Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING:

DI SUSUN OLEH:

ANNISA MUZRIAH 002STYC18

DESAK HARTAMI MALIK 008STYC18

EMA MAULINA 016STYC18

IIN HUSNIA DEVI 029STYC18

HENGKY SUTOMO 021STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi
besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah " Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa
sumber buku yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 29 September 2019

Kelompok 2
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3

2.1 Antropologi dan Budaya pada Respon Sakit ........................................................3

1.1.1 Pengertian Antropologi Budaya Kesehatan

BAB III PENUTUP .......................................................................................................35

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu: antropology
dan budaya atau kebudayaan.istilah antropologi berasal dari kata ntrhopos yang
berarti manusia:dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi istlah antropologi
berarti ilmu tentang manusia.
Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri.
Sedangkan manusia dengan segala seginya disebut merupakan obyek umum
yang dipelajari atau yang diselidiki berbagai ilmu.
Sakit adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan
gejala sakit secara subjektif dan objektif, sehingga penderita tersebut
memerlukan pengobatan untuk mengembalikan keadaan sehat.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor faktor lain diluar pernyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Antropologi dan Budaya pada Respon Sakit atau Nyeri
2. Definisi Antropologi Budaya dalam Kesehatan
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Antropologi dan Budaya pada Respon Sakit atau Ngeri
2. Untuk Mengetahui Definisi Antropologi Budaya dalam Kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Antropologi dan Budaya pada Respon Sakit atau Nyeri


Respon masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain. Karena tergantung dari kebudayaan yang
ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit
yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih di masyarakat
dapatturun dari generasi ke generasi yang berikutnya dan bahkan dapat
berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang
saat ini masih ada di beberapa penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di papua. makanan pokok penduduk papua adalah
sagu yang tumbh di daaerah rawa-rawa,tidak jauh dari mereka yang terdapat
hutan lebat.
Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa
gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggar dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah
pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman penyakit dengan gejala demam
tinggi, mengginggil dengan demam tinggi dan muntah-muntah. Penyakit
tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan,kemudian memetik daun dari pohon tertentu. Dibuat ramuan untuk
diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari
penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengeneai penyakit diperoleh dan ditentukan dari
penuturan sederhana dan mudah secara turun menurun. Misalnya, penyakit
akibat kutukan Allah, mahluk gaib,roh-roh jahat,udara busuk, tanaman berbisa,
binatang dan sebagiannya.
Pada sebagian penduduk pulau jawa,dulu penderita demam sangat tinggi
diobati dengan cara menyiram air dimalam hari. Air yang telah diberi ramuan
dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan
sebagai obat malaria.
2.2. Definisi Antropologi Budaya dalam Kesehatan
Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu: antropology
dan budaya atau kebudayaan.istilah antropologi berasal dari kata ntrhopos
yang berarti manusia:dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi istlah
antropologi berarti ilmu tentang manusia.
Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri.
Sedangkan manusia dengan segala seginya disebut merupakan obyek umum
yang dipelajari atau yang diselidiki berbagai ilmu.
Sakit adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan
gejala sakit secara subjektif dan objektif, sehingga penderita tersebut
memerlukan pengobatan untuk mengembalikan keadaan sehat.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor faktor lain diluar pernyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya.
Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satuhannya
dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat,
biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran dan laiin lain bidang ilmu
pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan
sakit di tinjau dari masing masing di siplin ilmu.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan deeradaptasi
denngnan lingkungan baik secara biologis, psikologis, maupun sosial
budaya.selama tahun tahun terakhir makin banyak ahli antropologi menaruh
minat pada masalah masalah kesehatan lingkungan biobudaya yang paling baik
dipelajari melalui apa yang di sebut Bates sebagi sebagai "pandangan
ekologis".
Pandangan ekologi terutama berguna dalam mempelajari masalah
masalah kesehattan dalam dalam program program internasional bagi
pembangunan dan moderensasi, karena sepertiyang kita lihat ini atau beberapa
waktu yang lalu proyek proyrk teknologi yang kurang di pahami setelah
dilaksanakan tanpa menyadari bahwa perubahan perubahan itu, bila tercapai,
akan menghasilkan sesuai perubahan rangkaian lain yang banyak diantaranya
justru mempengaruhi kesehatan. Tidak mengheran kan bahwa pandangan
ekologis cocok bagi ahli antropologi, karena kenyataan, pandangan itu
merupakan lanjutan dari lingkungan dan komunikatif biotiknya.
Dalam rangka pembangunan masyarakat desa, para ahli antropologi
sering diminta oleh dokter kesehatan masyarakat atau dokter ahli gizi untuk
membantu mereka untuk meneliti atau memberi data mengenai masalah
konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap
dukun, terhadap obat obat tradisional, terhadap kebiasaan dan pantangan
pantangan makan, dan sebagainya. Dengan demikian demikian timbulah
spesialis khusus, yaitu antropologi kesehatan (medikal antropology). Secara
tidak langsung tugsa antropolog mengenai kesehatan adalah mencari asal usul
perilaku masyarakat dalam menanggapi kasus yang terjadi dengan kesehatan
merka.
Salah satu peranan besar dari ahli antropologi kesehatan adalah untuk
menjelaskan mengennai kepercayaan dalam pelaksanaaan pelaksanaan medis
yang ada pada perencana kesehatan dan memberi saran saran tentang
bagaimana hal hal itu dapat di intregasikan denganpelaksanaan moderen yang
merupakan ciri dari perencana kesehatan pormal di semua negara.
Studi antropologis menekan pada unsur unsur budaya yang
mempengaruhi peran serta ini (misalnya tabu, kepercayaan tertentu mengenai
sakit penyaki, sikap hormat kepada yang maha kuasa di tunjukan), pandangan
dan penghayatan individu terhadap penyakit dan proses penyembuhannya.
Oleh karena itu studi antropologi lebih menekan pada unsur unsur budaya
sehingga untuk menggali permasalahan tentang menemukan unsur budaya
tersebut, maka metode penelitian yang digunakan lebih tepat dengan kualitatif.
Dari hasil penelusuran para ahli antropologi dalam pengumpulan data
mengenai penduduk tempat mereka berkerja terlihat jelas dalam suatu
kumpulan survei komperaktif yang luas mengenai kepercayaan tentang sebab
sebab penyakit.
Oleh karena itu antropolog menyimpulkan bahwa ada dua penyebab
orang sakit yaitu :
2.2.1. Secara personalistik (secara personal)
Secara personalistik adalah dimana penyakit (ilenss) di sebabkan
oleh intravensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk
yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat.) orang
yang sakit adalah korbannya, obat dari agresi atau hukuman yang di
tunjukan husus kepaanya untuk alasan alassan yang khusus menyangkut
dirinya saja.
Kepercayaan tentang kualitas penyakit yang personalistik
menonjol dalam data data medis dan kesehatan yang tercatat dalam
etnografi klasik tentang masyarakat masyarakat primitif" (masyarakat
yang belum berkembang). Hal ini termaksuut kelompok kelompok
seperti seperti penduduk pribumi. Sebagiian besar dari kelompok ini
(pada mualanya) relatif kecil, terisolir, buta aksara, dan kurang kontak
dengan peradaban tingi
2.2.2. Secara Naturalistik
Secara naturalistik penyakit di jelaskan dengan istilah sistemik
yang bukan pribadi.sistem sistem neuralistik di atas segalanya
mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur
unsur yang tepat dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh
(humor atau dosha), yin dan yang berada dalam seimbang menurut usia
dan kondisi individu dalam lingkungan alamia dan lingkungan
sosialnya.apabila keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah
timbulnya penyakit. Walaupun prinsip seseimbangan dalam sistem
sistem neuralistik dikspreesikan dalam berbagai cara, tulisan masakini
mengungkapkan peran utama panas, dingin, sebagai ancaman pokok
terhadap kesehatan.
Natural, nonsupranatural, dan empiris adalah istilah istilah yang
sejajar dengan predikat "naturalistik" namun dalam istilah
"supranatural" dan "magical" kurang tepat karena keduanya,
membutuhkan sejumlah agen yang secara konseptual berbeda. Istilah
supranatural menunjukan kepada suatu tata kehidupan yang melewati
batas alam nyata atau alam semmesta yang terlihat dan dapat
diamati.sistem sistem etiologi personalisti, dengan kata lain dalam
sistem personalistik penyakit hanya merupakan suatu kasus
khususdengan penjellasan tentang segala kemalangan. Penyakit bukan
merupakan suatu kategori yang terpisah dari kemalangan padda
umumnya.
Sebaiknya etiologi etiologi yang naturalistik hanya terbatas pada
penyakit penyakit tertentu; mereka tidak ada hubungannya dengan
kekeringan, gagalan perburuan, atau gangguan lain dalam hidupnya.
Dalam hal terdapatnya diktomi panas dingin, peranannya terbatas pada
penjelasan tentang penyakit dan bimbingan untuk pengobatannya.
Masyarakat mendefinisikan pentyakit dalam cara yang berbeda
beda dan gejala gejala yang diterima sebagai bukti adanya suatu
penyakit daalam suatu masyarakat.
Kajian antrologi kesehatan mengarah pada manusia dan
perilaku mengarah kepada seputar masalah kesehatan. Bagaimana
perilaku masyarakat yang sampai saat ini bertahan dengan pengobatan
tradisional, pelaksanaan keluarga berencana, pembukaan prakttik klinis
pengobatan medis, dan sebagainya.
Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur unsur
budaya penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (solita
sarwono, 1993). Definisi yang di buat solita ini masih sangat sempit
karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan
masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.
Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti
Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari
manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).Pengertian
antropologi kesehatan yang di ajukan Foster/ anderson merupakan
konsep yang tepat karena termaksud dalam pengertian ilmu
Menurut (Weafer)antropoli kesehatan adalah sebagai berikut:
Antropologi kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan
yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit
(Weaver,1968:1)
Menurut Hasan dan Prasad
Antropologi kesehatan adalah cabang dari ilmu menegenai
manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan
manusia(termasuk sejarahnya)dari titik tolak pandangan untuk
memahami kedokteran (medicol historical), hukum kedokteran
(medicol sosial)dan masalah-masalah kesehatan manusia (Hasan dan
Prasad,1959:2122)
Menurut Hochstrasser
Antopologi kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan
karya-karyanya yang berhubungan dengan kesehatan dan
pengobatan(Hochstrasser dan Tapp,1970:245
2.3. Faktor Predisposisi
2.3.1. Faktor Internal
1) Persepsi individu terhadap gejala dan sifat yang dialami klien akan
segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari.
2) Asal atau jenis penyakit. Pada penyakit akut dimana gejala relatif
singkat dan berat serta mungkin mengganggu funngsi pada seluruh
fungsi yang ada, maka klien biasanya akan segera mencari
pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama 6 bulan
sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang
ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi
yang diberikan hannya menghilangkan sebagian gejala yang ada,
maka klien tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi
yang ada.
2.3.2. Faktor Eksternal
1) Gejala yang dapat dilihat. Gejala yang terlihat dari suatu penyakit
dapat mempengaruhi citra tubuh dan perilaku sakit. Misalnya orang
yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih
cepat mencari pertoloongan dari pada orang yang mempunyai serak
tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala
bibir pecah-pecah yang dialami.
2) Kelompok sosial. Kelompok sosial klien akan mampu mengenali
ancaman penyakit,atau justru menyangkal potensinterjadinya suatu
penyakit. Misalnya ada dua orang wanita, sebut saja Ny. A dan
Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang
berada telah menemukan adanya benjolan pada payudaranya saat
melakukan SADARI. Kemudian mereka mendiskusikannya dengan
temannya masing-masing teman Ny.a mungkin akan mendorong
mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau
tidak.sedangkan teman Ny.B mungkin akan mengatakan itu
hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
3) Latar belakang budaya. Latar belakang budaya dan etik
mengajarkan bagaimana seseorang menjadi sehat. Mengenal
penyakit dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yanng dimiliki klien.
4) Ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia
akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan.
Sehingga ia akan segera menjadi pertolongan ketika merasa ada
gangguan pada kesehatannya. Kemudahan akses terhadap sistem
pelayanan. Dekatnya jarak klien dengan Rs, klinik atau tempat
pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka
dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan. Demikkian pula
beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar
dan mereka lebih suka untuk mengunjungi puskesmas yang tidak
membutuhkan prosedur yang rumit.
5) Dukungan sosial. Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi
atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi
tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan. Seperti seminar
kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan,
latihan(Aerobik,senam poco-poco dan lain-lain). Juga menyediakan
fasilitas olahraga seperti kolam renang,lapangan bola
basket,lapangan sepak bola dan lain-lain.
2.3.3. Faktor Presipitasi
Factor presipitasi adalah factor pencetus terjadinya gangguan
konsep diri pada setiap orang,
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut:
1. Internal

o Kelemahan.
o Rasa percaya diri menurun.
o Takut sakit.
o Hilang kontrol.
2. Eksternal
o Penganiayaan fisik.
o Kehilangan orang yang dicintai.
o Kritik.

Anda mungkin juga menyukai