Anda di halaman 1dari 13

1

MODUL PERKULIAHAN

W312100012 – Perilaku
Organisasi

Perbedaan Kelompok Kerja dan


Tim Kerja

Abstrak Kompetensi

Pada Modul ini diharapkan Mampu mengidentifikasi dan


Mahasiswa mampu menganalisis tim kerja. (CPMK 3)
menjelaskan tim kerja

Latar Belakang
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

09
Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Fakultas Ekonomi dan Bisnis S1 Manajemen
Secara konseptual, Robbins and Judge (2013) memberikan pengertian terhadap perilaku
organisasi sebagai suatu bidang studi yang menginvestigasi dampak individu, kelompok,
maupun struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud mengaplikasikan
pengetahuan tersebut guna memperbaiki efektivitas organisasi. Sebagai suatu bidang
studi, Perilaku Organisasi mempelajari tiga determinan dalam organisasi yaitu individu/
perorangan, kelompok, dan struktur.

Perilaku organisasi menerapkan pengetahuan tentang perilaku yang dikaitkan dengan


aktivitas kerja dan hasil kerja anggota organisasi. Ada dua hal fokus perilaku organisasi
yaitu tindakan (actions) dan sikap (attitudes) dari orangorang dalam organisasi
(Ratmawati dan Herachwati, 2007). Bidang studi perilaku organisasi ini merupakan ilmu
pengetahuan yang diturunkan dari studi tentang tindakan dan sikap manusia. Sebagai
suatu bidang studi, perilaku organisasi terdiri atas suatu kumpulan teori maupun model
sebagai Ways of Thinking tentang fenomena tertentu. Perilaku organisasi sebagai ilmu
pengetahuan yang dipelajari guna menyelesaikan berbagai masalah perilaku manusia
dalam organisasi, menawarkan tantangan untuk memahami berbagai kompleksitas
organisasi. Hal ini sangat mendukung pemahaman bahwa banyak persoalan organisasi
mempunyai berbagai sebab, sehingga pendekatan penyelesaian persoalan organisasi
mengacu pada kondisi dan situasi manusia dalam organisasi yang bersangkutan.

George & Jones (2002) menyatakan perilaku organisasi adalah sebagai suatu studi
tentang berbagai faktor yang mempengaruhi tindakan (act) individu dan kelompok dalam
organisasi serta bagaimana organisasi mengelola lingkungannya. Dalam hal ini George &
Jones, sebagaimana juga Robbins and Judge (2013) maupun Gordon (2002), memberi
gambaran bahwa studi tentang perilaku organisasi ini menyediakan serangkaian alat yaitu
konsep-konsep dan teori-teori yang dapat membantu orang memahami, menganalisis,
dan menjelaskan perilaku dalam organisasi. Bagi para manajer, mempelajari perilaku
organisasi dapat membantu memperbaiki, mendorong, atau merubah perilaku kerja, baik
individu, kelompok maupun organisasi secara keseluruhan sehingga organisasi dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perilaku
organisasi sangat fokus pada “Human Side of Management” sehingga pendekatan bidang
ini dalam manajemen adalah pendekatan keperilakuan (Behavioral approach to
management). Pengetahuan yang diperoleh dengan mempelajari perilaku organisasi ini
dapat membantu manajer mengidentifikasi problem, menentukan bagaimana cara
koreksinya, dan mengetahui bahwa perubahanperubahan akan membuat suatu
perbedaan, yakni dengan mengunakan pendekatan keperilakuan.

2021 Perilaku Organisasi


2 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Bagian Isi
Pengertian Tim

Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas tentang pengertian Kelompok, berikut
kita membahas pengertian tim menurut para pakar.
1. Menurut Burn (2004) istilah tim didefinisikan sebagai sebuah kelompok kerja yang
terdiri dari beberapa orang dengan kompetensi yang setara, dimana mereka
bekerja secara interdependen/ketergantungan dalam melaksanakan pekerjaan di
satu organisasi.
2. Hare (dalam Burn 2004) menyebutkan bahwa sesama tim adalah kelompok, tetapi
tidak semua kelompok dapat dikategorikan sebagai tim. Di sini, istilah tim merujuk
pada kelompok kerja yang terdiri dari beberapa individu yang memandang diri
mereka, dan dipandang oleh lingkungan kerjanya, sebagai sebuah kesatuan
sosial.
3. Menurut McShane dan Von Glinov (2008) tim adalah kelompok yang
beranggotakan dua atau lebih orang yang melakukan interaksi dan saling
berpengaruh, bertanggung jawab agar tujuan objektif organisasi dapat tercapai,
dan memposisikan diri mereka sebagai satu kesatuan sosial organisasi.
4. Menurut Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Cummings dan Worley
(2001) tim adalah satu set interaksi interpersonal yang terstruktur untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Tim terdiri dari dua orang atau lebih individu yang
menyadari adanya interdependensi yang positif dan interaksi dalam mencapai
tujuan bersama.

Tim Kerja

Team work (kerja tim) adalah aktivitas atau proses yang meliputi kegiatan berbagi
informasi mengenai masalah yang sedang dihadapi dan bekerjasama dalam
memecahkan masalah tersebut (Kerrin & Oliver, 2002).
Berbeda dengan pengertian team work (kerja tim) sebagai suatu proses, kelompok kerja
atau work team menurut:

2021 Perilaku Organisasi


3 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Robbins dan Judge (2013), Tim kerja adalah kelompok yang upaya-upaya
individunya menghasilkan kinerja yang lebih besar daripada jumlah dari masukan-
masukan individual.
2. Sedangkan menurut David W. Johnson & Frank P. Johnson, work team adalah
sekumpulan interaksi interpersonal yang terstruktur untuk (1) memaksimalkan
keahlian dan kesuksesan anggota dalam pekerjaannya dan (2) mengkoordinasi
dan menyatukan usaha tiap anggota ke anggota yang lain dalam tim.
Menurut Robbins, Tim kerja memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
1. Memiliki tujuan kinerja bersama bersifat kolektif,
2. Memiliki sinergi yang positif,
3. Merupakan tanggung jawab dari perorangan dan bersama,
4. Setiap orang memiliki kompetensi yang saling melengkapi.

Perbedaan Kelompok dan Tim

Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4
variabel yaitu: Sasaran, Sinergi, Akuntabilitas, dan Keahlian. Perbedaannya dapat dilihat
dalam skema-skema berikut :

1. Sasaran
a. Kelompok: Berbagi informasi, saling membantu membuat keputusan
kinerja masing-masing.
b. Tim: Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha bersama.
2. Sinergi
a. Kelompok : Netral (kadang negatif)
b. Tim : Positif melalui usaha yang terkoordinasi
3. Akuntabilitas
a. Kelompok : Individu tidak saling melengkapi
b. Tim : Individual dan saling melengkapi

2021 Perilaku Organisasi


4 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Keahlian
a. Kelompok : Acak dan jarang
b. Tim : Saling mengganti

Sementara itu, Tewal (2017) membedakan Kelompok dan Tim berdasarkan 6 variabel
yaitu: Tujuan, Sinergi, Akuntabilitas, Keterampilan, Hasil Kerja dan Kepemimpinan beda
lengkapnya sebagai berikut :

Tipe-tipe Tim Kerja

Robbins dan Judge (2013), mengklasifikasi empat tipe tim yang paling umum sebagai
berikut:
1) Tim pemecahan masalah (Problem-Solving Teams),
2) Tim kerja yang mengelola diri sendiri (Selfmanaged work teams),
3) Tim lintas fungsional (Cross-Functional Teams),
4) Tim virtual (Virtual Teams).
1) Tim pemecahan masalah (Problem-Solving Teams)
Tim pemecah masalah dibentuk untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi organisasi seperti peningkatan kualitas, efisiensi, lingkungan kerja dan
lain-lain. Tim ini umumnya terdiri dari 4 - 12 orang dari departemen yang sama,
mereka saling berbagi gagasan dan menawarkan saran untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Jarang sekali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara
unilateral (sendirinya) menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal
yang dikenal sebagai bentuk Tim Problem-Solving adalah Lingkaran Kualitas.

2021 Perilaku Organisasi


5 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2) Tim kerja pengelolaan diri (Self-managed work teams)
Tim yang tidak hanya dapat memecahkan masalah, tetapi juga memikul tanggung
jawab sepenuhnya akan hasil-hasilnya. Tim ini umumnya terdiri atas 10 hingga 15
orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab
ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian
pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur
pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri
anggotanya.
3) Tim Lintas Fungsional (Cross-Functional Teams)
Tim yang terdiri dari individu yang memiliki tingkat hirarki yang sama tapi dari
bidang kerja (departemen, bidang atau bagian) yang bebeda untuk menyelesaikan
suatu tugas. Tim lintas fungsional ini bertujuan meningkatkan komunikasi dan
penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan produktivitas
dan kepuasan klien. Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999
hingga Juni 2000 manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu
staf teknologi informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa
cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-
21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka
pernah berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”,
demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi,
menguji perbedaan antara proyek- proyek berjangka cepat dan lambat, dan
mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM
bisa mempercepat produksinya.
4) Tim Virtual (Virtual Teams)
Tim virtual adalah kelompok yang menggunakan teknologi komputer dan sistem
informasi sebagai alat untuk koordinasi dengan orang-orang yang terpisah secara
fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang
saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan oleh yuridiksi
negara bahkan benua. Tim virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang
tim-tim lainnya, terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan
perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang
sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain
semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Tim Virtual berbeda dengan tim-tim lain yang face-to-face dalam tiga hal yaitu:
a. Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;
b. Terbatasnya konteks sosial, dan

2021 Perilaku Organisasi


6 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
c. Kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.
Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan peran verbal seperti nada
suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman
muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan
komunikasi, tetapi kini hal-hal tersebut nihil di dalam tim virtual. Tim virtual
mengalami kekurangan laporan sosial yang manusiawi akibat interaksi langsung
yang kecil diantara para anggotanya.

Tim Kerja Efektif


Menciptakan tim yang efektif adalah ketika para individu dapat melakukan pekerjaannya
dengan lebih baik seperti memecahkan permasalahan dengan sempurna.

Menurut Stephen, dan Timothy (2008) ada 4 komponen utama yang membentuk tim kerja
yang efektif, antara lain terdiri dari:
a. Konteks, sumber dan pengaruh kontekstual lain yang menjadikan tim tersebut efektif
terdiri dari:
1) Sumber daya yang memadai; dimana mencakup informasi yang tepat waktu,
peralatan yang tepat, kepegawaian yang memadai, dorongan, dan bantuan
administratif.
2) Kepemimpinan dan struktur; seorang pemimpin harus menentukan jadwal,
ketrampilan yang perlu dikembangkan, cara kelompok tersebut dalam
menyelesaikan konflik, serta membuat dan mengubah keputusan.

2021 Perilaku Organisasi


7 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3) Evaluasi kinerja, terdiri dari upah per jam yang tetap, insentif individual. Namun
selain mengevaluasi dan memberi penghargaan untuk para karyawan atas
kontribusi individual mereka, manajemen harus mempertimbangkan penilaian
berbasis tim, pembagian laba, pembagian pendapatan, insentif tim, dan modifikasi
sistem lain yang akan menguatkan usaha dan komitmen tim.
b. Komposisi tim, kategori ini meliputi variabel-variabel yang berhubungan dengan
bagaimana kepegawaian tim harus disusun, yang terdiri dari:
1) Kemampuan para anggota, terdiri atas tim yang membutuhkan banyak pemikiran
(misalnya, menyelesaikan sebuah masalah yang rumit), tim yang berkemampuan
tinggi (terdiri atas orang-orang yang pintar) bekerja secara baik, dan pemimpin tim
harus orang yang pandai sehingga dapat membantu para anggota dalam
mengerjakan sebuah tugas.
2) Personalitas atau kepribadian, model kepribadian Big Five terbukti relevan dengan
Efektivitas tim, diantaranya terdiri dari kecocokan, sikap berhati-hati, keterbukaan
terhadap pengalaman dan stabilitas emosional cenderung mendapat penilaian
manajerial yang lebih tinggi untuk kinerja tim.
3) Pengalokasian peran; para manajer harus dapat memahami kekuatankekuatan
individual yang dihadirkan oleh setiap anggota dalam sebuah tim. Ada sembilan
peran tim yang potensial, yaitu:
 Penghubung, tugasnya mengkoordinasi danmengintegrasikan.
 Pencipta, tugasnya mengajukan ide-ide yang kreatif.
 Promotor, tugasnya memperjuangkan ide-ide setelah diajukan.
 Penilai, tugasnya menawarkan berbagai pilihan analisis yang berwawasan.
 Organisator, tugasnya memberikan struktur-struktur.
 Produser, tugasnya memberikan penghargaan dan tindakan lanjutan.
 Pengontrol, tugasnya memeriksa detail-detail dan menjalankan peraturan.
 Pemeliharaan, tugasnya memerangi berbagai perlawanan eksternal.
 Penasihat, tugasnya mendorong pencarian informasi yang lebih banyak.
Peran utama dari sebuah tim dapat dilihat dari Gambar sebagai berikut:

2021 Perilaku Organisasi


8 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4) Keragaman anggota; sebuah tim memiliki keragaman dalam hal kepribadian,
gender, usia, pendidikan, spesialisi fungsional, dan pengalaman. Terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa tim akan memiliki karateristik-karateristik
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif.
5) Ukuran Tim; tim-tim besar memiliki kesulitan untuk dapat saling berkoordinasi,
terutama ketika terdapat tekanan waktu. Dengan demikian, para manajer atau
pimpinan harus berusaha mempertahankan jumlah anggota yang kurang dari 10
orang dalam merancang tim yang efektif.
6) Fleksibiltas Anggota; tiap anggota harus fleksibel dimana harus mampu
menyelesaikan tugas anggota lain, karena hal ini merupakan nilai tambah untuk
sebuah tim kerja dan dapat meningkatkan kemampuan adaptasi untuk tidak terlalu
bergantung pada satu anggota saja.
7) Preferensi Anggota; ketika memilih anggota tim kerja, preferensi individual harus
dipertimbangkan seperti halnya kemampuan, kepribadian dan keterampilan.
c. Rancangan pekerjaan,tim yang efektif harus bekerja sama dan menerima tanggung
jawab secara kolektif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang signifikan, terdiri dari:

2021 Perilaku Organisasi


9 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1) Kebebasan dan hak otonomi; wewenang untuk melaksanakan setiap tindakan
yang disarankan oleh pimpinan, mengelola sendiri untuk bertukar informasi,
mengembangkan gagasan baru dan memecahkan masalah serta
mengkoordinasikan proyek yang rumit.
2) Keanekaragaman keterampilan; ada tiga jenis keterampilan yang harus dimiliki
oleh sebuah tim untuk melakukan rancangan suatu pekerjaan, yaitu keahlian
tekhnis, keterampilan untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dan
keterampilan antarpersonal lainnya, seperti keterampilan mendengarkan, memberi
umpan balik, resolusi konflik.
3) Identitas tugas; kemampuan menyelesaikan seluruh tugas atau produk yang dapat
diidentifikasikan.
4) Kepentingan atau arti tugas; rancangan suatu pekerjaan atau proyek memiliki
pengaruh yang substansial pada orang lain.
d. Proses, mencerminkan hal-hal yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi Efektivitas
suatu tim kerja, terdiri dari:
1) Tujuan tim; terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah
sebuah visi yang berarti memberikan pengarahan, momentum dan komiten untuk
para anggotanya. Sedangkan tujuan khusus adalah perubahan dari tujuan umum
menjadi tujuan kinerja yang realistis, yang dapat diukur dan khusus.
2) Tingkat konflik; konflik-konflik tugas menstimulasi diskusi, mendorong penilaian
kritis untuk berbagai masalah dan pilihan, dan dapat menghasilkan keputusan tim
yang lebih baik.
3) Efektivitas tim; tim yang efektif memiliki rasa percaya diri dalam diri tiap individual
sebuah tim.
4) Kemalasan sosial (social loafing), merupakan sinergi negatif yang bersembunyi
didalam sebuah tim kerja. Tim yang efektif harus mengurangi kecenderungan ini
dengan cara membuat diri mereka bertanggung jawab dalam tingkat individual dan
tingkat tim.

Faktor yang mempengaruhi kualitas tim kerja

Griffin, Patterson and West (2001) dalam Purba (2020) menyebutkan beberapa faktor
yang dapat memengaruhi kualitas tim kerja di antaranya adalah:
a. Rasa saling percaya antar rekan kerja. Kualitas Teamwork yang baik dalam
organisasi akan tercapai jika di antara pegawai dapat menumbuhkan rasa percaya
terhadap rekan kerja. Rasa percaya diantara sesama rekan kerja akan

2021 Perilaku Organisasi


10 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
memudahkan komunikasi dan koordinasi sehingga proses penyelesaian pekerjaan
menjadi lebih mudah.
b. Anggota tim melakukan pengayaan pekerjaan agar tujuan kelompok tercapai.
Anggota tim dapat merasakan dan memahami pekerjaan yang dilakukan oleh
rekan kerja yang lain merupakan alasan mengapa pengayaan pekerjaan penting
untuk dilakukan. Karena anggota tim akan memahami kesulitan yang dirasakan
oleh rekan kerja agar tujuan kelompok tercapai.
c. Anggota tim mendapatkan kebebasan untuk lebih otonom. Anggota tim mudah
untuk mengambil keputusan karena mendapatkan kebebasan berkreasi ketika
menghadapi masalah dalam pekerjaan dan kesempatan untuk menunjukan
kemampuan mereka secara optimal.
d. Kepercayaan mengenai tanggung jawab dan peran anggota tim. Pemberian
kepercayaan mengenai tanggung jawab dan peran kepada anggota tim perlu
dilakukan agar mereka tidak menyalahkan rekan kerja yang lain ketika
berhadapan dengan masalah dalam pekerjaan.
e. Umpan balik antar anggota tim. Pemberian umpan balik perlu dilakukan kepada
semua anggota tim agar mereka mengetahui cara memperbaiki kesalahan dalam
melakukan pekerjaan sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan bersamaTim
dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan merupakan tolak ukur keberhasilan
dari sebuah tim.

Lencioni (2006) dalam Purba (2020) menyebutkan bahwa terdapat lima disfungsi yang
harus diatasi oleh anggota tim, yaitu:
a. Tidak ada rasa saling percaya. Tidak ada rasa saling percaya membuat tim sulit
untuk memberikan kritik yang baik dan menerima keritik tersebut dari anggota tim.
b. Takut terhadap konflik. Tim yang saling percaya tidak takut untuk turut andil dalam
diskusi yang penuh semangat seputar keputusan penting dan permasalahan bagi
keberhasilan organisasi.
c. Anggota tim kurang memiliki komitmen. Anggota tim perlu menguasai kemampuan
untuk bermeski tidak setuju tetapi tetap berkomitmen pada tim.
d. Menghindari tanggungjawab. tanggungjawab ialah kesediaan untuk saling
mengingatkan antar anggota tim ketika salah satu anggota tim tidak sesuai
dengan standar kinerja kelompok.
e. Kurang memberikan perhatian terhadap hasil. Tim yang berfokus pada hasil
menetapkan ukuran keberhasilan mereka sendiri.

2021 Perilaku Organisasi


11 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Burn, S. M. (2004) Groups Theory and Practice. Canada: Thomson & Wadsworth.
Cummings, T.G. dan C.G. Worley, (2001), Organization Development and Change, 7th
ed., South-Western College Publishing, Mason, Ohio, USA
Duha, Timothius. (2018) Perilaku Organisasi. Penerbit Deepublish.
Firmansyah, M. Anang. (2018). Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran). Yogyakarta:
Penerbit Deepublish
Griffin, M. A., Patterson, M. G. and West, M. A. (2001) ‘Job satisfaction and teamwork:
The role of supervisor support’, Journal of Organizational Behavior: The International
Journal of Industrial, Occupational and Organizational Psychology and Behavior,
22(5), pp. 537–550.
Hery. (2018) Soal – Jawab Perilaku Organisasi. PT Grasindo.
Johnson, D.W. & Johnson, F.P. (2000) Joining Together: Group Theory and Group Skills.
USA, Allyn & Bacon.
Kerrin, M. and Oliver, N. (2002) ‘Collective and individual improvement activities: the role
of reward systems’, Personnel review.
Lencioni, P. (2006) The five dysfunctions of a team. John Wiley & Sons.
McShane, Steven L. & Von Glinow, Mary Ann.(2008). “Organizational Behavior“. Fourth
Edition. McGRAW-Hill International, United States of America.
Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior. Fifteenth Edition, Pearson.
Boston.
Purba, S., dkk. (2020). Perilaku Organisasi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Stepphen P. Robbins and Timothy A. Judge. (2015). Organizational Behavior. 16th
edition. Pearson Eduction Inc.
Steve McShane and Mary Ann Von Glinow. (2017). Organizational Behavior. 5th edition.
Mc Grawhill.
Sudiro, A. (2021). Perilaku Organisasi. Bumi Aksara.
Thian, A. (2021) Perilaku Organisasi. Penerbit ANDI.
Tewal, B., Adolfina, Pandowo, Merinda Ch. H., Tawas, Hendra N. (2017) Perilaku
Organisasi. CV. Patra Media Grafindo Bandung.

2021 Perilaku Organisasi


12 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Wattimena, Dolly. (2019). Thesis: Pengaruh Motivasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap
Komitmen Organisasi Dan Kinerja Pegawai (Studi Pada Balai Besar Karantina
Pertanian Makassar). Universitas Hasanuddin Makassar.
Wibowo. (2014). Prilaku Dalam Organisasi. Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Wayan Gede Supartha dan Desak Ketut Sintaasih, (2017), Perilaku Organisasi, Teori,
Kasus, dan Aplikasi Penelitian, Denpasar: CV. Setia Bakti

2021 Perilaku Organisasi


13 Dr. Catur Widayati, SE.,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai