Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANTROPOLOGI

“WUJUD KEBUDAYAAN”

Dosen Pengampu :Luh Rina Apriani, S.H, M.H.

Kelompok 4 :
Rizky Rayyan Aryani (3020210269)
Shakila Azzahra (3020210270)
Anggoro Mitro Galvano (3020210271)
Nur Aini Putri (3020210272)
Syakira Zata Amani (3020210273)
Devin Raysaputra (3020210274)
Ayu Dwi Wardini (3020210276)
Gregorius Gaby Albert (3020210277)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Wujud Kebudayaan” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen mata kuliah Antropologi di Universitas
Pancasila. Selain itu, kelompok kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang “Wujud Kebudayaan”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Luh Rina Apriani, S. H ., M.A selaku dosen mata
kuliah Antropologi. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang kelompok kami tekuni.

Kelompok kami menyadari karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangunakan kelompok kami terima demi kesempurnaan karya tulis ilmiah
ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 28 Maret 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………
Daftar Isi ……………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………
1. Apa yang dimaksud wujud kebudayaan?........................................................................
2. Apa saja wujud dari kebudayaan?...................................................................................
1.3 Tujuan Masalah….……………………………………………………………………
1. Mengetahui apa yang dimaksud wujud kebudayaan………………...........................
2. Mengetahui jenis-jenis kebudayaan……………………………………………
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wujud Kbudayaan ……………………………………………………………….
2.2 Wujud Kebudayaan………….……………………………………………………….............

a Gagasan…………………………………………………………………………………
b Aktivitas………………………………………………………………………………...
c Artefak…………………………………………………………………………………..
1. Kebudayaan material……………………………………………………………………
2. Kebudayaan non material………………………………………………………………
3. Lembaga sosial…………………………………………………………………………
4. Sistem kepercayaan…………………………………………………………………….
5. Estetika…………………………………………………………………………………
6. Bahasa……………………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………
Daftar Pustaka………….…………………………………………………………………………

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasaldari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat
pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan merupakan factor penting dalam
kehikdupan manusia. Sebab kebudayaan memberikan arah kepada tindakan dan karya manusia.
Kebudayaan yang telah ada akan tetap berjalan meski kadang-kadang wujudnya dapat berubah.
Kebudayaan bukan hanya kesenian dan benda-benda budaya, akan tetapi mencakup seluruh
sendi kehidupan manusia untuk menciptakan sebuah tatanan yang diharapkan. Adapun wujud-
wujud dari kebudayaan tersebut dengan sumber yang berbeda-beda sehingga dalam makalah ini
akan mengulas tentang apa saja wujud-wujud dari kebudayaan.

1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud wujud kebudayaan ?
2. Apa saja wujud dari kebudayaan ?
1.3 TujuanMasalah
1. Mengeahui apa yang dimaksud wujud kebudayaan
2. Mengetahui jenis-jenis wujud kebudayaan
1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan mampu membuat pembaca memahami dengan lebih apa wujud dari
kebudayaan itu sendiri sehingga dapat memperluas wawasan pembaca dalam mendalami atau
mengetahui tentang kebudayaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wujud Kebudayaan

Wujud merupakan sesuatu yang dapat dilihat. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan dengan
kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya
sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil
dari cipta, karsa dan rasa itu.

Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan
antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi
daya, yang berate daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap
merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi.

Jadi, kebudayaan atau disingkat “budaya”, menurut Koentjaraningrat merupakan


“keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”

Kebudayaan merupakan sebuah fungsi transmisi, maksudnya adalah dalam kebudayaan


terjadi proses peralihan/perubahan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain.

2.2 Wujud Kebudayaan

Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Menurut Koentjaraningrat ada
tiga wujud kebudayaan:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma
peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksativitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

5
Apa yang ditulis Koentjaraningrat tentu tidak terlepas dari apa yang diketengahkan J. J.
Honigman, adanya tiga ‘gejala kebudayaan’, yaitu: ideas, activities, dan artifacs. Dalam
kalimat lain, ada ide, ada aktivitas sebagai aplikasi dari ide, dan ada hasilnya.

Wujud pertama kebudayaan disebut wujud ideal. Wujud ideal kebudayaan tidak dapat
didekati dengan alat indera; dilihat, didengar, dicium, ‘dicicipi’, atau diraba; ada di alam
pikiran individu atau alam pikiran masyarakat pendukung kebudayaan; bersifat abstrak.
Tetapi, kalua ditulis, dalam arti sebagaimana hal abstrak tersebut ‘ditangkap’, maka
‘tempatnya’ berpindah. Kita mengenal buku atau karya ilmiah ahli-ahli ilmu sosial, bahkan
laporan pewarta, yang menjadi ‘lokasi baru’ kebudayaan ideal. Hal-hal ideal tidak selalu,
bahkan jarang sepadan, dengan kondisi obyektif. Hal-hal ideal, bias jadi, tidak hanya ada di
kepala individu, tetapi menyebar dalam komunitas atau pendukung kebudayaan. Saling
berkaitan dan menjadi suatu sistem, yang disebut sebagai cultural system. Kita bias
mendeteksinya dari adat atau norma yang berlaku dimasyarakat pendukung kebudayaan. Ide-
ide dan gagasan-gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat,
member jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas satu dari yang
lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu system. Para ahli antropologi dan sosiologi
menyebut system ini system budaya, atau cultural system. Dalam bahasa Indonesia terdapat
juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini,yaitu
adat, atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya.

Wujud kedua kebudayaan disebut sistem social atau social system. Social system adalah
tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem social ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik
ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam suatu
masyarakat, system social itu bersifat konkret, terjadi disekeliling kita sehari-hari biasa
diobservasi, difoto dan didokumentasi.

Wujud ketiga kebudayaan disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan.
Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-
hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Ada benda-benda yang sangat besar seperti pabrik

6
baja; ada benda-benda yang amat kompleks dan canggih, seperti computer berkapasitas
tinggi; atau benda-benda yang besar dan bergerak, suatu kapal tangki minyak; ada bangunan
hasil seni arsitek seperti suatu candi yang indah; atau ada pula benda-benda kecil seperti kain
batik, atau yang lebih kecil lagi yaitu kancing baju.

Sebagai satu sistem, ketiga wujud kebudayaan saling tekait. Kebudayaan fisik menjelma
sebagai hasil aktivitas manusia dimana aktivitas tersebut berupa lanjutan dari pikiran atau
gagasan manusia. Begitu juga sebaliknya, kebudayaan fisik atau tata social akan
mempengaruhi pola pikir dan sebaliknya. Dalam kajian-kajian ilmu social kita mengenal
istilah mentifact, sociofact, dan artifact.

Wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, ada tiga wujud kebudayaan, yakni:

a) Gagasan

Yaitu wujud kebudayaan yang berupa gagasan, ide, nilai, norma, peraturan, dan lain
sebagainya. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, disentuh dan bukan barang yang nyata. Jika
gagasan ini dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan tersebut berada dalam
karangan-karangan atau tulisan-tulisan. Misalnya: kitab kuno, prasati dan lain sebagainya.

b) Aktivitas

Yaitu tindakan atau aktivitas manusia yang berasal dari pemikiran kebudayaan. Wujud kedua
ini sering disebut dengan system sosial, terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang sering
berinteraksi. Sifatnya nyata, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diamati dan
didokumentasikan. Misalnya: system adat, sitem kemasyarakatan dan lain sebagainya.

c) Artefak

Yaitu wujud fisik berupa hasil aktivitas atau karya manusia dalam masyarakat yang berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, didokumentasikan serta sifatnya wujud
konkret. Misalnya: Patung, bangunan dan lain sebagainya.[4]

Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut
ahli antropologi Cateora, yaitu :

1. Kebudayaan material

7
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan non material

Kebudayaan non material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

3. Lembaga sosial

Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan
dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang terbantuk dalam suatu Negara
akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di
Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apa
lagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier

4. Sistem kepercayaan

Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau


keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana
berkomunikasi.

5. Estetika

Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –
tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap
masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala
peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di
beberapa wilayah dan bersifat ke daerah, setiap akan membangun bagunan jenis apa saja
harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap daerah

8
berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya
menggunakan cara tersebut.

6. Bahasa

Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap wilayah, bagian
dan Negara memiliki perbedaan yang sangat kompleks. Dalam ilmu komunikasi bahasa
merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan
kompleks, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan dan
kekompleksan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan
efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat dipaparkan kesimpulan yaitu, bahwa kebudayaan merupakan
hasil dari akal budi atau pikiran manusia itu sendiri dan mencakup semua aspek dalam
kehidupan.

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala ataudengan perkataan lain dalam alam pikiran.

Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut sebagai system sosial, mengenai kelakuan
berpola dari manusia itu sendiri, bersifat konkret dan dapat diobservasi serta didokumentasi.

Wujud ketiga dari kebudayaan disebut sebagai kebudayaan fisik, dan memerlukan
keterangan banyak, karena merupakan seluruh isi total dari hasil fisik dari aktivitas,
perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret dan
berupa benda-benda yang dapat difoto, diraba dan diobservasi.

Wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, ada tiga wujud kebudayaan, yakni:gagasan,
aktivitas, dan artefak.

Wujud kebudayaan menurut Cateora, yaitu: kebudayaan material, kebudayaan non material,
lembaga sosial, system kepercayaan, estetika, dan Bahasa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat.(2015)PengantarIlmuAntropologi. Jakarta: RinekaCipta.

Rusdin said zulkifliselviarozasyaiful. (2010). OrientasitentangWujudkebudayaan.


Rahasiahati. (2012, 9 Juni). MakalahWujud dan UnsurKebudayaan. Diperoleh 26 Maret
2021, dari http://mardiana-stai.blogspot.com/2012/06/makalah-wujud-dan-unsur-
kebudayaan.html/
Anonim. (2014, 22 September). Makalahwujud dan unsurkebudayaan. Diperoleh 26 Maret
2021, dariBimbingan dan Konseling: September 2014 (sofianti2.blogspot.com)

11

Anda mungkin juga menyukai