DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. APRIANTI PURNAMASARI
2. DIANA NOVITA
3. EKA MARDIANTI
4. FITRA ALUYA
5. HERIAWAN
6. IIN HUSNIA DEVI
7. JULIA NINGSIH
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan
tugas makalah ini. Solawat beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada
junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi untuki para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
1.2.8. Jelaskan tentang komunikasi efektif bagi perawat?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui tentang K3 dan Perlindungan Kerja
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan batuk efektif
1.3.3. Untuk mengetahui cara mencuci tangan yang benar dengan menggunakan air
dan sabun
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan sarung tangan yang baik dan
benar
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan masker yang baik dan benar
1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan gaun yang bersih
1.3.7. Untuk mengetahui bagaimana cara pemasangan gelang pasien yang benar
1.3.8. Untuk mengetahui komunikasi efektif bagi perawat
2
BAB II
PEMBAHSASAN
3
kesehatan dan keselamatan kerja dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative.
Upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia telah
diterapkan dengan dikeluarkannya UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja di tingkat global, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja juga
mendapat perhatian ILO (International Labour Organization) melalui berbagai
pedoman dan konvensi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai
anggota ILO, Indonesia telah meratifikasi dan mengikuti berbagai standard an
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja termasuk sistem manajemen K3.
2.1.1. Tujuan K3
Seperti halnya sebuah ilmu yang lainnya, K3 dalam penerapan ilmunya di
kehidupan nyata khususnya dalam mencegah terjadinya kecealkan kerja
memiliki sebuah tujuan yang juga diatur ke dalam UUD Nomer 1 tahun 1970
diantaranya :
1. Melindungi kesehatan, keamanan, dan keselamatan dari tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaan.
2. Meningkatkan efisiensi kerja.
3. Mencegah terjadinya kecelakan ataupun penyakit yang diakibatkan kerja.
4. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja.
5. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
6. Meningkatkan kesejahteraan dan produktifitas nasional.
2.1.2. Aspek Yuridis Keselamatan Kerja
Perlindungan kepentingan manusia merupakan hakikat hukum yang
diwujudkan dalam bentuk peraturan hukum, baik perundang-undang maupun
peraturan hukum lainnya. Peraturan hukum tidak semata dirumuskan dalam
bentuk perundang-undangan namun berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
meningkat, sepanjang diperintahakan oleh perundang-undangan. Undang-
4
undang sebagai wujud peraturan hukum dan sumber hukum formal
merupakan alat kebijakan pemerintah Negara dalam melindungi dan
menjamin hak-hak masyarakat sebagai warga negara (Irwan Hadi, 2016).
5
d. Anjurkan pasien tarik napas dalam lewat hidung kemudian tahan napas
beberapa menit.
e. Anjurkan pasien batuk 2-3 kali, jika sekret keluar tampung dengan sputum
pot.
f. Perhatikan keadaan umum pasien. Hindari penggunaan waktu lama karena
dapat menimbulkan kelelahan pada pasien.
2.2.4. Etika batuk
a. Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan tissu/saputangan atau lengan
dalam baju.
b. Segera buang tissu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
c. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau handscrub
d. Gunakan masker.
6
2.3.2. Manfaat mencuci tangan:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan.
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentil, typus, ke
cacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), flu burung
atau Severe acuta respiratory syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
2.3.3. Lima moment cuci tangan
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum tindakan aseptic
c. Setelah terkena cairaan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.
2.3.4. Cara mencuci tangan yang benar:
a. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudiaan usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
7
b. Mencegah terjadinya infeksi silang.
2.4.2. Alat dan Bahan
Baki berisikan:
a. Sarung tangan steril dalam tempatnya (untuk tindakan steril)
b. Sarung tangan bersih dalam tempatnya.
c. Bedak untuk ditaburkan ke tangan.
2.4.3. Prosedur kerja
a. Buka kemasan sarung tangan.
b. Letakkan kemasan sarung tangan pada permukaan yang bersih dan kering.
Permukaan yang basah dapat mengkontaminasi sarung tangan.
c. Buka kemasan sarung tangan bagian luar tanpa mengkontaminasi sarung
tangan atau kemasan bagian dalam.
d. Pisahkan kemasan bagian dalam dengan kemasan bagian luar.
e. Pasang sarung tangan pertama pada tangan dominan.
1. Ambil sarung tangan untuk tangan dominan pada ujung manset yang
terlipat (pada sisi palmar) dengan ibu jari dan telunjuk tangan
nondominan. Sentuh hanya bagian dalam manset sarung tangan. Tangan
tidak steril. Dengan hanya menyentuh bagian dalam sarung tangan,
perawat mencegah mengkontaminasi bagian luar sarung tanganyang steril.
2. Masukkan tangan dominan ke dalam sarung tangan dan tarik sarung
tangan. Pertahankan ibu jari tangan yang akan dipasang sarung tangan
merapat di atas telapak tangan saat pemasangan. Apabila dipertahankan
merapat di atas telapak tangan, ibu jari cenderung tidak mengkontaminasi
permukaan luar sarung tangan yang steril.
3. Turunkan lipatan manset sarung tangan.
f. Pasang sarung tangan kedua pada tangan nondominan.
1. Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang terpasang sarung tangan
steril, masukkan jari yang terpasang sarung tangan di bawah manset
sarung tangan kedua dan tekuk jari yang terpasang sarung tangan merapat
8
ke telapak tangan yang terpasang sarung tangan. Hal ini bertujuan untuk
membantu mencegah kontaminasi sarung tangan oleh tangan telanjang
secara tidak sengaja.
2. Tarik sarung tangan yang kedua secara hati-hati. Pertahankan posisi ibu
jari tangan nondominan yang terpasang sarung tangan sejauh mungkin
dari telapak tangan. Pada posisi ini, ibu jari memungkinkan tidak akan
menyentuh lengan dan menjadi terkontaminasi.
3. Rapikan kedua sarung tangan sehingga terpasang sempurna di tangan, dan
secara hati-hati tarik lipatan pada sarung tangan dengan menyelipkan jari
di bawah lipatan manset.
g. Lepaskan dan buang sarung tangan yang telah digunakan.
1. Tidak ada teknik khusus sarung tangan steril. Apabila sarung tangan
terkotori sekresi, lepas sarung tangan dengan bagian dalam menghadap ke
luar.
2. Dokumentasikan penggunaan teknik steril dalam melaksanakan prosedur.
2.5. Menggunakan Masker
Menggunakan masker merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
menutup bagian mulut dan hidung untuk pengamanan diri dari kontaminasi
mikroorganisme. Masker digunakan saat melakukan tindakan isolasi,
melakukan tindakan operasi, dan melakukan tindakan steril di tempat steril.
2.5.1. Tujuan penggunaan masker:
a. Melindungi diri dari infeksi pernafasan
b. Mencegah tranmisi droplet udara yang mengandung mikroorganisme.
c. Menghindari penularan penyakit.
2.5.2. CDC merekomendasikan bahwa masker harus digunakan pada kondisi
berikut:
a. Oleh individu yang dekat dengan klien jika infeksi klien (misalnya campak,
gondong, atau penyakit pernafasan akut pada anak-anak) ditularkan lewat
9
aerosol partikel besar (droplet). Aerosol partikel besar ditularkan melalui
kontak dekat dan pada umumnya terbang cukup dekat (sekitar 1m).
b. Oleh semua individu yang masuk ruang rawat klien, jika infeksi klien
(misalnya tuberculosis paru dan SARS) ditularkan melalui aerosol partikel
kecil (nuclei droplet). Aerosol partikel kecil tetap tersuspensi di udara
sehingga dapat terbang lebih jauh terbawa aliran udara. Masker khusus yang
lebih ketat dan memiliki filtrasi yang lebih baik dapat digunakan untuk infeksi
tersebut.
2.5.3. Alat dan Bahan
a. Masker pada tempatnya.
2.5.4. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Kenakan masker wajah
c. Temukan bagian atas masker. Biasanya di sepanjang bagian atas masker
dilapisi logam.
d. Pegang masker pada kedua tali bagian atas atau karet masker.
e. Letakkan bagian atas masker pada bagian batang hidung, dan ikatkan tali
bagian atas di belakang kepala atau kaitkan karet masker pada telinga.
f. Fiksasi bagian bawah masker di bawah dagu, dan ikat tali bagian bawah
masker di tengkuk supaya lebih efektif, masker harus menutupi hidung fan
mulut karena udara mengalir keluar masuk hidung dan mulut.
g. Apabila masker dilapisi logam tipis, sesuaikan bagian ini dengan batang
hidung. Masker yang terfiksasi dengan baik mencegah pengeluaran dan
inhalasi mikroorganisme di sekitar ujung masker.
h. Gunakan masker hanya sekali, dan jangan gunakan masker lebih dari waktu
penggunaan yang direkomendasikan pabrik atau saat masker menjadi basah.
Masker harus digunakan sekali saja karena masker menjadi tidak efektif jika
lembab.
i. Jangan mengalungkan masker wajah yang telah di guunakan.
10
2.5.5. Beberapa hal yang perlu di perhatikan:
a. Ukuran masker harus melindungi mulut dan hidung.
b. Mesker hanya di gunakan perorang.
c. Masker tidak dapat digunakan dalam waktu yang lama. Masker lembab
sebaiknya segera diganti.
d. Masker cukup satu kali dipakai.
11
h. Apabila memakai sarung tangan steril dengan menggunakan metode tertutup (
ihat dibawah) Masukkan tangan kedalam lengan gaun hanya hingga ujung
proksimal manset gaun.
i. Apabila memasang sarung tangan steril dengan menggunakan metode terbuka,
masukkan tangan kedalam lengan gaun dan melewati manset.
j. Minta bantuan asisten memegang tali pada leher tanpa menyetuh bagian luar
gaun kearah atas untuk menutupi bagian leher seragam anda pada bagian
depan dan belakang. Asisten mengikat tali pada bgian leher.
k. Meminta asisten memegang tali pinggang gaun anda, dengan menggunakan
sarung tangan steril atau forsep steril atau kain steril. Pendekatan ini
mempertahankan sterilitas tali gaun.
l. Berputar sejauh tiga perempat putaran, kemudian ambil tali dan ikat dibagian
depan gaun.
m. Meminta asisten untuk nengambil dua tali pada kedua sisi gaun dan
mengikatkan tali tersebut pada bagian belakang gaun,yakinkan bahwa
seragam anda benar – benar tertutup gaun.
n. Saat dikenakan, gaun steril harus tetap steril dibagian depan dari pinggang
hingga bahu. Lengan gaun harus dianggap steril dari 5 cm diatas siku hingga
manset karena lengan individu yang telah dicuci dengan baik bekerja
melewati area steril. Area yang basah dan mengalami gesekan, sperti garis
leher, bahu, ketiak, punggung, dalam manset lengan harus dianggap steril.
o. Lepas dan buang gaun dan sarung tangan yang telah dipakai.
p. Jika sesuai, dokumentasikan penggunaan teknik steril
12
2.7.1. Warna gelang dibagi menjadi 7 yaitu :
a. Warna biru untuk pasien laki-laki.
b. Warna merah muda untuk pasien perempuuan.
c. Warna merah untuk pasien yang memiliki alergi terhadap obat-obatan
d. Warna kuning untuk pasien yang memiliki resiko jatuh
e. Warna hijau khusus untuk pasien yang alergi terhadap latek
f. Warna ungu pasien dengan kondisi DNR (Do Not Resusitation) atau tindakan
medis tidak dilanjutkan
g. Sedangkan warna putih khusus bagi paasien memiliki jenis kelamin ganda
2.7.2. SOP Pemasangan Gelang Pasien
Setiap tenaga medis harus memahami betul SOP pemasangan gelang pasien
agar tidak pernah terjadi kesalahan yang bisa berujung sangat fatal. Berikut
adalah prosedur yang harus dijalani
a. Pastikan setiap pasien sudah mendapatkan identifikasi secara benaa, sebelum
pemberian obat-obatan, pengambilan darah dan sebagainya. Terkait dengan
penanganan medis.
b. Kenakan gelang identifikasi pada pergelangan tangan secara tepat agr tidak
mudah terlepas. Kemudian jelaskan kepada pasien untuk selalu menjaganya
agar data yang tercantum tidak hilang.
c. Bagi pasien homodialisis jangan pasangkan gelang pada bagian lengan yanga
da fistulanya.
d. Kalau tidak memunginkan gelang dipasang pada pergelangan tangan, maka
bisa dikenakan pada pergelangan kaki. Kalau keduanya tidak memungkinkan
bisa meletakkan identitasa khusus pada bagian tubuh pasien lainnya. Bisa juga
memakaikan identitas pada leher seperti kalung.
e. Gelang identitas itu hanya bisa dilepas kala pasien sudah diperbolehkan
pulang, karena dianggap sudah pulih.
f. Penulisan nama jangan disingkat, karena harus sesuai seperti yang ditulis pada
rekam medis.
13
g. Dilarang untuk menambahkan tulisan lain seperti yang sudah ditentukan.
h. Kalau ternyata gelang pasien terlepas karena sesuatu hal atau data pada gelang
pudar, maka harus segera mendapatkan pergantian gelang pasien yang baru.
i. Pastikan tidak terdapat kesalahan dalam penulisan data pasien. Kesalahn kecil
saja bisa berdampak sangat fatal.
j. Petugas medis harus menjelaskan kepada seluruh pasien terkait fungsi dan
tujuan dari penggunaan gelang tersebut kepada pasiennya. Dengan begitu,
mereka juga turut menjaga dan tidak melepasnya sendiri.
k. Pastikan sebelum memasang gelang pasien, untuk mengecek ulang data yang
tertulis minimal tiga kali agar tidak terjadi kesalahan.
l. Verifikasi data harus valid, jika ternyata pasien tidak bisa memberikan
informasi akuratnya dikarenakan tidak sadarkan diri, masih bayi, menderita
gangguan jiwa, dan sebagainya, maka petugas medis harus menanyakan
kepada pengantar atau keluarga.
m. Setiap pergantian perawat maka harus dilakukan pengecekan terhadap data
darin gelang pasien tersebut.
14
Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana usaha
keperawatan (nursing care plan), namun bila perawat mendiskusikannya dan
mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dilalui
dalam proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayan ke pada
perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.
Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat di pengaruhi oleh faktor
pengetahuan yang dimiliki oleh perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan
sekedar menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara
berkumunikasi turut besar pula perannya. Begitu juga bila dalam memberikan
penyuluhan kesehatan di masyarakat , pertanyaan-pertanyaan dari warga
masyarakat akan dapat dijawab dengan jelas sereta memberi tindak lanjut, dari
pada menganggap tugas punyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas saja
oleh karena itu kemampuan yang terbatas.
2.8.2. Ketulusan
` Sekedar mengenal pasien dan kebutuhan saja tidaklah cukup, tapi
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu
saja.Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang
sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan tanpa bermaksud untuk
melecehkannya atau mencemoohnya.
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering berhadapan
dengan pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat. Namun dengan
sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu meringankan beban pasien
tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lain.
Meskipun gaji perawat bukanlah gaji yang tinggi, namunseorang perawat
memperoleh keputusan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi
penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baik
oleh pasien.
15
2.8.3. Semangat
Dalam berkumunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan
seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat
mengpengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang dideritakan oleh
pasien lebih cepat sembuh bila nasehat dan saran saran serta anjuran dokter
ditaati sepenuhnya oleh pasien. Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup,
kemudian bisa pula melatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi
(mobilisasi)dengan kursi roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit
rehabilitasi. Dengan semangat yang harus dipompang oleh perawat keyakinan
pasien sembuh lebih besar lagi.
Selain itu sebagian penyebab ketidak kemampuan pasien untuk berkerjasama
kerena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkanya, keadaan ini dapat
disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan.
Menghadapi setuasi demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan harunya
bijaksana terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberi
kan dorongan. Jadi, selainperawat harus dalam berkerja juga memberi semangat
kepada pasien.
2.8.4. Praktek
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikasif tidaklah cukup sekedar
teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribada
yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah.
Lingkungan menuntut untuk m,ampu melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya, sementara keperbadian perawat juga mendapat porsi yang sama.
Untuk itu agar lebih luwer namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara
maka latihan intersif salah satu jalan keluarnya. Dan kemampuan dalam rangka
praket berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencpai kondisi
yang diinginkan oleh perawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkan
konsonan huruf hidup, A,I,U,E,O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga dengan
16
menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikan dari seratus mundur hingga
mencapai angka satu.
2.8.5. Teknik Komunikasi Yang Efektif
a. Yakinkan apa yang akan di komunnikasikan dan bagaimana
mengkomunikasikannya. Hal yang berkaitan dengan kejelasan pesan yang
ingin disampaikan.
b. Gunakan bahasa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. Seringkali
perawat menemui pesan yang tidak dapat berbahasa Indonesia, sedangkan
perawat itu sendiri tidak dapat berbahasa seperti pasien. Dalam kondisi seperti
ini, oraang ketiga ddiperlukan untuk menjambatani proses komunikasi
tersebut.
c. Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat. Media tertentu tepat
digunakan untuk komunikasi tertentu. Perawat yang sedang memberi
penyuluhan pada satu orang pasien tidak perlu menggunakan flip chart, terapi
cukup dengan brosur atau leaflet. Sebaliknya dalam satu kegiatan penyuluhan
pada 25 orang tidak cukup hanya dengan brosur saja, tapi diperlukan media
yang tepat seperti flip chart atau film.
d. Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat untuk berlangsungnya proses
komunikasi yang efeektif diperlukan suasana tenang dan tidak bising. Akan
lebih baik lagi jika disertai dengan udara yang nyaman dan tidak terlalu panas.
e. Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan
komunikan karena apa yang diutarakan komunikan adalah umpan balik
terhadapa pesan yang diberikan komunikator.
f. Hindari komunikasi yang tidak disengaja. Setiap proses komunikasi yang
dijalankan hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengna
berencana.
g. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah, yaitu harus terjaddi umpan
balik antara komunnikator dan komunikan.
17
h. Yakinn bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang
diucapkan. Dengan kata lain ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non
verbal. Hindari mengatakan saya turut berbahagia tetapi dengan ekspresi
wajah yang datar dan tidak menunjukkan rasa bahagia.
2.8.6. Teknik pelaksanaan ISBAR
Contoh bentuk implementasi komunikasi yang efektif pada tim kesehatan
dalam konteks konsultasi atau pelaporan kondisi kesehatan pasien dapat
menggunakan metode ISBAR. ISBAR :
1. S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau
sudah teratasi/ keluhan
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke
ruang tujuan pemindahan
b. Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan
oleh dokter yang merawat
c. Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan
pasien yang secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang
kepindahan yang baru
2. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini)
a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan
18
c. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap
diagnosis keperawatan
d. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan
e. Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita
atau jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
b. Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien
datang ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat
keluhan saat masuk rumah sakit)
3. A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda
vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko
jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan
vital sign dan tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V
5M6
b. BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist
sesuai keadaan pasien
c. Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus,
jaringan nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
d. Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace,
infuse pump dll
19
4. R : Recommendation
a. Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning
dan edukasi pasien dan keluarga.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana
fisiotherafi dll
b. Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas
20
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani Nanik. (2013). PERILAKU HIDUP BERSIH dan SEHAT (PHBS). Jakarta:
TIM
Alamsyah Dedi, Muliawati Ratna. (2013). Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: TIM
22