Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“ALKALIMETRI”

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Chandini Ruth Yapno


NIM : 211420033
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, 29 Maret 2022


PERCOBAAN 5 :
ALKALIMETRI

Ⅰ. Tujuan

Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :


A. Mahasiswa dapat membuat larutan NaOH 0,1 N
B. Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan NaOH 0,1 N
C. Mahasiswa dapat menganalisa kadar asam asetat.

Ⅱ. Keselamatan Kerja

Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam perobaan ini adalah :
D. Hati – hati saat bekerja dengan larutan kimia.
E. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam praktikum ini (MSDS
terdapat dalam lampiran).
F. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.
G. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.Kacamata.
H. Gunakan alat-alat pelindung diri (Sarung Tangan,Masker).
I. Tidak diperkenankan membawa alat yang dapat menimbulkan api.
J. Hati-hati saat bekerja dengan larutan kimia (Lihat MSDS).

Ⅲ. Dasar Teori
Titrasi merupakan bagian dari analisa kuantitatif senyawa organik. Analisa
Kuantitatifsenyawa organik dapat dilakukan dengan teknik gravimetri, titrasi, kolorimetri,
polarimetri, dan lain-lain. Pada praktikum kali ini, dilakukan titrasi asam basa sebagai
salah satu penerapan dari analisa kuantitatif. Titrasi biasanya dilakukan pada larutan
elektrolit kuat seperti HCL dan NaOH yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat
yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekuivalen. Perbedaan titik akhir dan titik
ekuivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalahan
acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinam serta
nilainya dapat dihitung dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri.
Kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 2005).
Asidi-akalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton
(asam) dengan penerima proton. Metode titrimetri masih digunakan secara khas karena
merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode kuantitatif dengan mengukur volume,
sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar
(konsentrasinya) telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif.
Suatu titrasi yang ideal adalah jika titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen teoritis.
Dalam kenyataannya selalu ada perbedaan kecil. Beda ini disebut dengan kesabhan titrasi
yang dinyatakan dengan mililiter larutan baku. Oleh karena itu, pemilihan indikator harus
dihkukan sedemikian rupa agar kesalahan ini sekecil-kecilnya. Dalam larutan, kadar
bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya
massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap
satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter (Rohman, 2007).
Titrasi asam basa adalah titrasi yang berasaskan reaksi penetralan,
menggunakan pentitrasi suatu asam atau basa kuat. Teori asam basa yang dipakai sebagai
dasar adalah teori Arrhenius dan teori Bronstedt yang merupakan dasar teori asam basa
universal modern. Teori Bronstedt memberikan hubungan yang jelas antara asam dan
basa, terutama yang penting bila menyangkut asam dan basa lemah. Dengan teori
Bronstedt dapat dijelaskan reaksi yang berlangsung dalam larutan air maupun bukan air.
Titrasi asam basa adalah titrasi suatu asam anorganik, organik, atau suatu fungsi asam
pada senyawa organik dengan larutan standar sekunder basa kuat atau titrasi suatu basa
organik, atau suatu fungsi basa pada senyawa organik dengan bantuan standar sekunder
asam kuat (Kasasih Satiadarma. 2004).
Proses titrasi asam basa dikenal sebagai titrasi asidimetri dan alkalimetri yang
merupakan salah satu proses titrasi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton
(asam) dengan  penerima  penerima proton (basa). Proses asidimetri dan alkalimetri ini
melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar. Alkalimetri merupakan penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Tujuan
titrasi asam basa adalah bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasinya yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan
yang dianalisis atau ingin diketahui kadar atau konsentrasinya (Kasasih Satiadarma.
2004).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke erlenmeyer , dengan
mengukur terlebuh dahulu volumenya. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indikator
yang perubahan warnanya dititk ekuivalen. Saat terjadi  perubahan warna itu disebut titik
akhir. Dalam reaksi penetralan, terdapat beberapa macam reaksi asam dengan basa,
sebagai berikut : (Syukuri, 1999).
1. Titrasi asam kuat dan basa kuat.
2. Titrasi asam lemah dan basa kuat.
3. Titrasi asam kuat dan basa lemah
Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan, misalnya asam, dimasukkan
kedalam wadah atau tabung. Larutan lain, yaitu basa, dimasukkan ke dalam buret lalu
dimasukkan ke dalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik
setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satu usaha untuk mencari titik setara adalah
melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titrasi pada titrasi dimana indikator
berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang diperlukan adalah
memadankan titik akhir indikator dengan titik setara penetralan. Ini dapat tercapai jika
kita dapat menemukan indikator yang berubah warnanya terjadi dalam selang pH yang
meliputi pH sesuai dengan titik setara (Petrucci, 1992).
Ada satu kelompok senyawa yang memiliki sifat khas, yaitu wamanya dapat
berubah oleh perubahan pH larutannya. Sifat inilah yang barangkali mendorong
penamaan kelompok zat tersebut sebagai indikator. Umumnya kelompok senyawa
tersebut tergolong senyawn organik. Suatu indikator memiliki kepekaan terhadap
perubahan pH larutan, ada juga kelompok indikator yang peka terhadap konsentrmi ion-
ion logam tertentu seperti ion Mg2+, Ca2+, dan ion Cu2+ (Petrucci, 1992).
Analis mendapat keuntungan dari perubahan pH yang besar yang terjadi dalam
titrasi untuk menentukun saat kapan titik ekivalen tercapai. Indikator phenolphthalein
yang sudah dikenal menpakan asam diprotik dan tidak berwarna. Indikator ini terurai
dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian, dengan hilangnya proton
kedua, menjadi ion dengan sistem terkonjugat, menghasilkan warna merah. Macam-
macam indikator dari segi fungsinya, dikenal beberapa macam (HAM, 2006).
a. Indikator asam-basa
Contoh : lakmus, phenolflalien, fenol merah. metal jingga, metalmerah, brom-timol
biru.
b. Indikator redoks
Contoh : metilen biru, difenil-amin, difenil karbazida, feroin, nitroferoin,
5-metilfarvin.
c. Indikator kulometrik (berupa elektroda pembanding)
d. Indikator kelometrik
Contoh: erichrome black-t, kalmagit, difenil karbazida
e. Indikator pengendapan
Contoh: eosin, flueresin, diklorofluoresin, ortokrom
Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan
untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk
titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus mL titran.
Kurva semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan
dalam memilih indikator yang tepat (Day dan Underwood, 1999).
Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa
dan garam Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat
berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan
elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan
pada konsentrasi rendah (Harjadi, 1990).
Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap
proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya.(Keenan, 1994)
Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum
digunakan : (Day dan Underwood, 1999)
1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu.
2. Tidak boleh ada reaksi samping.
3. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan
kata hin, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar.
4. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai.
Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat
digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan.
5. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja).
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif.Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri
Analisis titrimetri dihkukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan harutan
standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.Perhitungan didasarkan pada
volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri
yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan
standar disebut analisis asidi - alkalimetri Apabila larutan yang bersifat asam maka
analisis yang dilakukan adahh analisis asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu basa
sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri (Keenan,
1991).
Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang
seksama volume - volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling
menetralkan. Reaksi penentralan atau asidimetri dan alkalimetri adahh salah satu dari
empat golongan utama dalam penggolongan reaksi alam analisis titrimetri Asidi
akalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam
bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu
basa standar (alkalimetri).Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen
dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994).

IV. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:


- Natrium Hidroksida (NaOH) kristal
- Potasium Hidrogen Ptalat (C8H5KO4)
- Larutan indikator Phenol Phthalein (PP)
- Larutan Asam asetat pekat
- Potasium hidrogen ptalat

Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:


– Pipet ukur, kapasitas 2 mL
– Pipet volumetrik, kapasitas 10 mL
– Labu takar, kapasitas 100 mL
– Labu takar, kapasitas 200 atau 250 mL
– Gelas beaker
– Buret, kapasitas 50 mL
– Erlenmeyer, kapasitas 100 mL
– Timbangan analitik
V. Prosedur Percobaan

Membuat Larutan NaOH 0,1 N

Ke dalam gelas ukur beaker timbang NaOH Kristal,


kurang lebih sesuai dengan hasil perhitungan

Larutkan dengan sedikit akuades, kemudian masukkan ke dalam labu takar


kapasitas 200 atau 250 mL. Bilasi gelas beaker dengan sedikit akuades dan
bilasannya juga dimasukkan ke labu takar. Ulangi langkah pembilasan ini 2
kali lagi. Kemudian tambahkan akuades ke dalam labu takar sampai tanda
batas. Tutup dan kocok biar campur.

Sebelum digunakan larutan NaOH ini harus di standarisasi terlebih dahulu


dengan Potasium Hidrogen Ptalat.

Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N

Ke dalam gelas beaker timbang potasium hidrogen


ptalat (yang sudah dikeringkan dalam oven
bertemperatur 110 – 120 oC selama 2 – 3 jam dan
kemudian didinginkan dalam desikator) kurang lebih
2,04 - 2,05 gram. Catat berat penimbangan.

Larutkan dengan sedikit akuades, kemudian masukkan ke


dalam labu takar 100 mL, bilaslah gelas beaker dengan sedikit
akuades dan bilasannya juga dimasukkan ke dalam labu takar.
Lakukan pembilasan ini sedikitnya 2 kali. Kemudian
tambahkan akuades ke dalam labu takar sampai tanda batas.
Tutup dan kocok biar campur.

Ambil 10 mL larutan ini dengan pipet volumetrik, masukkan ke


dalam erlenmeyer dan tambahkan 3 – 4 tetes indikator PP.

Titrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH yang hendak


distandarisasi dari buret sampai tepat terbentuk warna pink
(merah jambu).

Catat volume NaOH yang digunakan, dan ulangi pekerjaan


titrasi ini 2 kali lagi. Rata – ratakan volume NaOH yang
digunakan, misal V mL.
Hitung normalitas NaOH dengan ketelitian sampai 4 angka di
belakang koma.

Analisa Kadar Asam Asetat.

Masukkan sekitar 50 mL akuades ke dalam labu takar


100 mL, bawa ke dalam almari asam. Pipet 1 mL asam
asetat pekat dengan pipet volumetrik 1 mL, masukkan ke
dalam labu takar tersebut, kemudian tambahkan akuades
sampai tanda batas. Tutup dan kocok biar campur.

Pipet 10 mL larutan tersebut dengan pipet volumetrik,


masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL dan tambahkan
3 – 4 tetes indikator PP.

Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi


sampai tepat terbentuk warna pink. Catat pemakaian
larutan NaOH yang digunakan.

Ulangi langkah 2 s/d 3 di atas sebanyak 2 kali lagi,


kemudian rata – ratakan larutan NaOH yang
digunakan.

Hitung kadar asam asetat pekat tersebut.

Ⅵ. Hasil Praktikum
a. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
No. Volume Larutan C8H5KO4 Volume Titrasi NaOH
0,1 N (ml)
1. 10 ml 11,8
2. 10 ml 11,7
3. 10 ml 11,3
Rata-rata 11,6
b. Analisa Kadar Asam Asetat
No. Volume Larutan CH3COOH Volume Titrasi NaOH
0,1 N (ml)
1. 10 ml 14,2 ml

2. 10 ml 14,6 ml

3. 10 ml 14,5 ml

Rata-rata 14,93

VII. Perhitungan
Perhitungan praktikum
a. NNaoH = 0,1 x 250 x 40 mgram
= 1000 mgram
= 1 gram
1000 G
V/v x VNaoH x 204,22

= 1.000 X 2, 050
10 x 11,6 x 204, 22
= 2.050
23.689,52
= 0, 086 N
b. Kadar asam asetat
V/v x VNaOH x 60% x 100%
VCH3COOH x K x1.000
= 100/10 x 14,43 x 0,086 x 60 x 100%
1 x 1,085 x 1.000
= 744,588 x100%
1.085
= 0, 69 x 100%
= 69%
Ⅷ. Tugas
1. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi saat standarisasi larutan NaOH dan analisis
kadar asam asetat pekat!
Jawab :
 Standarisasi NaOH
C₈H₅KO₄ + NaOH NaC₈H₅KO₄ + H₂O
 Analisis Asam Asetat
CH₂COOH + NaOH CH₃COONa + H₂O
2. Sebutkan bahan kimia lain yang dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan NaOH
dan tuliskan reaksi kimianya denga Larutan NaOH!
Jawab :
 Potasium Hidrogen Ptalat (C₈H₅KO₄)
C₈H₅KO₄ + NaOH NaC₈H6KO₄ + H₂O
 Asam Asetat (CH₂COOH)
CH₃COOH + NaOH CH₃COONa + H₂O

Ⅸ. Analisis

Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau
kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat atau asam cuka. Sebelum
menentukan kadarnya, perlu dilakukan pembuatan larutan baku primer dan
standarisasi larutan baku sekunder (NaOH) oleh larutan baku primer (C8H5KO4).
NaOH perlu distandarisasi karena NaOH merupakan senyawa yang mudah untuk
menyerap CO2 dari udara bebas sehingga membentuk Na2CO3. Digunakan
C8H5KO4 sebagai larutan baku primer untuk dapat menentukan normalitas NaOH.
Sebelum membuat larutan, C8H5KO4 terlebih dahulu dipanaskan agar semua air yang
terkandung menguap dan didapatkan C8H5KO4 murni. Kemudian, dilanjutkan dengan
standarisasi NaOH dengan melakukan titrasi menggunakan larutan C8H5KO4. Dari
pengolahan data diperoleh nilai normalitas NaOH yang didapatkan sesuai/tidak sesuai
dengan yang diharapkan, yaitu 0,1 N. Normalitas yang didapatkan dari praktikum
sebesar ….. N. Perbedaan nilai normalitas ini disebabkan karena sifat NaOH yang
mudah untuk menyerap gas CO2 untuk itu saat pembuatan larutan NaOH perlu
menggunakan air yang bebas dari CO2 yang nantinya digunakan untuk melarutkan
NaOH. Karena CO2 akan mempengaruhi dari hasil reaksi yang akan terjadi pada
titrasi. Selain itu, kemungkinan ada C8H5KO4 yang tertinggal di piala gelas,
kurangnya ketelitian dalam melihat perubahan warna larutan, atau kesalahan dalam
melakukan titrasi yang menyebabkan kelebihan tetesan. Perbedaan hasil normalitas ini
juga mempengaruhi hasil kadar CH3COOH yang didapatkan. Dalam praktikum 3 kali
percobaan digunakan indikator PP sebanyak 4 tetes. Penambahan jumlah tetesan
indikator berpengaruh karena indikator adalah suatu asam atau basa maka jumlah yang
harus ditambahkan hendaknya sedikit mungkin,sedemikian rupa sehingga tidak
mempengaruhi pH dan titran yang menyebabkan terjadinya sedikit perubahan.
Pembuatan larutan CH3COOH didapatkan dari pengenceran larutan CH3COOH
pekat. Pembuatan larutan ini dilakukan di dalam ruang asam. Saat akan menambahkan
CH3COOH pekat ke dalam labu ukur harus diisi akuades terlebih dahulu sebagai
penetral panas yang dihasilkan oleh CH3COOH pekat. Apabila labu ukur diisi oleh
CH3COOH pekat dahulu, panas yang mungkin dilepaskan oleh CH3COOH dapat
menyebabkan CH3COOH memercik ke lingkungan kerja sekitar dan dapat
membahayakan anggota tubuh. Selain itu, akuades dapat mencegah CH3COOH pekat
bereaksi secara langsung dengan labu ukur. Reaksi secara langsung antara CH3COOH
pekat dan labu ukur dapat menyebabkan labu ukur pecah. Dari pengolahan data dan
perhitungan yang telah dilakukan diperoleh kadar asam asetat sebesar 69%

Ⅹ. Penutup
A. Simpulan
Alkalimetri adalah reaksi menetapkan konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
basa standar yang sudah diketahui konsentrasinya . Percobaan ini pertama-tama
dilakukan pembuatan larutan standar NaOH. Setelah penimbang NaOH dan pelarutan,
NaOH distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer C8H5KO4.
Didapatkan normalitas NaOH sebesar 0,086 N. Larutan NaOH yang sudah
distandarisasi dapat digunakan sebagai titran untuk menentukan kadar CH3COOH.
Didapatkan kadar CH3COOH sebesar 69%

B. Saran
- Sebelum melakukan praktikum sebaiknya alat dan bahan dipersiapkan terlebih
dahulu.
- Dalam peraktikum lebih teliti dalam melakukan pengamatan dan juga pada saat
titrasi
- Sebelum praktikum alangkah baiknya membaca modul dengan baik dan
mempersiapkan diri mengenai materi praktikum.

Ⅺ. Daftar Pustaka
1. Day, R.A dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
2. HAM, Mulyono. 2005.  Membuat  Reagen Kimia di Laboratorium Laboratorium.
Jakarta : Bumi Aksara.
3. Nuryanti, dkk. 2010. Indikator Titrasi Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu,
Yogyakarta : Univeristas Gadjah Mada.
4. Sasa . 2016. Titrasi asidimetri. Online, https://www.slideshare.net/saifulnurs/titrasi-
asidimetri. Diakses pada tanggal 30 Maret 2022.
5. Satiadarma, Kosasih.dkk. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis Edisi
Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.
Ⅻ. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai