Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENYAKIT ASMA

KMB I

DOSEN PENGAMPU: HAPIPAH, Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

DITA ARDIANA 010STYC18

GUNAWAN FEBRIANTO 021STYC18

IKA CANDRA ULA 030STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju
jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “PENYAKIT ASMA”. Makalah ini kami susun
berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh. Kami berusaha
menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 20 Novemberr 2019

Kelompok 5
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah .....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Penyakit .......................................................................................... 3

2.1.1 Definisi Asma ............................................................................................... 3

2.1.2 Etiologi Asma ............................................................................................... 3

2.1.3 Klasifikasi Asma .......................................................................................... 5

2.1.4 Manifestasi Klinis Asma ..............................................................................6

2.1.5 Patofisiologi Asma ....................................................................................... 7

2.1.6 WOC Asma...................................................................................................8

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Asma......................................................................8

2.1.8 Komplikasi Asma ....................................................................................... 10

2.1.9 Penatalaksanaan Asma ...............................................................................10

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...................................................................11

2.2.1 Pengkajian ..................................................................................................11

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................15

2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................15


BAB III PENUTUP .......................................................................................................23

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana
trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa wheezing, sesak nafas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama pada waktu malam atau dini hari.
Serangan asma mengakibatkan klien tidak dapat beraktivitas melakukan
kegiatan harian, sehingga menambah ptoduktivitas menurun serta menurunkan
kualitas hidup.
Kemajuan penatalaksanaan asma yang diikuti dengan kemajuan teknologi
dapat menurunkan penyebab kesakitan (morbiditas) akibat asma. Suvei
kesehatan rumah tangga 1992 menunjukkan asma sebagai penyebab kematian
(mortalitas) ke-4 di Indonesia 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma seluruh
Indonesia masih menepati urutan tertinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian Asma ?
1.2.2 Apa etiologi Asma ?
1.2.3 Apa saja klasifikasi Asma ?
1.2.4 Apa saja Manifestasi Klinis Asma ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Asma ?
1.2.6 Bagaimana WOC Asma ?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang Asma ?
1.2.8 Apa saja komplikasi Asma ?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan Asma ?
1.2.10 Bagaimana Asuhan Keperawatan Asma ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian Asma.
1.3.3 Untuk mengetahui apa etiologi Asma.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Asma.
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja Manifestasi Klinis Asma.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi Asma.
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana WOC Asma.
1.3.8 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang Asma.
1.3.9 Untuk mengetahui apa saja komplikasi Asma.
1.3.10 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Asma.
1.3.11 Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Asma.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Asma merupakan bentuk inflamasi kronis yang terjadi pada saluran
jalan nafas dengan memperlihatkan berbagai informasi sel dan gejala
hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkatan, obstruksi jalan nafas,
dan gejala pernafasan yang lain (mengi dan sesak). (Arief Mansjoer, dkk.
2001). Sedangkan menurut Sylvia A, Price (1995) Astma merupakan
suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitifitas cabang-cabang
trachea bronchial terhadap berbagai jenis rangsangan. Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan seluruh nafas secara periodic dan
reversibel akibat bronkhospasme. (Sujono Riyadi, 2011 : 129)
Asma adalah peyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. (Smeltzer, 2002 : 611)
Pada awala 1990-an, dikemukakan definisi yang boleh dikata
lengkap, yaitu bahwa asma adalah kombinasi antara keluhan sesak nafas
dengan suara nafas ngiik-ngiik (wheezing), dada terasa terhimpit, batuk,
dan sifatnya hilang timbul. (Halim Danusantoso, 2013 : 235)
2.1.2 Etiologi
Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh : (Wahid, Imam
Suprapto, 2013 : 62)
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
b. Pembengkakan membrane bronkus.
c. Bronkus terisi oleh mocus yang kental.
Faktor Predisposisi :
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, meski belum
diketahui bagaimana penurunannya dengan jelas. Karena adanya
bakat alergi ini. Penderita sangat mudah terkena asma apabila dia
terpapar dengan faktor pencetus.
FaktorPencetus:
a. Alergen
Alergen adalah suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi
menjadi 3, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. (debu,
bulubinatang, serbukbunga, bakteri, polusi).
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. (makanandanobat-
obatan).
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
(perhiasan, logam, dan jam tangan).
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma,
perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma. Kadang
serangan berhubungan asma seperti: musim hujan, musim bunga,
musim kemarau. Hal ini berhubungan dengan angina, serbuk
bunga dan debu.
c. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya asma,
hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
berkerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur/cuti.
d. Olahraga
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan asma bila
sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Serangan asma
karena aktivitas biasanya segera setelah aktivitas selesai. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
e. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada. Disamping gejala asma harus segera di obati penderita asma
yang mengalami stress harus diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahnya.
2.1.3 Klasifikasi
Menurut GINA, Tahun 2011 Klasifikasi asma berdasarkan tingkat
keparahnya dibagi menjadi empat yaitu :
1. Step 1 (Intermitten)
Gejala perhari ≤ 2X dalam seminggu. Nilai PEF normal dalam
kondisi serangan asma. Exacerbasi: Bisa berjalan ketika bernapas,
bisa mengucapkan kalimat penuh. Respiratory Rate (RR) meningkat.
Biasanya tidak ada gejala retraksi iga ketika bernapas. Gejala malam
≤ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel PEF ≥
80% atau <20 %.
2. Step 2 (Mild intermitten)
Gejala perhari ≥ 2X dalam seminggu, tapi tidak 1X sehari.
Serangan asma diakibatkan oleh aktivitas. Exaserbasi: Membaik
ketika duduk, bisa mengucapkan kalimat frase, RR meningkat,
kadang-kadang menggunakan retraksi iga ketika bernapas. Gejala
malam ≥ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel
PEF ≥ 80% atau 20% – 30%.
3. Steep 3 (Moderate persistent)
Gejala perhari bisa setiap hari, Serangan asma diakibatkan oleh
aktivitas. Exaserbasi: Duduk tegak ketika bernapas, hanya dapat
mengucapkan kata per kata, RR 30x/menit, Biasanya menggunakan
retraksi iga ketika bernapas. Gejala malam ≥ 1X dalam seminggu.
Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel PEF 60% - 80% atau > 30%.
4. Step 4 (Severe persistent)
Gejala perhari, Sering dan Aktivitas fisik terbatas. Eksacerbasi:
Abnormal pergerakan thoracoabdominal. Gejala malam Sering.
Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel PEF ≤ 60% atau > 30%.
Brunner & suddarth (2002) menyampaikan asma sering di
rincikan sebagai alergik, idiopatik, nonalergik atau gabungan, yaitu :
a. Asma alergik
Disebabkana oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal
(misal: serbuk sari, binatang, amarah dan jamur) kebanyakan
alergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma
alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan
riwayat masa lalu ekzema atau rhinitis alergik, pejanan terhadap
alergen pencetus asma.
b. Asma idiopatik atau nonalergik
Asma idiopatik atau nonalergik tidak ada hubungan dengan
alergen spesifik faktor-faktor, seperti comand cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan yang dapat
mencetuskan rangsangan. Agen farmakologis seperti aspirin dan
alergen anti inflamasi non steroid lainya, pewarna rambut dan
agen sulfit (pengawet makanan juga menjadi faktor). Serangan
asma idiopatik atau nonalergik menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dapat berkembang menjadi
bronkitis kronis dan empizema.
c. Asma gabungan
Adalah asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau
nonalergik.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan gejala
klinis yaitu : (Wahid, Imam Suprapto, 2013 : 65)
a. Penderita bernafas cepat dan dalam.
b. Gelisah.
c. Duduk dengan menyangga kedepan, serta tampak otot-otot
membantu berkerja keras.
d. Sesak nafas.
e. Adanya Wheezing.
f. Batuk.
g. Ada sebagian mengeluh nyeri dada.
h. Silent chest (tidak terlihat pergerakan dada).
i. Sinosis.
j. Gangguan kesadaran.
k. Tachicardi.
l. Hiperinflasi dada.
Menurut (Kartika Sari Wijaya, 2013 : 14) manifestasi klinis asma, yaitu :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop.
b. Batuk produktif, sering pada malam hari.
c. Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang.
2.1.5 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi apastic dari otot polos bronkeolus
yang menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut:
seseorang yang alergi di duga mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody ig.E abnormal dalam jumlah besar dan
antibody ini terutama melekat pada sel mast yang melekat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronchus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody ig.E orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibody yang sudah
terlekat pada sel mast dan meyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamine zat anafilaksis yang bereaksi
lambat. Faktor kemotatik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding
bronkeolus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkeolus dan spasme otot polos bronkeolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran nafas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkeolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada inspirasi karena meningkatkan tekanan dalam paru salama
sekresi paksa menekan bagian luar bronkeolus. Karena bronkeolus
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya biasa melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebakan
dyspnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. (Wahid, Imam Suprapto, 2013 : 64)
2.1.6 WOC

Sumber : Somantri (2008), Muttaqin (2008), Sundaru H (2002)


2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat
gambaran sebagai berikut:
a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin
bertambah.
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltraste
paru.
d) Dapat menimbulkan gambaran atelectasis paru.
e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada
paru.
2) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat bereaksi positif
pada asma.
3) Elektrokardiografi
a) Terjadi right axis deviation.
b) Adanya hipertropo otot jantung Right bundle branch bock.
c) Tanda hipoksimea yaitu sinus takikardi, SVES, VES atau terjadi
depresi segmen ST negatif.
4) Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5) Spirometri
Menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara tepat
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum atau
sesudah pemberian aerosol bronkodilator (inhaler dan nebuliser),
peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan Diagnosis
Keperawatan, menilai berat obstruksi dan efek pengobatan banyak
penderita tanpa keluhan pada pemeriksaan ini menunjukkan adanya
obstruksi. (Wahid, Imam Suprapto, 2013 : 67)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah: (Wahid, Imam Suprapto, 2013
: 70)
a. Status asmatikus : suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
b. Atelektasi: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis.
c. Hipoksemia.
d. Pneumothoraks.
e. Emfisema.
f. Deformitas thoraks.
g. Gagal nafas.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Prinsip umum dalam pengobatan asma :
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2) Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma.
3) Menjelaskan pada penderita dan keluarga mengenai penyakit
asma, pengobatannya.
b. Pengobatan pada asma :
1) Pengobatan farmakologi
a) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas terbagi
dua golongan:
1. Andrenergik (Andrenalin dan efedrin) misalnya:
terbutalin/Bricasama.
Obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan dan semprotan (Metered dose
inhaler) ada yang berbentuk hirup (ventolin diskhaler dan
bricasma turbuhaler) atau cairan bronchodilator (Alupent,
Berotec brivasma sets ventolin) yang oleh alat khusus
diubah menjadi aerosol (partikel sangat halus) untuk
selanjutnya dihirup.
2. Santin/Teofilin (aminofilin)
Cara pemakaian adalah dengan disuntikan langsung ke
pembuluh darah secara perlahan. Karena sering
merangsang lambung bentuk sirup atau tablet sebaliknya
diminum setelah makan, ada juga yang berbentuk
supositoria untuk penderita yang tidak memungkinkan
untuk minum obat misalnya dalam kondisi muntah atau
lambungnya kering.
b) Kromalin
Bukan bronkodilator tetapi obat pencegah serangan asma
pada penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersma
obat anti asma dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.
c) Katolifen
Mempunyai efek pencegan terhadap asma dan diberikan
dalam dosis dua kali 1 mg/hari. Keuntungannya adalah dapat
diberikan secara oral.
d) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada
respon maka segera penderita diberi steroid oral.
2) Pengobatan non farmakologi
a) Memberikan penyuluhan.
b) Menghindari faktor pencetus.
c) Pemberian cairan.
d) Fisioterapi nafas (senam asma).
e) Pemberian oksigen bila perlu.
2. 2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu dikaji pada
penyakit status asmatikus serangan asma pada usia dini memberikan
implikasi bahwa sangant mungkin terdapat status atopi.sedangkan
serangan pada usia dewasa di mungkinkan adanya faktor non atopi,.
Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada,
dapat mengetahui kemungkinan paktor pencetus serangan asma.
Status perkawinan,gangguan emosiaonal yang timbul dalam keluarga
atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asma,
pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya
pemaparan bahan elergen. Hal lain pelu dikaji tentang : tanggal MRS,
Nomor Rekam Medik, dan Diaknosis Keperawatan Medik.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan serangan asma datang dengan mencari pertolongan
dengan keluhan, terutama sesak nafas yang hebat dan mendadak
kemudian di ikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : whezzing,
penggunaan otot bantu pernafasan, kelelahan gangguan kesadaran,
sianosis sserta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi
awal terjadinya serangan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yangpernah diderita pada masa- masa dahulu seperti infeksi
saluran nafas atas, sakit tenggorokan,amandel, sinusitis, polip
hidung. Riwayat serangan asma frekwensi,waktu, alergen-alergen
yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan
yang dilakukan untuk meringankan gejala asma (Tjen Daniel,1991).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien dengan seangan status asmatikus perlu dikaji tentang
riwayat penyakit asma atau pnyakit alergi yang lain pada anggota
keluarganya karna hipesensitifitas pada penyakit asma ini lebih
ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf,
1993).
5) Riwayat psikososial
Gangguan emosional sering dipandang segagai salah satu pencetus
bagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga,
lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang punya
beban hidup yang berat berpotensi hubungan dengan orang lain
sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peran seperti smula,
(Antony Croket, 1997 dan Tjen Daniel, 1991).
Integritas ego : ansietas, ketakutan, peka ransang.
b. Pemeriksaan fisik
1) B1-Breath :
a) Peningkatan frekuensi, susah bernafas, perpendekan periode
inspirasi, penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi
sternum, pengangkatan bahu waktu bernafas).
b) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
c) Nafas memburuk ketika pasien berbaring terlentang di tempat
tidur.
d) Perfasan cuping hidung.
e) Adanya bunyi yang terdengar tampa stetoskok.
f) Batuk keras, kering dan akhirnya batuk produktif.
g) Faal paru terdapat penurunan FEV1.
Masalah keperawatan :
a) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan sekresi kental peningkatan produksi mukus dan
bronkospasme (Lindajual C,;1995)
b) Kerusakan penukaran gas yang berhubungan dengan retensi
CO2, peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan
peroses penyakit, ( susun Martin Tucker; 1993)
2) B2-Blood
a) Takikardia.
b) Tensi meningkat.
c) Pulpus paradoksus ( penururnan tekanan darah) 10 mmHg pada
waktu inspirasi.
d) Sianosis.
e) Diaforesis.
f) Dehidrasi.
Masalah keperawatan :
Gangguan perfusi jaringan feriper berhubungan dengan hiposemia
3) B3-Brain
a) Gelisah.
b) Cemas.
c) Penurunan kesadaran.
Masalah keperawatan :
Gangguan perfusi jaringan cerebal.
4) B4- Bowel
Pada klien yang mengalami dipsnea penggunaan otot bantu nafas
maksimal kontraksi otot abdomen meningkat sehingga
menyerbabkan nyeri abdomen yang mengakibatkan menurunnya
nafsu makan. Dalam keadaan hiposia juga mengakibatkan penurunan
motilitas pada gester sehingga memperlambat pengosonkan lambng
yang menyebabkan penurunan nafsu makan.
Masalah keperawatan :
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubunan
dengan maju metabolik tinggi, dispnea saat makan dan ansietas,
(Hudak dan Golo;1997)
5) B5-Bladder
Pada klien dengan hiperventilasi akan kehilangan cairan melalui
penguapan dan tubuh berkompensasi dengan penurunan produksi
urine.
Masalah keperewatan : tidak ada
6) B6-Bone
Pada klien yang mengalami hipoksia penggunaan otot bantu nafas
yang lama menyebabkan kelelahan. Selain itu hiposia menyebabkan
metabolisme anaerob sehingga menjadi penururnan ATP.
Masalah keperawatan :
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena kelelahan.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Ketidak efektifan berhisan jalan nafas yang berhubngan dengan sekresi
kental peningkatan produksi mungkus dan bronkospasme.
b. Kerusakan penukaran gas yang berhubungan dengan resensi CO2,
peningkatam sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit.
c. Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu yang
berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan
ansietas.
d. Resiko tinggi saat infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
e. Resiko tinggi saat kelelahan yang berhubungan dengan retensi CO2,
hypoksemia, emosi yang terfokus dapa pernafasan dan apnea tidur.
f. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan denga kekurangnya
pengetahuan tentang kondiri dan merawat diri sat pulang.
g. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang kondisi dan perawatan diri saat pulang.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan 1 : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d
sekresi kental, peningkatan produksi mukus dan bronkospasme.
Tujuan : Jalan nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi bersih.
b. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif.
c. Dapat mneyatakan strategi untuk menurunka kekentalan sekresi.
d. Tidak ada suara nafas tambahan.
e. Insruksikan klien pada metode yang tepat dan mengontrol batuk.
Intervensi Rasional
Mandiri a. Peninggian kepala tempat tidur
a. Tempatkan posisi yang nyaman memudahkan fungsi pernafasan
pada pasien contoh : dengan menggunakan gravitasi.
meninggikan kepala tempat
tidur.
b. Tingkatkan masukan cairan b. Hidrasi membantu menurunkan
sampai dengan 3000 ml/hari kekentalan sekret, menggunakan
sesuai indikasi,memberikan cairan hangat dapat menurunkan
dengan air hangat. kekentalan sekret, penggunaan
cairan hangat dapat menurunkan
spasme bronkus.
c. Lakukan fisioterfi dada dengan c. Fisioterapi data merupakan
tehknik drainagse, perkuso strategi untuk mengeluarkan
fibrasi dada. sekret.

d. Evaluasi frekuensi pernafsan, d. Beberapa derajat spasme


bunyi, irama nafas catat rasio bronkus terjadi dengan obstruksi
inspirasi/ekspirasi. jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya
advertisius.

Kolaborasi
e. Berikan obat sesuai dengan e. Merelaksasikan otot halus dan
indikasi bronkodilator dan menurunkan spasme jalan nafas,
oksigenasi. whezzing dan produksi mukosa.

Diagnosis keperawatan 2 : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan


suplai oksigen (spasme bronkus).

Tujuan :klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat.

Kreteria :

a. Frekuensi nafas 16-20 kali/menit.


b. Frekuensi nadi 60-100 kali/menit.
c. Warna kulit normal, tidak ada dispnea, tidak penggunakan otot bantu
nafas.
d. AGDA dalam batas normal.
Ph:7,35-7,45 PCO2:35-45 mmHg BE :-1
PO2: 75-100 mmHg HCO3: 20-26mEq/1 SaO2: 95-98%
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Awasi secara rutin kulit dan a. Sianosis mungkin perifer atau
membran mukosa. sentral keabu-abuan dan sianosis
sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
b. Palpasi fremitus. b. Penurunan getaran vibrasi
diduga adanya pengumpulan
cairan/udara.

c. Awasi tanda vital dan irama c. Tachikardi, distritmia, dan


jantung. perubahan tekanan darah dapat
menunjukan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.

Kolaborasi
d. Berikan oksigen tambahan d. Dapat memperbaiki atau
sesuai dengan indikasi AGDA mencegah memburuknya
dan tolerasi pasien hipoksia

Diagnosis keperawatan 3 : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat
makan dan ansietas.
Tujuan: pemenuhan keburuhan nutrisi.
Kriteria hasil :
a. Klien menghabiskan porsi makan dirumah sakit.
b. Meliputi kriteria Antroprometri, biochemical, Clinical, Diet.
Intervensi Rsional
Mandiri
a. Mengidentifikasi faktor yang a. Merencanakan tindakan yang
dapat menimbukan nafsu dipilih berdasarkan penyebab
makan menurun misalnya masalah.
muntah dengan ditemukan
sputum yang banyak ataupun
dispnea.

b. Sering lakukan rawatan oral, b. Rasa tidak enak, bau menurunkan


buang sekret, berikan wadah nafsu makan dan dapat
khusus sekali pakai. menyebabkan mual/muntah dengan
meningkatkan kesulitan nafas.

c. Kaji kebiasaan diet, masukan c. Pasien distres pernapasan akut


makanan saat ini. Catat sering anoreksi karena dispnea.
derajat kerusakan makanan

Kolaborasi
d. Berikan oksigen tambahan d. Menurunkan dispnea dan
selama makan sesuai indikasi. meningkatkan energi untuk makan,
meningkatkan masukan.
Diagnosa 4: Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.

Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi nosokomial.

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi meliputi rubor, tumor, dolor,
Calor, Leokosit (4000-11000), suhu 36,5˚C-37,5˚C.

Intervensi Rasional
Mandiri
a. Monitor tanda-tanda infeksi a. Demam dapat terjadi karna infeksi
dan dehidrasi.
b. Diskusi kebutuhan nutrisi b. Malnutrisi dapat mempengaruhi
adekuat. kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.

Kolaborasi
c. Dapatkan specime sputum c. Untuk mengidentifikasi organisme
dengan batuk atau penyebab kerentanan terhadap
penghisapan untuk pewarnaan sebagai anti microbial.
gram, kultur/sensitifitas.

Diagnosis keperawatan 5 : Kurang pengetahuan b/d kurang informasi;


salah mengerti.
Tujuan : klien menyatakan pemahaman kondisi penyakit dan tindakan.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat menyebutkan 3 dari 5 faktor pencetus asma.
b. Klien dapat melakukan pengobatan non farmakologik dari farmakologik
sesuai advice dokter.
Intervensi Rasional
a. Berikan healt education tentang a. Menurunkan insensitas serangan
faktor pencetus asma untuk asma.
menghindari faktor pencetus
(misalnya : asap roko, debu,
makanan, aktifitas, cuaca).

b. Diskusikan obat pernafasan, b. Penting bagi pasien mengerti


efek samping dan reaksi yang perbedaan antara efek samping
tidak diinginkan. menggangu dan merugikan.

c. Tunjukkan tehnik penggunaan c. Penggunaan obat yang tepat


inhaler. meningkatkan keefektifannya.
Diagnosis keperawatan 6 : Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan
dengan retensi CO2, hypoksemia, emosi yang terpokus pada pernafasan
pada apnea tidur.
Tujuan : klien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan
tingkat energi saat terbangun.
Kriteria Hasil :
a. Mampu mendiskusikan penyebab keletihan.
b. Klien dapat tidur dan beristirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
c. Klien dapat rileks dan wajahnya cerah.
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan a. Diketahui faktor-faktor
individu. penyebab maka diharapkan
menghindarinya.

b. Hindari gangguan saat tidur. b. Tidak merupakan upaya


memulihkan kondisi yang telah
menurun setelah aktivitas.

c. Menganalisa bersama-sama c. Sekala Rhoten untuk


tingkat kelelahan dengan mengetahui tingkat kelelahan
menggunakan skala Rhoten yang di alami klien.
(1982).

d. Mengidentivikasi aktivitas- d. Kelelahan terjadi karena ketidak


aktivitas penting dan sesuai seimbangan antara kebutuhan
antara aktifitas dengan istirahat. aktifitas dan kebutuhan istirahat.

e. Ajarkan teknik pernafasan yang e. Pernafasan efektif dapat


efektif. membantu terpenuhnya O2
dijaringan.

f. Pertahankan tambahan O2 bila f. O2 digunakan untuk pembakran


latihan. glukosa menjadi energi.
g. Hindarkan penggunaan sedatif g. Sedatif dan hipnotif
dan hipnotif. melemahkan otot-otot
khususnya otot.

Diagnosis keperawatan 7 : Risiko tinggi ketidak patuhan yang


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi
perawatan diri pada saat pulang.
Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan keinginan untuk mengikuti
rencana pengobatan.
Kriteria hasil :
a. Klien mampu menyampaikan tentang kondisi perawatan diri pada saat
pulang.
b. Menggunakan alat-alat pernafasan yang tepat.
Initervensi Rasional
Mandiri
a. Bsntu mengidentifikasi faktor- a. Diketahuinya fakor pencetus
faktor pencetus serangan asma. mempermudah cara menghindari
serangan asma.

b. Ajarkan tindakan untuk b. Tindakan preventif merupakan


mengatasi asma dan mencegah salah satu upaya yang dilakukan
perawatan dirumah sakit. untuk memberikan pelayanan
secara komrehensip.

c. Anjurkan dan beri alternative c. Salah satu upaya preventif


untuk mengindari faktor adalah mengindarkan klien dari
pencetus. faktor pencetus.

d. Anjurkan dan berikan klien d. Klien dengan asma sering


mendemontrasikan latihan mengalami kecemaskan yang
pernafasan. mengakibatkan pola nafas tidak
efektif sehingga perlu dilakukan
latihan pernafasan.
e. Instruksikan klien untuk e. Infeksi terutama ISPA menjadi
melaporkan bila ada perubahan faktor penyebab serangan asma.
sputum, peningkatan sushu,
batuk, kelemahan nafas pendek
ataupun peningkatan berat badan
atau bengkak pada telapak kaki.

f. Jelaskan dan anjurkan untuk f. Perubahan yang terjadi


menghindari penyakit infeksi. menunjukkan perlunya
penanganan segera agar tidak
mengalami komplikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asma adalah peyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(Smeltzer, 2002 : 611).
Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh : Kontraksi otot sekitar
bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas, pembengkakan membrane
bronkus, bronkus terisi oleh mocus yang kental.
Menurut GINA, Tahun 2011 Klasifikasi asma berdasarkan tingkat
keparahnya dibagi menjadi empat yaitu : Step 1 (Intermitten) Step 2, (Mild
intermitten), Steep 3 (Moderate persistent), Step 4 (Severe persistent).
Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan gejala klinis
yaitu : Penderita bernafas cepat dan dalam, gelisah., duduk dengan menyangga
kedepan, serta tampak otot-otot membantu berkerja keras, sesak nafas, adanya
wheezing, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : CV. Trans Info Media
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : PUSTAKA
PELAJAR
Danusantoso, Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : EGC
Rab, Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : CV. Trans Media

Anda mungkin juga menyukai