Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PRAKTIK KESELAMATAN KERJA INDIVIDU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. APRIANTI PURNAMASARI
2. DIANA NOVITA
3. EKA MARDIANTI
4. FITRA ALUYA
5. HERIAWAN
6. IIN HUSNIA DEVI
7. JULIA NINGSIH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI JENJANG S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan
tugas makalah ini. Solawat beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada
junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi untuki para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Mataram, 18 Maret 2019


Penulis
Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ . 1
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................... . 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 K3 dan Perlindungan Tenaga Kerja ..................................................... 3
2.2 Cara melakukan batuk efektif .............................................................. 5
2.3 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ...................................... 6
2.4 Menggunakan sarung tangan................................................................ 7
2.5 Menggunakan masker .......................................................................... 9
2.6 Penggunaan gaun bersih ....................................................................... 11
2.7 Pemasangan gelang pasien ................................................................... 12
2.8 Peranan komunikasi efektif bagi perawat ............................................ 14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah keselamatan kerja sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu


sejalan dengan perkembangan industri. Pada awal perkembangannya penanganan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih terbatas pada kegiatan inspeksi
untuk memeriksa kondisi lingkungan kerja. Kemudian pada tahun 1930-an, H.W.
Henrich seorang ahli K3 dengan teori dominon nya mengwali pendekatan K3
secara ilmiah dengan mengemukakan teori tentang sebab kecelakaan yang dikenal
sebagai unsafe act dan unsafe condition. Pada saat itu pendekatan K3 adalah
untuk menghilangkan sebab kecelakaan di tempat kerja. Selanjutnya, aspek
keselamatan kerja terus berkembang. Perhatian masyarakat terhadap K3 semakin
meningkat, tidak hanya masalah keselamatan kerja tetapi juga kesehatan di tempat
kerja. Banyak ditemukan penyakit yang menimpa pekerja berkaitan dengan
pekerjaan dan kondisi tempat kerja yang tidak aman. Diketahui pula bahwa
kondisi lingkungan kerja juga dapat menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan
seperti kebisingan, suhu, cuaca kerja dan sebagainya. Program mengenai
pencegahan penyakit akibat kerja akhirnya mulai dikembangkan dan menjadi
bagian dari program K3.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Jelaskan tentang K3 dan Perlindungan Tenaga Kerja!
1.2.2. Bagaimana cara melakukan batuk efektif?
1.2.3. Jelaskan tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun!
1.2.4. Jelaskan tentang menggunakan sarung tangan!
1.2.5. Jelaskan tentang cara menggunakan masker yang baik dan benar!
1.2.6. Bagaimana cara menggunakan gaun yang bersih?
1.2.7. Bagaimana cara pemasangan gelang pasien yang benar?

1
1.2.8. Jelaskan tentang komunikasi efektif bagi perawat?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui tentang K3 dan Perlindungan Kerja
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan batuk efektif
1.3.3. Untuk mengetahui cara mencuci tangan yang benar dengan menggunakan air
dan sabun
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan sarung tangan yang baik dan
benar
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan masker yang baik dan benar
1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan gaun yang bersih
1.3.7. Untuk mengetahui bagaimana cara pemasangan gelang pasien yang benar
1.3.8. Untuk mengetahui komunikasi efektif bagi perawat

2
BAB II
PEMBAHSASAN

2.1. K3 dan Perlindungan Tenaga Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengandunng nilai perlindungan
tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja merupakan
aset organisasi yang sangat berharga dan merupakan unsur penting dalam proses
produksi disamping unsur lainnya seperti material, mesin, dan lingkungan kerja.
Namun demikian, tenaga kerja seringkali berada pada posisi yang lebih baik
secara structural maupun ekonomi yang mendorong timbulnya gerakan moral
untuk melindungi kaum pekerja.
Perlindungan tenaga kerja ini menyangkut berbagai aspek seperti jaminan
sosial, jam kerja, upah minimum, hak berserikat dan berkumpul, serta
perlindungan keselamatan. Perlindungan tenaga kerja juga meliputi perlindungan
kesehatan tenaga kerja atau (workers health protection), salah satunya dengan
pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pekerja adalah upaya
perlindungan kesehatan tenaga kerja yang bertujuan agar tenaga kerja yang
diterima untuk mengisi atau lowongan kerja berada dalam kondisi kesehatan yang
baik, tidak menderita penyakit menular yang akan membahayakan kesehatan
tenaga kesehatan lainnya, dan kondisi kesehatannya cocok dengan pekerjaan yang
akan dilakukan. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan pada tenaga kerja
juga merupakan perlindungan kesehatan tenaga kerja untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya
dan menilai kemungkinan adanya efek buruk pekerjaan dan atau lingkungan kerja
terhadap kesehatannya yang mungkin memerlukan tindakan korektif langsung
serta tindak lanjutnya yang lebih bersifat preventif. Pemeriksaaan kesehatan
khusus yang dilakukan atas dasar dugaan telah terjadinya efek buruk pekerjaan
dan atau lingkungan kerja terhadap kesehatan tenaga kerja. Terhadap hasil
pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus dilakukan tindak lanjut penerapan

3
kesehatan dan keselamatan kerja dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative.
Upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia telah
diterapkan dengan dikeluarkannya UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja di tingkat global, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja juga
mendapat perhatian ILO (International Labour Organization) melalui berbagai
pedoman dan konvensi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai
anggota ILO, Indonesia telah meratifikasi dan mengikuti berbagai standard an
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja termasuk sistem manajemen K3.
2.1.1. Tujuan K3
Seperti halnya sebuah ilmu yang lainnya, K3 dalam penerapan ilmunya di
kehidupan nyata khususnya dalam mencegah terjadinya kecealkan kerja
memiliki sebuah tujuan yang juga diatur ke dalam UUD Nomer 1 tahun 1970
diantaranya :
1. Melindungi kesehatan, keamanan, dan keselamatan dari tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaan.
2. Meningkatkan efisiensi kerja.
3. Mencegah terjadinya kecelakan ataupun penyakit yang diakibatkan kerja.
4. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja.
5. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
6. Meningkatkan kesejahteraan dan produktifitas nasional.
2.1.2. Aspek Yuridis Keselamatan Kerja
Perlindungan kepentingan manusia merupakan hakikat hukum yang
diwujudkan dalam bentuk peraturan hukum, baik perundang-undang maupun
peraturan hukum lainnya. Peraturan hukum tidak semata dirumuskan dalam
bentuk perundang-undangan namun berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
meningkat, sepanjang diperintahakan oleh perundang-undangan. Undang-

4
undang sebagai wujud peraturan hukum dan sumber hukum formal
merupakan alat kebijakan pemerintah Negara dalam melindungi dan
menjamin hak-hak masyarakat sebagai warga negara (Irwan Hadi, 2016).

2.2. Cara melakukan Batuk Efektif


Batuk efektif merupakan tindakan untuk mengeluarkan sekret dari saluran
nafas. Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tisyu atau lengan baju, sehingga bakteeri tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain. Saat batuk ataupun bersin
maka akan menyebarkan kuman dalam jumlah ribuan hingga jutaan ke udara dan
di saat yang sama orang yang berada di sekitar akan menghirup udara yang sudah
mengandung kuman akibat dari batuk maupun bersin. Oleh sebab itu untuk
menghindari hal ini, etika batuk dan bersin merupakan hal yang harus diterapkan
pada kehidupan sehari-hari.
2.2.1. Tujuan melakukan baktuk efektif:
a. Melonggarkan pernafasan.
b. Bersihan jalan napas.
c. Memberikan rasa nyaman.
2.2.2. Alat dan Bahan
a. Sputum pot berisi lisol 3%.
b. Handuk pengalas.
c. Bantal, jika diperlukan
d. Tisu
e. Bengkok
2.2.3. Persiapan pasien
a. Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.
Prosedur kerja
b. Posisikan pasien senyaman mungkin.
c. Longgarkan pakaian pasien terutama bagian atas.

5
d. Anjurkan pasien tarik napas dalam lewat hidung kemudian tahan napas
beberapa menit.
e. Anjurkan pasien batuk 2-3 kali, jika sekret keluar tampung dengan sputum
pot.
f. Perhatikan keadaan umum pasien. Hindari penggunaan waktu lama karena
dapat menimbulkan kelelahan pada pasien.
2.2.4. Etika batuk
a. Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan tissu/saputangan atau lengan
dalam baju.
b. Segera buang tissu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
c. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau handscrub
d. Gunakan masker.

2.3. Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun


Beberapa alasan setiap anggota keluarga harus mencuci tangan dengan
menggunakan air bersih dan sabun yakni, air yang tidak bersih banyak
mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman
berpindah ke tengah. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam
tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan
membunuh kuman karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di
tangan.
2.3.1. Waktu harus mencuci tangan:
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah;memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll).
b. Setelah buang air besar.
c. Setelah menceboki bayi atau anak.
d. Sebelum makan dan menyuapi anak.
e. Sebelum memegang makanan.
f. Sebelum menyusui bayi.

6
2.3.2. Manfaat mencuci tangan:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan.
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentil, typus, ke
cacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), flu burung
atau Severe acuta respiratory syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
2.3.3. Lima moment cuci tangan
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum tindakan aseptic
c. Setelah terkena cairaan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.
2.3.4. Cara mencuci tangan yang benar:
a. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudiaan usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

2.4. Menggunakan Sarung Tangan


Menggunakan sarung tangan merupakan suatu tindakan menutupi bagian tangan
dari ujung jari hingga pergelangan tangan dengan tujuan tertentu. Sarung tangan
digunakan sebelum melakukan tindakan langsung kepada pasien, dilakukan pada
tindakan steril dan non-steril, serta pada pasien yang diisolasi.

2.4.1. Tujuan penggunaan sarung tangan:


a. Melindungi perawat/dokter dalam penularan penyakit.

7
b. Mencegah terjadinya infeksi silang.
2.4.2. Alat dan Bahan
Baki berisikan:
a. Sarung tangan steril dalam tempatnya (untuk tindakan steril)
b. Sarung tangan bersih dalam tempatnya.
c. Bedak untuk ditaburkan ke tangan.
2.4.3. Prosedur kerja
a. Buka kemasan sarung tangan.
b. Letakkan kemasan sarung tangan pada permukaan yang bersih dan kering.
Permukaan yang basah dapat mengkontaminasi sarung tangan.
c. Buka kemasan sarung tangan bagian luar tanpa mengkontaminasi sarung
tangan atau kemasan bagian dalam.
d. Pisahkan kemasan bagian dalam dengan kemasan bagian luar.
e. Pasang sarung tangan pertama pada tangan dominan.
1. Ambil sarung tangan untuk tangan dominan pada ujung manset yang
terlipat (pada sisi palmar) dengan ibu jari dan telunjuk tangan
nondominan. Sentuh hanya bagian dalam manset sarung tangan. Tangan
tidak steril. Dengan hanya menyentuh bagian dalam sarung tangan,
perawat mencegah mengkontaminasi bagian luar sarung tanganyang steril.
2. Masukkan tangan dominan ke dalam sarung tangan dan tarik sarung
tangan. Pertahankan ibu jari tangan yang akan dipasang sarung tangan
merapat di atas telapak tangan saat pemasangan. Apabila dipertahankan
merapat di atas telapak tangan, ibu jari cenderung tidak mengkontaminasi
permukaan luar sarung tangan yang steril.
3. Turunkan lipatan manset sarung tangan.
f. Pasang sarung tangan kedua pada tangan nondominan.
1. Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang terpasang sarung tangan
steril, masukkan jari yang terpasang sarung tangan di bawah manset
sarung tangan kedua dan tekuk jari yang terpasang sarung tangan merapat

8
ke telapak tangan yang terpasang sarung tangan. Hal ini bertujuan untuk
membantu mencegah kontaminasi sarung tangan oleh tangan telanjang
secara tidak sengaja.
2. Tarik sarung tangan yang kedua secara hati-hati. Pertahankan posisi ibu
jari tangan nondominan yang terpasang sarung tangan sejauh mungkin
dari telapak tangan. Pada posisi ini, ibu jari memungkinkan tidak akan
menyentuh lengan dan menjadi terkontaminasi.
3. Rapikan kedua sarung tangan sehingga terpasang sempurna di tangan, dan
secara hati-hati tarik lipatan pada sarung tangan dengan menyelipkan jari
di bawah lipatan manset.
g. Lepaskan dan buang sarung tangan yang telah digunakan.
1. Tidak ada teknik khusus sarung tangan steril. Apabila sarung tangan
terkotori sekresi, lepas sarung tangan dengan bagian dalam menghadap ke
luar.
2. Dokumentasikan penggunaan teknik steril dalam melaksanakan prosedur.
2.5. Menggunakan Masker
Menggunakan masker merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
menutup bagian mulut dan hidung untuk pengamanan diri dari kontaminasi
mikroorganisme. Masker digunakan saat melakukan tindakan isolasi,
melakukan tindakan operasi, dan melakukan tindakan steril di tempat steril.
2.5.1. Tujuan penggunaan masker:
a. Melindungi diri dari infeksi pernafasan
b. Mencegah tranmisi droplet udara yang mengandung mikroorganisme.
c. Menghindari penularan penyakit.
2.5.2. CDC merekomendasikan bahwa masker harus digunakan pada kondisi
berikut:
a. Oleh individu yang dekat dengan klien jika infeksi klien (misalnya campak,
gondong, atau penyakit pernafasan akut pada anak-anak) ditularkan lewat

9
aerosol partikel besar (droplet). Aerosol partikel besar ditularkan melalui
kontak dekat dan pada umumnya terbang cukup dekat (sekitar 1m).
b. Oleh semua individu yang masuk ruang rawat klien, jika infeksi klien
(misalnya tuberculosis paru dan SARS) ditularkan melalui aerosol partikel
kecil (nuclei droplet). Aerosol partikel kecil tetap tersuspensi di udara
sehingga dapat terbang lebih jauh terbawa aliran udara. Masker khusus yang
lebih ketat dan memiliki filtrasi yang lebih baik dapat digunakan untuk infeksi
tersebut.
2.5.3. Alat dan Bahan
a. Masker pada tempatnya.
2.5.4. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Kenakan masker wajah
c. Temukan bagian atas masker. Biasanya di sepanjang bagian atas masker
dilapisi logam.
d. Pegang masker pada kedua tali bagian atas atau karet masker.
e. Letakkan bagian atas masker pada bagian batang hidung, dan ikatkan tali
bagian atas di belakang kepala atau kaitkan karet masker pada telinga.
f. Fiksasi bagian bawah masker di bawah dagu, dan ikat tali bagian bawah
masker di tengkuk supaya lebih efektif, masker harus menutupi hidung fan
mulut karena udara mengalir keluar masuk hidung dan mulut.
g. Apabila masker dilapisi logam tipis, sesuaikan bagian ini dengan batang
hidung. Masker yang terfiksasi dengan baik mencegah pengeluaran dan
inhalasi mikroorganisme di sekitar ujung masker.
h. Gunakan masker hanya sekali, dan jangan gunakan masker lebih dari waktu
penggunaan yang direkomendasikan pabrik atau saat masker menjadi basah.
Masker harus digunakan sekali saja karena masker menjadi tidak efektif jika
lembab.
i. Jangan mengalungkan masker wajah yang telah di guunakan.

10
2.5.5. Beberapa hal yang perlu di perhatikan:
a. Ukuran masker harus melindungi mulut dan hidung.
b. Mesker hanya di gunakan perorang.
c. Masker tidak dapat digunakan dalam waktu yang lama. Masker lembab
sebaiknya segera diganti.
d. Masker cukup satu kali dipakai.

2.6. Penggunaan Gaun Bersih


Gaun bersih atau gaun tahan air sekali pakai atau apron plastic digunakan selama
prosedur jika seragam perawat memungkinkan akan terkotori. Teknik gaun sekali
pakai (menggunakan gaun hanya jika sebelum gaun tersebut dibuang atau dicuci)
merupakan tindakan praktik yang bisa dilakukan di rumah sakit. Setelah gaun
dikenakan, perawat harus membuangnya atau meletakkannya di keranjang cucian.
2.6.1. Memakai gaun steril
a. buka kemasan sarung tangan steril
b. Buang pembungkus bagian luar sarung tangan steril tetap terbungkus oleh
pembungkus bagian dalam sarung tangan diarea steril. Apabila tidak
tersentuh, pembungkus bagian dalam tetap steril.
c. Buka kemasan gaun steri.
d. Cuci dan keringkan tangan secara saksama.
e. Pakai gaun steril
f. Ambil gaun steril pada lipetan dideket leher, pegang menjauh dari anda, dan
biarkan lipatan tersebut membuka sendiri tanpa menyetuh apa pun termasuk
seragam. Gaun dapat menjadi tidak steril apabila permukaan luarnya
menyentuh semua benda tidak steril.
g. Masukkan tangan kebagian bahu gaun, dan masukkan masing -masing lengan
kebagian lengan gaun tanpa menyetuh bagian luar gaun.

11
h. Apabila memakai sarung tangan steril dengan menggunakan metode tertutup (
ihat dibawah) Masukkan tangan kedalam lengan gaun hanya hingga ujung
proksimal manset gaun.
i. Apabila memasang sarung tangan steril dengan menggunakan metode terbuka,
masukkan tangan kedalam lengan gaun dan melewati manset.
j. Minta bantuan asisten memegang tali pada leher tanpa menyetuh bagian luar
gaun kearah atas untuk menutupi bagian leher seragam anda pada bagian
depan dan belakang. Asisten mengikat tali pada bgian leher.
k. Meminta asisten memegang tali pinggang gaun anda, dengan menggunakan
sarung tangan steril atau forsep steril atau kain steril. Pendekatan ini
mempertahankan sterilitas tali gaun.
l. Berputar sejauh tiga perempat putaran, kemudian ambil tali dan ikat dibagian
depan gaun.
m. Meminta asisten untuk nengambil dua tali pada kedua sisi gaun dan
mengikatkan tali tersebut pada bagian belakang gaun,yakinkan bahwa
seragam anda benar – benar tertutup gaun.
n. Saat dikenakan, gaun steril harus tetap steril dibagian depan dari pinggang
hingga bahu. Lengan gaun harus dianggap steril dari 5 cm diatas siku hingga
manset karena lengan individu yang telah dicuci dengan baik bekerja
melewati area steril. Area yang basah dan mengalami gesekan, sperti garis
leher, bahu, ketiak, punggung, dalam manset lengan harus dianggap steril.
o. Lepas dan buang gaun dan sarung tangan yang telah dipakai.
p. Jika sesuai, dokumentasikan penggunaan teknik steril

2.7. Pemasangan Gelang Pasien


Gelang pasien berfungsi sebagai identifikasi valid dari setiap orang yang
menjalani opname atau rawat inap di fasilitas kesehatan. Dalam gelang identitas
pasien memuat tiga data yaitu nama pasien, tanggal lahir, dan medical report atau
nomor rekam medis.

12
2.7.1. Warna gelang dibagi menjadi 7 yaitu :
a. Warna biru untuk pasien laki-laki.
b. Warna merah muda untuk pasien perempuuan.
c. Warna merah untuk pasien yang memiliki alergi terhadap obat-obatan
d. Warna kuning untuk pasien yang memiliki resiko jatuh
e. Warna hijau khusus untuk pasien yang alergi terhadap latek
f. Warna ungu pasien dengan kondisi DNR (Do Not Resusitation) atau tindakan
medis tidak dilanjutkan
g. Sedangkan warna putih khusus bagi paasien memiliki jenis kelamin ganda
2.7.2. SOP Pemasangan Gelang Pasien
Setiap tenaga medis harus memahami betul SOP pemasangan gelang pasien
agar tidak pernah terjadi kesalahan yang bisa berujung sangat fatal. Berikut
adalah prosedur yang harus dijalani
a. Pastikan setiap pasien sudah mendapatkan identifikasi secara benaa, sebelum
pemberian obat-obatan, pengambilan darah dan sebagainya. Terkait dengan
penanganan medis.
b. Kenakan gelang identifikasi pada pergelangan tangan secara tepat agr tidak
mudah terlepas. Kemudian jelaskan kepada pasien untuk selalu menjaganya
agar data yang tercantum tidak hilang.
c. Bagi pasien homodialisis jangan pasangkan gelang pada bagian lengan yanga
da fistulanya.
d. Kalau tidak memunginkan gelang dipasang pada pergelangan tangan, maka
bisa dikenakan pada pergelangan kaki. Kalau keduanya tidak memungkinkan
bisa meletakkan identitasa khusus pada bagian tubuh pasien lainnya. Bisa juga
memakaikan identitas pada leher seperti kalung.
e. Gelang identitas itu hanya bisa dilepas kala pasien sudah diperbolehkan
pulang, karena dianggap sudah pulih.
f. Penulisan nama jangan disingkat, karena harus sesuai seperti yang ditulis pada
rekam medis.

13
g. Dilarang untuk menambahkan tulisan lain seperti yang sudah ditentukan.
h. Kalau ternyata gelang pasien terlepas karena sesuatu hal atau data pada gelang
pudar, maka harus segera mendapatkan pergantian gelang pasien yang baru.
i. Pastikan tidak terdapat kesalahan dalam penulisan data pasien. Kesalahn kecil
saja bisa berdampak sangat fatal.
j. Petugas medis harus menjelaskan kepada seluruh pasien terkait fungsi dan
tujuan dari penggunaan gelang tersebut kepada pasiennya. Dengan begitu,
mereka juga turut menjaga dan tidak melepasnya sendiri.
k. Pastikan sebelum memasang gelang pasien, untuk mengecek ulang data yang
tertulis minimal tiga kali agar tidak terjadi kesalahan.
l. Verifikasi data harus valid, jika ternyata pasien tidak bisa memberikan
informasi akuratnya dikarenakan tidak sadarkan diri, masih bayi, menderita
gangguan jiwa, dan sebagainya, maka petugas medis harus menanyakan
kepada pengantar atau keluarga.
m. Setiap pergantian perawat maka harus dilakukan pengecekan terhadap data
darin gelang pasien tersebut.

2.8. Peranan Komunikasi Efektif Bagi Perawat


Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk labih
mengembangkan kepribadian serta unntuk kelancaran pelaksanaan tugas sehai-
hari. Menurut Kariyoso ada 4 keharusan bagi perawat dalam serangkaian
komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat.
Empat keharusan tersebut yakni:
2.8.1. Pengetahuan
Mengetahui pokok pembahasan yang akan diibicarakan dan disampaikan
dalam penyuluhan. Dalam usaha berkumunikasi dengan baik, seorang perawat
harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam
melaksanakan tugasnya setiap hari.

14
Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana usaha
keperawatan (nursing care plan), namun bila perawat mendiskusikannya dan
mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dilalui
dalam proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayan ke pada
perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.
Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat di pengaruhi oleh faktor
pengetahuan yang dimiliki oleh perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan
sekedar menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara
berkumunikasi turut besar pula perannya. Begitu juga bila dalam memberikan
penyuluhan kesehatan di masyarakat , pertanyaan-pertanyaan dari warga
masyarakat akan dapat dijawab dengan jelas sereta memberi tindak lanjut, dari
pada menganggap tugas punyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas saja
oleh karena itu kemampuan yang terbatas.
2.8.2. Ketulusan
` Sekedar mengenal pasien dan kebutuhan saja tidaklah cukup, tapi
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu
saja.Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang
sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan tanpa bermaksud untuk
melecehkannya atau mencemoohnya.
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering berhadapan
dengan pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat. Namun dengan
sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu meringankan beban pasien
tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lain.
Meskipun gaji perawat bukanlah gaji yang tinggi, namunseorang perawat
memperoleh keputusan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi
penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baik
oleh pasien.

15
2.8.3. Semangat
Dalam berkumunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan
seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat
mengpengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang dideritakan oleh
pasien lebih cepat sembuh bila nasehat dan saran saran serta anjuran dokter
ditaati sepenuhnya oleh pasien. Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup,
kemudian bisa pula melatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi
(mobilisasi)dengan kursi roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit
rehabilitasi. Dengan semangat yang harus dipompang oleh perawat keyakinan
pasien sembuh lebih besar lagi.
Selain itu sebagian penyebab ketidak kemampuan pasien untuk berkerjasama
kerena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkanya, keadaan ini dapat
disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan.
Menghadapi setuasi demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan harunya
bijaksana terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberi
kan dorongan. Jadi, selainperawat harus dalam berkerja juga memberi semangat
kepada pasien.
2.8.4. Praktek
Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikasif tidaklah cukup sekedar
teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribada
yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah.
Lingkungan menuntut untuk m,ampu melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya, sementara keperbadian perawat juga mendapat porsi yang sama.
Untuk itu agar lebih luwer namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara
maka latihan intersif salah satu jalan keluarnya. Dan kemampuan dalam rangka
praket berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencpai kondisi
yang diinginkan oleh perawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkan
konsonan huruf hidup, A,I,U,E,O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga dengan

16
menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikan dari seratus mundur hingga
mencapai angka satu.
2.8.5. Teknik Komunikasi Yang Efektif
a. Yakinkan apa yang akan di komunnikasikan dan bagaimana
mengkomunikasikannya. Hal yang berkaitan dengan kejelasan pesan yang
ingin disampaikan.
b. Gunakan bahasa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. Seringkali
perawat menemui pesan yang tidak dapat berbahasa Indonesia, sedangkan
perawat itu sendiri tidak dapat berbahasa seperti pasien. Dalam kondisi seperti
ini, oraang ketiga ddiperlukan untuk menjambatani proses komunikasi
tersebut.
c. Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat. Media tertentu tepat
digunakan untuk komunikasi tertentu. Perawat yang sedang memberi
penyuluhan pada satu orang pasien tidak perlu menggunakan flip chart, terapi
cukup dengan brosur atau leaflet. Sebaliknya dalam satu kegiatan penyuluhan
pada 25 orang tidak cukup hanya dengan brosur saja, tapi diperlukan media
yang tepat seperti flip chart atau film.
d. Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat untuk berlangsungnya proses
komunikasi yang efeektif diperlukan suasana tenang dan tidak bising. Akan
lebih baik lagi jika disertai dengan udara yang nyaman dan tidak terlalu panas.
e. Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan
komunikan karena apa yang diutarakan komunikan adalah umpan balik
terhadapa pesan yang diberikan komunikator.
f. Hindari komunikasi yang tidak disengaja. Setiap proses komunikasi yang
dijalankan hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengna
berencana.
g. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah, yaitu harus terjaddi umpan
balik antara komunnikator dan komunikan.

17
h. Yakinn bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang
diucapkan. Dengan kata lain ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non
verbal. Hindari mengatakan saya turut berbahagia tetapi dengan ekspresi
wajah yang datar dan tidak menunjukkan rasa bahagia.
2.8.6. Teknik pelaksanaan ISBAR
Contoh bentuk implementasi komunikasi yang efektif pada tim kesehatan
dalam konteks konsultasi atau pelaporan kondisi kesehatan pasien dapat
menggunakan metode ISBAR. ISBAR :
1. S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau
sudah teratasi/ keluhan
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke
ruang tujuan pemindahan
b. Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan
oleh dokter yang merawat
c. Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan
pasien yang secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang
kepindahan yang baru
2. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini)
a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan

18
c. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap
diagnosis keperawatan
d. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan
e. Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita
atau jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
b. Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien
datang ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat
keluhan saat masuk rumah sakit)
3. A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda
vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko
jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan
vital sign dan tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V
5M6
b. BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist
sesuai keadaan pasien
c. Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus,
jaringan nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
d. Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace,
infuse pump dll

19
4. R : Recommendation
a. Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning
dan edukasi pasien dan keluarga.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
a. Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana
fisiotherafi dll
b. Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas

20
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan

Perlindungan kerja harus diperhatikan oleh setiap individu, setiap individu


harus tau bagaimana cara melindungi diri yang baik dan benar agar tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan seperti kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Perlindungan
tenaga kerja ini menyangkut berbagai aspek seperti jaminan sosial, jam kerja, upah
minimum, hak berserikat dan berkumpul, serta perlindungan keselamatan.
Perlindungan tenaga kerja juga meliputi perlindungan kesehatan tenaga kerja atau
(workers health protection). Aspek yang penting dalam pelayanan kesehatan bagi
pasien dan perawat yakni ketepatan cara etika batuk yang benar, ketepatan cara
pemasangan gelang pasien yang benar, ketepatan cara hand hygiene yang benar,
ketepatan cara penggunaan alat pelindung diri yang benar dan ketepatan cara
komunikasi efektif dalam pencegahan kesalahan pemberian obat yang benar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani Nanik. (2013). PERILAKU HIDUP BERSIH dan SEHAT (PHBS). Jakarta:
TIM

Sigalingging Danda. (2012). Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar


Manusia. Jakarta: EGC

Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2010). Buku Ajar FUNDAMENTAL KEPERAWATAN


Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC

Nurhasanah Nunung. (2010). ILMU KOMUNIKASI DALAM KONTEKS


KEPERAWATAN Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: TIM

Alamsyah Dedi, Muliawati Ratna. (2013). Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: TIM

Hadi, Irwan. (2016). Manajemen Kelematan Pasien. Yoyakarta: Deepublish.

22

Anda mungkin juga menyukai