DOSEN PENGAMPU:
Ibu Yunilda Megawati Tulak Allo S.Th, M.pd
DISUSUN OLEH
Nama : Priska Gratcia Mengkido
NIM : C 301 21 208
Prodi : S1 Akuntansi
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
Jl. Soekarno Hatta No.KM.9,Tondo, Mantikulore,Kota Palu, Sulawesi
Tengah 94148
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat
dan kasih-Nya serta karunia-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dengan judul “Agama dan Multikultur dalam prespektif iman Kristen” ini dengan baik
tanpa ada halangan.
Kesempatan ini dipergunakan untuk memberikan inspirasi dan juga penguatan serta cerita
hidup yang semungkinnya dapat menjadikan pembaca untuk semakin menghargai
kesempatan yang Tuhan Yesus Kristus berikan. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan serta dapat menambah iman kita.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mohon maaf bila ada penulisan kata atau tata bahasa yang masih salah dan kurang
berkenan. Saran, tanggpan, dan kritik yang membangun sangat saya harapkan guna
menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih atas waktu yang digunakan untuk membaca Makalah ini, Tuhan Yesus
Memberkati.
Penyusun
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………….5
B. Tujuan……………………………………………………………………………………………………6
C. Manfaat…………………………………………………………………………………………………...6
D. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………...6
1. Pengertian Agama……………………………………………………………………………..7
2. Asal-usul Agama………………………………………………………………………………..7
4. Perkembangan Agama-agama……………………………………………………………17
Perkembangan Agama Islam…………………………………………………………..23
Dari sini kita melihat bahwa (multikulturalisme) masih dapat ditemukan. Hal ini
mengandaikan bahwa multikulturalisme sebenarnya meimiliki pijakan dan berakar
dalam semua agama di Indonesia. Tulisan ini akan mendeskripsikan dan
menganalisis bagaimana prespektif multicultural dalam semua agama khusunya
agama Kristen. Landasan normative, praktik-praktik maupun prespektif yang
berkembang khususnya dalam konteks kesetaraan hubungan dalam kelompok
keagamaan. Artikel ini disusun dengan merajuk pada kitab suci, buku-buku, dan
artikel jurnal yang berbicara tentang isu tersebut dan prespektif Kristen. Bahan-
bahan tersebut akan dianalisis mengunakan teori multikulturalisme, liberal
universal yang mrnrkan kesamaan manusia pada nilai-nilai dasar HAM.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk melatih penulis agar mampu
menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar dan untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan bagi penulis dan pembacanya serta untuk memberi sumbangan
pemikiran baik berupa teoritis maupun praktis.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini khususnya bagi mahasiswa baru
adalah sebagai berikut :
1. Belajar memahami masalah dan solusinya
2. Mengasah kemampuan menulis
3. Menjadi lebih kritis saat melihat suatu permasalahan
4. Menerapkan ilmu yang telah dipelajari untuk diemplentasikan di lapangan
5. Membuka pikiran untuk memahami permasalahan di lapang
D. Rumusan masalah
1. Menjelaskan pengertian agama, asal-usul agama, berbagai aliran agama, dan
perkembangan agma-agama
2. Menjelaskan agama dan multikulture dalam perpektif iman kristen
3. Menjelaskan kehidupan multikultur dan tanggung jawab umat kristiani dalam
menciptakan kerukunan hidup umat beragama.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
1. Pengertian Agama
Kata “Agama” berasal dari bahasa sanskerta, agama yang berarti “tradisi”.
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahsa Latin
“religio” dan berakar pada kata kerjare-ligare yang berarti “Mengikat kembali”.
Secara garis besar, Agama adalah suatu sistem yang mengatur suatu kepercayaan
serta peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa satau tatakaidah yang
berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia
dengan tatanan kehidupan, serta penghambaan manusia kepada Tuhannya. Lebih
luasnya lagi agama juga bisa diartikan sebagai pilihan atau jalan hidup, yakni bahwa
seluruh aktivitas lahir dari batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya.
Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan
sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama. Kata agama kadang-kadang
digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan, atau kadang-kadang
mengatur tugas. Namun menurut ahli sosiologi Emile Durkhein menyatakan bahwa
agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas keparcayaan dan praktik
yang berhubungan dengan hal yang suci.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) agama adalah
pengatur (sistem) yang mengatur tata keimanan (Kepercayaan) dan keyakinan
serta pengabdian kepada sang Pencipta Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
2. Asal-usul Agama
Secara umum agama muncul dari keyakinan yang sudah lama tertanam
kepada orang-orang terdahulu. Sebagian penganut agama menunjukan bukti
kebenaran keyakinannya dengan berbagai dokumentasi keagamaan. Sebagian
lainnya hanya meyakinkan dalam hati saja penganut meyakini agama adalah
perintah Tuhan yang disampaikan melalui manusia pilihan (Nabi) untuk ditaati.
Terbentuknya 3 agama tua (Kristen, Yahudi dan Islam) memiliki sejarah atau asal-
usul yang sama yaitu dari asal usul bangsa semit. Bangsa semit berasal dari Jazirah
Arab. Kata Arab yang pertama kali muncul pada abad ke-9 sebelum Masehi. Bangsa
Arab tidak semua terdiri oleh orang-orang Islam, tapi juga ada orang Kristen dan
orang Yahudi. Beberapa buktinya adalah adanya peradaban Nabath yang didirikan
oleh bangsa Arab beragama Kristen.
Kristen , Yahudi, dan islam mempunyai latar belakang yang sama, dapat
dibuktikan dari adanya kitab agama Islam, Kitab Agama Kristen, (Perjanjian lama),
ditulis dalam suatu rumpunan yang sama yaitu dari bahasa semit.
Salah satu isi dari perjanjian lama kata “Tuhan” yang mempunyai arti yang
sama dengan kata “Allah” yang dimaksud oleh kaum muslim kata “Allah” berarti
Tuhan)
Bangsa Indo-Eropa percaya ada banyak dewa pada masa itu. Sementara
bangsa semit juga menjadikan ciri khas bangsa semit disatukan dengan
kepercayaan satu Tuhan (Monoteisme). agama Islam,Yahudi, dan Kristen
mempunyai gagasan dasar yang sama yaitu percaya kepada satu Tuhan
(Monoteisme).
Bangsa semit mempunyai pandangan yang Linier terhadap sejarah, seperti
sebuah garis lurus domana garis itu merupakan lambangan terciptanya dunia
adalah awal dari kehidupan yang kiamat sebagai akhir dari kehidupan. Sekarang ini,
Yerusalem adalah kota yang dianggap penting bagi ketiga agama tersebut. Ini juga
merupakan suatu bukti bahwa ketiga agama tersebut berasal dari satu asal yang
sama. Di kota Jerusalem tersebut terdapat berbagai sinagog (Yahudi), Gereja
(Kristen), dan juga Mesjid(Islam) yang terkemuka atau terkenal.
Sejarah agama nerujuk kepada catatan tertulis dari pengalaman dan gagasan
agama manusia. Periode sejarah agama dimulai dengan penemuan penulisan pada
sekitar 5.200 tahun lampau (3.200 SM). Agama dari zaman prasejarah melibatkan
kajian keyakinan agama yang ada sebelum kemajuan catatan tertulis. Seseorang
dapat juga mengkaji kronologi agama-agama kompratatif melalui linimasa Agama.
Penulisann memainkan peran besar dalam teks-teks agama yang berstandardisasi
tampa memandang waktu atau tempat, dan memudahkan pengingatan doa dan
perintah Ilahi. Kasus Alkitab melibatkan pengumpulan berbagai penjelasan lisan
yang dditurunkan selama berabad-abad.
Asal usul agama bisa dilihat dari dua perspektif, yakni prespektif teori relevasi
dan prespektif teori evolusi. Para pemeluk agama-agama besar dunia cenderung
memandang agama dari prespektif teori relevasi atau wahyu dan
mendefinisikannya sebagai prinsip, nilai-nilai, dan perintah yang diwahyukan
Tuhan. Sebaliknya sebagian besar sarjana Barat modem penekun studi Agama
Agama menjelaskan asal-usul agama berdasarkan prespektif teori evolusi atau
perkembangan dan berusaha menguraikannya berdasarkan ilmu yang berbeda-
beda: Antropologi, sosiologi, psikologi, atau lainnya. Pemikiran modem
mengasumsikan kemanusiaan sebagai sebuah gerakan menuju sesuatu yang lebih
baik. Gerakan tersebut tidak dapat dicegah atau diballikan. Menurut teori evolusi,
kemanusiaan telah berlangsung melalaui beberapa tingkatan perkembangan
intelektual. Didasarkan pada teori tersebut, para sarjana barat mempelajari dan
membahas agama sebagai sebuah organisme seperti halnya dunia fisika. Memang,
konstribusi paham evolusionisme terhadap kelahiran studi Agama-agama begitu
besar sehingga dikatakan bahwa “ Darwinism makes it possible”.
Para antropolog yang datang lebih kemudian lebih tertarik pada persoalan
peran agama dalam masyarakat dari pada asal-usulnya. Apabila para antropolog
sosial memandang agama sebagai bagian dari masyarakat dan memusatkan
perhatian terutama pada studi tentang suku-suku tertentu, atau analisis mite, ritual
dan simbol, maka para antropolog budaya memandang agama sebagai serangkaian
kepercayaan, ritus dan lembaga-lembaga.
Sama seperti para antropolog yang sampai pada kesimpulan yang berbeda-
beda tentang asal-usul agama, demikian pula hanya para sarjana yang berusaha
mencari esensi agama. Mereka juga memiliki pendapat yang berbeda-beda.
Beberapa pendapat bersifat positif tentang agama dan lainnya negatif. Diantara
pendapat yang positi, Friedrich Schleiermacher (1768-1834) mendefinisikan agama
sebagai “ perasaan ketergantungan mutlak”. Definisinya ini sangat berpengaruh
pada pemikiran modern tentang agama. Dalam pandangannya, agama yang terdiri
atas pengetahuan maupun perbuatan sesungguhnya didasarkan sebuah “kesadaran
diri langsung” bahwa manusia sepenuhnya tergantung oada sesuatu yang tak
terbatas yang berada diluar dirinya.
Pandangan yang negatif tentang agama dikemukakan antara lain oleh Karl
Marx (1818-1883) juga Frederick Engels (1820-1895), kedumya selalu dikaitkan
dengan permulaan komunisme. Mereka memandang agama sebagai sebuah ilusi
mendaptakan kehidupan yang lebih baik akibat mengalami kegagalandan
ketimpangan sosial dalam hidup. Manusia membuat agama, bukan sebaliknya.
Mereke mendeklarasikan agama sebagai “candu masyarakat”, semacam obat yang
memberikan kebahagiaan palsu bagi masyarakat penghapusan agama merupakan
keharusan untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Bagi Marx,
perbuatan agama merupakan petunjuk bahwa emansipasi belum tercapai. Karena
itu jika belum sepenuhya menikmati kebahagiaan yang sebenarnya, masyarakat
harus dilepaskan dari agama.
Signund Freud (1859-1930), pencipta disiplin psikologi modern, memandang
agama sebagai nerosis, atau penyakit kejiwaan. Agama dipandangnya sebagai
sesuatu yang irasional dan tidak sehat, dan orang akan menjadi lebih baik jika dapat
menerima sebuah pandangan yang “aintifik” atau “ilmiah” ketika menolak agama
dan ajaran-ajarannya yang tidak realistik. Pemikir eksistensialis ateis terkenal, Paul
Sarte (1905-1980), menolak standar moral transenden dalam bentuk apapun.
Dalam pandanganya, fakta bahwa Tuhan tidak ada menurut tanggung jawab
manusia untuk menetapkan moralnya sendiri; mereka yang berpegang teguh pada
pemikiran tentang Tuhan sebenarnya hanya menolak untuk menerima tanggung
jawabnya. Bahkan, andaikan Tuhsn memang benar-benar ada, maka tidak akan
mengubah apapun karena manusia tetap harus melakukan pilihannya sendiri.
Pemikiran tentang Tuhan, katanya, tidak bisa digunakan untuk mengingkari fakta
bahwa manusia “dipaksa bebas”.
Menurut KBBI aliran atau kepercayaan adalah paham yang mengakui adanya
Tuhan yang maha esa, tetapi tidak termaksud atau tidak berdasarkan ajaran salah
satu dari kelima agama yang resmi (Islam, Katolik,Kristen Protestan, hindu dan
budha).
Berikut aliran dari masing-masing agama yang ad di Indonesia :
Sunni atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) adalah seseorang yang mengikuti
Nabi serta para Sahabatnya. “Jadi Aswaja itu, Ahlus Sunnah wal Jamaah, seseorang
yang mengikuti nabi dan mengikuti sahabat nabi, bukan hanya Nabinya saja. Sahabat-
sahabatnya juga kita harus mengikuti ajaran-ajarannya,” ujar Ustadz Rizki Nugroho,
Pengajar Pondok Pesantren Modern Nuruh Hijrah, ketika di hubungi Okezone.
Sumber hukum dari aliran ini adalah Alauran, Al Hadist. Selain itu juga mengakui
Ijma dan Qiyas sebagai sumber hukum. “Bagi Ahli Sunnah wal Jamaah sumber
hukumnya banyak. Ada Alquran yang pertama, yang ke dua Hadist, yang ketiga
Ijtimak, yang keempat baru Qiyas,” sambung Ustadz Rizki.
2. Syiah
Syiah adalah aliran yang mengikuti Khalifah Ali bin Abi Thalib, yang menyatakan
kepemimpinannya baik. Ada banyak pendapat akan awal munculnya aliran ini salah
satunya pendapat ulama Syiah yang mengatakan, Muncul sejak Zaman nabi
Muhammad SAW. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah
ialah, Syiah muncul pada akhir pemerintahan Ustman bin Affan. Mereka berpendapat
bahwa sahabat - sahabat Nabi kecuali Sayidina Ali tidak benar. Syiah sendiri terbagi
menjadi banyak kelompok. Aliran Syiah mempunyai pendapat bahwa Alquran yang
sekarang mengalmi perubahan dan pengurangan. Sedangkan yang asli berada di
tangan Al Imam Al Mastur (Syiah Imamiyah). Aliran Syiah juga tidak mengamalkan
Hadist kecuali dari jalur keluarga Nabi Muhammad (Ahlul Bait). Selain itu Syiah juga
memperbolehkan nikah Mut’ah, yang kita kenal dengan istilah kawin kontrak, yang
mana, pernikahan suami – istri akan waktu yang telah disepakati pada akad.
3. Khawarij
Asal kata Khawarij adalah Kharijiy yang berarti keluar. Pada sejarahnya aliran
khawarij, seperti yang ditulis di atas, merupakan aliran yang tidak setuju dengan
adanya perdamaian antara Sayidina Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah saat perang
siffin. “Yang dimaksud Khawarij itu dia yang keluar dari dari golongan sayidina Ali,
dia yang keluar dari golongan Nabi Muhammad,” sambung Ustadz Rizki Nugroho.
Mereka menganggap Ali serta orang – orang yang menyetuji perjanjian tersebut
mendapatkan dosa besar, maka orang tersebut dapat dikatakan orang yang kafir.
Mereka juga menganggap orang-orang yang seperti itu halal darahnya. Menurut Farid
Zainal Effendi, orang-orang khawarij berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah
kafir. Mereka juga menyebut, orang yang tidak sepaham dengan mereka maka anak,
istri mereka boleh ditawan, dijadikan budak atau dibunuh, menurut khawarij Al
Azariqoh, sedangkan tidak untuk khawarij Al Ibadiyah, mereka bukan mukmin dan
bukan kafir, maka membunuh mereka adalah haram. Tidak hanya itu, mereka
berpendapat bahwa surat Yusuf bukan termasuk dalam Alquran, karena
mengandung cerita cinta.
4. Mutazilah
Menurut buku yang ditulis Harun Nasution, Mutazilah adalah golongan yang
membawa persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofi. Artinya
dalam membahas persoalan persoalan agama, kaum Mutazilah lebih banyak
menggunakan akal yang lebih bersifat rasional. Mereka juga mendapat julukan
sebagai “kaum rasionalis islam” Awalnya, Wasil bin Atha dan seorang temannya Amr
bin Ubaid diusir oleh Hasan al Basri (guru Wasil dan Amr bin Ubaid) karena terdapat
adanya perselisihan di dalam Majlisnya tentang persoalan orang yang berdosa besar.
Akhirnya Hasan Al Basri mengatakan “Wasil menjauhkan dari kita, (I’tazala’anna).
Dengan demikian dia serta teman-temannya, kata Al Syaharastani, disebut kaum
Mu’tazilah. Aliran dalam islam ini berpendapat bahwa, orang islam yang berdosa
besar bukan kafir juga bukan mukmin, akan tetapi berada di antara keduanya.
Mereka hanya mengakui Isra Rasulullah ke Baitul Maqdis tetapi tidak mengakui
Mi’raj nya ke langit. Selain itu mereka tidak percaya akan Azab kubur, malaikat
pencatat amal, Arsy dan kursi Allah. Selain tidak percaya ada azab kubur, mereka
juga tidak percaya dengan adanya Mizan (timbangan amal), Hisab (perhitungan
amal),dan syafaat nabi di Hari Kiamat.
5. Murjiah
Masih dalam buku Aliran dalam Islam, Murjiah berasal dari Kata Irja yang
artinya menangguhkan. Murjiah muncul pada abad pertama hijriah, yang muncul
karena perbedaan dua pendapat, yaitu syiah dan khawarij. Kaum syiah mengkafirkan
para sahabat, yang menurut mereka menghina ke Khalifahan dari Ali. Sedangakan
kaum Khawarij, mereka mengkafirkan kelompok Ali dan Muawiyah. Maka pada saat
itulah muncul golongan umat islam, yang menjauhkan dari hal kafir mengkafirkan
kedua keompok tersebut. “Sekte Murji'ah muncul sebagai reaksi atas sikap yang
tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengafirkan terhadap orang yang melakukan
dosa besar, sebagaimana yang dilakukan kaum khawarij,” ujar Ustad Asroni Al
Paroya, Ketua Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia untuk Jakarta Timur.
Pendapat Aliran dalam islam ini terbagi menjadi dua, golongan Moderat, dan
golongan Ekstrim. Golongan moderat berpendapat bahwa, orang berdosa bukan
kafir dan tidak kekal dalam Neraka. Sedangkan golongan Ekstrim berpendapat
bahwa Orang Islam yang percaya pada Allah kemudian menyatakan kekufuran
secara lisan tidak menjadi kafir karena iman itu letaknya di dalam hati, bahkan
meskipun melakukan ritual agama-agama lain. “Perbedaan teologi adalah perbedaan
dalam hal mengkafirkan,” sambung ustadz Asroni.
Aliran dalam agama kristen sendiri bisa dilihat dari gerejanya, berikut
beberapa tipe-tipe aliran kristen yang saya tahu:
1. Kristen Tradisional
Kristen disini hampir sama dengan katolik dari cara ibadah , memainkan
musik, cara penyembahan, dll. Biasanya tipe Kristen ini tidak mempercayai karunia
bahasa roh, dan hanya mempercayai orang-orang suci sajalah yang bisa berbahasa
roh. Dan penyembahannya hanya menggunakan alat musik organ. Biasanya
memiliki gedung sendiri. Contoh : GKI ( Gereja Kristen Indonesia)
2. Kristen pra-kharismatik
3. Kristen Kharismatik
Banyak yang tidak menyukai Kristen Kharismatik karena acara ibadah
hebohseperti dugem, konser. Biasanya yang tidak menyukai tipe Kristen
Kharismatik adalah orang yang memiliki kepercayaan Kristen Tradisional. Jemaat
biasanya menyembah dengan melompat-melompat, berbahasa roh, dll. Berbeda
dengan Kristen Tradisional, Kristen Kharismatik mempercayai bahwa setiap orang
bisa berbahasa roh jika mendapat karunia dari Tuhan. Biasanya gereja seperti ini
ada di mall, perkantoran dll. Contoh : Gereja Mawar Sharon (GMS), Jakarta Praise
Community Church.
Garis Besar :
1. kristen ortodoks
2. kristen katolik
3. kristen protestan
• saksi yehovah
• oneness pentacostal
• pengagung yahweh
sedangkan aliran kristen yang sesat, yang menyembah 3 tuhan adalah, mormon
Agama katolik tidak memiliki banyak aliran atau sekte,dalam catatan seorang
ahli tertulis agama katolik yang dimaksud adalah Gereja Katolik Roma (GKR), yang
dipimpin oleh paus yang berkedudukan di vatikan (karena ada aliran-aliran ini
terkadang menggunakan kata “katolik” juga seperti Gereja Katolik Orthodox
(Orthodox), atau gereja katolik Inggris (Anglikan). Gereja katolik memiliki keunikan
tersendiri, karena dengan sendirinya menjadikan katolisim sebagai organisasi
keagamaan tertua di dunia dengan struktur dan administrasi yang sangat baikdan
tertata selama hampir 2 milenial lamanya.
D. Aliran Dalam agama Hindu
1. Waisnawa
2. Saiwa
Aliran Saiwa merupakan pemuja Dewa Siwa yang sangat segani oleh
pemeluk agama Hindu. Terkadang sosok Dewa Siwa digambarkan dengan Bhairawa
yang sangat menyeramkan. Untuk menyatukan diri terhadap dewa Siwa aliran Saiwa
melakukan ritual Yoga. Aliran Saiwa berkembang berkembang dibeberapa daerah
yaitu Gujarat, Kashmir, dan Nepal.
3. Sakta
Aliran Sakta percaya kepada Sakti atau Dewi sebagai pasangan Dewa. Sakti
sendiri merupakan sebuah kekuatan yang mendasari sebuah maskulinitas dari Dewa.
Aliran Sakta memiliki ritual penyucian pikiran dan penyucian tubuh. Ritual
pemanggilan kekuatan kosmik dilakukan oleh aliran Sakta dengan melakukan ritual
Yoga, Mantra, dan dengan Gambar-gambar yang sakral. Beberapa perwujudan Sakti
yang dikenal aliran Sakta yaitu Parwati pasangan Siwa dan Laksmi pasangan dewa
Wisnu.
4. Smarta
Aliran Smarta tergolong baru dibanding dengan aliran Waisnawa, Saiwa dan
Sakta. Ajaran Smarta sangat mempercayai banyak Dewa diantaranya Dewa Siwa,
Wisnu, Sakti, Ganesa dan Surya namun aliran Smarta memuja sang Pencipta dalam
enam lambang yaitu Ganesa, Siwa, Sakti, Wisnu, Surya dan Skanda. Dalam ritual
keagamaan usaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta atas kesadaran selain
melakukan praktek meditasi.
Dari semua aliran utama agama Hindu dapat disimpulkan bahwa agama Hindu
mengenal tiga Dewa utama yaitu Brahma, Siwa dan Wisnu. Perwujudan ketiga dewa
ini biasa disebut dengan Ttimurti.
1. Aliran Hinayana
yaitu mengenai Pribadi Buddha dan ajaran tentang Dharma dan Nirwana.
Aliran Hinayan mempunyai kepercayaan bahwa dunia kita ini telah beberapa kali di
datangi Buddha sebagai pengajara kepada manusia supaya terhindar
daripenderitaan dan dapat mencapai Nirwana. Jarak waktu kedatangan Sang
Buddhaterjadi pada masa yang lama sekali. Untuk periode sekarang ini Sang
Buddha ialah Siddharta Gautama. Di masa yang akan dating aka nada lagi Buddha
yang lain yang sekarang masih bersemanyam di Surga. Calon Buddha itu di sebut
Boddhisatwa.
2. Aliran Mahayana
Ada dua kata kunci di dalam ajaran Mahayana yang selalu ada di setiap tulisan-
tulisan Mahayana dan dua kata kunci itu adalah Boddhisatwa dan Sunyata. Di aliran
Mahanyana mengajarkan bahwa di samping Buddha-buddha dunia pada hakikatnya
hanyalah merupakan bayangan Buddha-buddha surga. Asal segala sesuatu yang ada ini
disebut Adhi Buddha.
4.Perkembangan Agama-Agama
Proses perkembangan kehidupan beragama boleh dikatakan cukup unik
dibandingkan de-ngan perkembangan aspek-aspek dalam diri manusia yang lain. Jika
divisualisasikan dalam bentuk grafik, maka aspek-aspek kehidupan manusia (misalnya
fisik, inteiektual, sosial dsbnya) pada umumnya mengalami peningkatan pada masa
kanak-kanak sampai masa re-maja atau dewasa. Tetapi kemudian sedikit demi sedikit
mengalami penurunan. Tidak demikian dengan perkembangan kehidupan beragama.
Boleh dikatakan bahwa grafik perkembangan kehidupan beragama cenderung
meningkat terus. Hal ini pernah diuji dalam penelitian Hidayat (1983), yang
menemukan adanya perbedaan secara signifikan antara orang yang berusia 50-an, 60-
an dan 70-an tahun. Semakin tinggi usia seseorang ternyata keberagamaannya juga
semakin tinggi. Meskipun belum ada bukti empiris yang membe-dakan keberagamaan
antar fase-fase kehidupan yang lain, tetapi peneiitian di atas telah memberikan
gambaran secara umum adanya korelasi positif antara usia dengan tingkat
perkembangan keberagamaan.
3) Teori Oser
Pada tahap 4 dan 5, individu yang mempertahankan iman dapat kembali kepada
Tuhan sebagai pencipta akhir yang merupakan sumber kebebasan dan kehidupan,
dan yang keberadaannya membuat hidup bermakna. Teori Oser tidak menyarankan
bahwa semua penilaian agama yang diperlihatkan oleh seorang individu akan selalu
berada pada tahap yang sama, atau bahwa semua individu pada usia yang sama akan
menunjukkan tingkat penilaian agama yang sama.
Pola definisi agama yang tepat untuk anak usia dini adalah personal fungsional,
yaitu anak memenuhi rasa ingin tahunya tentang yang gaib melalui
apayangbermanfaat atau berbahaya bagi dirinya melalui
pengalamanlangsung.Berdasarkan pengalaman langsung itulah anak-anak
akanmengenal dan menghayati perilaku positif yang bersumber dari ajaran
agamayang dianutnya. (Syamsudin, 2016). Makna agama yang dipahami anak-
anaktidak sama dengan makna agama yang dipahami oleh orangdewasa, terlebih
lagiperbedaan rasa beragama diantara keduanya. Rasa beragama berbeda dengan
pengetahuan tentang agama, baik orang dewasa maupun anak-anak. Perbedaannya
adalah, pengetahuan agama adalah informasi tentang agama yang bersumber dari
kitab suci, sedangkan rasa beragama adalah buah dari pengetahuan terhadap agama
tersebut. Menurut Dzakiyah Darajat (Suyadi, 2010:125) anak-anak sudah
mempunyai rasa beragama melalui perkembangan bahasa yang diucapkan orang tua
atau orang dewasa sekelilingnya.
Munculnya agama dalam diri anak berawal dari mengenal Tuhan melalui kata-
kata. Pada awalnya anak bersikap acuh tak acuh terhadap kata Tuhan
tersebut.Namun seiring dengan perkembangan otaknya, kemudian didukung
olehfungsi mata yang mulai mampu menatap ekspresi kepatuhan orang
dewasakepada Tuhan, anak mulai gelisah dan ragu-ragu. Kegelisahan
tersebutdisebabkan karena anak-anak belum mempunyai pengalaman
empirismengenai Tuhan sama sekali, sedangkan ia sendiri menyaksikan
ekspresikepatuhan orang-orang dewasa kepada Tuhan. (Suyadi, 2010:128).
Saat anak-anak menaruh perhatian pada kata Tuhan, sejak itulah ia sedikit demi
sedikit mempunyai pengalaman empiris mengenai agama. Biasanya, pada awal-awal
perhatiannya pada kata Tuhan, pengalaman tersebut bersifat tidak menyenangkan.
Contoh: ketika anak melihat orang dewasa beribadah dengan penuh ketaatan, anak
mempersepsikan bahwa Tuhan adalah menakutkan yang harus ditaati; ketika anak
mendengar bahwa orang yang bersalah atau berdosa akan dihukum di neraka, dan
anak mempersepsikan Tuhan sebagai hakim yang kejam. Begitu seterusnya,
sehingga anak-anak gelisah hatinya. Saat hatinya gelisah anak-anak berusaha untuk
menolak kehadiran Tuhan dalam dirinya. Namun, perasaan tersebut semakin ditolak
justru semakin kuat mempengaruhi dirinya.
2. Tahap realistis (tingkat kenyataan), Tahap ini dialami anak usia 7-12 tahun. Pada
tahapan ini anak lebih cendrung mengenal agama dengan lebih konkret. Tuhan dan
malaikat bagi anak adalah sosok penampakan yang nyata, bagaikan manusia yang
memberikan pengaruh besar bagi kehidupan di bumi. Konsep ini dapat timbul dari
pengajaran agama, pengalaman dan dari orang dewasa lainnya.
Sejarah
Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad
keempat Masehi ketika pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi,
membawa agama mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima
Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siva. Pedagang juga mengembangkan
ajaran Buddha pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran Buddha dan
Hindu telah mempengaruhi kerajaan-kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya,
Majapahit dan Sailendra.Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur, telah
dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan candi
Hindu, Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit,
terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam sejarah
Indonesia.
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 M. Berasal dari Gujarat, India, Islam
menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau
Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak,
Pajang, Mataram dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah
dibentuk, mencerminkan dominasi Islam di Indonesia. Kristen Katolik dibawa
masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor.
Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16
M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di
wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-
orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian,
Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di
Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu,
khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk
Protestan.
Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru.
Antara tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia,
bersama dengan beberapa organisasi, mengakibatkan terjadinya konflik dan
pembunuhan terburuk di abad ke-20. Atas dasar peristiwa itu, pemerintahan Orde
Baru mencoba untuk menindak para pendukung PKI, dengan menerapkan suatu
kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena
kebanyakan pendukung PKI adalah ateis.Sebagai hasilnya, tiap-tiap warganegara
Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang menandakan
agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama secara
massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen
Katolik. Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak
orang Tionghoa juga berpindah ke Kristen atau Buddha.
Selain itu, penyebaran agama Islam dilakukan dgn cara perkawinan antara
pedagang muslim dgn anak-anak dari orang-orang pribumi, terutama keturunan
bangsawannya. Dengan perkawinan itu, terbentuklah ikatan kekerabatan dgn
keluarga muslim.
Media seni, baik seni bangunan, pahat, ukir, tari, sastra, maupun musik,
serta media lainnya, dijadikan pula sebagai media atau sarana dalam proses
islamisasi. Berdasarkan berbagai peninggalan seni bangunan dan seni ukir pada
masa-masa penyeberan agama Islam, terbukti bahwa proses islamisasi dilakukan
dgn cara damai. Kecuali itu, dilihat dari segi ilmu jiwa dan taktik, penerusan tradisi
seni bangunan dan seni ukir pra-Islam merupakan alat islamisasi yang sangat
bijaksana dan dengan mudah menarik orang-orang nonmuslim untuk dengan
lambat-laun memeluk Islam sebagai pedoman hidupnya.
Semua praktisi agama Hindu Dharma berbagi kepercayaan dengan banyak orang
umum, kebanyakan adalah Lima Filosofi: Panca Srada. Ini meliputi kepercayaan
satu Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan didalam jiwa dan semangat, serta karma
atau kepercayaan akan hukuman tindakan timbal balik. Dibanding kepercayaan atas
siklus kelahiran kembali dan reinkarnasi, Hindu di Indonesia lebih terkait dengan
banyak sekali yang berasal dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan, agama Hindu
disini lebih memusatkan pada seni dan upacara agama dibanding kitab, hukum dan
kepercayaan.
Menurut catatan, jumlah penganut Hindu di Indonesia pada tahun 2006 adalah
6,5 juta orang), sekitar 1,8% dari jumlah penduduk Indonesia, merupakan nomor
empat terbesar. Namun jumlah ini diperdebatkan oleh perwakilan Hindu Indonesia,
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). PHDI memberi suatu perkiraan bahwa
ada 18 juta orang penganut Hindu di Indonesia. Sekitar 93 % penganut Hindu
berada di Bali. Selain Bali juga terdapat di Sumatera, Jawa, Lombok, dan pulau
Kalimantan yang juga memiliki populasi Hindu cukup besar, yaitu di Kalimantan
Tengah, sekitar 15,8 % (sebagian besarnya adalah Hindu Kaharingan, agama lokal
Kalimantan yang digabungkan ke dalam agama Hindu).
Perkembangan Agama Buddha
Menurut sensus nasional tahun 1990, lebih dari 1% dari total penduduk
Indonesia beragama Buddha, sekitar 1,8 juta orang. Kebanyakan penganut agama
Buddha berada di Jakarta, walaupun ada juga di lain provinsi seperti Riau, Sumatra
Utara dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah ini mungkin terlalu tinggi, mengingat
agama Konghucu dan Taoisme tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia,
sehingga dalam sensus diri mereka dianggap sebagai penganut agama Buddha.
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama
abad ketujuh di Sumatera Utara. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr.
Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan
berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas.
Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah
Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar berita-berita tentang Gereja-
gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya”. yang memuat
berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia,
Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.
Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat
mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak
di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik
tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja
Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI).
Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau
bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di
Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang
kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik
Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun
1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau
itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.
Selama masa VOC, banyak praktisi paham Katolik Roma yang jatuh, dalam hal
kaitan kebijakan VOC yang mengkritisi agama itu. Yang paling tampak adalah di
Sulawesi Utara, Flores dan Timor Timur. Pada tahun 2006, 3% dari penduduk
Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para penganut Protestan. Mereka
kebanyakan tinggal di Papua dan Flores.
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para
pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang
Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu
lebih menitikberatkan pada kepercayaan dan praktik yang individual, lepas
daripada kode etik melakukannya, bukannya suatu agama masyarakat yang
terorganisir dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan sosial. Di era 1900-an,
pemeluk Konghucu membentuk suatu organisasi, disebut Tiong Hoa Hwee Koan
(THHK) di Batavia (sekarang Jakarta).
Tahun 1967, Soekarno digantikan oleh Soeharto, menandai era Orde Baru. Di
bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah
diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama setelah
kejatuhan PKI yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok. Soeharto mengeluarkan
instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur Tionghoa, peribadatan, perayaan
Tionghoa, serta menghimbau orang Tionghoa untuk mengubah nama asli mereka.
Bagaimanapun, Soeharto mengetahui bagaimana cara mengendalikan Tionghoa
Indonesia, masyarakat yang hanya 3% dari populasi penduduk Indonesia, tetapi
memiliki pengaruh dominan di sektor perekonomian Indonesia. Di tahun yang sama,
Soeharto menyatakan bahwa “Konghucu berhak mendapatkan suatu tempat pantas
di dalam negeri” di depan konferensi PKCHI.
Karenanya, status Konghucu di Indonesia pada era Orde Baru tidak pernah jelas.
De jure berlawanan hukum, di lain pihak hukum yang lebih tinggi mengizinkan
Konghucu, tetapi hukum yang lebih rendah tidak mengakuinya. De facto, Konghucu
tidak diakui oleh pemerintah dan pengikutnya wajib menjadi agama lain (biasanya
Kristen atau Buddha) untuk menjaga kewarganegaraan mereka. Praktik ini telah
diterapkan di banyak sektor, termasuk dalam kartu tanda penduduk, pendaftaran
perkawinan, dan bahkan dalam pendidikan kewarga negaraan di Indonesia yang
hanya mengenalkan lima agama resmi.
Konsep multikulturalisme secara sederhana berasal dari dua kata yaitu multi
dan culture, multi diartikan dengan banyak sedangkan kultur dapat diartikan
sebagai budaya. Multikulturalisme adalah suatu istilah yang menjelaskan tentang
bagaimana pandangan seseorang terhadap ragam budaya orang lain, atau kebijakan
kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realita nilai-nilai yang
menyangkut masyarakat dan kehidupan dengan beragam budaya yang ada, sistem
budaya, kebiasaan dan politik yang mereka anut (Azzuhri,2012). Menurut Lawrence
Blum, multikulturalisme menyangkut paham, menghargai dan memberikan nilai
terhadap budaya seseorang sebagai sebuah rasa hormat dan keingintahuan terhadap
budaya dan etnis lainnya. Namun Dwicipta mengingatkan bahwa multikulturalisme
jangan dipahami sebagai suatu doktrin politik dengan suatu kandungan program,
maupun dalam suatu aliran filsafatdengan keketatan tentang ruang hidup manusia di
dunia, melainkan suatu perspektif atau cara pandang tentang kehidupan manusia.
Sekalipun ciptaannya manusia telah berbuat dosa di atas bumi sebagai, Tuhan
tetap penuh kasih dan sayang mengampuni dosa manusia dengan mengutus Yesus
sebagai juru selamat untuk menghapuskannya. Dilihat dari konteks ini, Tuhan saja
sebagai pencipta masih menyayangi umatnya yang telah berbuat salah dan dosa,
apalagi kita sesama manusia yang memiliki ragam agama dan budaya tidak
sepantasnya secara langsung menghakimi budaya seseorang jelek dan mengklaim
kebenaran mutlak bahwa agamanya yang paling benar. Hal ini disebabkan
karenadalam setiap sisi agama lain juga memiliki kebenaran, karena semua agama
mengajarkan tentang bagaimanaberperilakubaikdansalingmenghargaisebagaibagian
dari nilai kebenaran.
Dalam agama Kristen pertumbuhan rohani manusia tidak hanya ditekankan pada
aspek vertikal, tapi juga horizontal. Aspek vertikal ditekankan untuk
memperbaharuihubungan manusia kepada Allah yang dikukuhkan dengan firman
dan berdoa kepada Allah sedangkan aspek horizontal ditujukan untuk memperbaiki
hubungan dengan sesama manusia di dunia ini dunia dengan memberikan
anjuranmenjalankan semua kewajiban dan perintah kaisar berupa kewajiban yang
sudah ditetapkan pada setiap warga negara, begitu pula dengan tanggung jawab
manusia terhadap Allah yang wajib ditunaikan.
Dalam hal praktek multikultural, Yesus sendiri sering sekali bertemu dengan
orang-orang beragama lain bukan hanya sekedar orang biasa saja. Yesus berjumpa
dengan pemimpin agama lain untuk menasehati, memberikan pengajaran,
pengetahuan kepada mereka. Pemimpin-pemimpin umat Yahudi pernah
mengklaimnya sebagai penghancur agama Yahudi dan akan menggantinya dengan
agama atau ajaran baru, pada kenyataannya klaim tersebut salah. Yesus sangat
menghargai agama Yahudi bahkan ketika Yesus menyampaikan ajarannya selalu
mengutip ajaran agama Yahudi sebagai referensinya dan Yesus berkata “jangan
kamu menyangka, bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat, melaikan
aku datang untuk menggenapinya.
Di bagian lain, dalam Kisah Para Rasul 10: 34-35 dikisahkan bahwa Petrus
pernah berkata, ”Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan
orang. Setiap individu dari bangsa manapun yang takut akan diam dan yang
mengamalkan kebenaran akan berkenan kepadanya.” Rasul Paulus pun
mengakuikesalehan bangsa-bangsa lain namun dipetakannya dari sudut pandang
pencarian Allah dan menemukan kebenarannya sebagai pencipta langit dan bumi .
Namun sikap positif dan dinamis terhadap multikulturalisme ini berubah ketika
gereja perdana muncul. Sikap gereja perdana yang membentengi diri bahwa
mengakui kebenaran hanyalah milik gereja mengakibatkan diskriminasi terhadap
orang-orang di luar gereja, mereka mengklaim semua kebenaran itu hanya berada
di dalam agama Kristen. Perbincangan perihal ini menjadi isu hangat bagi kalangan
pelopor gereja atau disebut juga dengan istilah bapak-bapak greja sebelum
Augustinus memberikan pernyataan bahwa tidak ada keselamatan yang ditemukan
diluar greja. Akhirnya, sikap pembentengan diri oleh gereja perdana terbuka setelah
melihat pernyataan Yesus yang demikian hal ini kemudian diutarakan oleh Paulus
dalam kitab para rasul menulis bahwa Allah tidak membedakan tiap orang dari
bangsa manapun yang takut kepadanya dan mengamalkan semua kebenarannya.
Dua kerangka di atas telah mendorong para jemaat untuk membawa individu
atau kelompok yang selama ini teralienasi karena perbedaan ke dalam kehidupan
bersama. Sekalipun tidak mudah untuk diwujudkan di tengah xenophobia
danetnosentrisme namun upaya membentuk kehidupan bersama dipandang
sebagai awal yang signifikan menuju rekonsiliasi dan keutuhan hidup. Selain itu,
mendorong untuk mengakui dan mengenali keanekaragaman untuk membalikan
upaya homogenisasi panjang yang berlangsung sejak masa kolonial sampai Orde
Baru. Upaya tersebut dilakukan dengan cara meneguhkan kembalikebahasan
budaya tiap-tiap kelompok dan keunikan kulturalnya dari yang lain.
.