Anda di halaman 1dari 33

Dinamika Perbedaan Budaya dan Agama dalam Kerukunan Umat

Beragama di Kampung Paledang, Bandung

Disusun Oleh:

Eful Saefullah NF : 2220100044

Sri Nurhasanah : 2220100071

Wirdatul Hasanah A : 2220100072

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023 M
KATA PENGANTAR
Selama manusia itu hidup, hal yang paling sering dilupakan adalah bersyukur atas segala hal
yang telah ia peroleh dari Allah SWT. Mensyukuri nikmat tuhan adalah bagian dari sisi
ketabahan, keikhlasan serta sebagai bentuk ucapan terima kasih kita sebagai Hamba yang
selalu diberikan pengalaman hidup, hitam dan putih adalah analogi sederhana betapa
berwarnanya hidup yang di berikan tuhan kepada setiap insan yang berpijak di muka bumi ini
Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada insan paripurna Nabi
muhammad SAW yang mana beliau telah memberikan contoh, teladan yang baik dan selalu
menanamkan prinsip untuk menjadi orang yang selalu berkembang setiap harinya.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Acep
Aripudin, S.Ag., M.Ag., selaku dosen pengampu mata Komunikasi Lintas Agama yang telah
banyak membimbing kami. Semoga diberikan balasan yang terbaik.Amien...
Harapan kami semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi literatur bagi kita dan
menjadi bentuk sumbangsih dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Akhirnya penulis mengharapakan masukan dan kritikan yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah yang sederhana ini, dan semoga makalah ini memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi semua pihak, terutama bagi penulis sendiri.

Bandung, 29 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
ABSTRAK .............................................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 5
B. Metode Penelitian ....................................................................................................................... 8
C. Kajian Terdahulu......................................................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................ 16
A. Teori Pertukaran Sosial ............................................................................................................. 16
B. Kerukunan Umat Beragama ...................................................................................................... 17
C. Kampung Toleransi Paledang ................................................................................................... 20
D. Kerukunan Umat Beragama di Kampung Toleransi Paledang ................................................. 21
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 30
ABSTRAK

Eful Saefullah, Sri Nurhasanah dan Wirdatul Hasanah Aini: DINAMIKA PERBEDAAN
BUDAYA DAN AGAMA DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KAMPUNG
PALEDANG, BANDUNG

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang penduduknya berlatarbelakang agama
yang berbeda-beda, keberadaan tersebut membentuk masyarakat bersikap dengan
pemahaman pluralisme. Salah satunya Kampung Toleransi Paledang Kota Bandung, dimana
masyarakat yang terdiri dari beberapa agama yang tinggal satu lokasi dan hidup rukun satu
sama lain. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti ditempat tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu faktor apa saja yang mampu
membentuk kerukunan umat beragama di masyarakat Kampung Toleransi Paledang, Kota
Bandung yang mampu hidup berdampingan dan rukun meskipun terdapat agama yang
berbeda keyakinan.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dimana


peneitian ini digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena serta gejala yang diamati
dalam penelitian ini, serta didukung observasi dan wawancara.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terciptanya kerukunan umat beragama di


Kampung Toleransi Paledang yaitu; terciptnya kegiatan-kegiatan gotong royong sehingga
terjalin interaksi satu sama lain dan saling memiliki rasa menghargai. Adanya kegiatan dari
pemeluk agama lain yang objeknya melibatkan pemeluk agama lainnya. Saling menghargai
dan memahami serta memberikan ruang kepada pemeluk agama lain dalam hal perayaan hari
raya dan saling mendukung serta ikut berkontribusi pada hari raya antar pemeluk agama lain
walaupun hanya sampai batas wilayah sosial tidak sampai ke ranah teologis.
Kata Kunci: Kerukunan, Umat Baragama, Kampung Toleransi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak budaya dan agama tentu diisi dengan
wilayah-wilayah yang masyarakat nya berbeda-beda agama, salah satunya kota yang kerap
dikenal dengan Kota perantauan yaitu Kota Bandung. Beragam masyarakat dengan latar
belakang sosial budaya yang berbeda-beda termasuk suku etnis dan agama berkumpul di kota
ini. Akhir-akhir ini untuk memelihara kerukunan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang berbeda-beda itu, pemerintah Kota Bandung membuat program-program
yang bisa mempererat interaksi sosial yang harmonis, salah satunya adalah kampung Toleransi.
Beberapa wilayah di Kota Bandung yang diresmikan pemerintah secara formal sebagai
kampung Toleransi merupakan gejala yang relatif baru1.
Selanjutnya menurut veronica2 Indonesia juga merupakan negara negara yang mempunyai
keanekaragaman mulai dari suku, budaya, bahasa, ras, maupun agama. Agama di Indonesia ada
enam, antara lain Islam dengan menduduki 87,2 % dari jumlah penduduk Indonesia, kedua
adalah Kristen Protestan dengan presentase 6,9 % dari jumlah penduduk Indonesia, ketiga
adalah Katolik dengan presentase 2,9 % dari jumlah penduduk Indonesia, keempat diduduki
oleh agama Hindu dengan presentase 1,7 % dari jumlah penduduk Indonesia, agama kelima
adalah Buddha dengan presentase 0,7% dari jumlah penduduk Indonesia, dan yang terakhir
adalah agama Khonghucu dengan jumlah presentase lebih sedikit daripada agama lainnya yaitu
0,05% dari jumlah penduduk Indonesia. Sebenarnya masih banyak kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat luar yang datang dari nenek moyong dan dari adat suku- suku yang ada di
Indonesia. Dengan banyaknya keanekaragaman yang ada di Indonesia dan perbedaan yang
melatarbelakanginya ini membuat masyarakatnya saling rukun satu dengan yang lainnya
supaya membentuk kehidupan yang harmonis dalam persaudaraan maupun di dalam negara
Indonesia ini.

Istilah “toleransi” dipahami UNESCO sebagai sikap saling menghormati, saling


menerima, saling menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter
manusia3. Sikap toleransi beragama ini bisa berfungsi mendorong hak dasar manusia sesuai

1
H. Budiyuwono & A.R Chandra (2021). Adaptasi sosial dan pola permukiman di Kampung Toleransi
Bandung. Riset Arsitektur (RISA), 5(02), 190–206.
2
Oktavia, V. F. (2019). KERUKUNAN DALAM PERSAUDARAAN “Mazmur 133: 1-3”.
3
M. Walzer. (1997). On toleration. Yale: Yale University Press.
dengan cara hidupnya seperti berkreasi, dan inovasi, karena ada nilai-nilai yang diyakini dan
dipercayainya4. Dengan demikian sikap toleransi ini perlu dibentuk dan ditanamkan pada setiap
orang agar bisa melahirkan sikap-sikap yang baik antar manusia didalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Halim5 toleransi beragama sebagai ekspresi keberagamaan yang menekankan
penghormatan atau penghargaan agama yang berbeda berfungsi sebagai pemicu hak
berbudaya. Dengan adanya toleransi beragama masyarakat bisa memelihara kerukunan,
ketertiban, keamanan, berkreasi dan berinovasi sebagai hak berbudaya. Toleransi beragama
sebagai ekspresi keberagamaan memiliki nilai kebebasan yang diungkapkan dalam bentuk
pemikiran, tindakan dan kehidupan berkelompok. Hal ini sejalan dengan pandangan Habermas,
kehidupan toleransi berkaitan dengan hak berbudaya, karena hak budaya berfungsi memiliki
bentuk seperti halnya kebebasan menjalankan agama, bertujuan untuk menjamin akses yang
sama bagi semua warga negara ke asosiasi, pola komunikasi, tradisi dan praktik, yang mereka
anggap penting untuk mengembangkan dan mempertahankan identitas pribadi mereka 6 .
Meskipun jika menyinggung hal yang berhubungan dengan agama terkesan lebih sensitif atau
bahkan banyak orang yang salah menafsirkan terhadap sikap toleransi dalam kehidupan
beragama, di situasi iilah dianggap penting untuk mengetahui batasan-batasan yang sekiranya
terpaut dalam sikap toleransi di setiap orang yang erat hubungannya dengan kehidupan
umat beragama karena jika sikap toleransi tersebut sudah terjalin dan tertanam dengan baik antar
umat manusia maka problematika yang muncul disebabkan permaslaahan-permasalahan
agama akan sedikit berkurang atau bahkan tidak banyak orang yang menganggap banyak
permasalahan antar umat beragama itu terjadi.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan
menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam hal agama.
Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejateraan
di negeri ini. Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki keberagaman yang begitu banyak.
Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama. Pada umumnya
di Indonesia mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, tetapi ada juga beberapa agama

4
Ghazali, A. M., & Busro, B. (2017). Pendidikan Islam dalam Dinamika Kehidupan Beragama di Indonesia.
Intizar, 23(1), 93.
5
Halim, I. A. Toleransi Beragama Sebagai Pemicu Hak Berbudaya pada Masyarakat Heterogen.
6
J. Habermas. (2004). Religious tolerance—the pacemaker for cultural rights. Philosophy, 79(1), 5–18.
lain yang dianut seperti agama Kristen, Khatolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Semua
agama mempunyai aturan yang berbeda antara satu agama dengan agama yang lainnya dalam
beribadah. Meskipun mempunyai memiliki perbedaan tetapi tetap harus menjaga persatuan dan
kesatuan, begitu pula kerukunan antar umat beragama, jangan sampai dengan adanya
perbedaan tersebut membuat masyarakat Indonesia menjadi terpecah belah. Maka kita selaku
manusia yang beragama harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia ini agar tetap
menjadi negara yang aman, rukun dan tenteram7.
Kehidupan di perkotaan yang penduduk masyarakatnya terdiri dari penganut agama
yang berbeda sangat sensitif terhadap permasalahan. Tetapi pada masyarakat warga kampung
toleransi yang dikaji dalam penelitian ini, perbedaan latar belakang keagamaan tidak membuat
mereka berkonflik8. Hal ini disebabkan oleh adanya toleransi antar umat beragama yang tinggi
dan interaksi

7
Rohimat, R. (2019). Interaksi sosial masyarakat perkotaan dalam mewujudkan kerukunan antar umat
beragama: Studi deskriptif RW 02 di Kelurahan Paledang Kota Bandung
8
U.F. AlFalah & Sani Rahman. (2019). Toleransi Beragama dan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di
Kampung Toleransi. Syntax.
sosial yang berkembang dengan baik di Kampung Toleransi Paledang Kota Bandung. Toleransi
yang tinggi antar umat beragama terlihat dengan tidak pernah terjadi konflik terbuka antar umat
beragama, bahkan diantara warga Kampung Toleransi terjadi kerja sama antar kelompok agama
yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka paper
ini akan membahas penelitian mengenai kerukunan umat beragama di kampung toleransi
Paledang Bandung.

B. Metode Penelitian

Dalam proses penelitian disini akan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Deskripsi merupakan pemaparan peristiwa atau situasi. adapun deskriptif dalam penelitian
yang digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena atau gejala yang di amati saat
penelitian, baik melalui catatan lapangan (field notes). Deskriptif dalam penelitian kualitatif
dilakukan secara lebih mendalam dan disusun dengan dirinci baik dari sudut pandang peneliti
subjek yang diteliti 9 . Maka pada praktiknya penelitian ini dilakukan dengan mengamati
fenomena-fenomena serta gejala yang ada di Kampung Toleransi Paledang Lengkong secara
mendalam terhadap segala hal yang menunjang informasi mengenai kerukunan antar umat
beragama yang ada dikampung tersebut, sehingga untuk mendapatkan informasi-informasi
yang dijadikan sebagai hasil data penelitian dilakukan wawancara dan observasi sehingga
dengan cara tersebut penelitian ini mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

C. Kajian Terdahulu

Pembahasan dalam masalah penelitian ini perlu ada literature pendukung,


peneliti dari berbagai literature dan penelitian terdahulu (prior research) yang relevan
dengan masalah objek kajain penelitian ini. Dan sebagai syarat bahwa penelitian
ilmiah ini jauh dari kata plagiarism atau mencontek secara utuh hasil karya tulisan orang
lain.

Eskplorasi pada penelitian-penelitian terdahulu amat penting, peneliti


menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Meskipun terdapat keterkaitan pembahasan, dalam penelitian ini masih sangat berbeda
dengan penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu tersebut yaiut:

9
Wirjokusumo, I., & Ansori, S. (2009). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora (Suatu Pengantar). Surabaya: Unesa University Press.
1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rohimat (2020) dalam penelitiannya
yang berjudul “Interaksi Sosial Masyarakat Perkotaan Dalam Mewujudkan
Kerukunan Antar Umat Beragam (Studi Deskriptif Pada Masyarakat RW 02 Di
Kelurahan Paledang Kota Bandung)”. Jenis penelitian ini merupakan
deskritif, dengan metode pendekatan kualitatif.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek yang diteliti adalah sama-sam tentang masyarakat di Kelurahan
Paledang Kota Bandung.
2. Jenis metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-sama
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembahasan dalam penelitian sebelumnya terfokus pada interaksi sosial
sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi pembahasannya terkait
dengan bentuk-bentuk kerukunannya.
2. Teori yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah interkasi sosial,
sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
pertukaran sosial.10

2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ilim Abdul Halim (2021) dalam
penelitiannya yang berjudul “Toleransi Beragama Sebagai Pemicu Hak
Berbudaya pada Masyarakat Heterogen”. Jenis penelitian ini merupakan
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek yang diteliti adalah sama-sama masyarakat Kampung Toleransi yang
berada di Kota Bandung.
2. Jenis metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-sama
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

10
Rohimat, R. (2019). Interaksi sosial masyarakat perkotaan dalam mewujudkan kerukunan antar umat
beragama: Studi deskriptif RW 02 di Kelurahan Paledang Kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN
Sunan Gunung Djati Bandung).
1. Pembahasan penelitian sebelumnya terfokus pada toleransi agama sebagai
pemicu hak berbudaya, sedangkan dalam peneltian ini yang menjadi
pembahasan bentuk dan faktor yang mempengaruhi kerukunan beragama.
2. Teori yang digunakan dalam penelitian sebelumnya teori fungsi toleransi
beragama sebagai pemicu hak budaya dari Jurgen Habermas, sedangkan
teori dalam penelitian ini adalahteori petukaran sosial11.
3. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Novie Indrawati Sagita (2018) dalam
penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Urusan Pemerintah Umum dalam
Membina Kerukunan Beragama oleh Pemerintah Kota Bandung”. Penelitian
ini menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek kajian yang diteliti sama-sama terkait pembentukan Kampung
Toleransi di Kota Bandung.
2. Metode penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan metode
penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembahasan penelitian terkait dengan program aksi nasional tentang
pembentukan Kampung Toleransi sebagai bentuk respon banyaknya
isuintoleransi dan radikalisme, sedangkan dalam penelitian ini yang
menjadi pembahasan yaitu tentang kerukunan umatnya yang sudah
berjalan di Kampung Toleransi tersebut.
2. Fokus dalam penelitian sebelumnya adalah mencari keefektifan
Pemerintah Kota Bandung dalam menangani masalah konflik sosial dan
intoleransi agama, sedangkan penelitian ini fokusnya pada kegiatan sosial
yang dilakukan sehingga terbentuknya kerukuan umat beragama.
3. Penelitian sebelumnya lokasi penelitian di Kota Bandung secara luas,
sedangkan penelitian ini terfokus pada lokasi Kampung Toleransi
Paledang Lengkong Kota Bandung.12
4. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asep Supriadi (2020) dalam penelitian

11
Halim, I. A. Toleransi Beragama Sebagai Pemicu Hak Berbudaya pada Masyarakat Heterogen
12
Sagita, N. I. (2018). Pelaksanaan urusan pemerintahan umum dalam membina kerukunan beragama
oleh pemerintah kota bandung. Penamas, 31(1), 47-64.
yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Tafsir Ibnu Katsir
dan Tafsir Al-Maraghi dan Penerapannya di Kampung Toleransi Kota
Bandung”. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan
instrumen library Research.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Objek kajiannya sama-sama yaitu tentang Kampung Toleransi.
2. Metode yang digunakan sama-sama menggunakan metode pendekatan
kualitatif.
3. Lokasi penelitiannya sama-sama terkait Kampung Toleransi. Sedangkan
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Fokus penelitian sebelumnya adalah pengkajian nilai-nilai pendidikan
multikultural dan penerapannya di Kampung Toleransi, sedangkan
penelitian ini hanya berfokus pada bentuk kegitan yang menghasilkan
kerukunan umat dalam beragama.
2. Pembahasan penelitian sebelumnya lebih kepada mencari perbedaan dan
persamaan nilai-nilai pendidikan multikultural dari Tafsir Ibnu Katsri dan
Tafsir Al-Maraghi terhadap penerapannay di Kampung Toleransi,
sedangkan penelitian ini hanya mencari perilaku sosial yang membentuk
kerukunan umat agama di Kampung Toleransi.
3. Tindakan penelitian sebelumnya berupaa penelitian library research,
sedangkan penelitian ini berupa penelitian lapangan.13
5. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Haidar Halim (2018)
dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Kampung Toleransi oleh
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandung”. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Objek Kajian sama-sama tentang Kampung Toleransi.
2. Penggunaan metode sama-sama menggunakan metode kualitatif. Sedangkan

13
Supriyadi, A. (2020). Nilai-nilai pendidikan multikultural dalam tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al- Maraghi dan
penerapannya di Kampung Toleransi Kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembahasan penelitian sebelumnya adalah evaluasi program Kampung
Toleransi, sedangkan penelitian ini terkait dengan kerukunan umat beragama
Kampung Toleransi.
2. Fokus penelitian sebelumnya yaitu tentang pelaksanaan program yang
dilakukan oleh Bdan Kesatuan dan Politik Kota Bandung terkait evaluasi dari
program tersebut, sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada
pembentukan perilaku sosial kerukunan umat beragama Kampung Toleransi.
3. Lokasi penelitian sebelumnya mencakup Kampung Toleransi yang berada di
Kota Bandung, sedangkan penelitian ini hanya berpusat pada satu lokasi
Kampung Toleransi yang berada di Kelurahan Paledang.14
6. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aji Gunawan (2020) dalam penelitian
yang berjudul “Peranan Tabligh Terhadap Pemahaman Toleransi Beragama
pada Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Toleransi Kelurahan Jamika
Kecamatan Bojong Klaer Kota Bandung)”. Penelitian ini menggunkan metode
yang memusatkan fokus perhatian pada sebuah kasus dengan pendekatan
kualitatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Perbedaan penelitian sebelumnya adalah membahas tentang peranan tabligh
dalam pemahaman toleransi beragama pada masyarakat dengan objek
penelitiannya Kampung Toleransi Kelurahan Jamika, sedangkan penelitian ini
membahas tentang kerukunan umat beragama pada Kampung Toleransi yang
berlokasi di Kelurahan Paledang.15
7. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santoso dan Derwati D (2007) dalan
penelitian yang berjudul “Toleransi Keruangan dalam Permukiman Padat
(Studi Kasus Rumah Kontrakan di Kampung Pajeksan dan Jogonegara
Yogyakarta). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pembahasan
penelitian ini yaitu tentang toleransi keruangan dan permukiman di Kampung
Pajeksan dan Jogonegara Yogyakarta, sedangkan penelitian ini membahas tentang
kerukukan umat beragama pada Kampung Toleransi di Kelurahan Paledang Kota
Bandung,

14
Halim, M. H. (2018). Evaluasi program kampung toleransi oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
15
Gunawan, A. (2020). Peranan Tabligh terhadap pemahaman toleransi beragama pada masyarakat: Studi
kasus Kampung Toleransi Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung (Doctoral dissertation,
UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
8. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fuky Ronald Febriyadi (2021) dalam
penelitian yang berjudul “Pola Pembiasaan Toleransi Beragama dalam
Kehidupan Masyarakat dan Implikasi Terhadap Materi Ajar PAI”. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif.
Pembahasan penelitian terdahulu mencari tentang pola pembiasaan beragama
dalam masyarakat dan implikasi terhadap materi ajar PAI, sedangkan dalam
penelitian ini hanya membahasn tentang hal-hal yang membuat Kampung
Toleransi berprilaku rukun dalam beragama.16
9. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri Nadya Andini (2019) dalam
penelitian yang berjudul “Perancangan Informasi Gang Luna sebagai
Kampung Toleransi Melalui Media Buku Ilustrasi”. Pada penelitian
sebelumnya pembahasan berfokus pentingnya mengadopsi kebiasaan
kehidupan toleransi di Gang Luna sebagai Kampung Toleransi yang berharap
bisa menjadi contoh untuk banyak orang dan media buku ilustrasi digunakan
agar masyarakat menumbuhkan budaya membaca serta mencontoh sikap
toleransi dari miniatur Indonesia. Sedangkan penelitian ini pembahasan
Kampung Toleransi dari segi kerukunan umat beragama dan berharap segala
tindakan dan kegiatan yang menumbuhkan sikap toleransi bisa dilakukan di
kampung-kampung lainnya.17
10. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prima Arti (2022) dalam penelitian
yang berjudul “Komunikasi Antarumat Beragama di Lingkungan Masyarakat
Kampung Toleransi (Penelitian di Kampung Toleransi.Kecamatan Andir
Kota Bandung)”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Penelitian sebelumnya membahas tentang komunikasi yang terbangun
antarumat beragama pada masyarakat di Kampung Toleransi yang letak
lokasinya di Kecamatan Andir. Dalam pembahasnnya bahwa komunikasi yang
terjalin antarumat beragama mengandung nilai toleransi dan interkasi sosial
yang dibangun secara aktif serta sikap toleran itu berasal dari keterbiasaan hidup
majemuk sejak kecil, merasakan manfaat dari hidup bertoleran dan mempunyai
prinsip pribadi.

16
Febriyadi, F. R. (2021). POLA PEMBIASAAN TOLERANSI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MATERI AJAR PAI (Doctoral
dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
17
Putri, N. A. (2019). Perancangan Informasi Gang Luna Sebagai Kampung Toleransi Melalui Media Buku
Ilustrasi (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Sedangkan penelitian ini pembahasannya melingkupi kerukunan umat
beragama yang terjalin dan terlaksana dari kehidupan Kampung Toleransi yang
berlokasi di Kelurahan Paledang Kota Bandung.18
11. Peneltian terdahulu yang dilakuakn oleh Aulia Rahmawati dan Joko Tri
Haryanto (2020) dalam penelitian yang berjudul “Penguatan Toleransi dan
Identitas Sosial Melalui Halalnihalal Lintas Agama pada Masyarakat Kampung
Gendingan, Yogyakarta”. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Fokus penelitian sebelumnya terkait kegiatan halalbihalal yang dilakuakn lintas
agama memberikan nilai toleransi antarumat bergama dan mendorong
penerimaan identitas sosial yang lebih besar dari pada identitas agama.19
12. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arwin Renaldi Chandra dan
Hartanto Budiyuwono dalam penelitian yang berjudul “Adaptasi Sosial dan Pola
Permukiman di Kam[ung Toleransi Bandung”. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dan pendekatan kualitatif.
Pembahasan penelitian sebelumnya membahas bagaimana masyarakat dapat
beradaptasi seara sosial dan pola permukiman yang terbentuk akibat agama
pada Kampung Toleransi yang menghasilkan bahwa masyarakat melakukan
adaptasi dengan dua cara yaitu adptasi dengan penyesuaian dan penariakan.21
13. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Toar Daniel Langi, Ferdinand
Kerebungu dan Siti Fathimah (2022) dalam penelitian yang berjudul “Toleransi
Anar Umat Beragama di Kampung Pondol Kelurahan Wenang Kota Manado,
Sulawesi Utara”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Dalam penelitian sebelumya ada kesamaan dari hasil penelitiannya yaitu
toleransi yang terbangun antar umat beragama salah satunya yaitu masyarakat
menjungjung tinggi nilai-nilai toleransi dari kerukunan sikap disaat pelaksanaan
hari raya agama masing-masing.20
14. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Rahayu dan Ahmad Kosasih
(2022) dalam penelitian yang berjudul “Praktik Toleransi Antar Umat
Beragama Perspektif Pendidikan Islam pada Masyarakat Mahakarya Kampung

18
Arti, P. (2022). Komunikasi antarumat beragama di lingkungan masyarakat kampung toleransi: Penelitian di
kampung toleransi kecamatan Andir kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
19
Rahmawati, A., & Haryanto, J. T. (2020). Penguatan toleransi dan identitas sosial melalui
halalbihalal lintas agama pada masyarakat kampung Gendingan, Yogyakarta. Jurnal SMART (Studi
Masyarakat, Religi, Dan Tradisi), 6(1), 33-47.
20
Langi, T. D., Kerebungu, F., & Fathimah, S. (2022). Toleransi Antar Umat Beragama di Kampung Pondol
Kelurahan Wenang Kota Manado, Sulawesi Utara. Indonesian Journal of Social Science and Education, 34-42.
I dan II, Kecamatan Luhak Nan Duo”. Pada penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi.
Pada pembahasan penelitian sebelumnya bahwa praktik toleransi antar umat
beragama yaitu kontribusi pendidikan Islam dalam mempertahankan toleransi
dengan cara menanamkan sikap mengargai, menerima, dan mengakui bahwa
adanya keragaman agama dilingkungan Kampung I dan II.21
15. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurul Azizah Zahra (2019) dalam
penelitian yang berjudul “Self Help dalam Relasi Sosial Masyarakat Multi Etnis
( Studi Deskriptif pada Masyarakat Kampung Toleransi di Rw 04 Kelurahan
Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)”. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek kajiannya sama yaitu tentang Kampung Toleransi.
2. Penggunaan metode dalam penelitiannya sama-sama menggunakan
metode kualitatif.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembahasan penelitian sebelumnya adalah mencari selxf help dalam relasi
sosial di masyarakat Kampung Toleransi, sedangkan penelitian ini lebih
berfikus pada pencarian bentuk yang terbangun dari kerukunan umat
beragama.
2. Fokus penelitian sebelumnya meneliti tentang faktor internal dan ekternal
dari self help dalam relasi sosial masyarakat Kampung Toleransi,
sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada pertukaran sosial yang
menghasilkan kerukunan umat beragama di Kampung Toleransi.
3. Lokasi penelitian sebelumnya dilakukan di Kampung Toleransi Kelurahan
Jamika, sedangkan penelitian ini lokasinya di Kampung Toleransi
Kelurahan Paledang22

21
Chandra, A. R., & Budiyuwono, H. (2021). Adaptasi sosial dan pola permukiman di Kampung Toleransi
Bandung. Riset Arsitektur (RISA), 5(02), 190-206
22
Zahra, N. A. (2019). SELF HELP DALAM RELASI SOSIAL MASYARAKAT MULTI ETNIS
(Studi Deskriptif pada Masyarakat Kampung Toleransi di RW 04 Kelurahan Jamika Kecamatan
Bojongloa Kaler Kota Bandung) (Doctoral dissertation, FISIP UNPAS).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Pertukaran Sosial

Perilaku sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau
memberikan peluang terhadap perkembangan seseorang secara positif, maka akan dapat
mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun sebaliknya apabila lingkungan
sosial itu kurang
kondusif, seperti perlakuan yang kasar dari orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat yang tidak baik, maka perilaku sosial seorang anak cenderung menampilkan
perilaku yang menyimpang. Begitupun keadaan sosial yang ada di kampung toleransi Paledang
Lengkong, perilaku sosial yang dibentuk dalam kehidupannya didukung oleh lingkungan yang
kerap memiliki kepercayaan yang berbeda. Maka salah satu teori yang mengkaji dan sesuai
dengan pembahasan dalam penelitia ini adalah teori pertukaran sosial.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mighfar 23 . bahwwasannya pada
umumnya hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain dilihat
mempunyai perilaku yang saling memengaruhi dalam hubungan tersebut; yang terdapat unsur
ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh
melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan,
dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas
pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya,
pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, dan persahabatan.

Teori pertukaran sosial yang dikemukakan Homans berlandaskan pada asumsi bahwa orang
akan melakukan tindakan untuk memperoleh ganjaran dan menghindari hukuman. Pertukaran
semacam itu merupakan prinsip dasar dalam transaksi ekonomi sederhana. Seseorang
pertukaran melayani kebutuhan seseorang lalu mendapatkan upah dari kegiatannya itu. Lalu
upah yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya mebeli
perabotan rumah, membayar listrik, belanja keperluan makan, itulah contoh perilaku yang
disebut pertukaran ekonomis. George C. Homans tidak hanya

23
Mighfar, S. (2015). Social Exchange Theory: Telaah Konsep George C. Homans Tentang Teori
Pertukaran Sosial. LISAN AL-HAL: Jurnal Pengembangan Pemikiran dan Kebudayaan, 9(2), 259- 282.
melihat perilaku pertukaran ekonomis saja, namun perilaku sosial lainnya juga
terjadi proses pertukaran serupa demikian24.

Menurut Hamidi 25 asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial


mengenai sifat dasar dari suatu hubungan :

a. Hubungan memiliki sifat saling ketergantungan. Dalam suatu hubungan


ketika seorang partisipan mengambil suatu tindakan, baik partisipan yang
satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan akan terkena akibat.
b. Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses. Pentingnya waktu dan
perubahan dalam kehidupan suatu hubungan. Secara khusus waktu
mempengaruhi pertukaran karena pengalaman-pengalaman masa lalu
menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian
ini mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.

Teori ini bisa digunakan untuk meneliti fenomena hubungan sosial


seseorang atau kelompok yang pindah atau berganti teman atau afiliasi kelompok.
Tinggal di kelompok kemudian keluar dan masuk. Dengan menggunakan konsep-
konsep dasar terebut sebagai variabel independen dan tindakan pindah atau berganti
sebagai variabel dependen.

B. Kerukunan Umat Beragama

Rukun adalah mengakui adanya perbedaan dan menghargai perbedaan tersebut.


Hidup atau kehidupan adalah suatu keadaan atau proses yang dilakukan manusia
untuk tetap dapat hidup; antara lain misalnya makan dan minum, dapat berfungsi,
membutuhkan komunikasi dengan sesama, membutuhkan berfikir, merasakan,
mcngungkapkan emosi, meyakini yang benar/ hak menolak yang batil untuk
dijadikan pedoman ahlak, moral, etika dan estetika. Oleh sebab itu di dalam kegiatan
manusia hidup dalam berbagai tingkat

24
Poloma, Margaret M. (2010). Sosiologi Kontemporer. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah, Yasogama.
Jakarta: Rajawali Pers
25
Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan
Penelitian. (Malang: Univ. Muhammadiyah Malang, 2007), hlm. 76.
dan macam pengorganisasian kegiatan yang diyakini kebenarannya, yang terwujud
sebagai pranata-pranata sehingga semua kegiatan itu nampak teratur sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, waktu, tempat dan unsur-unsur yang ada di dalam
kegiatan tersebut26. Selanjutnya umat adalah bahasa arab yang sama pengertiannya
dengan masyarakat dalam pengertian antropologi. Masyarakat adalah suatu satuan
kehidupan sosial manusia yang menempati suatu wilayah tertentu, yang teratur
dalam kehidupan sosial tersebut telah memungkinkan karena adanya seperangkat
pranata-pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka
miliki bersama27.
Maka berdasarkan penejelasan sebelumnya dapat kita fahami bahwasannya
kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing- masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik
haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak
mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-
unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai
agama itu sendiri.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan
toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya
masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat
beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya
misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak
saling mengganggu 28 . Kondisi yang menunjang timbulnya kerukunan adalah
adalah suatu prinsip masyarakat yang menganggap semua agama itu sama dan
semuanya membawa manusia kepada kebaikan sehingga dalam masalah interaksi
apapun mereka tidak menampakan identitas agamanya. Kerukunan antar umat
beragama adalah suatu bentuk hubungan yang harmonis dalam dinamika
pergaulan hidup bermasyarakat yang saling menguatkan yang di ikat oleh sikap

26
Parsudi Suparlan Dr. (1991). Makalah pada PPA Ke XIII, Jakarta.
27
Parsudi Suparlan Dr, (1986) Dalam Georges Balandir, ANtropologi Politik, CV. Rajawali, Jakarta
28
Wahyuddin dkk. (2009). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinngi. Jakarta : PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia
pengendalian hidup dalam wujud:

1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan


agamanya.
2. Saling hormat menghormati dan berkerjasama intern pemeluk agama, antar
berbagai golongan agama dan umatumat beragama dengan pemerintah yang
sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan Negara.
3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang
lain.
Dengan demikian kerukunan antar umat beragama merupakan salah satu
tongkat utama dalam memelihara hubungan suasana yang baik, damai, tidak
bertengkar meskipunmemiliki keyakinan yang berbeda dalam artian berbeda- beda
agama nya.
kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting:pertama,
kesediaan untuk menerima adanya perbrdaan keyakinan dengan orang atau
kelompok lain. Kedua, kesediaan membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran
yang diyakninya.Dan yang ketiga, kemampuan untuk menerima perbedaan
merasakan indahnya sebuah perbedaan dan mengamalkan ajarannya. Keluhuran
masing-masing ajaran agama yang menjadi anutan dari setiap orang. Lebih dari itu,
setiap agama adalah pedoman hidup umat manusia yang bersumber dari ajaran
tuhan.
Dalam terminologi yang digunakan oleh pemerintah secara resmi, konsep
kerukunan hidup antar umat beragama ada tiga kerukunan, yang disebut dengan
istilah “Trilogi Kerukunan” yaitu:
1. kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama.
Yaitu kerukunan di antara aliran-aliran / paham mazhab-mazhab yang ada
dalam suatu umat atau komunitas agama.
2. kerukunan di antara umat/ komunitas agama berbeda-beda.
Yaitu kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang berbeda yaitu di
antara pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan, katolik, Hindu, dan
Budha.
3. Kerukunan antar umat/ komunitas agama dengan pemerintah.
Yaitu supaya diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk atau
pejabat agama dengan para pejabat pemerintah dengan saling memahami dan
menghargai tugas masing-masing dalam rangka membangun masyarakat dan
bangsa Indonesia yang beragama29.
Menurut Lubis 30 ada lima kualitas kerukunan umat beragama yang perlu
dikembangkan, yaitu: nilai relegiusitas, keharmonisan, kedinamisan, kreativitas, dan
produktivitas. Pertama: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus
merepresentasikan sikap religius umatnya. Kerukunan yang terbangun hendaknya
merupakan bentuk dan suasana hubungan yang tulus yang didasarkan pada motf-
motif suci dalam rangka pengabdian kepada Tuhan. Oleh karena itu, kerukunan
benar-benar dilandaskan pada nilai kesucian, kebenaran, dan kebaikan dalam rangka
mencapai keselamatan dan kesejahteraan umat.
Kedua, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkan pola
interaksi antara sesama umat beragama yang harmonis, yakni hubungan yang
serasi,”senada dan seirama”, tenggang rasa, saling menghormati, saling mengasihi,
saling menyanyangi, saling peduli yang didasarkan pada nilai persahabatan,
kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa rasa sepenanggungan.
Ketiga, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada
pengembangan nilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana yang
interaktif, bergerak, bersemangat, dan gairah dalam mengembalikan nilai
kepedulian, kearifan, dan kebajikan bersama.
Keempat, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diorientasikan pada
pengembangan suasana kreatif, suasana yang mengembangkan gagasan, upaya, dan
kreativitas bersama dalam berbagai sector untuk kemajuan bersama yang bermakna.
Kelima, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pula pada
pengembangan nilai produktivitas umat, untuk itu kerukunan ditekankan pada
pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan nilai-nilai sosial praktis
dalam upaya mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan, seperti
mengembangkan amal kebajikan, bakti sosial, badan usaha, dan berbagai kerjasama
sosial ekonomi yang mensejahterakan umat.

C. Kampung Toleransi Paledang

29
Depag RI. 1997. Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia. Jakarta
:Badan Penelitian dan pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia.hlm.8-10.
30
Ridwan Lubis. (2005). Cetak Biru Peran Agama. Jakarta : Puslitbang.
Kampung toleransi paledang merupakan salah satu kampung toleransi yang
berada di Kota Bandung. Kampung Toleransi Paledang lokasinya berada disebuah
Gang Ruhana tidak jauh dari pusat Kota Bandung, akses ke lokasinya sangat mudah
karena dekat dengan jalan utama kota yaitu Lengkong Kecil. Keberadaan Kampung
Toleransi ini lebih rincinya terletak di Gang Ruhana Jalan Lengkong Kecil Rt 02 Rw
02, Kelurahan Paledang, , Kota Bandung.
Kampung Toleransi Paledang diresmikan oleh Pjs Wali Kota Bandung,
Muhamad Solihin pada hari Jumat tanggal 05 November 2018 di Kampung
Toleransi RT 02 RW 02 Kelurahan Paledang Kota Bandung. Kampung Toleransi
Paledang ini merupakan kampung toleransi kedua yang diresmikan Pemerintah Kota
(Pemkot) Bandung. Sebelumnya Pemkot Bandung juga telah meresmikan Kampung
Toleransi Cibadak.
Gang Ruhana sebagai penanda adanya tempat Kampung Toleransi. di Gang
inilah terdapat adanya tiga tempat ibadah yang rukun dan saling menghargai satu
sama lain dan tidak terdengar adanya pertikaian dan saling bermusuhan. Rini
Ambarwulan Ketua RW 02 di Gang Ruhana menuturkan terkait adanya tempat
ibadah di lingkungan tersebut. Pertama, rumah ibadah Gereja Pantekosta, tempat
ibadah umat kristiani ini dibangun pada tahun 1936 dan merupakan tempat ibadah
yang pertama kali berdiri dan di bangun di Kampung Toleransi. kedua, rumah ibadah
Vihara Giri Meta, tempat ibadah pemeluk Konhuchu yang didirikan pada tahun
1945, berawal dari seiring banyaknya warga pemeluk Konhuchu yang menetap di
Kampung Toleransi Paledang. Ketiga, tempat ibadah Masjid Al Manah, tempat
ibadah Umat Islam yang terbilang baru keberadaannya, karena Masjid Al Manah ini
dibangun pada tahun 2015 yang lokasinya sama di Kampung Toleransi Paledang RT
02 RW 02 Kelurahan Paledang Kota Bandung.

D. Kerukunan Umat Beragama di Kampung Toleransi Paledang


Persepsi merupakan suatu proses yang membuat seseorang untuk memilih,
mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsangan-rangsangan yang
diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya 31 .
Konflik-konflik yang muncul antara penganut suatu agama dengan penganut agama

31
Wahyuni, D. U. (2008). Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Sepeda Motor Merek" Honda" di Kawasan Surabaya BaraT. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 10(1), 30–
37.
lainnya dapat berasal dari adanya persepsi yang keliru atau pandangan jelek
terhadap agama lain dan pemeluknya. Persepsi ini muncul setelah mereka
memandang dan mengapresiasi terhadap golongan agama lain tersebut yang
dianggapnya merugikan agama atau golongan mereka.

Agama merupakan suatu tatanan yang mengatur hubungan manusia dengan


Tuhan. Suatu agama pada umumnya tidak hanya mengatur hubungan seseorang
dengan Tuhan, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia baik dengan dirinya
sendiri maupun hubungan dengan orang lain. Sehingga kebebasan bagi masyarakat
untuk beragama harus dihargai, dijamin dan dilindungi32. Dalam tindakan sosial atau
sikap yang muncul, persepsi atau penilaian biasanya mendahului tindakan tersebut.
Dengan kata lain, persepsi, biasanya mendorong lahirnya sikap atau bahkan
tindakan. Persepsi terhadap penganut agama lain juga di akibatkan oleh norma atau
world view yang di miliki oleh para penganut agama bersangkutan. Persepsi ini
diukur dari seberapa banyak hal, di antaranya: pemenuhan hak-hak keberagamaan,
pemenuhan kewajiban dalam interaksi antarumat beragama, perhitungan terhadap
keberagaman, penilaian terhadap perbuatan yang dilakukan oleh penganut agama
yang berbeda, serta permasalahan yang berpeluang terjadi atau pernah dialami oleh
masyarakat dalam interaksinya dengan pemeluk agama lain.

Mengingat keberagaman (heterogenitas) adalah kenyataan dan ketetapan dari


Allah Tuhan Semesta Alam oleh karena itu bagi manusia tidak ada pilihan lain selain
menerima dan menjaga dengan mengarahkan kepada kepentingan dan tujuan
bersama. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Hujurat Ayat 13

َ ‫ًآٰو َقبَ ۤا ِٕىلَٰٓ ِلت َ َع‬


‫ارفُ ْوآٰٰۚٓا َِّنٰٓاَ ْك َر َم ُك ْمٰٓ ِع ْندَ ه‬
ٰٓ‫ّٰٰٓللآِٰاَتْقى ُك ْمٰٓۗا َِّن‬ ُ ٰٓ‫ىٰٓو َج َع ْلن ُك ْم‬
َّ ‫شعُ ْوب‬ َ ‫ٰٓوا ُ ْنث‬ ِ ‫اسٰٓاِنَّآٰ َخلَ ْقن ُك ْم‬
َّ ‫ٰٓم ْنٰٓذَك ٍَر‬ ُ َّ‫يٰٓاَيُّ َهآٰالن‬
ٰٓ‫ّٰللآَٰ َع ِل ْي ٌمٰٓ َخ ِبي ٌْر‬13
‫ه‬

32
Lala, A. (2017). Analisis Tindak Pidana Penistaan Agama Dan Sanksi Bagi Pelaku Perspektif Hukum
Positif Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 28–39
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.
Prinsip pertama Al-Quran menghendaki umat manusia menerima perbedaan
sebagai eksistensi kehidupan. Perbedaan adalah ciptaan Allah SWT, dan semua
ciptaan Allah adalah anugerah terindah untuk manusia dan mahluk lainya. Ini
menunjukan bahwa kehidupan ini menjadi indah dengan perbedaan dan menjadi
nyaman dengan kebersamaan. Prinsip kedua Al-Quran menghendaki bahwa
keberadaan manusia sebagi bukti kekuasaan Allha SWT. Dalam penciptaannya
manusia memiliki ha-hak azazi yang harus diakui dan melanggar hak azazi atau
mengingkari hak azazi manusia itu sama artinya dengan mengingkari penciptaan-
Nya.
Pemeliharaan perbedaan itu sangat penting, karena kalau tidak akan
menimbulkan sikap saling bersinggungan sampai terjadi perpisahan sehingga
muncullah perilaku separatisme. Tetapi Indonesia merupakan negara yang
menjungjung nilai agama sangat tinggi dan memiliki kesadaran bahwa perbedaan ini
merupakan ketetapan Allah Yang Maha Pengatur Alam, maka masyarakat Indonesia
senan tiasa membina persatuan bangsa demi terwujudnya kerukunan dan berharap
dari perbedaan ini menghasilkan harapan-harapan yang menjadi kolektif dalam
membangun, menjaga persatuan dan keutuhan bangsa dan negara.
Kerukunan hidup umat beragama bukan berarti menggabungkan agama –
agama yang ada dengan membaur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan
menjadikan agama-agama yang sudah ada itu sebagai unsur dari agama totalitas itu.
Dengan itu kerukunan ditunjukan agar terbentuk dan terpelihara hubungan baik
dalam pergaulan antar warga yang berlainan agama. Urgensi kerukunan di tunjukan
untuk menciptakan kesatuan pandangan dan kesatuan sikap, guna menciptakan
kesatuan perbuatan dan serta tanggung jawab bersama, sehingga tidak ada pihak yang
melepaskan diri dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak lain. Dengan
kerukunan umat bergama menyadari bahwa masyarakat dan negara adalah milik
bersama dan menjadi tanggung jawab bersama untuk memeliharanya. Karena itu,
kerukunan hidup umat beragama bukanlah kerukunan sementara, bukan juga
kerukunan politis, tetapi kerukunan hakiki yang didasari dan dijiwai oleh agama
masing-masing.
Kerukunan bergama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam konteks
sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh kebanyakan dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah Kampung Toleransi
Paledang Kota Bandung. Toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam
suatu masyarakat sudah memperbolehkan keberadaan agama–agama lain.
Kampung Toleransi Paledang adalah kampung toleransi yang telah
diresmikan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Kampung ini diresmikan pada
tahun 2018. Akses untuk ke Kampung Toleransi itu sebenarnya sangat mudah
dijangkau dari pusat Kota Bandung. Lokasinya lumayan dekat dari jalan utama kota,
yaitu Lengkong Kecil. Dari sana warga setempat banyak mengetahui posisi Gang
Ruhana. Sesampainya di lokasi papan petunjuk Masjid dan Madrasah Al- Amanah
sudat terlihat Dari mulut gang, lokasinya hanya sekitar 50 meter.
Kampung toleransi dinilai adalah salah satu kampung yang mencontohkan
berbagai macam toleransi, khususnya dengan warga yang berbeda agama. Tidak
pernah terjadi sama sekali tindakan kekerasan ataupun saling menghina diantara
warga berbeda agama. Semua hidup dengan damai dan harmonis. Setiap kegiatan
saling membantu.
Tidak hanya vihara dan masjid, di Gang Ruhana juga terdapat sebuah gereja,
yang letaknya hanya selemparan batu dari masjid. Tempat ibadah umat Kristiani
bernama Gereja Pantekosta di Indonesia Lengkong Kecil (GPdILK) itu telah ada
sejak 1936. Masjid Al Amanah justru yang terakhir dibangun, seiring dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk muslim di wilayah itu. Praktis, ada tiga
tempat ibadah berbeda yang letaknya berdampingan di satu wilayah rukun warga.
Menurut Rini Ambarwulan Ketua RW 02 disitu mengatakan bahwa tingkat toleransi
disini sangat tinggi, warga sama-sama membaur meski mereka berbeda keyakinan
dan jarak antara Gereja, Vihara dan Masjid saling berdampingan, tidak ada rasa
terganggu.
Tali persaudaraan yang sejati tercermin dalam kehidupan masyarakat di
Kampung Toleransi Paledang Kota Bandung ini. Semua umat Islam, Kristen, Budha
dan Konghuchu memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan keagamaan dalam
rangka meningkatkan iman dan takwa terhadap Sang Pencipta dan sekaligus sebagai
sarana memperlancar interaksi sosial hubungan kemasyarakatan. Artinya, umat
Islam, Budha, Kristen dan Konghuchu diberi waktu dan tempat untuk melaksanakan
ibadahnya dengan khusyu di tempat masing-masing.
Selain itu, toleransi antar umat beragama juga dapat ditinjau dari respon umat
Kristen terhadap kegiatan keagamaan umat Islam yang sedang berlangsung. Pada
dasarnya, masyarakat Kristen yang ada di Kampung Toleransi menerima baik
dan turut mendukung pelaksanaan kegiatan keagamaan umat Islam. Dan sebaliknya,
umat Islam pun turut membantu mensukseskan ritual keagamaan umat Kristen.
Seperti pada waktu bulan puasa, umat Kristen menghargai dengan cara tidak makan
dan minum di muka umum, saat pembagian zakat fitrah juga dibantu oleh pemuda
Kristen. Dan umat Islam yang berada di Kampung Toleransi juga membantu tidak
menganggu kegiatan keagamaan umat Kristen. Kelancaran dan kekhusyukan
peribadatan merupakan tanggung jawab bersama masyarakat kampung toleransi
paledang kota Bandung. Kerukunan hidup seperti ini yang harus dikembangkan dan
dipertahankan dalam lingkungan masyarakat yang heterogen. Pada Kampung
Toleransi Paledang Kota Bandung, bentuk kegiatan bersama yang melibatkan antara
umat Islam dan umat Kristen adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan lingkungan sekitar Paledang
dengan berbagai macam kegiatan diantaranya :
Pertama yaitu gotong-royong yang merupakan bentuk kerjasama antara umat
Islam, Budha,Kristen dan Konghuchu dalam rangka menciptakan lingkungan yang
bersih, asri dan sejuk. Agendanya meliputi membersihkan selokan air agar tidak
tersumbat, membersihkan rerumputan, merapikan tanaman dan memperbaiki jalan
yang rusak. Dalam kegiatan gotong-royong tidak membedakan orang miskin dan
orang kaya, semua bersatu padu membangun dan memiliki kewajiban atas
terciptanya kebersihan lingkungan. Pelaksanaan gotong-royong sifatnya kondisional
(tidak tentu) disesuaikan dengan komando dari ketua RT dan pelaksanan kegiatan
17 Agustusan.
Kedua yaitu donor darah yang biasanya diselenggarakan ketika hari raya umat
Kristen seperti hari Natal, dipelopori oleh umat Nasrani yang bekerjasama dengan
Rumah Sakit. Donor darah tidak hanya ditujukan untuk umat Kristen, akan tetapi
juga untuk seluruh warga kampung toleransi. Dalam kegiatan donor darah juga
diadakan pengobatan gratis atau pengobatan cuma-cuma. Tujuannya yaitu untuk
membantu warga kampung toleransi yang sakit dengan memperoleh obat secara
gratis. Akan tetapi, apabila terdeteksi penyakit yang serius maka disarankan untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit.
Ketiga yaitu perayaan hari besar agama. Ketika perayaan hari besar agama
baik itu umat Islam, Budha, Kristen dan Konghuchu sama-sama saling diundang dan
turut mendukung acara yang akan diselenggarakan. Akan tetapi, tidak terlibat dalam
peribadatan hanya dalam lingkup hubungan sosial. Seperti hari raya Idul Fitri
diadakan kegiatan halal bihalal, di samping mengundang umat Islam juga
mengundang umat Kristen. Semua warga bersalaman sebagai simbol rasa
penghormatan antar umat beragama. Meskipun berbeda agama tidak boleh saling
bermusuhan tetap saling mengunjungi. Begitupun, hari Natal biasanya turut pula
mengundang ketua RT, tokoh masyarakat dan beberapa warga yang mau untuk
mendapatkan hadiah atau doorprize.
Kebersamaan antar umat beragama akan mempersempit atau bahkan
meniadakan perasaan saling curiga. Masing-masing individu harus memiliki
kesadaran untuk mau memberi dan mau menerima yang tentunya disesuaikan
dengan koridor atau batasan-batasan dalam pergaulan. Sudah selayaknya sebagai
manusia membina hubungan baik selain kepada Sang Pemberi Kehidupan juga
berbuat baik kepada sesama manusia. Sikap toleransi harus melekat dalam
kehidupan yang penuh dengan keberagaman sehingga tidak mengancam integrasi
bangsa.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat kita ketahui bahwa didalamnya
terdapat pertukaran sosial yang terjadi antara ketiga agama yang ada disana. Antar
umat beragama di kampung toleransi Paledang Lengkong dapat berkomunikasi serta
menjalin hubungan untuk mendapatkan lebih dari apa yang diberikannya dalam
artian dapat melahirkan kerukunan didalamnya. Para penganut agama islam dengan
bersikap terbuka serta menerima agama Kristen begitupun sebaliknya beserta agama
budha dan yang lainnya. Maka dengan adanya pertukaran sosial tersebut lahirlah
suasana rukun dan damai dalam lingkungannya dan sekaligus menjalankan perintah
serta ajaran agama sesuai dengan yang dianutnya masing-masing.
Fakta tersebut sesuai dengan asumsi dasar yang dikemukakan dalam teori
pertukaran sosial bahwa manusia mencari penghargaan dan juga manusia
merupakan mahkluk yang rasional. West and Turner33 menjelaskan bahwa standar-
standar yang digunakan orang untuk mengevaluasi biaya dan penghargaan bervariasi
seiring waktu berjalan dan dari orang satu ke orang lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa teori ini harus mempertimbangkan adanya keanekaragaman, karena tidak ada
satupun standar yang dapat diterapkan pada semua orang untuk menentukan apa
biaya dan apa penghargaan itu.

33
West,Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan
Aplikasi. Terj. Maria Natalia Damayanti. Jakarta: Salemba Humanika.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing- masing
untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang
baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama
tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-
unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai
agama itu sendiri.

Menghargai perbedaan merupakan wujud dari terciptanya rasa keimanan


kepada Allah SWT yang telah memerintahkan kita untuk saling mengenal,
menghargai satu sama lain dengan tujuan membangun dan menjaga keutuhan
kerukunan dalam kehidupan sehari-hari. Kampung Toleransi Paledang bentuk
wujud dari terbentuknya kerukunan dalam lintas agama, sosial dan budaya.
Didalamnya terdapat unsur-unsur kegiatan yang mampu menyatukan kebersamaan
dan kerukunan umat beragama, seperti: kegiatan gotong-royong, kegiatan donor
darah, dan kegiatan saling membantu dalam pelaksanaan perayaan hari besar
agama.

Pertukaran sosial terjadi dalam menjaga serta menciptakan kerukunan antar


umat beragama di kampung toleransi Paledang Lengkong Bandung. Hal tersebut
dapat dilihat dari setiap umat berbeda agama yang ada di kampung toleransi
tersebut merasa mendapatkan keuntungan dari bertukar sosial satu sama lain
meskipun dengan umat yang berbeda dengannya. Keuntungan tersebut diantaranya
terciptanya kedamaian serta kerukunan yang tercipta dilingkungannya, ditaatinya
nilai dan juga ajaran agama yang dianut oleh ketiga agama yang ada di kampung
toleransi tersebut. Proses pertukaran sosial ini dimulai dari interaksi yang dilakukan
oleh seluruh masyarakat yang ada di kampung toleransi Paledang lengkong yakni
menunjukan bahwa umat yang berbeda agama satu sama lain saling bersikap
terbuka serta saling menerima sehingga dapat menjalin komunikasi yang baik yang
pada akhirnya dapat melahirkan kerukunan antar umat Bergama didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

AlFalah, U. F., & Rahman, S. (2019). Toleransi Beragama dan Kerukunan Hidup Antar
Umat Beragama di Kampung Toleransi. Syntax, 1(3).

Budiyuwono, H., & Chandra, A. R. (2021). Adaptasi sosial dan pola permukiman di
Kampung Toleransi Bandung. Riset Arsitektur (RISA), 5(02), 190–206.

Depag RI. 1997. Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia.
Jakarta :Badan Penelitian dan pengembangan Agama Proyek Peningkatan
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia.hlm.8-10.

Ghazali, A. M. (2016). Toleransi beragama dan kerukunan dalam perspektif Islam.


Religious: Jurnal Studi Agama-Agama Dan Lintas Budaya, 1(1), 25–40.

Ghazali, A. M., & Busro, B. (2017). Pendidikan Islam dalam Dinamika Kehidupan
Beragama di Indonesia. Intizar, 23(1), 93.

Habermas, J. (2004). Religious tolerance—the pacemaker for cultural rights.


Philosophy, 79(1), 5–18. https://doi.org/10.1017/S0031819104000026

Halim, I. A. (2018). Peran agama dan negara dalam proses pendirian rumah ibadat:
Kasus pendirian gereja Santa Clara kota Bekasi. Prodi Studi Agama-Agama UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 3(1), 54–69.

Halim, I. A. Toleransi Beragama Sebagai Pemicu Hak Berbudaya pada Masyarakat


Heterogen.

Hamidi. (2007). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis


Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: Univ. Muhammadiyah
Malang.

Lala, A. (2017). Analisis Tindak Pidana Penistaan Agama Dan Sanksi Bagi Pelaku
Perspektif Hukum Positif Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 2(3), 28–39
Mighfar, S. (2015). Social Exchange Theory: Telaah Konsep George C. Homans
Tentang Teori Pertukaran Sosial. LISAN AL-HAL: Jurnal Pengembangan
Pemikiran dan Kebudayaan, 9(2), 259-282.

Oktavia, V. F. (2019). KERUKUNAN DALAM PERSAUDARAAN “Mazmur


133: 1-3”.

Poloma, Margaret M. (2010). Sosiologi Kontemporer. Diterjemahkan oleh Tim


Penerjemah, Yasogama. Jakarta: Rajawali Pers

Ridwan Lubis. 2005. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta : Puslitbang.

Rohimat, R. (2019). Interaksi sosial masyarakat perkotaan dalam mewujudkan


kerukunan antar umat beragama: Studi deskriptif RW 02 di Kelurahan
Paledang Kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung).

Wahyuddin dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinngi. Jakarta
: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wahyuni, D. U. (2008). Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap


Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek" Honda" di Kawasan Surabaya
BaraT. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 10(1), 30–37.

Walzer, M. (1997). On toleration. Yale: Yale University Press.

West,Richard dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan


Aplikasi. Terj. Maria Natalia Damayanti. Jakarta: Salemba Humanika, 2008.

Wirjokusumo, I., & Ansori, S. (2009). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu- Ilmu
Sosial Humaniora (Suatu Pengantar). Surabaya: Unesa University Press.

Rohimat, R. (2019). Interaksi sosial masyarakat perkotaan dalam mewujudkan


kerukunan antar umat beragama: Studi deskriptif RW 02 di Kelurahan
Paledang Kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung).

Halim, I. A. Toleransi Beragama Sebagai Pemicu Hak Berbudaya pada Masyarakat


Heterogen.

Sagita, N. I. (2018). Pelaksanaan urusan pemerintahan umum dalam membina


kerukunan beragama oleh pemerintah kota bandung. Penamas, 31(1), 47- 64.

Supriyadi, A. (2020). Nilai-nilai pendidikan multikultural dalam tafsir Ibnu Katsir dan
tafsir Al-Maraghi dan penerapannya di Kampung Toleransi Kota Bandung
(Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Zahra, N. A. (2019). SELF HELP DALAM RELASI SOSIAL MASYARAKAT


MULTI ETNIS (Studi Deskriptif pada Masyarakat Kampung Toleransi di RW
04 Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung)
(Doctoral dissertation, FISIP UNPAS).

Halim, M. H. (2018). Evaluasi program kampung toleransi oleh Badan Kesatuan


Bangsa dan Politik Kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung
Djati Bandung)

Gunawan, A. (2020). Peranan Tabligh terhadap pemahaman toleransi beragama pada


masyarakat: Studi kasus Kampung Toleransi Kelurahan Jamika Kecamatan
Bojongloa Kaler Kota Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung
Djati Bandung).

Santoso, D. D. (2007). Toleransi keruangan dalam permukiman padat:: Studi kasus


Rumah Kontrakan di kampung Pajeksan dan Jogonegaran Yogyakarta
(Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Febriyadi, F. R. (2021). POLA PEMBIASAAN TOLERANSI BERAGAMA DALAM


KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MATERI
AJAR PAI (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).\
Putri, N. A. (2019). Perancangan Informasi Gang Luna Sebagai Kampung Toleransi
Melalui Media Buku Ilustrasi (Doctoral dissertation, Universitas Komputer
Indonesia).

Arti, P. (2022). Komunikasi antarumat beragama di lingkungan masyarakat kampung


toleransi: Penelitian di kampung toleransi kecamatan Andir kota Bandung
(Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Rahmawati, A., & Haryanto, J. T. (2020). Penguatan toleransi dan identitas sosial
melalui halalbihalal lintas agama pada masyarakat kampung Gendingan,
Yogyakarta. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi), 6(1), 33-
47.

Chandra, A. R., & Budiyuwono, H. (2021). Adaptasi sosial dan pola permukiman di
Kampung Toleransi Bandung. Riset Arsitektur (RISA), 5(02), 190-206.

Langi, T. D., Kerebungu, F., & Fathimah, S. (2022). Toleransi Antar Umat Beragama
di Kampung Pondol Kelurahan Wenang Kota Manado, Sulawesi Utara.
Indonesian Journal of Social Science and Education, 34-42.

Rahayu, S., & Kosasih, A. (2022). Praktik Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif
Pendidikan Islam pada Masyarakat Mahakarya Kampung I dan II, Kecamatan
Luhak Nan Duo. ISLAMIKA, 4(4), 654-666.

Anda mungkin juga menyukai