatakan sebagai larutan standart baku primer :

1. Tersedia dalam bentuk murni , memiliki tingkat kemurnian yang tiggi .


2. Jumlah pengotor dalam padatan murni tidak boleh melebihi 0,01 -
0,02%
3. Tidak higroskopis ( mudah menyerap air )
4. Memiliki tingkat kestabilan padatan murni yang tinggi ( tidak mudah
teroksidasi dalam udara dan berubah berat bila terpapar dengan udara )
5. Memiliki berat ekivalen yang tinggi
( Day and Underwood , 1998 )

I.2.2.2. Larutan Standart Baku Sekunder

Larutan standart baku sekuder adalah larutan yang konsentrasinya


tidak diketahui secara tepat sehingga perlu distandarisasi dengan larutan
standart baku primer untuk menentukan konsentrasi dari larutan standart baku
sekunder secara tepat . Standarisasi merupakan proses dimana konsetrasi
larutan ditentukan secara akurat melalui titrasi . Larutan baku sekunder
bersifat tidak stabil sehingga terjadi perubahan berat dalam penimbangan
sehingga konsentrasinya tidak diketahui ssecara tepat dan memerlukan proses
standarisasi larutan baku
(Day and underwood , 1998)

4
I.2.3. Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri merupakan suatu metode titrasi reaksi oksidasi
dengan menggunakan kalium permanganat ( KMnO4) sebagai oksidator . Metode
permanganometri didasarkan pada reaksi reduksi pada ion permanganat dan oksidasi
pada senyawa pereduktor dalam hal ini yaitu analit atau sample . Reaksi oksidasi dan
reduksi kalium permanganat dapat berlangsung pada suasana asam , basa dan netral .
Berikut ini adalah reaksi kalium permanganat dalam suasana asam , basa dan netral .

1. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana asam


Dalam larutan asam, ion permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidakk
berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O
2. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana netral
Dalam larutan netral, ion permanganat(VII) ini akan tereduksi sehingga
bilangan oksidasinya menjadi +4, larutan akan berwarna coklat (mangan
dioksida MnO2).
MnO4- + 4 H+ + 3e- MnO2 + 2 H2O
3. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana basa
Dalam larutan basa kuat, ion permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya
menjadi coklat , dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4- + e- MnO42-

Dalam melakukan titrasi permanganometri , Reaksi reduksi ion MnO4- dengan


menggunakan suasana basa dan netral ion MnO4- , ion MnO4- dapat tereduksi menjadi
ion MnO2 yang mengendap membentuk warna kecoklatan dan dapat mengaburkan
titik akhir titrasi . Dalam suasana asam ion MnO4- dapat direduksi menjadi ion Mn2+
dan warna larutan mulai memudar ketika ion MnO4- tereduksi menjadi Mn2+ dalam
suasana asam . Mn2+ yang terbentuk merupakan otokatalisator yaitu katalisator dalam
suatu reaksi terbentuk karena reaksi itu sendiri yang dapat mempercepat
berlangsungnya suatu reaksi . Reaksi oksidasi dan reduksi menggunakan kalium
permanganat berlangsung sangat lambat pada suhu kamar . Suhu optimal dalam
melakukan titrasi menggunakan kalium permanganat yaitu 60 - 70 derajat celcius

5
karena reaksi dapat berlangsung cepat ketika pada suhu 60 - 70 derajat celcius.
Ketika reaksi berlangsung pada suhu dibawah 60 derajat celcius , reaksi berlangusng
lambat sehingga dapat mengubah MnO4- menjadi MnO2 sehingga dapat membentuk
endapat coklat sehingga titik akhir titrasi sangat sulit diamati .Oleh karena Reaksi
redoks titrasi permanganometri sangat efektif dalam suasana asam karena daya
oksidasi ion MnO4- sangat kuat untuk mengoksidasi MnO4- menjadi Mn2+
dibandingkan dengan reaksi oksidasi dan reduksi dalam suasana basa dan netral (
Harijadi , 1990 )
Titrasi dengan menggunakan kalium permanganat dapat dilakukan secara
langsung dengan cara langsung atas analat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam
atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya dan juga terdapat beberapa ion
logam yang tidak dioksidasi dapat ditirasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca2+, Ba2+, Sr2+, Pb2+, Zn2+, dan Hg2+ yang dapat diendapkan
sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam
H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam
oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung
banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba2+ dan Pb2+ dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku
FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya
dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
( Harijadi , 1990 )

Terdapat dua metode untuk melakukan titrasi permanganometri yaitu dengan


metode yang disarankan oleh Mc.Bride dengan seluruh titrasi berlangsung pada suhu
yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat dan yang disarankan oleh Fowler
and Bright , ion permanganat ditambahkan secara cepat ke dalam larutan yang
diasamkan pada suhu ruangan , setelah reaksi selesai larutan hasil titrasi dipanaskan
pada suhu 60 derajat celcius dan titrasi selesai pada suhu ini . Kelebihan prosedur ini
adalah mengurangi kesalahan titrasi akibat kelebihan suhu yang mempengaruhi asam
oksalat untuk cepat terurai
( Day and Underwood,1998 )

6
Dalam melakukan titrasi permanganometri terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kegagalan dalam melakukan titrasi sebagai berikut .
1. Larutan KMnO4 pada buret.
Sinar matahari akan mempengaruhi larutan KMnO4 pada buret . Jika
titrasi dilakukan dalam keadaan lama dan dengan kondisi terkena sinar
matahari maka KMnO4 akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada akhir
titrasi terbentuk endapan berwarna coklat yang membuat titik akhir titrasi
tidak dapat terlihat karena sifat KMnO4 yang tidak stabil mudah melakukan
oksidasi jika terkena sinar matahari dan zat - zat organik lain .
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada saat pembakuan larutan antara
larutan H2C2O4 dengan larutan KMnO4.
Penambahan kalium permanganat yang terlalu cepat pada larutan
asam oksalat yang telah ditambahkan asam sulfat dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan ion permanganat MnO4- bereaksi dengan ion Mn2+.
Reaksi antara ion MnO4- dengan ion Mn2+ sebagai berikut:
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+.
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada saat pembakuan larutan
antara larutan H2C2O4 dengan larutan KMnO4.
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
penguraian H2C2O4 menjadi H2O dan CO2. karena suhu mempengaruhi
larutan H2C2O4 untuk terurai . Semakin tinggi suhu , larutan asam oksalat
semakin mudah terurai .
( source : id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri)

I.2.4. Sifat - Sifat Kalium Permanganat

Kalium permanganat digunakan sebagai agen pereduksi karena sifat kalium


permanganat sebagai oksidator yang sangat kuat karena ion permanganat memiliki
bilangan oksidasi 7 sehingga dapat digolongkan sebagai oksidator kuat . Kalium
permanganat mudah untuk diperoleh , tidak mahal , serta sifatnya sebagai auto
indikator , ketika ion Mn2+ seluruhnya telah bereaksi dengan titrat maka kelebihan

7
MnO4- yang akan berwarna pink kemerahan akan menunjukan titik akhir titrasi dari
titrasi permanganometri . ( Day and Underwood , 1998 )
Permanganat dapat melakukan berbagai reaksi kimia karena mangan dapat
berubah bilangan oksidasi menjadi +2 , +3 , +4 , +6 dan +7 , bilangan oksidasi +5
dari ion mangan tidak stabil . Ion Permanganat dapat bereaksi secara cepat dengan
agen pereduksi tetapi ion permanganat dapat bereaksi secara cepat membutuhkan
pemanasan atau penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi . ( Harijadi , 1990 )
Dalam pembuatan larutan KMnO4 harus dilakukan dengan tindakan khusus .
Padatan KMnO4 tidak murni mengandung 100 % KMnO4 sehingga diperlukan
pelarutan dalam air dan pemanasan untuk dapat melarutkan MnO2 sehingga
kandungan MnO2 dalam larutan KMnO4 berkurang . Pemanasan larutan juga
bertujuan untuk menghancurkan substansi - substansi yang dapat direduksi dan
penyaringan melalui asbestos atau gelas yang di sinter ( filter - filter pereduksi ) .
Pembuatan larutan KMnO4 perlu standarisasi , kemudian simpan dalam tempat yang
gelap dan tidak diasamkan agar tidak mudah teroksidasi menjadi MnO2 dan
konsentrasi tidak banyak berubah selama penyimpanan . ( Day and Underwood ,
1998 )

Gambar I.2 Struktur Ion Permanganat

8
Bab II
Metode Percobaan

II.1. Bahan dan Alat

II.1.1 Bahan - Bahan yang Digunakan

1. KMnO4
2.H2C2O4.2H2O
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Sampel besi (II)
5. Glass wool

II.1.2. Alat - Alat yang Digunakan

1. Botol Timbang
2. Beaker Glass
3. Batang pengaduk
4. Corong
5. Labu Ukur
6. Kaca Arloji
7. Gelas Ukur
8. Pipet Volume
9. Pipet tetes
10. Erlenmeyer
11. Botol Semprot
12. Statif dan klem
13. Buret
14. Water Bath
15. Termometer

9
II.2. Prosedur Percobaan

II.2.1. Pembuatan Larutan KMnO4.

1. Sejumlah KMnO4 ditimbang dengan neraca kasar.


2. Padatan KMnO4 dilarutkan dalam aquades yang bebas CO2 sampai volume 2
liter
3. Larutan dipanaskan selama 1 jam lalu didinginkan.
4. Larutan disaring lalu disimpan dalam botol coklat di tempat yang gelap dan
tertutup selama 24 jam

II.2.2. Pembakuan Larutan KMnO4 Dengan Larutan Standar Asam Oksalat

1. Larutan asam oksalat  0,1 N dibuat dengan teliti sebanyak 100 ml.
2. Larutan H2SO4 2 N dibuat sebanyak 500 ml
3. Sebanyak 10 ml larutan asam oksalat dipipet menggunakan pipet volum dan
dimasukkan ke dalam labu titrasi/erlenmeyer.
4. Larutan ditambahkan dengan 10 ml larutan H2SO4 ± 2 N.
5. Larutan dipanaskan dengan water bath hingga kurang lebih 60°C.
6. Larutan dititrasi dengan larutan KMnO4  0,1 N
7. Cara kerja no. 3-7 dilakukan sebanyak dua kali.

II.2.3. Penentuan Konsentrasi Ion Ferro (Fe2+) Dalam Larutan Sampel

1. Sebanyak 10 ml larutan sampel dipipet menggunakan pipet volum dan


dimasukkan ke dalam labu titrasi/erlenmeyer.
2. Larutan sampel ditambahkan dengan 10 ml larutan H2SO4 ± 2 N.
3. Larutan dipanaskan dengan water bath hingga kurang lebih 60°C.
4. Larutan sampel dititrasi dengan larutan KMnO4  0,1 N.
5. Cara kerja no. 1-3 dilakukan sebanyak dua kali

10
II.3. Prosedur Pembuatan Larutan

II.3.1 Prosedur Pembuatan Larutan Asam Oksalat

1. Menghitung jumlah berat asam oksalat yang akan digunakan untuk membuat
larutan asam oksalat ±0,1 N sebanyak 100 ml

Data - data pembuatan larutan asam oksalat

 Rumus molekul kristal asam oksalat = H2C2O4.2H2O


𝑔𝑟𝑎𝑚
 Berat molekul kristal asam oksalat = 126,07 ⁄𝑚𝑜𝑙
𝑒𝑞
 Normalitas asam oksalat = 0,1 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

 Volume larutan asam oksalat = 100 ml / 0,1 liter


 Reaksi ion asam oksalat (H2C2O4) ↔ 2H+ + C2O42-

Mol terlarut H2 C2 O4 .2H2 O


Normalitas H2 C2 O4 = Valensi H+ x Volume larutan H2 C2 O4

Normalitas H2 C2 O4 x Volume larutan H2 C2 O4


Mol terlarut H2 C2 O4 .2H2 O = Valensi H+

eq
0, 1 ⁄liter x 0,1 liter
Mol terlarut H2 C2 O4 .2H2 O = 2 eq

Mol terlarut H2 C2 O4 .2H2 O = 5 x 10-3 mol

Massa H2 C2 O4 . 2H2 O = mol terlarut H2 C2 O4 . 2H2 O x BM H2 C2 O4

gram
= 5 x 10−3 mol x 126,07 ⁄mol

= 0,6304 gram

11
Penimbangan asam oksalat menggunakan neraca analitis dengan toleransi 10 %
kelebihan atau kekurang massa asam oksalat .

Batas atas ( batas maximum ) = 0,6304 gram + (0,6304 gram x 10 % )


= 0,6934 gram

Batas bawah ( batas minimum ) = 0,6304 gram - (0,,6304 gram x 10 % )


= 0,5674 gram

Range penimbangan = 0,5674 gram - 0,6934 gram

2. Kristal asam oksalat ditimbang dengana menggunakan neraca analitis dalam


botol timbang dengan jumlah berat timbangan 0,6304 gram dengana toleransi
10% ( 0,5674 < x < 0,6934) gram
3. Kristal asam oksalat dilarutkan dalam beaker glass dengan volume
penambahan aquades ±50 ml
4. Larutan standart asam oksalat ±50 ml dimasukkan kedalam labu takar 100
ml dan ditambah dengan aquades sampai mencapai tanda batas
5. Larutan standart asam oksalat 100 ml dalam labu takar dihomogen kan dan
diberi label

II.3.2. Prosedur Pembuatan Larutan Kalium Permanganat

1. Menghitung jumlah berat padatan kalium permanganat yang akan digunakan


untuk pembuatan larutan kalium permaganat ±0,1 N sebanyak 2 liter

Data - data pembuatan larutan kalium permanganat

 Rumus molekul kalium permanganat = KMnO4


gram
 Berat molekul kalium permangana = 158,03 ⁄mol

12
eq
 Normalitas kalium permanganat = 0,1 ⁄liter

 Volume kalium permanganat = 2 liter


 Reaksi kalium permanganat ( dalam suasana asam )
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O

Mol terlarut KMnO4


Normalitas KMnO4 = Valensi KMnO4 x
Volume larutan KMnO4

Normalitas KMnO4 x Volume larutan KMnO4


Mol terlarut KMnO4 =
Valensi KMnO4

eq
0,1 ⁄liter x 2 liter
Mol terlarut KMnO4 =
5 eq

Mol terlarut KMnO4 = 0,04 mol

Massa KMnO4 = Mol terlarut KMnO4 x BM KMnO4

gram
= 0,04 mol x 158,03 ⁄mol

= 6,32 gram

Penimbangan kalium permanganat dengan menggunakan neraca kasar


dengan jumlah timbangan kurang lebih 6,32 gram

2. Padatan kalium permanganat ditimbang dengan menggunakan neraca kasar


dalam kaca arloji dengan jumlah berat kalium permanganat yang ditimbang
sebanyak kurang lebih 6,32 gram .
3. Padatan kalium permanganat dilarutkan dengan menggunakan aquades dalam
beaker glass hingga volume larutan kalium permanganat mencapai 2 liter
dalam beaker glass , diaduk dengan batang pengaduk kemudian diberi label

13
II.3.4 Prosedur Pembuatan Larutan Asam sulfat

1. Volume larutan asam sulfat pekat dihitung untuk membuat larutan asam
sulfat encer sebanyak 750 ml dengan konsentrasi larutan asam sulfat encer
2N

Data - data pembuatan larutan asam sulfat


 Rumus molekul asam sulfat = H2SO4
gram
 Berat molekul asam sulfat = 98,08 ⁄mol
gram
 Density asam sulfat pekat = 1,84 ⁄ml

 Konsentrasi asam sulfat pekat = 98 %


 Volume larutan asam sulfat = 750 ml
eq
 Normalitas asam sulfat = 2 ⁄liter

 Reaksi ion asam sulfat ↔ 2H + + SO4 2−

Mol terlarut H2 SO4


Normalitas H2 SO4 = Valensi H + x
Volume larutan H2 SO4

Mol terlarutl H2 SO4


Normalitas H2 SO4 x volume larutan H2 SO4
=
valensi H +

eq
2 ⁄liter x 750 x 10−3 liter
Mol terlarut H2 SO4 =
2 eq

Mol terlarut H2 SO4 = 0,75 mol

Massa H2 SO4 pekat = mol H2 SO4 x BM H2 SO4

gram
= 0,75 mol x 98,08 ⁄mol

= 73,56 gram

14
Volume H2 SO4 pekat
Massa larutan H2 SO4 pekat
=
Densitas H2 SO4 pekat x konsetrasi H2 SO4 pekat

73.56 gram
Volume H2 SO4 pekat = gram
1,84 ⁄ml x 98 %

Volume H2 SO4 pekat = 40,79 ml

2. Larutan H2 SO4 pekat di lemari asam diambil menggunakan pipet tetes


kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga volume H2 SO4 pekat
mencapai 40,79 ml
3. Larutan H2 SO4 pekat dari gelas ukur dimasukkan ke dalam beaker glass
kemudian ditambah dengan aquades untuk mendapatkan volume larutan
H2 SO4 40,79 ml . Kemudian diaduk menggunakan batang pengaduk dan
diberi label

15
Bab III
Hasil Percobaan dan Pembahasan

III.1 Hasil Percobaan

III.1.1 Pembakuan larutan KMnO4 dengan larutan standar H2C2O4

1. Larutan standar dibuat dengan cara menimbang asam oksalat sebanyak


0,6768 gram , kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan aquades sampai
100 ml.
Rumus kimia asam oksalat = H2C2O4.2H2O
gram
BM asam oksalat = 126,07 ⁄mol
2. Hasil titrasi
Vol. asam oksalat, ml Vol. KMnO4, ml Perubahan warna
Tidak berwarna -Merah
10 ml 11,2 ml
muda
Tidak berwarna - Merah
10 ml 11,1 ml
muda
Tidak berwarna - Merah
Rata-rata: 10 ml 11,15 ml
muda

III.1.2. Penentuan konsentrasi Fe2+ dalam larutan sampel

1. Hasil titrasi
Vol. sampel, ml Vol. KMnO4, ml Perubahan warna
10 10,5 ml Pucat - Pink kemerahan
10 10,5 ml Pucat - Pink kemerahan
Rata-rata: 10 ml 10,5 ml Pucat - Pink kemerahan

16
III.2. Pengolahan Data/Perhitungan

III.2.1. Pengolahan Data Pembakuan larutan KMnO4 dengan Larutan Standar


H2C2O4

III.2.1.1. Data - Data Praktikum (Sebelum Titrasi )

1. Massa H2C2O4.2H2O yang ditimbang = 0,6737 gram


2. Massa KMnO4 yang ditimbang = 6,32 gram
3. Volume larutan H2C2O4.2H2O = 100 ml / 0,1 liter
4. Volume larutan KMnO4 = 2 liter
5. Volume H2SO4 yang digunakan = 10 ml
5. Berat molekul H2C2O4.2H2O = 126,07 gram⁄mol
6. Berat Moleku KMnO4 = 40 gram⁄mol

III.2.1.2. Data - Data Praktikum ( saat titrasi )

1. Volume H2C2O4.2H2O saat titrasi = 10 ml


2. Volume rata - rata KMnO4 hasil titrasi = 11,15 ml

III.2.1.3 Reaksi Oksidasi - Reduksi antara KMnO4 dengan H2C2O4

Oksidasi : C2O42- 2 CO2 + 2 e- x5


Reduksi : MnO42- + 8H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O x 2
Oksidasi : 5 C2O42- 10 CO2 + 10 e-
Reduksi : 5 MnO42- + 16H+ + 10e- 2 Mn2+ + 8 H2O

Reaksi setengah : 5 MnO42- + 5 C2O42- +16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 +8H2O


ion elektron
: 2 K+ + 3 SO42- 2 K+ + 3 SO42-

Reaksi : 2 KMnO4 + 5H2C2O4 + 4H2SO4 2 MnSO4 + 10 CO2


lengkap +K2SO4 + 8 H2O

17
III.2.1.3 Konsentrasi Larutan Standart Asam Oksalat

Massa hasil penimbangan H2 C2 O4 .2H2 O


Mol H2 C2 O4 . 2H2 O = BM H2 C2 O4 .2H2 O

0,6737 gram
Mol H2 C2 O4 . 2H2 O = gram
126,07 ⁄mol

Mol H2 C2 O4 . 2H2 O = 5,3438 x 10−3 mol

Normalitas H2 C2 O4 . 2H2 O
Mol terlarut H2 C2 O4 . 2H2 O
= Valensi H + x
Volume larutan

5,3438 x 10−3 mol


Normalitas H2 C2 O4 . 2H2 O = 2 eq x
0,1 liter

eq
Normalitas H2 C2 O4 . 2H2 O = 0,1068 ⁄liter

Normalitas H2 C2 O4 . 2H2 O
Molaritas H2 C2 O4 . 2H2 O =
Valensi H +

eq
0,1068 ⁄liter
Molaritas H2 C2 O4 . 2H2 O =
2 eq

Molaritas H2 C2 O4 . 2H2 O = 0,0534 mol⁄liter

III.2.1.4. Konsentrasi Larutan KMnO4 Setelah Pembakuan

Ekivalen larutan H2 C2 O4 = Ekivalen Larutan KMnO4

Normalitas 1 . Volume 1 = Normalitas 2 . Volume 2

18
Normalitas 1 .Volume 1
Normalitas 2 =
Volume 2

eq
0,1068 ⁄liter x 10 x 10−3 liter
Normalitas 2 =
11,15 x 10−3 liter

eq
Normalitas 2 = 0,09578 ⁄liter

Normalitas 2
Molaritas 2 =
Valensi KMnO4

eq
0,09578 ⁄liter
Molaritas 2 =
5 eq

Molaritas 2 = 0,01916 mol⁄liter

Keterangan :

 Molaritas 2 = Molaritas KMnO4


 Normalitas 2 = Normalitas KMnO4
 Volume 2 = Volume KMnO4 rata - rata hasil titrasi
 Molaritas 1 = Molaritas H2 C2 O4
 Normalitas 1 = Molaritas H2 C2 O4
 Volume 1 = Volume H2 C2 O4 10 ml

III.2.2 Pengolahan Data Penentuan Konsentrasi Ion Ferro ( Fe 2+ ) dalam


Sample

III.2.2.1 Data - Data Praktikum


1. Konsentrasi KMnO4 setelah pembakuan = 0,09578 eq⁄liter
2. Volume rata - rata KMnO4 hasil titrasi = 10,5 ml
3. Volume larutan sample Fe 2+ = 10 ml
4. Volume larutan H2SO4 yang digunakan = 10 ml
5. Berat molekul KMnO4 = 158,07 gram⁄mol

19
III.2.2.2. Reaksi Oksidasi - Reduksi antara KMnO4 dengan Fe 2+

Oksidasi : Fe 2+ Fe 3+ + e- x5
Reduksi : MnO42- + 8H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O x1
Oksidasi : 5Fe 2+ 5 Fe 3+ + 5 e-
Reduksi : 5MnO42- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O
Reaksi setengah : 5MnO42- + 5 Fe2+ + 8H+ Mn2+ + 5 Fe 3+ + 8H2O
ion elektron

: K+ + 9 SO42- K+ + 9 SO42-

Reaksi : KMnO4 + 5FeSO4 + 4H2SO4 MnSO4 + 5⁄2Fe2(SO4)3


lengkap + 1⁄2K2SO4 + 4H2O

III.2.2.3 Konsentrasi Larutan Sample Fe 2+ setelah Titrasi

Ekivalen larutan KMnO4 = Ekivalen Larutan Fe2+

Normalitas 1 . Volume 1 = Normalitas 2 . Volume 2

Normalitas 1 .Volume 1
Normalitas 2 =
Volume 2

eq
0,09587 ⁄liter x 10,5 x 10−3 liter
Normalitas 2 =
10 x 10−3 liter

eq
Normalitas 2 = 0,1006 ⁄liter

eq
0,1006 ⁄liter
Molaritas 2 =
1 eq

Molaritas 2 = 0,1006 mol⁄liter

20
Keterangan :
 Molaritas 1 = Molaritas KMnO4
 Molaritas 2 = Molaritas Fe 2+ dalam sample
 Volume 1 = Volume KMnO4 rata - rata hasil titrasi
 Volume 2 = Volume Sample Fe 2+
 Normalitas 1 = Normalitas KMnO4
 Normalitas 2 = Normalitas Fe 2+ dalam sample

III.3. Pembahasan

III.3.1. Titrasi Permanganometri

Permanganometri adalah salah satu analisis titrimetri dengan


menggunakan prinsip titrasi oksidasi - reduksi dengan menggunakan kalium
permanganat sebagai oksidator . Kalium permanganat dipilih sebagai oksidator
karena kalium permanganat merupakan oksidator kuat dengan bilangan oksidasi 7
yang dapat bereaksi dengan cara berbeda - beda bergantung pada pH larutannya
.Akan tetapi kalium permanganat merupakan larutan standar baku sekunder
sehingga perlu distandarisasi terlebih dahulu menggunakan asam oksalat . Kalium
permanganat merupakan baku sekunder karena padatan kalium permanganat yang
digunakan tidak sepenuhnya mengandung kalium permanganat ( KMnO4 ) , masih
terdapat mangan oksida ( MnO2 ) yang terdapat dalam padatan kalim permanganat
dan kalium permanganat mudah teroksida oleh zat - zat organik yang dapat
mereduksi kalium permanganat menjadi mangan oksida ( MnO2 ) sehingga dalam
pembuatan kalium permanganat diperlukan kehati - hatian karena kalium
permanganat mudah teroksidasi .
Pembuatan kalium permanganat dengan cara dilarutkan dalam aquadest
sebanyak 2 liter kemudian dipanaskan sampai mendidih agar kalium permanganat
larut dalam aquades , kemudian larutan kalium permanganat didinginkan agar
mangan oksida nya mengendap . Setelah itu larutan kalium permanganat disaring
menggunakan glass wool , penggunaan glass wool sebagai penyaring karena
glass wool terbuat dari silikon yang dapat menahan partikel partikel endapan dari
mangan oksida dan bersih dari zat - zat organik yang dapat mereduksi ion
permanganat ( MnO4- ) menjadi mangan oksida ( MnO2 ) . Oleh sebab itu , perlu

21
standarisasi dilakukan agar ditemukan konsentrasi kalium permanganat yang tepat
akibat dari penyaringan endapan MnO2 dalam larutan kalium permanganat yang
mempengaruhi berat KMnO4 yang ditimbang sehingga mempengaruhi
konsentrasi kalium permanganat pada awal perhitungan .
Dalam titrasi permanganometri , reaksi reduksi kalium permanganat
berlangsung lebih lambat jika bereaksi dengan senyawa reduktor . Oleh karena itu
2+
penambahan asam sulfat dan terbentuk ion Mn menjadi katalisator reaksi
2+
kalium permanganat dengan sampel Fe dan asam oksalat dengan bantuan
pemanasan pada suhu optimal larutan kalium permanganat untuk bereaksi yaitu
sekitar 60-70 derajat celcius
Standarisasi kalium permanganat menggunakan asam oksalat dengan
menggunakan prinsip titrasi oksidasi - reduksi . Larutan kalium permanganat
dibuat dengan menimbang 6.32 gram padatan kalium permanganat kemudian
dilarutkan dalam aquades 2 liter . Larutan asam oksalat yang digunakan untuk
standarisasi kalium permanganat dibuat dengan menimbang 0,6737 gram
kemudian dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 ml . Melalui perhitungan
matematis , konsentrasi dalam normalitas asam oksalat adalah 0,1036 eq⁄liter .
Dalam titrasi standarisasi , asam oksalat berlaku sebagai titrat yang dititrasi oleh
kalium permanganat .
Pada titrasi standarisasi percobaan pertama , larutan asam oksalat diambil
sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 0,1036 eq⁄liter diberi penambahan larutan
asam sulfat ( H2SO4 ) 2 eq⁄liter sebanyak 10 ml dengan tujuan membuat larutan
asam oksalat dalam suasana asam sehingga ketika titrasi dengan kalium
permanganat reaksi dalam berjalan cepat dan ion manganat ( MnO4- ) dapat
2+
tereduksi sempurna menjadi ion Mn sehingga tidak terjadi pembentukan
endapan mangan oksida ( MnO2 ) dan juga larutan asam sulfat tidak ikut bereaksi
dengna larutan asam oksalat yang dititrasi sehingga tidak mempengaruhi
konsentrasi dan volume titrasi dari kalium permanganat . Larutan asam oksalat
dalam suasana asam kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 60 - 70 derajat
celcius dengan menggunakan water bath . Penggunaan water bath untuk menjaga
agar suhu dalam larutan tetap konstan jika dipanaskan . Dalam praktek nya ,
pemanasan larutan asam oksalat tidak menggunakan termometer sehingga para
praktikan tidak mengetahui suhu pasti dari larutan asam oksalat yang telah

22
dipanaskan . Pemanasan menggunakan water bath yang tidak memiliki range suhu
pasti , range suhu hanya dengan perkiraan dari waktu pemanasan yang digunakan
untuk mencapai 60 derajat celcius yaitu 5 menit . Hal ini dapat menimbulkan
kesalahan dari praktikan , jika suhu larutan asam oksalat tidak mencapai 60
derajat celcius maka terjadi kesalahan dalam titrasi dan kemudian hasil titrasi
akan membentuk endapan mangan oksida , dan juga dapat terjadi kelebihan suhu
asam oksalat mencapai lebih dari 60 derajat celcius makan asam oksalat akan
terurai dengan asam sulfat membentuk hidrogen peroksida . Sehingga, dalam hal
ini diperlukan termometer dan range suhu dari water bath untuk mengurangi
kesalahan dari praktikan . Pemanasan larutan asam oksalat dalam suasana asam
dilakukan dalam perkiraan waktu 5 menit untuk mencapai suhu 60 derajat celcius
kemudian dilakukan titrasi standarisasi menggunakan kalium permanganat .
Titrasi dilakukan setetes demi setetes . Ketika diamati , satu tetes larutan kalium
permanganat mengubah warna larutan asam oksalat menjadi warna merah muda
kemudian berubah menjadi tidak berwarna jika dihomogenkan . Perubahan warna
ini terjadi karena ion permanganat dalam larutan asam oksalat tereduksi menjadi
2+
ion Mn yang tidak berwarna. Titik akhir titrasi dari standarisasi ini ditandai
dengan indikasi perubahan warna larutan asam oksalat dari tidak berwarna
menjadi berwarna merah muda . Hal ini terjadi karena larutan asam oksalat
memiliki kelebihan ion permanganat yang tidak dapat bereaksi lagi dengan ion
oksalat karena ion oksalat dan ion permanganat telah habis bereaksi . Penetesan
larutan kalium permanganat dalam asam oksalat dilakukan dengan konstan . Jika
titrasi dilakukan secara cepat maka dapat terbentuk endapan mangan oksida akibat
2+
dari reaksi oksidasi ion manganat dengan ion Mn yang terbentuk . Jika titrasi
dilakukan secara lambat maka terjadi kehilangan oksalat yang membentuk
hidrogen peroksida akibat dari oksidasi ion manganat sehingga mengubah
konsentrasi asam oksalat dalam larutan . Hal ini merupakan faktor kesalahan yang
dapat terjadi ketika dalam melakukan titrasi permanganometri .
Setelah mencapai titik akhir titrasi dengan indikasi terjadi nya perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda , volume kalium permanganat
yang digunakan pada titrasi standarisasi pertama yaitu 11,2 ml . Dilakukan
percobaan kedua titrasi standarisasi dengan tujuan untuk melihat volume larutan
kalium permanganat yang digunakan untuk titrasi . Titrasi standarisasi yang kedua

23
dilakukan dengan larutan asam oksalat dalam keadaan asam dengan penambahan
asam sulfat ( H2SO4 ) 2 eq⁄liter sebanyak 10 ml yang dipanaskan pada suhu 60 -
70 derajat celcius yang kemudian dititrasi dengan larutan kalium permanganat .
Terjadi perubahan warna yang sama dengan titrasi standarisasi yang pertama .
Perubahan warna yang terjadi pada larutan asam oksalat yaitu tidak berwarna
menjadi merah muda . Tercatat bahwa volume larutan kalium permanganat yang
digunakan untuk standarisasi kedua yaitu 11,1 ml . Terjadi perubahan volume
yang digunakan sebanyak 0,01 ml dengan presentase perubahan 1 % sehingga
masih dapat masuk dalam perhitungan karena toleransi perubahan volume tidak
lebih dari 0,02 ml dengan presentase perubahan 2 % sehingga dapat dirata - rata
volume kalium permanganat yang digunakan untuk titrasi standarisasi yaitu 11,15
ml . Melalui perhitungan matematis setelah dilakukan standarisasi larutan kalium
permanganat dapat ditemukan konsentrasi larutan kalium permanganat dalam
normalitas yaitu 0,09578 eq⁄liter . Ditinjau dari hasil praktikum standarisasi dapat
dilihat bahwa kalium permanganat tidak dapat menjadi larutan baku sekunder
karena perubahan konsentrasi yang terlihat dari perhitungan matematis yang telah
dilakukan . Dalam prosedur pembuatan larutan larutan kalium permanganat dibuat
dengan konsentrasi 0,1 eq⁄liter kemudian setelah dilakukan standarisasi ditemukan
perbedaan konsentrasi kalium permanganat . Hal ini menjadi salah satu faktor
bahwa larutan kalium permanganat menjadi larutan standar baku sekunder .
Perubahan konsentrasi ini dapat terjadi karena penimbangan kalium permanganat
yang tidak murni dan endapan mangan oksida yang terbentuk selama pembuatan
larutan kalium permanganat .

Standarisasi larutan kalium permanganat digunakan untuk proses titrasi


tahap kedua yaitu untuk menentukan konsentrasi Fe 2+ dalam sampel yang berasal
2+
dari laboratorium . Sampel Fe yang berasal dari laboratorium berwarna pucat
sehingga dapat diperkirakan bahwa titik akhir titrasi terjadi ketika adanya indikasi
perubahan warna dari warna pucat menjadi warna merah muda . Pada titrasi tahap
kedua , Sampel Fe 2+ menjadi titran yang kemudian dititrasi menggunakan larutan
kalium permanganat 0,09578 eq⁄liter yang telah distandarisasi menggunakan
larutan asam oksalat . Sebelum dititrasi sampel Fe 2+ sebanyak 10 ml dibuat
dalam suasana asam terlebih dahulu dengan penambahan asam sulfat sebanyak
24
10 ml dengan konsentrasi 2 eq⁄liter . Dalam suasana asam , larutan kalium
permanganat dapat bereaksi secara cepat karena terjadi penambahan ion H+ yang
berasal dari asam sulfat sehingga larutan kalium permanganat bereaksi secara
2+ 2+
cepat dengan sampel Fe . Penambahan asam sulfat dalam larutan sampel Fe
3+
dapat digunakan untuk mencegah terjadi hidrolisis Fe menjadi Fe(OH)3.
3+
sehingga dalam reaksi , Fe menjadi Fe2(SO4)3 yang tidak berwarna . Sampel
2+
Fe dalam suasana asam kemudian dipanaskan dalam suhu 60 - 70 derajat
celcius yang merupakan suhu optimal untuk larutan kalium permanganat dapat
bereaksi secara cepat.
Pada percobaan pertama titrasi tahap kedua untuk menentukan konsentrasi
2+
Fe dalam sample , dilakukan titrasi antara larutan kalium permanganat dalam
buret dengan sampel Fe2+ sebanyak 10 ml dalam suasana asam dengan suhu 60 -
70 derajat celcius . Jika diamati pada penambahan larutan kalium permanganat
setetes demi setetes terjadi perubahan warna dari pucat ke pink kemerahan
kemudian berubah menjadi tidak berwarna . Hal ini terjadi karena ketika 1 tetes
larutan kalium permanganat dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi larutan
2+
sampel Fe 10 ml dalam suasana asam belum bereaksi , setelah dihomogen kan
2+
larutan sampel Fe berubah menjadi tidak berwarna karena ion permanganat
MnO4- yang berwarna ungu pekat tereduksi menjadi ion Mn 2+
. Selain
2+
penambahan asam sulfat sebagai katalis pemercepat reaksi , ion Mn dapat
bertindak menjadi katalis yang dinamakan sebagai otokatalisator . Otokalisator
2+
merupakan sebuah katalis yang diproduksi dari reaksi itu sendiri . Ion Mn
diproduksi dari reduksi ion permanganat yang bereaksi dengan sampel Fe 2+ yang
mengalami oksidasi . Sebelum Ion Mn2+ terbentuk reaksi belum berjalan dengan
cepat . Titrasi sampel Fe 2+ dengan larutan kalium permanganat mencapai titik
akhir titrasi ketika ion MnO4- yang terbentuk telah sepenuhnya tereduksi menjadi
ion Mn2 + dan Fe 2+
teroksidasi menjadi Fe 3+
serta kelebihan ion MnO4- dalam
larutan yang mengubah warna larutan dari pucat menjadi tidak berwarna . Dari
hasil prosedur titrasi sampel Fe 2+ pada percobaan pertama , menggunakan larutan
kalium permanganat yang digunakan untuk titrasi sebanyak 10,5 ml .
Titrasi percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan keadaan dan
2+
prosedur yang sama dengan menggunakan larutan sampel Fe sebanyak 10 ml
dalam keadaan asam dengan penambahan asam sulfat dengan konsentrasi 2

25
eq
⁄liter sebanyak 10 ml kemudian dititrasi dengan larutan kalium permanganat
dalam buret . Titik akhir titrasi yang diamati pada percobaan kedua sama dengan
titik akhir titrasi yang diamati pada percobaan yang pertama dengan volume yang
digunakan dalam titrasi percobaan kedua dengan volume yang sama yaitu 10,5 ml
. Perbedaan volume yang digunakan adalah 0 ml sehingga faktor kesalahan yang
terjadi akibat perbedaan volume yaitu 0 % . Telah didapat data volume larutan
kalium permanganat yang digunakan untuk titrasi antara larutan kalium
permanganat dengan konsentrasi 0,09578 eq⁄liter yang menitrasi larutan sampel
Fe 2+ sebanyak 10 ml , dengan rata - rata volume larutan kalium permanganat
yang digunakan yaitu 10,5 ml . Melalu perhitungan matematis yaitu pada saat
titrasi didapat titik akhir titrasi yang memenuhi persamaan yaitu ekivalen Fe2+
sama dengan ekivalen KMnO4 dengan menggunakan volume rata - rata larutan
kalium permanganat didapat bahwa konsentrasi Fe 2+ dalam sampel yaitu sebesar
0,1006 eq⁄liter .
Dalam titrasi permanganometri yang menyebabkan suatu kesalahan dapat
terjadi untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa yang tepat yaitu pada larutan
kalium permanganat . Larutan kalium permanganat dapat mudah tereduksi
menjadi Mangan oksida karena terdapat zat - zat organik pereduktor dalam alat -
alat yang digunakan untuk titrasi . Diperlukan perhatian khusus untuk melakukan
titrasi permanganometri agar tidak terjadi kesalahan dalam titrasi dalam
pembentukan ion Mn2+ tanpa terbentuk endapan MnO2 . Kebersihakn alat - alat
praktikum perlu diperhatikan untuk mencegah zat - zat organik mereduksi ion
MnO4- menjadi endapan MnO2.

26
Bab IV
Kesimpulan

IV.1. Titrasi Permanganometri

1. Titrasi permanganometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan


kalium permanganat sebagai larutan standar baku sekunder yang perlu
distandarisasi terlebih dahulu menggunakan asam oksalat sebagai larutan baku
2+
primer yang kemudian digunakan untuk mencari konsentrasi Fe dalam
sample .
2. Titik akhir titrasi ditunjukan dengan adanya indikasi dari indikator dalam hal
ini yaitu Ion permanganat berlebih dalam larutan sehingga membentuk warna
merah muda dari larutan yang tidak berwarna ( larutan asam oksalat) dan
larutan berwarna pucat ( sampel Fe 2+ )
3. Pembuatan larutan asam oksalat dengan menimbang sebanyak 0,6768 gram
yang dilarutkan dalam 100 ml aquades dan konsentrasi asam oksalat dalam
larutan sebanyak 0,1068 eq⁄liter
4. Konsentrasi larutan kalium permanganat setelah pembakuan dengan larutan
asam oksalat yaitu 0,09578 eq⁄liter dan hasil volume rata - rata larutan kalium
permanganat yang digunakan untuk titrasi yaitu 11,15 ml
2+
5. Konsentrasi Fe dalam sample hasil titrasi dengan kalium permanganat
0,09578 eq⁄liter adalah 0,1006 eq⁄liter
6. Katalis untuk titrasi permanganometri yang digunakan adalah larutan asam
sulfat dan otokatalisator yaitu ion Mn2+ dengan bantuan peningkatan suhu
sebanyak 60 - 70 derajat celcius yang merupakan suhu optimal dari ion
permanganat untuk bereaksi .
7. Titrasi perlu diulang hingga 3 - 4 kali untuk menemukan data yang lebih tepat
jika dibandingkan dengan dua kali titrasi
8. Meminimalisir kesalahan dari titrasi permanganometri agar ion permanganat
tidak tereduksi menjadi mangan oksida .

27
DAFTAR PUSTAKA

Day, R .A, Jr. dan Underwood, A.L.,1998, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi ke-6. Jakarta:
Erlangga.
Harjadi, W, 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: PT. Gramedia.

28
Lampiran - Lampiran

 Lampiran Foto Praktikum

Gambar L.1 Botol semprot Gambar L.2 Pipet tetes

Gambar L.3 Batang pengaduk Gambar L.4 Labu Erlenmeyer

Gambar L.5 Corong Gambar L.6 Pipet volume

29
Gambar L.8 larutan asam oksalat
Gambar L.7 Beakers glass
sebanyak 100 ml dalam labu takar

Gambar L.9 Statif dan klem Gambar L.10 Larutan H2SO4 2N 40 ml

Gambar L.11 Hasil titrasi standarisasi Gambar L.12 Hasil titrasi standarisasi
larutan permanganometri dalam larutan larutan permanganometri dalam larutan
asam oksalat (1) asam oksalat

30
Gambar L.13 Hasil titrasi Gambar L.14 Hasil titrasi
permanganometri sampel Fe 2+ dengan permanganometri sampel Fe 2+ dengan
larutan kalium permanganat larutan kalium permanganat

31

Anda mungkin juga menyukai