Anda di halaman 1dari 3

Halaman 1 dari 3 Halaman

STANDARISASI LARUTAN BAKU KMnO4


I.

TUJUAN
Praktikum atau percobaan ini dilakukan supaya kita dapat mengetahui konsentrasi larutan
KMnO4 dari larutan baku primer H2C2O4.

II.

DASAR TEORI
Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari
Mangan Oksida. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam
lemah , netral dan basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat
tereduksi menjadi ion Manganat yang berwarna hijau (Rivai, 1995).
Kalium permanganat distandarisasikan dengan menggunakan Natrium Oksalat atau sebagai
Arsen(III) Oksida standar-standar primer.
Pereaksi kalium permanganat bukan pereaksi baku primer. Sangat sukar untuk mendapatkan
pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas dari mangan dioksida . kalium permanganat merupakan
zat pangoksida kuat yang berlainan menurut pH medium, kalium permanganat merupakan zat padat
coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas
untuk ion permanganat.
Pembakuan larutan KMnO4 ini dapat dilakukan dengan titrasi permanganometri secara
langsung,biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida. Kalium permanganat
merupakan zat pengoksida yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan
indicator, karena mampu bertindak sebagai indikator oleh karena itu pada larutan ini tidak
ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: larutan
pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4
pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan resipitat cokelat yang seharusnya adalah larutan yang berwarna merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang berlaku cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 yang telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
- Buret

- Erlemeyer

- Pemanas

- Pipet tetes

2. Bahan
- Larutan H2SO4 2 N 5,0 ml

- Larutan H2C2O4 0,01 N 10,0 ml

- Larutan KMnO4 0,01 N

IV. CARA KERJA


1. Pipet 10,0 ml larutan asam oksalat standar dalam erlenmeyer.

Halaman 2 dari 3 Halaman


2. Tambahkan 5 ml asam sulfat (H2SO4) 2N.
3. Panaskan hingga suhu kurang dari 800 C
4. Titrasi segera dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda yang bertahan
sampai sepuluh detik.

V.

HASIL PENGAMATAN
Titrasi ke

Volume H2C2O4

Volume KMnO4

1.

10,00 ml

12,90 ml

2.

10,00 ml

13,10 ml

3.

10,00 ml

12,50 ml

4.

10,00 ml

12,70 ml

5.

10,00 ml

12,30 ml

6.

10,00 ml

12,40 ml

Rata-Rata

10,00 ml

12,65 ml

VI. ANALISA DATA


N1 * V1

= N2 * V2

N KMnO4 * V KMnO4 = N H2C2O4 * V H2C2O4


N H2C2O4

= ...
= ...
= ...

VII. PEMBAHASAN
Pereaksi kalium permanganat bukan pereaksi primer. Sangat sukar untuk mendapatkan
pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas dari mangan dioksida. Kalium permanganate merupakan
zat pengoksida kuat yang berlainan menurut pH medium. Kalium permanganate merupakan zat
padat cokelat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri
khas untuk ion permanganate.
Timbulnya mangan dioksida akan mempercepat reduksi permanganat. Demikian juga adanya
ion mangan(II) dalam larutan akan mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan dioksida.
Reaksi tersebut berlangsung sangat cepat dalam suasana netral. Oleh karena itu, larutan kalium
permanganat harus distandarisasi.
Standarisasi kalium permanganat harus distandarisasi dengan asam kuat, seperti asam oksalat
dan asam sulfat, ini dikarenakan supaya reaksi tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda
sangat tergantung pada pH.
Standarisasi larutan KMnO4 ini dapat dilakukan dengan titrasi permanganometri secara
langsung, biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida. kalium permanganate
merupakan zat pengoksida yang sangat kuat. Jadi pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan,

Halaman 3 dari 3 Halaman


karena mampu bertindak sebagai indikator, oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan
indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan KMnO4.
Reaksi antara permanganat dengan asam oksalat berjalan agak lambat pada suhu kamar,
sehingga sebelum asam oksalat dan H2SO4 ditritasi dengan KMnO4 harus dipanaskan terlebih
dahulu supaya reaksinya bisa cepat, tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan(II) terbentuk
mangan(II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah otokatalitik karena katalis
menghasilkan reaksi sendiri. Reaksi yang terjadi:
2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2 + 10CO2 + 8H2O
Setelah pemanasan tersebut tersebut asam oksalat dan asam sulfat langsung distandarisasi
dengan KMnO4, setelah distandarisasi larutan asam oksalat dengan asam sulfat menghasilkan
warna merah muda, ini dikarenakan reaksi antara larutan asam oksalat dan asam sulfat dengan
kalium permanganat. Berikut ini reaksi yang terjadi:
5H2C2O4 + 2KMnO4 + 5H2SO4 K2SO4 2MnSO4 + 8H2O + 10CO2

VIII. KESIMPULAN
Pada pembahasan dan hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan:
1. Pada standarisasi larutan permanganat tidak menggunakan indikator karena kalium
permanganat termasuk zat pengoksida yang sangat kuat.
2. Standarisasi ini harus dilakukan dengan asam kuat ini dikarenakan supaya reaksi tidak bolakbalik .
3. Standarisasi ini harus dipanaskan karena reaksi permanganat dengan asam oksalat dengan asam
sulfat berjalan agak lambat pada suhu kamar.

DAFTAR PUSTAKA
Pudjatmaka, Hadyana.1989. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitaik. Jakarta: UI-Press.
http://kimiaanalitik.blogspot.com [Online] Akses 08 November 2009.

Akhmad Syafii Maarif


Kimia

Anda mungkin juga menyukai