Anda di halaman 1dari 20

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

DIVERSTY DALAM MASYRAKAT

Dosen Pengampu : Hafiz Zain Abdillah, M. Psi

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Dera Kurniawati 21100094

Danda Aryanda 21100072

Marsyhanda Salsabila 21100062

Miranti Febrianti 21100096

S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG 2022

TAHUN AJARAN 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur pada Allah, Tuhan Semesta Alam, yang mana telah
memberikan berbagai kemudahan dalam penyusunan makalah ini, dan
mampu selesai dalam waktu yang tepat. Tanpa terdapatnya rahmat berserta
pertolongan-Nya, maka makalah ini tidak akan berkapabilitas dalam
merampungkan makalah ini dengan sebaik mungkin. Bukan hanya itu saja,
juga sholawat dan juga salam diberikan pada Nabi Besar Muhammad
SAW sebagaimana syafa’atnya selalu kita tunggu-tunggu.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan yang melimpah kepada saya untuk menyelesaikan
disertasi saya tentang Keberagaman dalam Masyarakat. Makalah ini
disusun untuk melaksanakan tugas Kelompok Pakar Psikososial dan
Budaya dalam Masyarakat.

Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengalaman bagi


kita semua.
Kami melihat masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
maka kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Oleh karena itu, kami melakukan mediasi. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

D. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Diversity (Keragaman).................................................................3

B. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia.............................3

C. Pengaruh Keragaman dam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,


Bernegara, dan Kehidupan Global.....................................................................5

D. Problem Deskriminasi.....................................................................................7

E. Contoh Keberagaman dalam Keperawatan Keperawatan Asuhan............9

F. Prinsip Penilaian Budaya...............................................................................12

G. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural.............................14

H. Evaluasi...........................................................................................................15

BAB III PENUTUP.............................................................................................16

A. Kesimpulan.....................................................................................................16

B. Saran...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman muasalnya adalah dari kata “diversity” sebagaimana
mengacu pada KBBI berarti tindakan, jenis, musik yang dilanggan, warna corak ragi,
laras. Oleh karena itu, keragaman berarti berbagai jenis masalah. Berkaitan dengan
kemajemukan, jenis kebhinekaan yang kami maksud di sini adalah keadaan dari
khalayak atau publik dimana sejatinya terdapat suatu diversifikasi pada berbagai
aspek atau bidang, utamnya dari segi suku serta ras, religi, dan juga suatu kepercayaan,
pandangan dunia, adat istiadat, kondisi ekonomi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini,
yang disebutkan sebagai suku bangsa ialah mereka yang menghuni suatu kawasan di
Indonesia mulai dari bagian Sabang hingga Merauke yang sejatinya amat bervaiasi.
Diferensiasi atas ras, disisi yang lainnya, hadir dari kelompok besar orang yang dalam
hal ini punya suatu karakteristik biologis eksternal yang serupa misalnya ialah rambut,
warna kulit, mata, ukuran kepala serta ukuran tubuhnya.

B. Rumusan Masalah

1. Keanekaragaman dalam Masyarakat Apa yang dimaksud dengan gender?

2. Bagaimana keragaman mempengaruhi masyarakat?

3. Apa alternatif pemecahan masalah dalam masyarakat multikultural?

4 Bagaimana contoh keberagaman dalam dunia Keperawatan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui diversity (keragaman) dalam masyarakat

2. Untuk mengetahui pengaruh diversity (keragaman) dalam masyarakat

1
3. Untuk mengetahui alternative dalam pemecahan masalah dalam masyarakat
multikultur

4. Mengidentifikasi keragaman dalam pengasuhan

D. Manfaat

1. Mampu mengidentifikasi keragaman dalam masyarakat

2. Mampu melihat dampak keragaman dalam masyarakat

3.Mampu menemukan cara alternatif untuk memecahkan masalah dalam


masyarakat multikultural

4. Mengidentifikasi keragaman dalam pengasuhan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diversity (Keragaman)


Keanekaragaman muasalnya ialah dari terminologi “diversity” sebagaimana
mengacu pada KBBI berarti tindakan, jenis, musik yang dilanggan, warna corak ragi,
laras. Keanekaragaman karena itu berarti mencakup berbagai jenis hal.
Keanekaragaman di sini mengacu pada keadaan masyarakat. Ada perbedaan di
banyak bidang, yang mana dalam hal ini utamanya ialah suku dan ras, agama dan
kepercayaan, ideologi, praktik sopan santun, dan kondisi ekonomi.

B. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia

1. Suku Bangsa dan Ras

Yang disebut suku bangsa ialah mereka-mereka yang menghuni


kawasaan di teritorial Indonesia yang dari Sabang hingga Merauke, dimana
hal ini sejatinya amatlah beragam. Dengan banyaknya jumlah masyarakat
yang ada ini, maka terdapat berbagai ciri biologis yang serupa misalnya ialah
rambut, warna dari kulit, ukuran dari tubuh, mata, berserta dengan ukuran
dari kepala. Negara ini, khususnya di bagian Sulawesi Barat serta kawasan-
kawasan sekitarnya mencakup dalam ras Melayu-Mongoloid Muda. Dalam
hal ini dikecualikan bagi suku Batak berserta Toraja dimana ia sendiri masuk
dalam suku Mongoloid Melayu Purba yang lokasinya adalah pada bagian
Timur Indonesia dimana hal ini mencakup ras Austroloid, dimana dalam hal
ini adalah bagian dari NTT. Kelompok paling besar yang dalam hal ini tak
mencakup kelompok pribumi dalam hal ini ialah kelompok Cina yang
mencakup juga Atlantik Mongoloids.

2. Agama dan Keyakinan


Agama dalam hal ini memiliki makna sebagai suatu ikatakan dimana
wajib untuk dipegang serta diikuti oleh masyarakat. Korelasi yang ada dalam
hal ini ialah muasalnya dari kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan

3
manusia yang menjadi suatu kekuatan paranormal di luar jangkauan panca
indra. Tetapi dalam hal ini tentunya berimbas besar pada kelangsungan hidup
tiap harinya. Agama dalam hal ini bertindak sebagai keyakinan amat berat
apabila diukur dengan cara yang akurat serta terperinci. Hal ini tentunya juga
mampu membuat para ahli mengalami kesulitan dalam menyematkan suatu
definsi yang sesuai dengan agama itu sendiri. Mengacu pada Robert H.
Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berkonsentrasi pada Tuhan atau
dewa-dewa sebagai kriteria penentu yang tidak boleh diabaikan. Dalam
praktiknya, fungsi agama dalam masyarakat meliputi:
a. Fungsi pendidikan: Ajaran agama memiliki fungsi hukum yang
boleh dan tidak boleh dilakuka
b. Fungsi perbaikan
c. Fungsi sebagai perdamaian
d. Fungsi Kontrol Sosial
e. Fungsi sebagai pemulia ras dan solidaritas 6. Fungsi transformasi
f. Fungsi kreatif
g. Fungsi kreatif

Ada bukti bahwasannya agama berserta kepercayaan sendiri .

3. Tata Krama

Adab, yang dalam terminologi bahasa Jawa memiliki makna "adat


sopan santun, basa-basi", secara fundamental adalah segala perbuatan,
tingkah laku, adat istiadat, salam, perkataan, dan keterampilan mengikuti
aturan atau norma tertentu. Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh
masyarakat. Tata krama sendiri sejatinya tercipta dari berbagai regulasi jika
dalam hal ini mampu ditaati, diekspektasikan akan mampu menghasilkan
suatu interaksi sosial yang mampu memberikan ketertiban dan juga
efektivitas sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat lokal. Terdapat
berbagai suku bangsa di Indonesia yang masing-masing memiliki adat
istiadatnya masing-masing, namun dikarenakan terdapatnya sosialisasi atas
nilai berserta dengan norma sebagaimana hal ini diturunkan dari generasi
satu ke generasi yang lainnya, maka masyarakat yang dalam hal ini adalah

4
suku yang sama akan punya berbagai adat dan juga kemartabatan yang relatif
serupa pula.

4. Kesenjangan Ekonomi

Bagi kebanyakan negara, perekonomian akan menempati strata yang


termasuk atas dalam mendapatkan atensi dimana didalamnya wajib terdapat
suatu peningkatan. Tetapi secara general, masyarakat dalam hal ini berada
pada golongan level ekonomi middle lower class. Tentu saja hal ini menjadi
suatu pemicu aanya kesenjangan dimana hal ini tak mampu dihindari lagi.

5. Kesenjangan Sosial

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk dengan kelas yang


berbeda dan kesetaraan sosial hierarkis, jelas terlihat dengan membagi orang
ke dalam kasta. Hal ini dapat menyebabkan ketimpangan sosial, yang tidak
hanya menyakitkan tetapi juga berbahaya bagi perdamaian sosial. Bukan
hanya itu, tetapi juga memicu perang antar suku dan suku.

C. Pengaruh Keragaman dam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara,


dan Kehidupan Global
Berdirinya bangsa Indonesia dengan latar belakang sosial yang begitu beragam,
baik secara teknis, biografis, budaya, dan agama. Kita tidak bisa memungkiri
keragaman bangsa kita. Oleh karena itu, kita harus menciptakan wadah
pengembangan budaya suku dan agama yang dapat diterima oleh warga negara
Indonesia. Isu kesukuan dan persatuan bangsa di Indonesia menunjukkan bahwa
negara multietnis membutuhkan budaya nasional yang mengungkapkan identitas
nasional dan peran rasa solidoritas secara nasional yang ada pada masyarakat secara
luas.

Ide kebudayaan nasional yang menyangkut kesadaran dan jati diri bangsa
digagas ketika bangsa kita belum merdeka. Manusia pada mulanya diciptakan
sebagai makhluk yang memiliki nilai keselarasan di dalamnya. Perbedaan, baik
jasmani maupun rohani, sebenarnya adalah kehendak Tuhan yang dijadikan sebagai
kemungkinan untuk menciptakan kehidupan yang memelihara toleransi.Kebudayaan

5
yang berbeda saling melengkapi, mewarisi tindakan dan perilaku kita bersama
dengan garis kehidupan nasional.

Bahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka mampu beradaptasi satu sama lain,
namun kerapnkali terjadi suatu yang berkebalikan. Direfernsiasi yang ada malah
memicu adanya ketegangan antar relasi diantara anggota masyarakat. Hal ni
sebagaimana dikarenakan sifat fundamental dimana dalam hal ini menjadi bagian
dari masyarakat yang pluralistik, dimana hal ini berlinier dengan apa yang
diterangkan oleh Van de Berghe:

Adanya segmentasi pada berbagai kelompok yanga capkali mempunyai


berbagai kultural yang terdiferensiasi.

1. Terdapat suatu struktur sosial yang dibagikan menjadi lembaga non-


pelengkap
2. Tiadanya konsensus pada berbagai member masyarakat yang berkaitan
dengan value sosial yang fundamental.
3. Konflik sering muncul antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

4. Secara relatif, integrasi tumbuh melampaui dorongan-dorongan yang


saling bergantung dalam perekonomian

5. Dominasi politik satu kelompok atas kelompok lain.

Realitas di atas dapat menumpulkan pluralitas yang ada dan harus disikapi dengan
sikap keterbukaan, memiliki logika, dan juga dewasa. Selain keterbukaan serta
kedewasaan yag ada, isu-isu seperti etnis, kelompok, kelas, status dan kelas, status
sosial ekonomi, jenis kelamin, status fisik, usia, orientasi sexuality, pandangan
ideologis dan politik, dll. Dapat membahayakan integritas. Bukan hanya batas
negara dan kebangsaan sendiri.

a. Disharmonisasi, adalah ketidaksesuaian diversifikasi diantara manusia


dengan lingkungannya. Ketidakharmonisan disebabkan oleh virus
Paparox yang hadir dalam globalisasi. Sehingga globalisasi dengan
demikian mengesampingkan keunikan dan keragaman Indonesia
sebagai pemain kunci untuk mempromosikan persatuan global dan
komunikasi gaya hidup untuk maju bersama, bebas serta mampu

6
berharmonisasi pada suatu tatanan dunia.Komunikasi rakyat menarik
masyarakat dunia..
b. Perilaku diskriminatif pada etnis atau kelompok sosial yang spesifik
dimana hal ini menimbulkan suatu isu yang lainya, misalnya ialah
kesenjangan di berbagai aspek dimana tentu ini tidak mengandung
suatu kebermanfaatan bagi kelangsungan hidup berbangsa dan negara.
c. Eksklusivitas, realitas berasal dari superioritas, karena berbagai alasan.
Keyakinan bahwa suatu kelompok lebih unggul dari
ras/etnis/kelompok lain

Terdapat beberapa hal yang mampu untuk dilaksanakan dalam rangka untuk membuat
scope masalah menjadi kecil dimana hal ini disebabkan oleh dampak negatif dari
adanya pluralistik yakni:

1) Motivasi religius
2) Motivasi nasionalisme
3) Motivasi pluralisme
4) Motivasi humanisme
5) Dialog bagi para pemeluk agama yanga da
6) Menciptakan suatu pola komunikasi dimana dalam hal ini baik untuk
melaksanakan interaksi ataupun konfigurasi relasi antara religi, mass media,
dan juga harmoniasi atas dunia.

Keterbukaan, sikap dewasa, pemikiran global integratif dan rasa solidaritas dalam
menghadapi sejarah adalah aset utama untuk mencapai bangsa yang bersatu dalam
keragaman dan keragaman di Vinneka Tungal Ika. Semua bentuk ketidaksetaraan
menjadi lebih dekat, dan semua keragaman dianggap sebagai kekayaan nasional.

D. Problem Deskriminasi
Diskriminasi baik pada individu atau grup dimana dalam hal ini orang tersebut
berlandaskan atas ras, agama, suku, golongan, serta status dan juga golongan sosio-
ekonomi, sex atau gender, keadaan fisik, umur, orientasi sex, keyakinan, serta
perspektif politik yang dimilikinya dimana hal ini membedakan antara perbatasan
dan kebangsaan. .

7
Tuntutan persamaan hak bagi semua manusia didasarkan pada prinsip hak asasi
manusia Hak asasi manusia bersifat universal, selalu tidak dapat dipisahkan dan
saling tergantung Rasisme, fanatisme agama dan sikap yang berdasarkan
diskriminasi wajib untuk dilihat sebagai tindakan yang menjadi kendala atas adanya
perkembangan kesetaraan demokrasi berserta penegak hukum dalam rangka
membuat negara ini maju dan juga memajukan aspek HAMnya.

PASAL 218 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 ditegaskan: Undang-Undang Nomor 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menegaskan: "setiap orang berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu." Sementara itu pasal 3 UU No 1999 tentang HAM telah
menegaskan bahwa " setiap orang di lahirkan bebas dengan harkat dan martabat
yang sama dan sederajat.” Ketetapan tersebut sejatinya merupakan suatyu
pelandasan hukum yang menjadi fundamental atas prinsipal non-diskrominasi di
negara ini.

Pada dasarnya, dicantumkannya asas ini ialah pada bagian awal berbagai pasal
dimana hal ini adalah berbagai instrumen hukum yang melakukan pengaturan atas
HAM dimana hal ini memperlihatkan bahwasannya diskriminasi sendiri telah
menjelma menjadi suatu realitas yang problematis. Masyarakat internasional
mengakui bahwasannya diskriminasi masih ada di banyak bagian dunia.

1. Masyarakat internasional memberi pengakuan bahwasanya


diskriminasi masih ada di banyak bagian dunia
2. Prinsip non-diskriminasi dalam hal ini harus mengacu pada
sepakatnya diantara bangsa dalam rangka untuk hidup dalam
lingkup perdamaian, kebebasan, serta keadilan.

Dalam demokrasi, diskriminasi harus dihilangkan dengan adanya persamaan


pada aspek law, dan perlakuan yang sama merupakan salah satu perwujudan ideal
mengacu pada keberlangsungan kehidupan dalam berdemokrasi. Namun, berbagai
kajian dan kajian memperlihatkan bahwasannya situasi di Indonesia terkini belum
sepenuhnya memperlihatkan suatu implementasi prinsip persamaan di depan hukum

8
Masalah lain yang muncul dan patut mendapat perhatian adalah runtuhnya
bangsa-bangsa. Dari penelitian yang dilakukan dalam berbagai kasus disintegrasi
negara dan pembubaran negara, kita dapat menyimpulkan bahwa ada enam faktor
utama yang secara bertahap dapat menyebabkan penghapusan penyebab utama dari
proses tersebut.

a. Kegagalan kepemimpinan
b. Krisis ekonomi yang kronis dan diprediksi akan terjadi sangat lama
c. Krisis politik
d. Krisis sosial
e. Demoralisasi tentara dan polisi
f. Intervensi asing

E. Contoh Keberagaman dalam Keperawatan Keperawatan Asuhan


keperawatan

Keperawatan merupakan suatu serangkaian aktivitas praktik keperawatan dimana


dalam hal ini dilimpahkan pada klien dan bersesuaian dengan sebagaimana konteks
dari kulturnya. Tergantung pada budaya klien, perawatan ternyata menjadi orang-
independen.

1. Proses keperawatan (Transkultural Nursing)

Model konseptual sebagaimana diusung oleh Leininger diilustrasikan


dalam bentuk sunrise model untuk menjelaskan keperawatan dalam konteks
budaya. Geisser (1995) dimana dalam hal ini memberi suatu pernyataan
bahwasannya proses dari keperawatan ini dimanfaatkan oleh perawat sebagai
suatu dasar untuk memikirkan masalah klien dan memberikan solusi (Andrew
dan Boyle, 1995). Penatalaksanaan keperawatan dilakukan melalui tahapan
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Pengkajian

Pengkajian dalam hal ini ialah suatu tahapan dalam menghimpun


berbagai data guna melaksanakan suatu identifikasi isu kesehatan client yang
bersesuaian dengan hal yang melatarbelakangi klien khussunya di bidang

9
budaya (Giger and Dafithizar, 1995). Pengkajian dalam hal ini dibuat mengacu
pada 7 elemen yang terdapat pada "sunrise model" yaitu :

a. Faktor teknologi (tecnological faktors)

Teknologi kesehatan dalam hal ini membuat individu menjadi mungkin


dalam hal pemilihan atau menerima saran untuk memecahkan masalah
perawatan kesehatan. Pengasuh harus mendidik klien mereka tentang
persepsi mereka tentang kesehatan dan penyakit, kebiasaan pengobatan
mereka atau mencari solusi atas isu kesehatan, dimana dalam hal ini
alasannya adalah pencarian bantuan medis, alasan mereka bahwasnanya
menentukan pengobatan alternatif, adopsi, atau pengaplikasian.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religios and philosophical factors)

Agama dalam hal ini merupakan simbolik dalam membawa pada


berbagai pandangan yang amatlah realistis dari para pemeluk-
pemeluknya. Agama dalam hal ini memberi suatu motivasi yang amatlah
kuat dalam hal penempatan kebenaran diatas berbagai hal yang ada, atau
bahkan pada kehidupan yang dipunyai oleh individu. Faktor agama dalam
hal ini yang dipertimbangkan oleh perawat mengacu pada:

1) Agama sebagaimana yang dianutnya;


2) Status dari perkawinan;
3) Pandangan klien yang berkaitan dengan sebab dari
suatu penyakit yang ada;
4) Metode dalam pengobatan;
5) Serta praktik keagamaan yang dalam hal ini mampu
memberikan kebermanfaatan bagi kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini meliputi nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat lahir, jenis kelamin, status, jenis keluarga, pengambilan

10
keputusan keluarga, hubungan dengan klien dan klien. hubungan harus
dievaluasi. Kepala rumah tangga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and live ways)

Nilai kultural dalam hal ini diperumuskan dan ditentukan oleh mereka
yang menganuti suatu budaya, baik buruknya. Norma budaya adalah
aturan yang dicirikan oleh penerapan eksklusif mereka kepada anggota
budaya yang bersangkutan. Dalam hal ini yang butuh pengkajian lebih
lanjut ialah status berserta dengan kedudukan, kepala keluarga, bahasa
yang diterapkan, habitus dalam makan, makanan yang tidak
diperbolehkan dalam suatu keadaan medis tertentu seperti: Penyakit yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan kebiasaan membersihkan

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Hanya regulasi serta kebijakan dari RS yang berlaku dimana hal ini
mampu terdeterminasi dengan aktivitas individu dalam dunia
keperawatan antar budaya (Andrew dan Boyle, 1995). Yang perlu Anda
perhatikan pada tahap ini adalah aturan dan kebijakan
mengenai jam kunjungan, banyaknya anggota keluarga yang bisa
menunggu, dan cara pembayaran untuk pelanggan yang diproses.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Client yang dalam hal ini dirawat di RS menggunakan sumber daya


material untuk membiayai penyakit mereka dan memungkinkan
pemulihan yang cepat. Faktor ekonomi yang disurvei perawat antara lain
adalah profesi dari klien, sumber biaya atas pengobatan, tabungan yang
dipunyai oleh keluarga, biaya yang lainnya dari sumber diluar hal yang
telah disebutkan (asuransi, biaya kantor, atau patungan dari keluarganya).

g. Faktor pendidikan (education factors)

Latar belakang pendidikan klien merupakan pendidikan formal paling


tinggi saat ini menurut pengalaman klien. Semakin terdidik klien,
semakin besar kemungkinan keyakinan yang dimiliki oleh klien dimana
hal ini umumnya disupport dengan berbagai bukti ilmiah yang masuk

11
diakal. Serta dalam hal ini makin baiknya individu dalam belajar serta
beradaptasi dengan budaya yang ada dengan status kesehatan
sebagaimana dimilikinya. Berbagai hal yang perlu dipertimbangkan
dalam hal ini ialah level pendidikan dari klien, kategori pendidikannya,
kapabilitasnya dalam belajar dengan aktif serta mandiri dalam hal untuk
menghindarkan pengalaman nyeri yang berulang.

F. Prinsip Penilaian Budaya:


1. Tidak diperkenankan menggunakan asumsi
2. Tidak diperkenankan membuat stereotip yang dapat menimbulkan konflik.
3. Menerima dan Memahami Cara Komunikasi
4. Menghormati Perbedaan Individu
5. Menghormati Kebutuhan Pribadi Setiap Individu
6. Tidak Membedakan Keyakinan Klien
7. Mempertimbangkan Kebutuhan Individu Responsnya sesuai dengan latar
belakang budaya klien dan kemungkinan intervensi dicegah, diubah atau
dikurangi melalui keperawatan. (Giger dan Dafitisar, 1995).

Ada tiga diagnosa keperawatan yang biasa dibuat dalam keperawatan interkultural.

a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon sesuai dengan konteks budaya klien dan
dapat dicegah, dimodifikasi, atau dikurangi dengan intervensi keperawatan.
(Giger dan Dafitisar, 1995). Terdapat setidaknya tiga diagnosis atas keperawata
dimana dalam hal ini umumnya dibuat dalam keperawatan interkultural,
gangguan dalam komunikasi verbal dikarenakan terdapat perbedaan atas kultur
atau budaya yang ada, dan juga takpatuhnya pada pengobatan yang berelevansi
dengan system nilai sebagaimana telah terdapat keyakinan didalamnya.

b. Perencanaan dan pelaksaan

Perencanaan dan implementasi dalam keperawatan interkultural merupakan


proses keperawatan yang tidak terpisahkan. Perencanaan dalam hal ini ialah suatu
tahapan dalam menentukan strategi yang bertepatan, implementasi sendiri ialah
suatu langka dalam pengambilan tindakan yang bersesuaia dengan kultural dari
klien (Giger dan Dafihizar, 1995).Tiga pedoman ditawarkan untuk keperawatan

12
transkultural (Andrew dan Boyle, 1995). Ini berarti melestarikan budaya klien
ketika tidak bertentangan dengan kesehatan, menghormati budaya klien ketika
kurang menguntungkan bagi kesehatan, dan menghormati budaya klien ketika
budaya klien menantang kesehatan, budaya berubah.

1) Cultural care preservation/maintenance/


Pemeliharaan budaya terjadi ketika budaya pasien konsisten dengan
kesehatan. Perencanaan dan pemberian asuhan dilakukan sesuai dengan nilai-
nilai relevan yang telah dimiliki klien untuk meningkatkan atau
mempertahankan kondisi kesehatannya, misalnya budaya olahraga setiap pagi.
a) Mengidentifikasi perbedaan konseptual antara klien dan pengasuh
mengenai proses kelahiran dan perawatan bayi.
b) Bersikap tenang dan santai saat berinteraksi dengan pelanggan.
c) Diskusikan perbedaan budaya antara klien dan perawat.
2) Cultural care accomodation/negatiation /

Negosiasi budaya intervensi dan pemberian asuhan pada tahap ini


dilakukan untuk membantu klien beradaptasi dengan budaya tertentu yang
lebih bermanfaat bagi kesehatannya. Contoh Ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani lain jika klien hamil tidak makan bau ikan:

a) Gunakan bahasa yang dimengerti klien


b) Sertakan anggota keluarga dalam rencana perawatan
c) Jika konflik tidak diselesaikan, menegosiasikan kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, perspektif klien, dan
standar etika

3) Cultual care repartening/reconstruction/

Restrukturisasi budaya client dalam hal ini dilaksanakan jikalau


budaya yang dipunyainya dalam hal ini mampu membuat status kesehatan
yang ada mengalami kerugian. Dengan demikian pada akhirnya perawat
berusaha dalam melaksanakan restrukturisasi gaya hidup dari client yang
ada yang umumnya merokok kemudian tak lagi merokok. Pola

13
perencanaan hidup yang ditentukan umumnya lebih terdependensi dan
bersesuaian dengan sebagaimana keyakinan yang ada dianutnya

a) Memberi suayu kesempatan bagi klien yang ada untuk


mencerna informasi sebagaimana diberikan dan
dilaksanakannya.
b) Menentukan level diferensiasi antar pasien dalam memandang
dirinya dari budaya kelompok
c) Gunakan pihak ketiga bila perlu

d) Terjemahkan terminologi gejala pasien kedalam bahasa


kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua

e) Berikan informasi pada klien terkait system pelayanan


kesehatan dari perawat serta klien dimana dalam hal ini wajib
untuk memahami kultural masing-masing lewat akulturasi, yakni
suatu tahapan dalam melakukan identifikasi atas persamaan dan
diferensiasi budaya yang pada akhirnya akan membuat berbagai
kultur menjadi kaya. Jikalau dalam hal ini perawat tak memahami
kultur yang dimiliki oleh klien, maka dalam hal ini akan timbul
suatu perasaan tak percaya yang akhirnya berelasi terapeutik
diantara perawat berserta klien akan mengalami gangguan.
Pemahaman budaya dalam hal ini amat mendasari efektif tidaknya
dan juga kesuksesan yang ada dalam menghadirkan relasi antara
peraway dan klien yang sifatnya terapeutik.

G. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural


Kemampuan untuk mengintegrasikan perbedaan yang beragam dan keragaman
budaya berdasarkan ikatan solidaritas. Salah satu pengembangan dari konsep
toleransi keragaman budaya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
multikultural dalam bentuk mengakui dan menoleransi perbedaan individu dan
kesetaraan budaya.

Masyarakat multikultural memungkinkan orang-orang dari kelompok etnis yang


berbeda untuk hidup berdampingan, bertoleransi dan menghormati satu sama lain.

14
Selain itu, alternatif solusi keragaman budaya di Indonesia antara lain
pengembangan simbol komunikasi verbal dan tertulis, norma-norma yang disepakati
dan disahkan sebagai pedoman bersama, dan nilai-nilai sebagai kerangka acuan yang
dilakukan melalui interaksi antar budaya.

H. Evaluasi

Pengkajian keperawatan interkultural didasarkan pada keberhasilan klien dalam


mempertahankan budaya sehat, mengurangi budaya tidak sehat klien, atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya klien.
Berdasarkan pengkajian, dapat ditunjukkan bahwa asuhan adalah responsif terhadap
konteks budaya klien..

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keragaman berasal dari kata ragam yang mengacu pada KBBI memiliki
makna yakni tingkah laku, kategori jenis, lagu musik langganan, laras, warna corak,
dan lain sebagainya. Sehingga dengan demikian bisa dimaknai bahwasannya
keragaman sendiri ialah beragam dan juga berjenis dimana maksudnya ialah keadaan
masyarakat dimana terdapat berbagai diferensiasi di berbagai bidang utamanya ialah
suku bangsa, ras, agama, keyakinan, ideologi, dan lain sebagainya.

B. Saran
Sebagai mahasiswa sudah semestinya untuk tahu bagaimana menyikapi ketika
berada dalam kondisi masyarakat multikultural, dalam hal penanganan permasalahan
wajib bersesuaian dengan norma sebagaimana dianut oleh tiap-tiap suku yang ada.
Hal ini perlu dilakukan supaya tak ada suatu perselisihan atau masalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bagir, zainal(2015). Harmoni dalam keberagaman. Yogyakarta


Endah, Kusmaryani(2018). Pendidikan Multikultural sebagai Alternatif
Penanaman Nilai Moral Dalam Keberagaman. Yogyakarta
Muhidur(2017). Pendidikan Multikultural Bagi Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia
Tumanggor,Rusmin(2017). Pendidikan Multikultural Bagi Masyarakat.Jakarta: PT
Gramedia

17

Anda mungkin juga menyukai