Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PERMANGANOMETRI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kimia Dasar


Dosen Pembimbing :

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar i


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga laporan praktikum
yang berjudul “LAPORAN PRAKTIKUM PERMANGANOMETRI ILMU
KIMIA DASAR ” dapat tersusun dengan baik dan dapat disajikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Demi kelancarannya mengerjakan tugas ini kami ucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan semua teman – teman
yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua, dan mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca.

Pare, 12 Januari 2018

Penyusun

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENGAMATAN

3.1 waktu dan tempat............................................................................13

3.2 alat dan bahan.................................................................................13

3.3 langkah kerja...................................................................................14

BAB IV HASIL PENGMATAN

Perhitungan...........................................................................................10

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan.....................................................................................18
6.2 Saran...............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar iii


Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi reduksi
oksidasi. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan
kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran untuk
penetapan kadar zat.  Titrasi ini didasarkan  pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.  Oksidasi ini dapat
berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya
titrasi dilakukan dalam suasana  asam karena   akan lebih mudah mengamati
titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
sulfida, sulfida dan tiosulfat (Matasak, 2012).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4  sudah
dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara
langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam atau garam
oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Rahayu,2012).
Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi redoks menggunakan
kalium permanganat (KMnO4) untuk menentukankadar Fe
dalam  sampel.  Melalui percobaan ini, diharapkan praktikan mampu
memahami dan mengerti cara penentuan kadar konsentrasi suatu larutan
dengan tepat serta perhitungan yang didasarkan dengan prinsip stokiometri
dari reaksi kimia di mata kuliah kimia analisa ini.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat (KMnO4). Percobaan Penentuan Kadar Fe dengan Cara
Permanganometri dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kadar besi (Fe)
yang terdapat dalam sampel. Adapun bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah sampel yang mengandung Fe (dalam percobaan ini digunakan ,

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 5


kalium permanganat (KMnO4), Na Oksalat 0,1 N, asam sulfat (H2SO4) 5 N,
dan aquadest. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret,
corong, statif, klem, erlenmeyer, termometer, gelas ukur, pipet tetes, bunsen,
kaki tiga, beaker glass. Proses pertama dari percobaan ini adalah
menstandarisasi larutan KMnO4 dengan Na Oksalat. Setelah itu, dilakukan
proses penentuan kadar Fe dengan cara menitrasi sampel dengan
menggunakan kalium permanganat (KMnO4).

1.2 Tujuan
Menstandarisasi larutan KMnO 4 dengan larutan Na Oksalat
Menetapkan kadar(%) Fe di dalam FeSO 4teknis dengan larutan KMnO 4

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi


oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion
logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan
sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan
dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara
kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil
titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan
pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh
khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Prinsip dari titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi
dan reduksi.Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi
redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion
MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini
biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu
sampel.Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan
indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan
secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes
permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume
larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 7


kelebihan pereaksi.Kalium permanganat distandarisasikan dengan
menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar
primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat
menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang
disebabkan kelebihan permanganat (Rahayu, 2012).

Kalium Permanganat
Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator.
Kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl- dapat teroksidasi, demikian
juga larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan
pada medium asam 0,1 N :
MnO4- + 8 H+ + 5e-Mn2+ + 4 H2O                  E° = 1,51 V
Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang.
Untuk mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As (III)
memerlukan katalis. Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya
dapat hilang karena reaksi :
2 MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O                    5 MnO2 + 4 H+
                                    ungu                                              tidak berwarna
Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksdasi dengan cara:
4 MnO4- + 2 H2O                 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-
Penguraiannnya dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II)
dan MnO2. MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat
autokatalitik. Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO 4, harus
dihindarkan adanya MnO2. KMnO4 dapat distandarkan terhadap  Na2C2O4.
2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa
lain (Khopkar, 1985).
Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah
yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya
proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 8


yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas
uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring
yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus
saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan
atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan
karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih
banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini
sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksidasi, yang cukup
kuat untuk mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan
permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat.
Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-
agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini
biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan
substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas
yang disinter untukmenghilangkan MnO2. Larutan tersebutkemudian
distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan
konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Penentuan
besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-
titrasi permanganat.
Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah
(II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum
dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi
(II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktorJones atau dengan timah (II)
klorida. Reduktor Jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat
mengingat tidak ada ion klorida yang masuk . Jika larutannya mengandung

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 9


asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida
akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari
sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan
hilangnya warna kuning dari ion besi (Asroff, 2012).

Prinsip Titrasi Permanganometri


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.
Dalam reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan
berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa
digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan
indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan
secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes
permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume
larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi (Arga, 2011).

Standar-standar Primer untuk Permanganat


Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik
untukpermanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan
tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopis.
Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada
suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60°C.
Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun
kecepatannya meningkat ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II)
bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena
katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat
memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan
permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 10


atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat,
kembali ke kondisi divalen.
Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa
lain. Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh
McBride, yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu
yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat. Belakangan, Fowler dan
Brightmenyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar
hampir semua permanganate ditambahkan secara tepat ke larutan yang
diasamkan pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut
dipanaskan sampai 60°C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini
mengeliminasi kesalahan apa pun yang disebabkan oleh pembentukan
hidrogen peroksida.

Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan
sebagai standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua
besi(III) yang diproduksi selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II).
Oksidasi dari ion klorida oleh permanganat berjalan lambat pada suhu
ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan
lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat
daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara
bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam
oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat,
disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat
ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan
permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan
membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai
selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 11


(III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik
akhirnya lebih jelas(Abdillah, 2012).

Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena
reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan
KMnO4sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4-berwarna ungu,
setelah direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai
autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena
sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔
5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti
H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑
H2O2     ↔  H2O  +  O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi
permanganometri yang dilaksanakan (Arga, 2011).

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 12


BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1 Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Kamis/ 11 Januari 2018


Waktu : 08.30-11.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia

3.2 Alat dan Bahan :


 Larutan Na 2 C 2 O4 0,1 N
 Larutan KMnO 4
 Larutan H 2 SO 4 5 N
 Larutan KMnO 4
 Serbuk FeSO 4
 Larutan H 2 SO 4 5 N
 Aquadest
 Timbangan digital
 Corong
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Beakerglass
 Pemanas
 Kaki tiga
 Buret
 Thermometer
 Pipet

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 13


3.3 Langkah Kerja
Standarisasi Larutan KMnO 4 dengan Na 2 C 2 O4
1 Mengambil larutan Na Oksalat sebanyak 25 mL ,kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2 Mengambil larutan Asam Sulfat pekat sebanyak 10 mL, lalu
ditambahkan pada larutan Na Oksalat yang telah diambil.
3 Memasukkan larutan Kalium Permanganat ke dalam buret.
4 Memanaskan larutan dalam Erlenmeyer hingga bersuhu 55℃ ,
kemudian dititrasi dengan Kalium Permanganat (Jaga suhu tetap
stabil pada 55℃ ).
5 Hentikan titrasi ketika larutan berubah menjadi merah bata.
6 Catat volume penitrasi.
7 Hitung normalitas larutan Kalium Permanganat tersebut.

Penetapan Kandungan Besi (Fe)


1 Menimbang FeSO 4 serbuk sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam
Erlenmeyer.
2 Menambahkan aquades sebanyak 25 mL ke dalam Erlenmeyer,
mengaduknya hingga larut.
3 Mengambil larutan Asam Sulfat pekat sebanyak 10 mL, lalu
tambahkan ke dalam larutan FeSO 4. Mengaduknya hingga
tercampur rata.
4 Memasukkan larutan Kalium Permanganat ke dalam buret.
5 Memanaskan larutan dalam Erlenmeyer hingga bersuhu 55℃ ,
kemudian dititrasi dengan Kalium Permanganat (Jaga suhu tetap
stabil pada 55℃ ).
6 Hentikan titrasi ketika larutan berubah menjadi merah bata.

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 14


7 Catat volume penitrasi.
8 Hitung kadar (%) Fe dalam FeSO 4 tersebut.

BAB IV
HASIL

Perhitungan
Standarisasi Larutan KMnO 4 dengan Na 2 C 2 O4

2+¿+ 10CO +8 H O ¿
2 2
+¿ → 2Mn ¿

2−¿+ 2 MnO−¿+ 16H ¿


¿
5 C2 O 4
4

Dari Data didapatkan data sebagai berikut :


Volume larutan KMnO 4 yang digunakan adalah sebanyak 21,5 mL.
Perhitungan :
Diketahui :
 V NaOksalat = 25 mL
 N NaOksalat = 0,1 N
 V KaliumPermanganat = 21,5 mL

Ditanya : Berapa normalitas larutan Kalium Permanganat ?

V NaOksalat x N NaOksalat =V KaliumPermanganat x N Kalium Permanganat


25 x 0,1
N KaliumPermanganat =
21,5

N KaliumPermanganat =0,12 N

Jadi, normalitas larutan Kalium Permanganat adalah 0,12 N.

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 15


Penetapan Kandungan Besi (Fe)
2 KMnO 4 +10 FeSO 4+ 8 H 2 SO 4 →2 MnSO 4 + K 2 SO 4 +5 Fe2 (SO 4)3 +8 H 2 O
Dari Data didapatkan data sebagai berikut :
Volume larutan KMnO 4 yang digunakan adalah sebanyak 4,7 mL.
Diketahui :
 V KMnO 4
= 4,7 mL = 0,0047 L
 N KMnO 4
= 0,12 N
 Berat sampel = 3 gram = 300 mg
 Ar Fe = 56
Ar S = 32
Ar O = 16
Ditanya :Berapa kadar (%) Fe dalam FeSO 4 ?

 Mr FeSO 4 = Ar Fe + Ar S + 4(Ar O)
= 56 + 32 + 4(16)
= 152
 BE FeSO 4 = Mr FeSO 4
= 152
V KMnO x N KMnO x BE FeSO 4
 Kadar (%) Fe = 4 4
x 100%
Berat sampel (mg )

0,0047 x 0,12 x 152


= x 100%
300

0,03948
= x 100%
3

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 16


= 0,0028576 %

 Banyaknya Fe pada 300 mg FeSO 4


= Banyak sampel x kadar (%) Fe

= 300 x 0,0028576 %

0,002876
= 300 x
100

= 0,085728 mg
Jadi, banyaknya Fe dalam 300 mg FeSO 4 adalah 0,085728 mg.

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 17


BAB V
PEMBAHASAN

Titrasi permanaganometri merupakan salah astu titrasi oksidasi reduksi.


Titrasi ini menggunakan larutan standart pengoksidasi Kalium
Permanganat.
Larutan Kalium Permanganat sebagai larutan pengoksidasi di dalam
larutan asam, maka persamaan setengah reaksinya dapat dinyatakan
sebagai :
⇔ 2+¿+ 4H O ¿
+¿❑ Mn ❑ 2
¿
−¿+8 H ¿
MnO4
Sebagai larutan pengasam digunakan asam sulfat pekat ( H 2 SO 4 5 N ).
1
Dari reaksi terlihat bahwa 1 grek KMnO 4 0,1 N = KMnO 4 .
5

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 18


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa :


1. Normalitas KMnO4 = 0,12 N
2. Kadar Fe = 0,0028576 %
3. Banyaknya Fe pada 300 mg FeSO 4 = 0,085728 mg

6.2 Saran
1. Praktikan hendaknya menjaga agar larutan KMnO4 tidak tersinari oleh
sinar matahari berhubung KMnO4 bereaksi secara langsung dengan sinar
matahari.
2. Praktikan hendaknya menutup beaker-glass dengan aluminium foil saat
memanaskan larutan KMnO4 agar cepat mendidih dan larutan
KMnO4 tidak berkurang jumlahnya karena menguap.
3. Praktikan hendaknya menutup buret pada waktu larutan
KMnO4 didalamnya karena KMnO4 mudah teroksidasi.
4. Pada saat pengukuran suhu, termometer tidak boleh menyentuh
dasar beaker glass untuk menghindari kesalahan pada pembacaan suhu.
5. Sebaiknya penentuan kadar besinya tidak hanya dilakukan secara
permanganometri saja tetapi dapat dilakukan dengan titrasi redoks
lainnya seperti iodimetri atau dikromatometri, sehingga pengetahuan
praktikan dapat bertambah

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 19


DAFTAR PUSTAKA

Ulilalbab, Arya dan Suprihartini, Cucuk. 2015. Modul Praktikum Ilmu Kimia
Dasar. Akademi Gizi Karya Husada. Kediri
http://wiwidhikaru.blogspot.co.id/2015/06/laporan-oh-laporan-
permanganometri.html
Matasak, Jerwyyiana. 2012. Permanganometri. http://jeforanal.blogspot.com/. 24
Januari 2018, 12.11 WIB
Rahayu, Mira. 2012. Titrasi Permanganometri. http://mira-rahayu.blogspot.com/.
24 Januari 2018, 12.16 WIB.
https://ejurnal-analiskesehatan.web.id 24 Januari 2018, 13.01 WIB

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 20


LAMPIRAN

Laporan Praktikum Ilmu Kimia Dasar 21

Anda mungkin juga menyukai