Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI BERASTAGI

NAMA : AGRESI BR SIMARMATA

NPM : 2115010183

KELAS : 11A11

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA

DOSEN PENGAMPU : YOSEFO GULE,S.Th.,M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS QUALITY BERASTAGI

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena
berkat kasih karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini
penulis selesaikan guna memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama yang diberikan
oleh dosen pengampu yaitu “: YOSEFO GULE,S.Th.,M.Pd” dengan judul
Kerukunan Antarumat Beragama DiTempat tinggal. Saya pun memilih untuk meneliti
kerukunan beragama di lokasi berastagi.

Dengan makalah yang penulis buat,diharapkan agar dapat berguna bagi penulis dan
bagi pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
bukan menjatuhkan penuis. Penulis juga berterimakasih kepada orang tua dan saudara
serta teman-teman yang mendukung penulis dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Kabanjahe , Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................1
D. Manfaat penelitian.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2

A. Saling Memberi dan Menerima Makanan..........................................................2


B. Menghadiri Undangan dan Mengundang Umat Agama Lain..........................2
C. Ikut Merayakan Hari Besar Umat Beragama Lain...........................................3
D. Gotong Royong Bersama......................................................................................3
E. Orang Karo Tidak Terlalu Mempermasalahkan Agama..................................4
F. Rakut Sitelu............................................................................................................4
G. Tradisi Kerja Tahun.............................................................................................4
H. Penyebab Keharmonisan Beragama di Berastagi..............................................5

BAB III PENUTUP ................................................................................................................9

A. Kesimpulan ............................................................................................................9
B. Saran ......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tulisan ini akan membahas keharmonisan antar umat beragama di Berastagi. Di
Negara kita Republik Indonesia terdapat 6 agama yang diakui yaitu: Islam,Kristen
Protestan,Kisten Khatolik,Hindhu,Budha,dan Khonghucu. Akhir –akhir ini di
Indonesia sedikit terganggu dengan adanya konflik yang berbau suku,agama, ras, dan
antargolongan.
Masalah diataslah yang membuat penulis tertarik untuk melihat bagaimana kondisi
antarumat beragama di Berastagi. Berastagi selama ini tidak pernah mengalami
konflik yang bersumber dari keberagaman identitas,yang salah satunya adalah
keberagaman dalam kepercayaan memeluk agama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk keharmonisan hubungan antar umat di berastagi?
2. Apa penyebab keharmonisan antarumat beragama di Berastagi?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk melihat bagaimana hubungan antarumat beragama di Berastagi.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan masyarakat berastagi dalam menjaga
kehidupan yang rukun ditengah-tengah masyarakat yang multietnis dan agama.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Peneliti dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kehidupan
beragama ditengah-tengah era modernisasi.
2. Mengetahui cara-cara yang dapat digunakan dalam menjaga kehidupan yang
rukun dan harmonis walaupun berbeda agama.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Saling Memberi dan Menerima Makanan

Keharmonisan antar umat beragama di Berastagi juga dapat dilihat dari adanya proses saling
member makanan walaupun berbeda agama. Diberastagi masih mudah ditemukan
keramahtamahan diantara masyarakatnya,dan salah satunya adalah beberapa masyarakat
masih sering memberikan makanannya kepada tetangga dan biasanya dilakukan ketika
memasak suatu makanan yang terbilang istimewah.

Meskipun berbeda agama dengan tetangga masyarakat yang tinggal diberastagi tidak pernah
memandang perbedaan tersebut. Umumnya umat Kristen ketika memberikan makanan sudah
tau sebelumnya makanan apa yang pantas diberikan kepada umat islam,sehingga umat islam
dapat menerimanya dengan tanpa kekhawatiran.

B. Menghadiri Undangan Dan Mengundang Umat Beragama Lain

Bentuk lain dari harmonisnya umat beragama di Berastagi adalah dengan adanya proses
mengundang dan diundang ketika seorang mempunyai suatu acara. Baik itu acara pernikahan,
kematian, syukuran, dan lain seagainya. Berastagi tidak pernah memperhatikan agama apa
yang dianut siempunya acara.

Selama seorang itu diundang, maka ia akan mengupayakan hadir diacara itu meskipun beda
keyakinan dengannya. Beitupun ketika mempunyai acara seseorang yang diundang tadi
umumnya tidak membeda-bedakan siapa yang diundang dan biasanya dia akan mengundang
kembali seseorang yang telah mengundangnya terlebih dahulu.

Proses yang lebih dulu menunjukkan keharmonisan dari mengundang menghadiri acara ini
adalah pada saat adanya acara yang berhubungan dengan agama. Misalnya acara naik sidi
pada masyarakat Kristen dan sunatan pada masyarakat islam. Acara-acara seperti ini tidak
pernah menujukkan perbedaan masyarakat akan menghadiri acara tersebut walaupun yang
mempunyai acara berbeda agama dengannya.

C. Ikut Merayakan Hari Besar Umat Beragama Lain

Ketika satu agama sedang merayakan hari besarnya, biasanya di Berastagi akan kita temui
banyak spanduk-spanduk yang terpasang serta berisi ucapan selamat atas perayaan tersebut
dan spanduk-spanduk tersebut berasal dari agama kelompok lain. Selain membuat spanduk
sebagai tanda ikut merayakan hari besar agama lain, biasanya masyarakat Berastagi sering
mengucapkan secara langsung kepada masyarakat yang merayakannya.

Selain itu pada saat Idul fitri dan tahun baru dimasyarakat Berastagi akan berkunjng
kerumah orang yang merayakan acara tersebut, misalnya pada saat idul fitri, umat
Kristen ,katholik,budha akan berkunjung kerumah yang beragama islam untuk ikut bersama-
sama merayakan idul fitri dan begitu pula sebaliknya.

Pada saat merayakan satu kegiatan keagamaan tidak jarang masyarakat berastagi ikut
berpartisipasi dalam membantu, baik itu berupa dana maupun tenaga. Contohnya, ketika Idul
Adha ada masyarakat non Islam yang ikut memberikan hewan kurban.

D.Gotong Royong Bersama

Gotong royong dapat diartikan dapat mengangkat secara bersama-sama atau mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama. Gotong-royong dapat dipahami pula sebagai bentuk partisipasi
aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam member nilai positif dari setiap obyek,
permasalahan, dan kebutuhan orang-orang disekelilingnya. Partisipasi tersebut bisa dalam
bentuk bantuan yang berwujud materi,keuangan,tenaga fisik,mental
spiritual,keterampilan,sumbangan pikiran dan atau nasihat konstruktifsampai hanya berdoa
kepada Tuhan.
E. Orang karo Tidak Terlalu Mempermasalahkan Agama
Orang karo adalah penduduk asli yang tinggal di kota Berastagi. Sebagai etnis yang
mayoritas di Berastagi, orang karo tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan agama.
Orang karo di berastagi adalah mayoritas Kristen Protestan. Orang karo pada
umumnya tidak mempermasalahkan agama selama dihargai dan dihormati. Bag
masyarakat aro semua agama mengajarkan kebaikan, sehingga menurutnya agama itu
adalah pilihan dan tidak paksaan.Salah satu bentuk orang karo tidak
mempermasalahkan agama adalah dengan adanya kawin mawin antara agama Kristen
dan Islam.

F. Rakut Sitelu
Konsep rakut sitelu ini menegaskan bahwa tidak ada seorang individupun baik dari
etnit karo yang tidak masuk dalam sistem kekerabatan sepanjang ada tali perkawinan
baik secara langsung maupun tidaklangsung dengan kelompok etnit tersebut.
Masing-masing individu karo memiliki fungsi dan peran yang berbeda namun
bekerja dalam satu-kesatuan. Unsure sembuyak dan senina dalam acara adat
merupakan pelaku utama yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan acara
tersebut.
Di Berastagi enis karo adalah etnis yang mayoritas sehingga tata cara hidup dan adat
istiadat orang karo akan diikuti oleh semua pendatang. Faktanya kita bisa melihat di
Berastagi seorang pendatang tersebut jika sudah lama tinggal maka ia akan ikut
terpengaruh oleh suku karo,bahasa karo sudah pasti dia kuasai dan tidak jarang
pendatang tersebut juga sudah membuat merga karonya.

G. Tradisi Kerja Tahun


Tradisi adalah merupakan suatu kekayaan budaya. Hal ini terutama melihat pada
keberadaan suku-suku seperti di Indonesia,terutama yang tumbuh di perdesaan.
Tradisi berjalan sesuai proses waktu sesuai factor-faktor yang mendasari
pelaksanaannya. Masyarakat karo adalah masyarakat perdesaan yang sejak dahulu
mengandalkan titik perekonomiannya di bidang pertanian.
Pada saat kerja tahun ini semua orang ikut merayakannya,baik itu yang beragama
islam,Kristen,katolik,dan lain sebagainya. Pada saat kerja tahun ini dilaksanakan ada
sesuatu yang menarik disana,setiap orang yang merayakan kerja tahun dan
berkunjung kerumah seseorang maka seseorang tersebut harus makan dirumah yang
dikunjunginya. Jika tidak makan dirumah tersebut maka tuan rumah akan berkecil hati
dikarenakan tamunya tidak makan masakan yang sudah disediakan.
Orang karo yang merayakan kerja tahun ini juga sangat berhati-hati didalam
menyiapkan suatu menu makanan. Hal ini dikarenakan agar setiap tamu yang datang
kerumahnya dapat menikmati kunjungannya dan tidak meninggalkan kesan yang
buruk. Bentuk penghargaan ini tidak hanya berlaku bagi orang karo yang berkunjung
saja, melainkan smua yang berkunjung akan diperlakukan sama walaupun dari etnis
yang berbeda.

H. Penyebab Keharmonisan Beragama Di Berastagi


1. Orang Karo Tidak Bersifat Menguasai
Walaupun di Berastagi orang karo adalah etnis yang mayoritas mereka tidak
mempunyai sifat yang ingin menguasai. Banyak pendatang yang merasakan
kenyamanan selama tinggal di berastagi,hal ini dilakukan masyarakat berastagi
tidak pernah memaksakan keinginanya.
Hal diatas dapat dibuktikan dengan adanya “pasar kaget” di Berastagi. Pasar kaget
yang dikenal masyarakat berastagi adalah sebuah pusat makanan yang ada di
Berastagi tetapi dibuka hanya pada malam hari.
Di pasar kaget ini orang jawa adalah etnis yang paling yang paling banyak
berjualan disana, namun orang karo tidak pernah mengusik dan mengganggu
mereka saat berjalan.

2. Solidaritas Orang Karo Sangat Tinggi


Salah satu bentuk solidaritas orang karo adalah sangat memperhatikan makanan,
hal ini dapat dilihat pada saat acara pernikahan ataupun kematian. Pada
masyarakat karo diluar yang beragama islam saat melaksanakan acara pernikahan
atau kematian umumnya menu makanan yang disediakan adalah daging babi,
namun orang karo pasti menyediakan menu lain untuk tamunya tidak bisa
mengkonsumsi daging babi.
Selain menu yang lain, tempat dan yang memasak pun dikhususkan oleh orang karo
tersebut. Hal ini tentu menunjukkan solidaritas orang karo sangat tinggi kepada
sesamanya. Bentuk lain dari solidaritas orang karo adalah mereka jarang memasak
daging babi dirumahnya, hal ini dikarenakan mereka takut jika ada yang bertamu
kerumahnya yang tidak dapat mengkonsumsi daging babitersebut,maka mereka
akan merasa bersalah.
Bentuk solidaritas dan adat istiadat ini sangat dipahami oleh semua masyarakat
karo yang beragama islam dan yang pendatang. Sehingga mereka sadar kalu
mereka dihargai dan hubungan beragama di berastagi tetap harmonis karena
adanya proses saling menghargai tersebut.

3. Proses Saling Belajar


Saling belajar maksudnya disini adalah individu tertentu sebagai penganut satu
agama secara tidak langsung akan mempelajari bagaimana sebenarnya tata cara
dan ajaran agama laindiluar agamanya. Proses saling belajar ini sering ditemui
diacara pernikahan atau acara kematian.

4. Serikat Tolong Menolong


Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai
seorang individu dan makhluk sosial. Secara alamiah, manusia memang memiliki
naluri untuk hidup bersama-sama dengan manusia lainya. Dorongan mendasar
yang melahirkan naluri untuk hidup bersama-sama itu adalah manusia harus
memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya yang sangat tidak mungkin akan
dipenuhi ketika manusia tidak hidup berkelompok.
Kelompok sosial yang ada dikota saat ini memiliki struktur sosial yang kompleks
dengan gejala-gejala yaitu:
a. Heterogenitas sosial, kepadatan penduduk mendorong terjadinya persaingan
dalam pemanfaatan ruang. Orang-orang dalam bertindak memilih mana yang
paling menguntungkan baginya, sehingga akhirnya terjadi spesialisasi.
b. Hubungan sekunder, jika hubungan penduduk didesa disebut primer, dikota
disebut sekunder. Pengenalan dengan orang lain serba terbatas pada hidup
tertentu.
c. Kontrol(pengawasan sekunder), dikota orang tidak memperdulikan perilaku
pribadi sesamanya. Meski ada kontrol sosial tetapi ini sifatnya non pribadi,asal
tidak merugikan orang lain, umum,dan tindakan dapat ditoleransi.
d. Toleransi sosial, orang-orang kota secara fisik berdekatan, tetapi secara sosial
berjauhan.
e. Mobilitas sosial, dalam kehidupan kota segalanya diprofesionalkan. Selain
usaha dan perjuangan pribadi untuk berhasil,secara kelompok profesi juga ada
solidaritas kelas. Terjadilah perkumpulan-perkumpulan orang seprofesi
seperti:guru,wartawan,pedagang,tukang becak,dan sebagainya.
f. Ikatan sukarela(voluntary association),secara suka rela orang menggabungkan
diri kedalam perkumpulan orang yang disukainya,seperti sport,aneka grup
music,klub filateli,perkumpulan filantropi (naldjoeni,1997:51)

Berdasarkan cirri kehidupan masyarakat kota diatas dapat digambarkan bahwa masyarakat
kota cenderung lebih individualistic. Pada kenyataannya cirri individual tidak mutlak, karena
didalam masyarakat kota heterogen, kompleks, serta kehidupan keagamaan yang terlibat
semakin berkurang, dijumpai juga kelopok-kelompok sosial, salah satunya adalah serikat
tolong menolong.

Serikat tolong menolong diberastagi masih sangat kuat, banyak serikat tolong-menolong
yang akan dijumpai dikota Berastagi. Bak tuyang semarga,satu profesi,dan lain-lain. Contoh
STM di Berastagi adalah STM PTMP ( persatuan tolong-menolong panglet),STM sada
Niroha. Serikat tolong-menolong ini tidak memandang agama anggota kelompoknya, siapa
pun bisa masuk kedalam serikat tolong-menolong ini maka kehidupan beragama diberastagi
akan semakin harmonis.

Hal ini dikarenakan setiap anggota yang ada didalamnya akan menghargai anggota yang lain
walaupun mereka berbeda agama. Aksi nyata serikat tolong-menolong ini biasanya berupa
bantuan ketika seorang anggota kelompoknya sedang bersuka dan berdukacita.
Biasanya anggota kelompoknya aka mengumpulkan uang atau mengambil dari khas STM,
dan dibelikkan sesuatu untuk diberikan kepada anggota kelompok yang sedang membuat
acara tersebut. Terkhusu untuk dukacita, setelah acara penguburan selesai maka biasanya
kelompok STM tersebut akan menentukan jadwal yang tepat untuk berkunjung kerumah
anggotanya yang sedang berdukacita tersebut untuk diberikan kata-kata penguat agar
seseorang yang berdukacita tidak larut didalam kesedihan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keharmonisan hubungan antar umat beragama di Berastagi merupakan contoh
bentuk kerukunan umat beragama di Indonesia. Setiap daerah di Indonesia dapat
mencontoh keharmonisan hubungan antara umat Bergama di Berastagi ini. Walaupun
terdiri dari banyak suku dan agama, masyarakat di Berastagi dapat hidup saling rukun
dan menghormati satu sama lain.
Etnis karo sebagai etnis mayoritas di Berastagi menunjukkan suatu bentuk nyata jika
hidup berdampingan dalam perbedaan itu adalah sesuatu yang sangat berharga.
Walaupun dari segi jumlah mereka sangat dominan, namun etnis-etnis pendatang
dapat hidup dengan tenang dan tidak merasakan adanya intimidasi dari masyarakat
karo.
Keharmonisan hubungan antar umat beragama seperti ini harus dipertahankan dalam
kehidupan masyarakat,dengan hidup harois maka akan menambah warna dikehidupan
masyarakat. Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, hal ini dapat kita lihat
dikehidupan masyarakat di Berastagi.
Bentuk keharmonisan hubungan antar umat beragama di Berastagi dapat dilihat dari
beberapa bentuk yaitu:
 Rumah ibadah berdiri dengan tegak dan saling berdekatan.
 Ayat Alkitab dan AL Quran dilukis ditembok pembatas gereja.
 Sering member dan menerima makanan dari umat beragama yang lain.
 Menghadiri undangan dan mengundang umat beragama lain.
 Ikut merayakan hari besar umat agama lain.
 Gotong royong bersama.
 Saling mengingatkan satu sama yang lain.
Keharmonisan antar umat beragama diatas, disebabkan oleh beberapa factor yaitru:

 Sistem rakut sitelu pada masyarakat karo.


 Orang karo tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan Agama.
 Tradisisi kerja tahun.
 Solidaritas orang karo sangat tinggi.
 Orang karo tidak bersifat menguasai.
 Adanya proses saling belajar.
 Serikat tolong menolong (STM).

Menurut masyarakat berastagi keharmonisan beragama harus terwujud disemua


daerah baik desa maupun kota di Indonesia. Jika hubungan antar umat beragama tidak
harmonis maka pengaruhnya akan dapat menghancurkan bangsa tersebut. Maka
masyarakat didaerah lain dapat mencontoh keharmonisan beragama di Berastagi.
Walaupun masyarakatnya majemuk,tetapi mereka dapat berhubungan harmonis satu
dengan yang lain walau berbeda agama dan etnis. Bagi masyarakat berastagi
perbedaan tersebut membuat kehidupan menjadi lebih berwarna.

B. SARAN
Sebagai masyarakat kita harus ikut menjaga keharmonisan hubungan antar umat
beragama. Hal ini disebabkan mau atau tidak mau kita akan selalu hidup dalam
perbedaan, kita tidak akan dapat hidup hanya dengan kelompok yang sama dengan
kita. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan dapat hidup seorang diri, kita pasti akan
membutuhkan bantuan dari manusia yang lain.
Keharmonisan hubungan antar umat beragama di Berastagi harus terus
dipertahankan. Masyarakat sebaiknya jangan mudah terpengaruh dengan banyaknya
konflik-konflik beragama ditempat lain.
Untuk generasi muda yang merupakan penerus bangsa karo berfikir lebih matang
lagi, jangan mudah terpecah belah hanya karena isu-isu yang belum tentu
kebenarannya.
Hidup berbeda kepercayaan bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan,karena
setiap agama mengajarkan kebaikan dan tidak pernah mengajarkan keburukan,
apalagi untuk saling bertengkar satu sama lain. Pertengkaran hanya akan
menimbulkan banyak masalah dan mungkin akan membuat bangsa Indonesia terpecah
belah.
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai