Anda di halaman 1dari 18

A.

JUDUL PERCOBAAN : Karbon

B. TANGGAL PERCOBAAN : 19 Februari 2019, 07.00- 09.30 WIB

C. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui cara pembuatan gas karbon

dioksida.

2. Mengetahui sifat-sifat karbon dan

Senyawanya.

3. Mengidentifikasi karbon dan senyawanya

D. DASAR TEORI

Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai


simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14
pada tabel periodik, karbon merupakan unsur non logam dan bervalensi 4
(tetravalen), yang berarti bahwa terdapat empat elektron yang dapat
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen. Terdapat tiga macam isotop
karbon yang ditemukan secara alami, yakni 12C dan 13C yang stabil, dan 14C
yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh peluruhannya sekitar 5730
tahun. Karbon merupakan komponen penting penyusun biomassa tanaman.
Hasil rangkuman berbagai studi terhadap berbagai jenis pohon diperkirakan
kadar karbon sekitar 45–46% bahan kering dari tanaman (Brown,1997).

Karbon merupakan zat yang telah ada semenjak proses terbentuknya


bumi. Karbon terdapat pada semua benda mati dan makhluk hidup. Karbon
terdapat di udara dalam bentuk gas karbondioksida. Pada tumbuhan, karbon
terdapat pada 10batang, daun, akar, buah, juga pada daun-daun kering yang
telah berguguran. Sebagian karbon pada tumbuhan membentuk suatu zat
yang disebut hidrat arang atau karbohidrat. Hidrat arang merupakan zat
yang sangat dibutuhkan oleh manusia maupun hewan sebagai sumber tenaga
dan pertumbuhan. Karbon dari tumbuhan berpindah ke tubuh manusia dan
hewan ketika mereka memakannya. Maka karbon pun menyebar ke seluruh
bagian tubuh menjadi bagian-bagian dari tulang, kuku, daging dan kulit.
Karbon juga tersimpan dalam perut bumi sebagai batu kapur,grafit, intan,
minyak bumi, gas alam, batu bara dan tanah gambut (Tugas
Suprianto,dkk.,2012).

Sumber karbon organic terbesar terdapat pada batu kapur, dolomit,


dan karbon dioksida, sedangkan sumber organik terdapat pada batubara,
tanah gambut, minyak bumi, dan klatrat metana. Karbon dapat membentuk
lebih bnayak senyawa daripada unsur lainnya. Karbon yang berasal dari
makhluk hidup seperti batubara dan minyak bumi disebut karbon organik.
Adapun yang bukan berasal dari makhluk hidup seperti batu kapur disebut
karbon anorganik(Tugas Suprianto,dkk,2012).
Diagram fasa karbon dioksida serupa dengan diagram fasa air, dengan
suatu pengecualian pengecualian penting, kemiringan kurva antara padat
dan cair adalah positif. Pada kenyataannya, hal ini berlaku umtuk hamper
semua zat lain. Air berperilaku berbeda karena es kurang rapat
dibandingkan air. Titik tripel karbon dioksida adalah pada 5,2 atm dan -57
℃. Seluruh fasa cair terletak diatas tekanan atmosfer; jadi tidak mungkin
padatan karbon dioksida meleleh pada 1 atm. Bila CO2 dipanaskan hingga
-78℃ pada 1 atm, zat ini menyublim. Pada kenyataanya padatan karbon
dioksida disebutu es kering karena terihat seperti es dan tidak meleleh.
Karena sifatnya ini, es kering berguna sebagai pendingin(Chang,2005).
Semua zat terdapat dalam salah satu dari tiga wujud : gas, cair, dan
padat. Perbedaan utama antara wujud terkondensasi dengan wujud gas
adalah jarak pisah anatara molekul. Gaya antarmolekul bisa bekerja antara
molekul atau antara dan ion. Secara umum, gaya-gaya ini jauh lebih lemah
daripada gaya-gaya ikatan. Gaya dipol-dipol dan gaya ion-dipol menarik
molekul-molekul yang memiliki momen dipol ke molekul polar lain atau
ion. Gaya disperse merupakan hasil momen dipol sesaat yang terinduksi
dalam molekul-molekul nonpolar biasa. Sejauh mana momen dipol dapat
diinduksi dalam suatu molekul ditentukan oleh keterpolarannya. Istilah gaya
“Van der Waals” merujuk pada gaya dipol-dipol, gaya dipol-dipol
terinduksi, dan gaya disperse. Ikatan hydrogen merupakan gaya dipol-dipol
yang relatif kuat yang bekerja antara ikatan polar yang mengandung atom
hidrogen dan atom elektronegatif yang terikat N,O, atau F. ikatan hidrogen
antara molekul-molekul air merupakan ikatan yang kuat. Cairan cenderung
untuk mengambil bentuk yang memastikan luas permukaan minimum.
Tegangan permukaan adalah energy yang dibutuhkan untuk memperluas
permukaan suatu cairan; gaya antarmolekul yang kuat menyebabkan
tegangan permukaan yang besar. Viskositas merupakan ukuran hambatan
cairan untuk mengalir; nilainya menurun dengan naiknya suhu(Chang,
2005).
Karbon Monoksida adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau
dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah
-192℃. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya
akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif
tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain dari itu gas CO dapat
pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat
terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan
gunung berapi, proses biologi dan lain-lainnya(Wardhana,2004).

Atom karbon mempunyai nomor atom 6, dengan empat elektron


valensi. Keempat elektron valensi membentuk pasangan elektron bersama
dengan atom lain membentuk ikatan kovalen. Keempat elektron valensi ini
dapat digambarkan sebagai tangan ikatan. Empat ikatan tangan yang
dimiliki atom karbon dapat membentuk rantai dengan berbagai bentuk dan
kemungkinan. Setiap kemungkinan menghasilkan satu jenis senyawa.
Semakin banyak kemungkinan, semakin banyak jenis senyawa yang bisa
dibentuk oleh atom karbon. Beberapa kemungkinan rantai karbon yang
dibentuk dapat dikelompokan berdasarkan: Jumlah ikatan, Ikatan tunggal,
yaitu ikatan antara atom-atom karbon dengan satu tangan ikatan (sepasang
elektron ikatan).

1. Ikatan rangkap dua, yaitu terdapat ikatan antara atom - atom karbon
dengan dua tangan ikatan (dua pasang elektron ikatan).
2. Ikatan rangkap tiga (ganda tiga), yaitu ikatan antara atom - atom karbon
dengan tiga tangan ikatan (tiga pasang elektron ikatan).

Bentuk rantai
1. Rantai terbuka (alifatis), yaitu rantai yang antar ujung-ujung atom
karbonnya tidak saling berhubungan. Rantai jenis ini ada yang bercabang
dan ada yang tidak bercabang.

2. Rantai tertutup (siklis), yaitu rantai yang terdapat pertemuan antara


ujung–ujung rantai karbonnya. Terdapat dua macam rantai siklis, yaitu
rantai siklis dan aromatis.

 Baca Juga: Memahami Dasar-Dasar Alkana 

Posisi atom karbon di dalam rantai karbon

Berdasarkan jumlah atom karbon lain yang diikat, terdapat empat


kemungkinan posisi atom C dalam rantai karbon, yaitu:

1. Atom karbon primer


2. Atom karbon sekunder
3. Atom karbon tersier
4. Atom karbon kuartener
Coba perhatikan gambar berikut: 

Atom C1 hanya mengikat 1 atom C lainnya, atom C1 disebut atom karbon


primer. Atom C2 mengikat 2 atom C lainnya, atom C2 disebut atom karbon
sekunder. Atom C3 mengikat 3 atom C lainnya, atom C3 disebut atom
karbon tersier, Atom C4 mengikat 4 atom C lainnya, atom C4 disebut atom
karbon kuartener.

 Atom karbon primer, yaitu rantai karbon yang hanya mengikat secara
langsung satu atom karbon yang lain.
 Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung
dua atom karbon yang lain.
 Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung
tiga atom karbon yang lain.
 Atom karbon kuartener, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung
empat atom karbon yang lain.

konsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh


kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor. Semakin ramai kendaraan
bermotor yang ada, semakin tinggi tingkat polusi CO di
udara(Fardiaz,2002).

Karbon dalam grafit, berikatan satu sama lain melalui ikatan kovalen
tetapi memereka membentuk ikatan yang berlapis lapis. Anatar lapis satu
dengan yang lain hanya dihubungkan oleh gaya Van der Waals yang lemah.
Hany ini memgakibatkan grafit sangat rapuh dan ikatanya mudah lepas.
Salah satu contohnya adalah grafit pada pensil. Dengan menorehkan nya ke
buku, grafitnya akan tertinggal dibuku dengan sangat mudah. Sumber
pencemar gas CO yang terbesar, berdasarkan hasil penelitian di negara-
negara industri, adalah berasal dari pemakaian bahan bakar fosil (minyak,
batubara) pada mesin-mesin penggerak transportasi.(Hadihardaja, 1997).
Air kapur merupakan salah satu dari bahan tambahan yang digunakan
untuk merendam bahan makanan untuk diproses lebih lanjut. Perendaman
air kapur ini dimaksudkan untuk memudahkan proses selanjutnya. Dalam
hal ini larutan kapur yang bersifat alkalis diharapkan mampu memperbaiki
tekstur bahan makanan. Pengaruh konsentrasi air kapur terhadap kadar air
disebabkan karena kapur ini bersifat mengikat CO2 dan air (higroskopis)
sehingga membentuk Ca(OH)2 dan mengurangi kandungan air yang ada
dalam bahan pangan(Prayitno, 2002).

Bagian terbesar dari karbin yang berada di atmosfer bumi adalah gas
karbon dioksida (CO2) . Gas–gas lain yang mengandung karbon diatmosfer
adalah gas metana dan klorofluoro karbon atau CFC yang merupakan gas
artificial atau buatan. Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. laut
mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak
sempurna senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam.
CO terbentuk apabila kekurangan oksigen dalam proses pembakaran.
Karbon monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api warna biru,
menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, karbon
monoksida memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni
merupakan precursor banyak senyawa karbon(Wardhana,2004).
Karbon memiliki berbagai bentuk alotrop yang berbeda-beda, meliputi
intan yang merupakan bahan terkeras di dunia sampai dengan grafit yang
merupakan salah satu bahan terlunak. Karbon juga memiliki afinitas untuk
berikatan dengan atom kecil lainnya, sehingga dapat membentuk berbagai
senyawa dengan atom tersebut. Oleh karenanya, karbon dapat berikatan
dengan atom lain (termasuk dengan karbon sendiri) membentuk hampir 10
juta jenis senyawa yang berbeda. Karbon juga memiliki titik lebur dan titik
sublimasi yang tertinggi di antara semua unsur kimia. Pada tekanan
atmosfer, karbon tidak memiliki titik lebur karena titik tripelnya ada pada
10,8 ± 0,2 MPa dan 4600 ± 300 K,[2][3] sehingga ia akan menyublim sekitar
3900 K.

Karbon dapat menyublim dalam busur karbon yang memiliki


temperatur sekitar 5800 K, sehingga tak peduli dalam bentuk alotrop
apapun, karbon akan tetap berbentuk padat pada suhu yang lebih tinggi
daripada titik lebur logam tungsten ataupun renium. Walaupun karbon
secara termodinamika mudah teroksidasi, karbon lebih sulit teroksidasi
daripada senyawa lainnya (seperti besi dan tembaga).

Karbon merupakan unsur dasar segala kehidupan di Bumi. Walaupun


terdapat berbagai jenis senyawa yang terbentuk dari karbon, kebanyakan
karbon jarang bereaksi di bawah kondisi yang normal. Di bawah temperatur
dan tekanan standar, karbon tahan terhadap segala oksidator terkecuali
oksidator yang terkuat. Karbon tidak bereaksi dengan asam sulfat, asam
klorida, klorin, maupun basa lainnya. Pada temperatur yang tinggi, karbon
dapat bereaksi dengan oksigen, menghasilkan oksida karbon oksida dalam
suatu reaksi yang mereduksi oksida logam menjadi logam. Reaksi ini
bersifat eksotermik dan digunakan dalam industri besi dan baja untuk
mengontrol kandungan karbon dalam baja:

Fe3O4 + 4 C(s) → 3 Fe(s) + 4 CO(g)

Pada temperatur tinggi, karbon yang dicampur dengan logam tertentu


akan menghasilkan karbida logam, seperti besi karbida sementit dalam baja,
dan tungsten karbida yang digunakan secara luas sebagai abrasif.

Pada tahun 2009, grafena diketahui sebagai material terkuat di dunia


yang pernah diujicobakan. Walaupun demikian, proses pemisahan grafena
dari grafit masih belum cukup ekonomis untuk digunakan dalam proses
industry (id.wikipedia.org).

E. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Labu erlenmeyer berpipa samping 1 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Gelas ukur 100ml 1 buah
4. Selang plastik 1 buah
5. Neraca 1 buah
6. Karet penutup 1 buah
7. Spiritus 1 buah
8. Sumbang karet brlubang 1 buah
9. Tabung reaksi 4 buah
10. Penjepit kayu 1 buah

Bahan :

1. Batu marmer/kapur Secukupnya


2. Tembaga oksida (CuO) Secukupnya
3. Larutan fuchsin 1 ml
4. Larutan HCl 4M Secukupnya
5. Larutan H2SO4 pekat 0,5 ml
6. Serbuk arang 1 sendok kecil
7. Larutan Ca(OH)2 Secukupnya
8. Lilin 1 buah
9. Larutan Asam Formiat pekat 1 ml
F. ALUR PERCOBAAN

1. Pembentukan gas CO2

Potongan marer/batu kapur 5 butir


- Dimasukkan ke tabung reaksi
- Dihubungkan dengan selang kedalam wadah penampung
- Ditambahkan HCl 4M kedalam tabung reaksi

Gas (diuji dengan lilin)

- Disalurkan gas kedalam air kapur

Lilin mati Air kapur keruh


- Dialirkan ke dalam air kapur berlebih
Air kapur keruh

- Dipanaskan

Air kapur keruh

2. Pembentukan gas CO

1 ml asam formiat pekat

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi


- dimasukkan 0,5 ml H2SO4
- Dipanaskan

Gas CO
- Diuji dengan lidi yang membara
Lidi mati
3. Karbon sebagai pereduksi

CuO
- Dicampur dengan serbuk arang
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Dihubungkan kedalam air kapur melalui pipa bengkok/selang plastik
- Dipanaskan

Air Keruh
4. Arang sebagai absorben warna
1 sendok kecil serbuk arang

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan fuchsin


- Dikocok dan disaring
- Diamati

Larutan tidak berwarna


H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
Pembentukan gas CO2
Dari percobaan yang telah kami lakukan percobaan 1 pembuatan gas
karbon dioksida dari batu marmer atau batu kapur dengan HCl 4M. Reaksi
antar keduanya menghasilkan CaCL2 + H2CO3 dan kemudian H2CO3
mengalami reaksi dekomposisi sehingga terurai menjadi CO2 + H2O. Gas
CO2 yang terbentuk dapat membuat air yang ada di dalam gelas ukur
keluar dan tergantikan oleh gas CO2. Hal tersebut disebabkan karena gas
CO2 memenuhi ruang di dalam gelas ukur yang terbalik.

Gas CO2 yang terbentuk dapat dibuktikan dengan bebrapa percobaan


antara lain :

a. Diuji dengan lilin yang menyala api dari lilin yang semula menyala
menjadi padam setelah ditutup dengan gelas ukur berisi gas CO 2. Hal
tersebut dikarenakan tidak ada gas oksigen disekitar api dari lilin.
Sehingga proses pembakaran terhenti.
b. Ketika gas dari dalam selang dialirkan kedalam gelas kimia yang
berisikan Ca(OH)2. Yang awalnya air kapurnya tidak berwarna akan
berubah menjadi keruh. Perubahan tersebut terjadi karena
terbentuknya CaCO3 yang berbentuk endapan berwarna putih. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut :
CaCO3 (s) + HCl (aq) CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

c. Selanjutnya kita tambahkan lagi gas secara berlebih dan air kapur
sehingga air kapur menjadi lebih bening dan tidak sekeruh
sebelumnya. Hal ini dikarenakan gas CO2 bereaksi dengan CaCO3
sehingga menghasilkan larutan kalsium bikarbonat Ca(HCO3)2.

CO2 (g) + Ca(OH)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l)

CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)Ca2++ 2HCO3-

d. Setelah itu larutan Ca(HCO3)2 (aq) dipanaskan diatas api dan larutan
menghasilkan endapan, sehingga larutan kembali menjadi keruh.
Endapan yang dihasilkan adalah endapan CaCO3 dan gas CO2 dari
penguraian ion HCO3 yang terurai menjadi CaCO3 dan CO2 setelah
dipanaskan.

Dalam percobaan ini sebelum direaksikan, CaCO3 yang berbentuk


padatan (berwarna putih) dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berpipa samping. Setelah itu ditambahkan HCl 4M (tidak berwarna).
Setelah direaksikan, tabung reaksi ditutup sesegera mungkin dengan
menggunakan sumbat dan menyambungkan pipa dengan selang ke dalam
gelas ukur yang telah berisi air penuh (tidak terdapat udara dalam gelas
ukur). Setelah terbentuk gas, maka gas tersebut memenuhi gelas ukur dan
air yang ada didalam gelas ukur keluar digantikan dengan gas CO 2. Hasil
dari reaksi antara CaCO3 dengan HCl adalah gas CO2 dapat dibuktikan
dengan:

a. Ketika mulut gelas ukur (berisikan gas) diletakkan di atas lilin


yang menyala maka api yang menyala akan padam.
b. Ketika gas dari dalam selang dialirkan kedalam gelas kimia yang
berisikan Ca(OH)2. Yang awalnya air kapurnya tidak berwarna akan
berubah menjadi keruh. Perubahan tersebut terjadi karena terbentuknya
CaCO3 yang berbentuk endapan berwarna putih. Adapun persamaan
reaksinya sebagai berikut :
CaCO3 (s) + HCl (aq)CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

Selanjutnya kita tambahkan lagi gas secara berlebih dan air kapur
sehingga air kapur menjadi lebih bening dan tidak sekeruh sebelumnya.
Hal ini dikarenakan gas CO2 bereaksi dengan CaCO3 sehingga
menghasilkan larutan kalsium bikarbonat Ca(HCO3)2.

CO2 (g) + Ca(OH)2 (aq)CaCO3 (s) + H2O (l)

CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)Ca(HCO3)2 (aq)

Setelah itu larutan Ca(HCO3)2 (aq) dipanaskan diatas api dan


larutan menghasilkan endapan, sehingga larutan kembali menjadi keruh.
Endapan yang dihasilkan adalah endapan CaCO3 dan gas CO2 dari
penguraian ion HCO3 yang terurai menjadi CaCO3 dan CO2 setelah
dipanaskan.
Percobaan 2
Pembentukan Gas CO
Pada percobaan kedua yaitu pembentukan gas CO ,Pada percobaan ini
sebelum direaksikan larutan HCOOH (asam formiat) tidak berwarna serta
larutan H2SO4 (asam sulfat). Setelah direaksikanpun menghasilkan larutan
yang tidak berwaranayang terdiri dari H+ + HSO4- + H2O dan gas CO
dengan persamaan reaksi :

HCOOH (aq) + H2SO4 (aq) CO2 (g) + H2O (l) + H+ (aq) + HSO4-
(aq)
Reaksi ini dapat terjadi karena H2SO4 merupaka asam pendehidrasi, jadi
H2SO4 melepaskan H2O dari larutan formiat. Sehingga terbentuk gas CO
dan H2O.

Adanya gas CO dapat dibuktikan dengan : Ketika api pada lidi


dipadamkan dan masih meninggalkan bara api yang masih menyala, lidi
tersebut dimasukan ke dalam tabung reaksi berisi larutan (tidak menyentuh
larutan) maka bara api tersebut menjadi padam. Namun ketika lidi
dikeluarkan dari dalam tabung yang terjadi adalah bara api akan menyala
kembali. Hal tersebut disebabkan karena saat bara api dimasukan kedalam
gas CO, gas oksigen didesak oleh gas CO sehingga bara api menjadi
padam, namun setelah bara api dikeluarkan dari gas CO maka bara api
akan menyala kembali karena adanya gas oksigen diudara. CO memiliki
sifat yang mudah terbakar, namun apabila dengan bara api, bara tersebut
akan padam berkebalikan dengan api yang menyala. Dalam percobaan
ini sebelum direaksikan, Asam Formiat,HCOOH ( tidak berwarna)
dan Asam Sulfat, H2SO4 (tidak berwarna).Setelah direaksikan
menghasilkan larutan tidak berwarna denganpersamaan reaksi

HCOOH(aq) + H2SO4(aq) CO(g) + H2O(l) + H- + HSO4-

Adanya gas CO dapat dibuktikan dengan:

a. Ketika api pada lidi dimatikan dan meninggalkan bara yang masih
menyala, lidi dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi larutan(tidak
menyentuh larutan) maka bara api menjadi padam. Namun ketika lidi
dikeluarkan dari tabung yang terjadi adalah bara api akan menyala
kembali.
Percobaan 3
Karbon sebagai pereduksi
Pada percobaan ketiga yaitu bertujuan utuk membuktikan apakah
karbon berfumgsi sebagai pereduksi. Pada percobaan keempat yaitu
mereaksikan serbuk tembaga oksida atau CuO yang berwarna hitam
dengan serbuk arang kedalam tabung reaksi lalu dialirkan menuju tabung
reaksi yang berisi larutan Ca(OH)2 kemudian tabung reaksi dipanaskan
menggunakan penjepit. Setelah itu perubahan larutan Ca(OH)2 yang
semula tidak berwarna lalu berubah menjadi keruh dan terdapat endapan
berwarna putih kecoklatan. Air kapur keruh dikarenakan Ca(OH)2 bereaksi
dengan CO2 yang dihasilkan dari

2CuO (s) + C (s)  2Cu (s) + CO2 (g)

reduksi oksidasi
Percobaan 4

Arang sebagai adsorben warna

Percobaan keempat yang bertujuan untuk membuktikan sifat karbon


sebagai adsorben warna. Pembuktian ini dilakukan melalui larutan fuchsin
sangat encer berwarna merah keunguan yang dicampurkan sengan serbuk
arang berwarna hitam kedalam tabung reaksi kemudian campuran tersebut
dikocok. Setelah itu campuran tersebut disaring menggunakan kertas
saring, lalu diamati filtrate yang dialirkan kedalam gelas kimia. Filtrat
tersebut menjadi tidak berwarna dan berwujud cair dan residunya
berwarna hitam. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa arang(karbon)
sebagai adsorben warna.sedangkan Adsorben sendiri merupakan zat padat
yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida (Saragih,
2008).

Lalu fuchsin sendiri berwarna merah keunguan apabila dilarutkan


kedalam air. Dan fuchsin yang digunakan merupakan fuchsin yang sangat
encer sehingga dapat dikatakan larutan fuchsin tersebut menggunakan
pelarut dalam jumlah banyak. Dan serbuk arang (karbon aktif mempunyai
banyak pori yang dapat menyerap kotoran dan zat warna) sebagai adsorben
pelarut(fuchsin) sehingga filtrat tidak berwarna dan hanya menyisakan
pelarut dan zat lainnya.

Luas permukaan karbon berpengaruh pada kapasitas adsorpsi


sedangkan gugus fungsi permukaan berpengaruh pada interaksi dengan
kepolaran adsorbat. Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan
karakteristik penting karbon aktif sesuai dengan fungsinya sebagai
adsorben.

I. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa gas
CO2 dapat terbentuk apabila mereaksikan CaCO3 dengan larutan HCl.
Terbentuknya gas CO2 dapat dibuktikan melalui gas CO2 yang didekatkan
pada lilin yang menyala. Lalu lilin tersebut padam karena tidak ada gas
oksigen. Dan apabila CO2 dilairkan ke Ca(OH)2 akan terbentuk endapan
CaCO3. Gas CO dapat terbentuk melalui larutan HCOOH yang direaksikan
dengan H2SO4 yang dibuktikan melalui bara api yang menyala lalu padam
ketika didekatkan dengan gas CO.
Karbon memiliki sifat sebagai pereduksi yang dibuktikan melalui
percobaan kedua mengubah CuO menjadi Cu, selain itu karbon juga
bersifat sebagai adsorben warna yang dibuktikan melalui percobaan
keempat yaitu larutan fuchsin berwarna merah keunguan yang diberi
serbuk arang lalu disaring menghasilkan filtrat yang tidak berwarna dan
berwujud cair.
Identifikasi karbon dan senyawanya dilakukan dengan cara
menentukan perbandingan jumlah atom dalam molekul hidrokarbon
melalui analisis pembakaran.
DAFTAR PUSTAKA
Brown,S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest: A
Primer. Roma: FAO Forestry paper 134
Chang, Raymond.2005. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid I. Bandung :
Penerbit Erlangga.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hadihardaja, J. 1997. Rekayasa Lingkungan Gunadarma. Jakarta: Academic
Press.
Prayitno. 2002. Fungsi air kapur dalam pengolahan makanan. Pasundan: Food
Technology Journal. Vol 1, 145.
Tim Kimia Dasar.2018. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Surabaya: Unesa
University Press.
Tugas Suprianto, dkk. 2012. Pengaruh siklus karbon dan hutan. Palu: UN-REDD
Programme Indonesia Sulawesi Tengah.
DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan

1. Larutan HCl 4M

2. Pertukaran dari air dalam gelas ukur menjadi


gas CO2

3. Pengaliran gas CO2 kedalam air kapur

4. Pengaliran gas CO2 berlebih kedalam air


kapur

5. Pemanasan air kapur yang telah diberi gas


CO2 berlebih
6. Endapan dari air kapur yang dipanaskan

7. Pengukuran asam formiat pekat sebanyak


1ml

8. Campuran serbuk CuO dengan arang

9. Pemanasan campuran serbuk CuO dan arang


yang dialirkan kedalam air kapur

10. Endapan yang disaring dari pecampuran


serbuk arang dan larutan fuchsin

11. Filtrate yang dihasilkan dari percobaan arang


sebagai adsorben warna
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Jelaskan mengapa air yang keruh karena gas yang terjadi menjadi jernih
dan keruh kembali bila dipanaskan!
Jawab :
Air menjadi keruh karena adanya CO2 yang dialirkan menuju air kapur
Ca(OH)2 akan membentuk endapan berwarna putih yaitu endapan CaCO3.
Lalu apabila diberikan CO2 berlebih maka kekeruhan air kapur menjadi
berkurang. Hal itu dikarenakan terbentuknya ion HCO3- yang membuat air
keruh, namun kekeruhannya berkurang. Lalu apabila larutan dipanaskan,
menyebabkan larutan menjadi keruh kembali karena CaCO3 akan terbentuk
kembali diatas permukaan air.

2. Pada permukaan air kapur terdapat lapisan putih, keruh, dan keras, apakah
zat tersebut?
Jawab :
Lapisan putih, keruh, dan keras tersebut merupakan CaCO3 yang terbentuk
ketika air kapur dipanaskan.

Anda mungkin juga menyukai