Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan. Contoh katanya: kecil, merah, bundar, gaib dan ganda. Selanjutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat, yang mengacu ke suatu keadaan. Contoh katanya: mabuk, sakit, basah, baik, dan sadar. Adjektiva juga dicirika oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak.di samping adjektiva contoh: anak itu sangat kuat. Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata lebih dan paling di muka adjektivanya. Contoh: saya lebih senang di sini daripada di sana. B. Adjektiva dari Segi Perilaku Semantisnya Kelas adjektiva menunjukan adanya dua tipe pokok: adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan adjektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. - Adjektiva Bertaraf 1. Adjektiva Pemeri Sifat. Contohnya: aman, bersih, cocok. 2. Adjektiva Ukuran. Contohnya: berat, ringan, tinggi, panjang. 3. Adjektiva Warna. Contohnya: merah, kuning hijau,merah bata, merah jambu,merah delima,kuning langsat, hijau lumut. 4. Adjektiva Waktu. Contohnya: lama, segera, jarang. 5. Adjektiva jarak. Contohnya: jauh, dekat. 6. Adjektiva sikap batin. Contohnya: bahagia, bangga, benci. 7. Adjektiva cerapan. Contohnya: penglihatan (gemerlap, suram), pendengaran (bising, gurau jelas), penciuman ( harum, wangi), perabaan (kasar, halus, keras), pencitarasaan (asam, manis, pahit) - Adjektiva Tak Bertaraf Adjektiva tak bertaraf menempatkan acuan nomina yang diwatasinya di dalam kelompok atau golongan tertentu. Kehadirannya di dalam lingkungan itu tidak dapat bertaraf-taraf. Sesutu ada di dalamnya atau di luarnya. Contoh: abadi, gaib, ganda, gasal. Adjektiva bentuk termasuk ke dalam adjektiva tak bertaraf, contohnya: lonjong, bundar, bulat, bengkok. C. Adjektiva dari Segi Perilaku Sintaksisnya 1. Fungsi Atributif Adjektiva yang merupakan pewatas dalam prasa nominal yang nominanya menjadi subjek, objek, atau pelengkap dikatakan secara atributif. Tempatnya sebelah kanan nomina. Contoh: buku merah, harga mahal. Jika pewatasnya lebih dari satu, rangkaian pewatas itu lazimnya dihubungkan oleh kata yang. Contohnya: baju putih yang panjang dan bersih 2. Fungsi Predikatif - Adjektiva yang menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausa dikatakan dipakai secara predikatif. Contoh: gedung yang baru itu sangat megah Jika subjek atau predikat kalimat berupa prasa atau klausa yang panjang, demi kejelasan batas antara subjek dan predikat itu kadang-kadang disisipkan kata adalah. Contoh: yang disarankan padamu itu (adalah) baik. - Adjektiva dapat juga merupakan inti frasa adjectival. Selaku inti frasa, adjektiva dapat diwatasi dengan berbagai pemerkahan, seperti pemerkah aspekulasi dan pemerkah modalitas yang di tempatka di debelah kiri atau di sebalah kanan. Contoh: Tidak bodoh, tidak keras kepala, tidak berbahaya, sakit lagi, kaya juga. 3. Fungsi adverbial atau keterangan Adjektiva yang mewatasi verba yang menjadi predikat klausa dikatakan dipakai secara adverbial atau sebagai keterangan. Pola struktur adverbial itu dua macam (1)(dengan) + (se) + adjektiva+(-nya) yang dapat disertai reduplikasi dan (2) perulangan adjektiva. Contoh : Bekerja dengan baik Terbang tinggi-tinggi D. Pertarafan Adjektiva, meliputi: 1. Tingkat kualitas, terdiri dari : Tingkat positif, yang memberikan kualitas atau intensitas maujud yang diterangkan, dinyatakan oleh adjektiva tanpa pewatas. Contoh : Indonesia kaya akan hutan. Ketiadaan kualitas dinyatakan dengan pemakaian pewatas seperti tidak atau tak. Contoh : daerah itu tidak kaya akan sumber daya alam. Tingkat intensif, yang menekankan kadar kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan pemakaian pewatas benar, betul atau sungguh. Contoh : Pak Asep setia benar dengan pekerjaannya. Ketiadaan intensitas atau kualitas yang sungguh-sungguh atau mutlak dinyatakan dengan pewatas sama sekali tidak, tidak..sama sekali, atau tidakseditkit juga/pun. Contoh : adik saya sama sekali tidak sombong. Tingkat elatif, yang menggambarkan tingkat kualitas atau intensitas yang tinggi, dinyatakan dengan pemakaian pewatas amat, sangat, sekali. Contoh : sikapnya sangat angkuh ketika menerima kami. Termasuk juga dalam tingkat elatif adjektifa yang berbentuk mahadan adi Contoh : mahasuci dan adikuasa. Tingkat eksesif, yang mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang berlebih, atau melampaui batas kewajaran, dinyatakan dengan memakai pewatas terlalu, terlampau, dan kelewat. Contoh :mobil itu terlalu mahal. Dapat juga dinyatakan dengan penambahan konfiks ke-an pada adjektiva. Contoh : anda membeli mobil itu kemahalan. Tingkat augmentative, yang menggambarkan naiknya tingkat kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan pemakaian pewatas makin.., makinmakin, atau semakin Contoh : makin banyak peserta makin baik. Tingkat atenuatif, yang memberikan penurunan kadar kualitas atau pelemahan intensitas, dinyatakan dengan pemakaian pewatas agak atau sedikit. Contoh : saya merasa agak tertarik membaca novel itu. Pada adjektiva warna, dinyatakan dengan bentuk ke-an yang direduplikasi. Contoh : wana bajunya kekuning-kuningan 2. Tingkat Bandingan, meliputi : Tingkat ekuatif, mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang sama atau hampir sama. Peranti bahasa yang digunakan ialah bentuk klitik se- yang ditempatkan di depan adjektiva. Contoh : Tuti secantik ibunya. Dapat juga dinyatakan dengan pemakaian sama+adjektiva+-nya+ dengan diantara dua nomina atau sama+adjektiva+-nya di belakang dua nomina yang dibandingkan. Contoh : Kota Garut sama ramainya dengan kota Ciamis. Tingkat komparatif, mengacu ke kadar kualitas atu intensitas yang lebih atau kurang. Pewatas yang dipakai ialah lebih.dari (pada),kurang.dari (pada), dan kalah.dengan/dari(pada) Contoh : mangga arumanis lebih enak daripada mangga golek. Tingkat superlative, mengacu ke tingkat kualitas atau intensitas yang paling tinggi diantara semua acuan adjektiva yang dibandingkan. Tingkat itu dalam kalimat dinyatakan dengan pemakaian afiks ter- atau pewatas paling di muka adjektiva yangbersangkutan. Dapat juga diikuti frasa yang berpreposisi dari, antara, diantara, dari antara beserta nomina yang dibandingkan. Contoh : Toni yang paling pandai diantara semua mahasiswa. Bentuk superlative yang menarik ialah bentuk yang digabungkan dengan frasa numeralia. Contoh : Bandung ialah kota terbesar (yang) kedua setelah Jakarta. Meskipun ter- dan paling bermakna sama, pemakaian ter- lebih terbatas. Pada umumnya pemakaian ter- tidak dipakai dalam bentuk-bentuk adjekyiva seperti berbahaya, menyedihkan dan menggembirakan. Contoh : Pak Dukun adalah pembunuh wanita yang terberbahaya.(salah) Pak Dukun adalah pembunuh wanita yang paling berbahaya.(benar) E. Adjektiva dari segi bentuknya 1. Adjektiva dasar (monomorfemis), merupakan bentuk yang monomorfemis, meskipunada yang berbentuk pengulangan semu. Contoh : besar hati-hati Merah sia-sia 2. Adjektiva turunan (polimorfemis), merupakan hasil pengafiksan tentang tingkat ekuatif dengan prefix se- dan tingkat superlative dengan prefix ter-. Serta hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas. Nomina Adjektiva Getar gemetar Guruh gemuruh Adjektiva Adjektiva Gilang gemilang Serbak semerbak Verba Adjektiva Sambung sinambung a) Adjektiva bersufiks i, -iah, atau wi, -wiah, memiliki dasar nomina yang berasal dari bahasa Arab. Contoh : Nomina adjektiva adjektiva Alam alami alamiah Hewan hewani Dunia duniawi b) Adjektiva bersufiks if, -er,-al,-is, diserap dari bahasa Belanda atau bahasa Inggris di samping nomina yang bertalian makna. Contoh : Nomina adjektiva Aksi aktif Komplemen komplementer Teknik teknis c) Adjektiva bentuk berulang dap[at muncul apabila berfungsi predikat atau adverbial. Perulangan itu terjadi melalui cara perulangan penuh, perulangan sebagian, dan perulangan salin suara. Contoh : Buah rambutan itu kecil-kecil Pertanyaan itu dijawabnya secara awur-awuran. Pakaiannya compang-camping. d) Adjektiva gabungan sinonim atau antonym Contoh : Aman sejahtera lemah gemulai Arif bijaksana muda belia Cantik jelita pecah belah Tua muda baik buruk Kaya miskin besar kecil e) Adjektiva majemuk, meliputi : Gabungan morfem terikat dan bebas Contoh : Adikodrati paranormal Antarbangsa serbaguna Asusila subtropis Ekstrakurikuler swasembada Mahakuasa tunawisma Gabungan morfem bebas, meliputi : Contoh : Baik budi busung lapar Bebas tugas buta huruf Besar kepala hampa udara Lepas landas setia kawan Lintas budaya terang cuaca Termasuk di dalamnya bentuk-bentuk yang tergolong idiom. Contoh : Berat hati kuat iman Besar hati kurang ajar Besar mulut lemah semangat Iri hati panjang tangan Kotor mulut rendah hati Termasuk di dalam adjektiva yang berupa idiom itu adalah adjektiva yang mengandung perulangan. Contoh : Hangat-hangat tahi ayam Hangat-hangat kuku Jinak-jinak merpati Malui-malu kucing Tua-tua keladi F. Adjektiva dan Kelas Kata Lainnya Ada golongan adjectiva yang dihasilkan dari verba dan nomina lewat proses transposisi. Transposisi, yang mengubah kelas kata tanpa mengubah bentuk , dianggap penurunan dengan afiksasi nol. Antara lain : 1. Adjektiva Deverbal Ada sekelompok verba dalam bahasa Indonesia yang tanpa perubahan bentuk dapat berfungsi sebagai adjektiva. Verba-verba ini pada mulanya diturunkan dari kata dasar yang dibubuhi dengan afiks-afiks tertentu seperti (i) meng-, (ii) meng-kan, (iii) ter-, dan (iv) ber-. Contoh : meng- ( menarik, memukau, memikat, mencekam) Mengkan- (menggembirakan) Ter- ( terkenal, terharu ) Ber- ( beruntung, berbahaya ) Masing-masing kata dalam sekelompok di atas dapat berfungsi sebagai verba. Verba pada kelompok (i) dan (ii) dapat diikuti oleh nomina, dapat juga dipakai sebagai adjektiva. Artinya nomina yang ada sesudah verba tidak harus hadir, terutama bila nomina ini merujuk pada kita sebagai pembicara atau pada orang dalam arti yang umum. Selain itu sebagai adjektiva bentuk-bentuk ini tertentu dapat pula dibubuhi pewatas seperti : paling, sangat, atau lebih, sehimgga terbentuklah frasa adjectival. Pada verba kelompok (iii) juga dapat berprilaku sebagai adjektiva sehingga verba-verba ini dapat pula dibubuhi pewatas paling, sangat, agak. Sedangkan verba pada kelompok (iv) dapat diwatasi oleh pewatas adjektiva seperti paling, lebih dan agak. 2. Adjektiva Denominal Adjektiva denominal tidak terlalu banyak junlahnya. Ada dua proses morfologis yang dapat dikemukakan. Diantaranya : a. Adjektiva bentuk pe(r)- atau peng- Kelompok adjektiva ini berasal dari nomina yang mengandung makna yang ber-.atau ysng meng-. Contoh : pelupa, pemalas, pengampun, pengasih, penyayang. b. Adjektiva bentuk ke-an dengan reduplikasi. Adjektiva yang berpola ke-an dengan reduplikasi memberikan sifat mirip dengan apa yang diungkapkan oleh nomina yang menjadi dasar bentuk itu. Proses penurunan itu adalah melalui pembentukan nomina abstrak dengan konfiks ke-an yang kemudian direduplikasi secara parsial. Contoh : Nomina Nomina Adjektiva Ibu Bapak Barat Keibuan Kebapakan kebaratan Keibu-ibuan Kebapak-bapakan Kebarat-baratan
Kontributor ELI SITI NURHAYATI (0903133/17) ELI RATNA SUMINAR (0903134/18) ANA SUSANA (0903136/04)