Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERFORMANCE in GROUPS

Mata Kuliah : Psikologi Kelompok

Dosen Pengampu : Suci Zahratul Liza, S.Psi., M.Psi. Psikolog

Disusun Oleh

Kelompok 9 :

Annisa (2007101130034)

Marlia ( 2007101130093)

Safra Ulfa ( 2007101130035)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini yang
telah membimbing penulis untuk memperdalam ilmu tentang Kinerja dalam Kelompok

Makalah ini dibuat dengan tujuan, untuk bisa mengetahui hal-hal mengenai performance
dalam sebuah kelompok.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi panduan bagi kita untuk
mempelajari lebih dalam mengenai materi-materi yang bersangkutan dengan kinerja dalam
kelompok

Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis guna untuk
penyempurnaan makalah ini

Bireuen, 3 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................iii

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................5
1.3 Tujuan ...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................6

2.1 Performance atau Kinerja Kelompok ...........................................................6


2.2 Social Facilitation in Groups ........................................................................7
2.3 Process Losses in Groups .............................................................................9
2.4 Process Gain in Groups ................................................................................12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................17

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................18


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah kinerja secara mentah dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk mengetahui
tujuan akhir yang ingin dicapai oleh individu, kelompok maupun organisasi. Dalam arti ini
kinerja atau performance merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat prestasi atau kebijakan kelompok maupun individu.
Orang-orang bergabung dalam kelompok untuk menyelesaikan sesuatu. Kelompok
adalah pekerja dunia, pelindung, pembangun, pengambil keputusan, dan pemecah masalah.
Ketika individu menggabungkan bakat dan energi mereka dalam kelompok, mereka
mencapai tujuan yang akan membanjiri individu. Orang-orang yang bekerja secara kolektif
pasti menghadapi masalah dalam mengoordinasikan upaya mereka dan memaksimalkan
upaya, tetapi kelompok adalah wadah kreativitas.
Di makalah ini, kita akan membahas lebih jauh mengenai bagaimana kinerja individu
dalam sebuah kelompok yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan serupa
Apakah orang bekerja lebih baik sendiri atau bersama orang lain?
Apakah orang bekerja sekeras ketika dalam kelompok seperti ketika mereka bekerja sendiri?
Mengapa kelompok lebih berhasil ketika mengerjakan beberapa tugas dan tidak mengerjakan
yang lain?
Langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mendorong kreativitas dalam kelompok?
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas dengan detail mengenai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan performance atau kinerja kelompok?
2. Bagaimana Social Facilitation dalam sebuah kelompok?
3. Jelaskan bagaimana bisa terjadinya Process Losses in Group?
4. Uraikanlah bagaimana cara dalam meningkatkan Process Gain in Group?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan dimaksud dengan performance atau kinerja kelompok.
2. Untuk menjelaskan fenomena Social Facilitation dalam performance sebuah kelompok.
3. Untuk mengetahu bagaiaman proses terjadinya Process Losses in Group.
4. Untuk menjelaskan bagaimana meningkatkan Process Gain in Group.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Performance atau Kinerja


Kinerja adalah sinergi dari pencapaian sasaran kerja perwujudan kompetensi kerja dalam
mencapai kinerja yang optimal. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor kompetensi yang
bersangkutan, tuntutan jabatan, dan lingkungan dimana ia bekerja.
Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya”.
Menurut Keban (2004) kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan
sebagai “penampilan”, “unjuk rasa” atau “prestasi”. Hal ini juga sependapat dengan yang
dikatakan Mangkunegara (2008 : 67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance yakni prestasi kerja atau prestasi yang ingin dicapai
dalam suatu kelompok.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006 :25).Kinerja adalah
seperangkat keluaran (outcome) yang dihasilkan oleh pelaksanaan fungsi tertentu selama
kurun waktu tertentu.
Setiap individu memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan jabatan
yang dimiliki, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan tentunya harus berdasarkan waktu
yang ditetapkan. Individu tidak dikatakan maksimal dalam bekerja jika tidak memiliki
perilaku yang baik dalam kerjanya. Perilaku yang baik dalam bekerja tentunya harus
berkualitas, memiliki kemampuan berinisiatif dan mampu bekerja sama dengan rekan
maupun atasannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kinerja adalah tampilan kerja tentang bagaimana dan apa yang dikerjakan seseorang
berdasarkan tanggung jawab yang diembankan kepada suatu individu dalam kelompok.
a). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu dalam Kelompok

Tiga kelompok variabel sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan potensi
individu dalam kelompok :

a. Variabel individu, meliputi :


 Kemampuan/keterampilan fisik
 Latar belakang keluarga (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman)
 Demografi ( umur, asal usul dan jenis kelamin)
b. Variabel kelompok
 Kepemimpinan
 Reward
 Struktur dan desain pekerjaan
c. Variabel individu (psikologis), meliputi :
 Mental (intelektual)
 Persepsi
 Sikap
 Kepribadian
 Belajar
 Motivasi

2.2 Social Facilitation dalam Kelompok


Social Facilitation Theory adalah kecenderungan orang untuk tampil berbeda bila di
hadapan orang lain daripada saat sendirian. Dibandingkan dengan penampilan mereka saat
sendirian, ketika di hadapan orang lain, mereka cenderung tampil lebih baik dalam tugas
sederhana atau tugas-tugas yang sudah dia latih tetapi akan tampil lebih buruk pada tugas
yang kompleks dan baru.
Ketika Anda menguasai dengan baik, maka kehadiran orang lain dapat meningkatkan
performance Anda. kondisi itu disebut dengan fasilitasi sosial (Bordens & Horowitz, 2008).
Penelitian tentang fasilitasi sosial berawal oleh Norman Triplett (1898) yang menyatakan
bahwa pembalap sepeda dalam berkompetisi lebih cepat jika dilakukan dengan pembalap lain
daripada dilakukan sendirian. Dia mengajukan hipotesis bahwa dengan kehadiran orang lain
akan memberikan stimulasi psikologis yang dapat meningkatkan performance (Forsyth &
Burnette, 2010).

Untuk menguji hipotesis tersebut, Norman Triplet (1898) melakukan eksperimen


psikologi sosioal pada anak-anak di laboratorium. Anak-anak diminta untuk menggulung
senar pada alat pancing secepat mungkin. Hasilnya anak-anak bekerja lebih cepat ketika
bersama orang lain dibandingkan ketika mereka bekerja sendiri (dalam Myers, 2012).

Kehadiran orang lain tidak hanya berdampak positif, tetapi juga dapat berdampak negatif.
Kapan itu terjadi? ketika kehadirian orang lain dapat menghambat kinerja individu, maka
kondisi itu disebut dengan hambatan sosial (social inhibition). Jadi, Individu dapat tampil
lebih baik dihadapan orang lain jika dengan tugas yang diberikan mudah, sementara ketika
tugas yang diberikan sulit, kehadiran orang lain dapat menghambat perfomance individu.

Menurut Zajonc (dalam Forsyth dan Burnette, 2010) hambatan sosial terjadi jika
individu tidak menguasai tugas, kompleks, tidak mencoba atau tidak pernah dilakukan
sebelumnya.Ada tiga hal yang dapat menjelaskan kenapa kehadiran orang lain atau social
facilitation dapat meningkatkan atau memperburuk kinerja individu, hal tersebut antara lain :
 Peningkatan arousal (keterbangkitan).
Kehadiran dapat meningkatkan arousal. Peningkatan arousal akan meningkatkan
usaha, yang berdampak meninggkanya performance. Hal terjadi jika individu memiliki
penguasaan yang baik akan tugasnya. Jika tidak maka akan mengalami hambatan sosial
(Zajonc dalam Bordens & Horowitz, 2008 ).

 Persepsi individu akan penilaian orang lain


Persepsi individu akan penilaian orang lain akan menimbulkan fasilitasi sosial atau
hambatan sosial. Kekhawatiran penilaian tentang akan apa yang dilakukan individu
disebut dengan evaluation apprehension. kehadiran orang lain akan meningkatkan
evaluation apprehention. Konsekuesnsinya, individu yang memiliki orentasi negatif
terhadap situasi cenderung mengalami penurunan performance, sedangkan yang memiliki
orentasi positif menunjukkan performance yang baik (Uziel, 2007).

 Proses kognitif dalam sosial fasilitas


Proses kognitif dalam sosial fasilitas, yaitu distraction- conflict theory. Teori ini
menjelaskan bahwa kehadiran orang lain akan menimbulkan dua konflik pada diri
individu yaitu perhatian terhadap tugas dan perhatian terhadap penilaian audiens. Ketika
tugas dilakukan mudah, maka kebingungan (distraction) dapat diatasi dengan kerja keras
dan performance meningkat. Tetapi jika tugasnya sulit atau kompleks, maka perhatian
akan fokus ke konflik dan terjadi penurunan performance (Baron, dalam Forsyth &
Burnette, 2010).
Kesimpulannya, fasilitasi sosial terjadi karena manusia sebagai makhluk sosial,
merespons dengan cara yang dapat diprediksi ketika bergabung dengan anggota lain dari
spesies mereka Beberapa dari reaksi ini, seperti yang disarankan Zajonc, adalah reaksi
yang sangat mendasar, karena kehadiran orang lain saja akan meningkatkan tingkat
dorongan. Tetapi gairah menjadi lebih besar ketika anggota kelompok menyadari bahwa
orang-orang di sekitar mereka sedang mengevaluasi mereka dan mungkin membentuk
kesan negatif jika mereka berkinerja buruk. Mekanisme kognitif dan kepribadian yang
mengatur bagaimana individu memproses informasi dan memantau lingkungan juga ikut
berperan ketika orang bekerja di hadapan orang lain. Proses fisiologis, motivasi, kognitif,
dan kepribadian mempengaruhi reaksi anggota kelompok di berbagai pengaturan kinerja.

2.3 Process Losess in Group


a). The Ringelmann Effect
Pada Tahun 1984 Silva III dan Weinberg mengemukakan hasil penelitian psikolog yang
terkenal dengan Ringelmann yang kemudian diteliti oleh Ingham dkk. Dalam studinya
Ringelman meneliti kemampuan menarik tambang individu-individu dalam kelompok.
Ternyata, kelompok yang terdiri dari 8 orang ternyata tidak menunjukkan kemampuan
menarik 8 kali kemampuan individu tetapi hanya 4 kali kemampuan individu.Lebih rinci lagi
kelompok yang terdiri dari 2 orang kemampuannya 93 % rata-rata kemampuan
individu,kelompok yang terdiri dari 3 orang kemampuannya 85 % rata-rata kemampuan
individu, kelompok 8 orang 49 % kemampuan rata-rata individu.
Ingham dkk kembali meneliti sampai 2 kali hasil dari Ringelman.Eksperimen I :
kelompok 2 orang 91 % penampilan rata-rata individu,kelompok 3 orang 82 % kemampuan
rata-rata,kelompok 6 orang menunjukan 78 % kemampuan rata-rata individu.
Dari hasil penelitian Ringelmann tersebut Steiner mengajukan pandangan bahwa
penurunan penampilan kelompok disebabkan karena hilangnya koordinasi.Kemudian Ingham
melakukan eksperimen ke II, yaitu dengan menempatkan individu diruang tertutup (gelap)
dan diberi tahu bahwa mereka melakukan tugas berkelompok yang terdiri dari satu sampai
enam orang. Hasilnya menunjukkan untuk kelompok 3 orang penampilannya 85 % dari
kemampuan rata-rata individu.
Dari hasil penelitian yang dilakukan “Ringelmann” terbukti terjadi penurunan
penampilan rata-rata individu apabila terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok dan ini
disebut “Ringelmann Effect”. Menurut latane dkk gejala tersebut terjadi karena hilangnya
motivasi dan berbaurnya rasa tanggung jawab.

b). Motivation Loss: Social Loafing


Social Loafing adalah istilah yang dibentuk oleh Latane, Williams, dan. Harkins
(1979) untuk mendefinisikan penurunan usaha seseorang yang disebabkan oleh kehadiran
orang lain. Sedangkan menurut Ringelmann (dalam Latane, Williams, & Harkins, 1979)
kemalasan sosial berarti penurunan usaha individu atau seseorang ketika ia bekerja dalam
kelompok dibandingkan dengam ketika ia bekerja seorang diri.
Ying dkk (2014), membuat alat ukur social loafing Tendency Questionnaire
(SLTQ) yang digunakan untuk menguji kecenderungan seseorang melakukan social
loafing pada tugas individual dan pada tugas kelompok. Hasil penelitian Ying
menunjukkan bahwa performansi individu dengan kecenderungan social loafing yang
tinggi akan lebih buruk dibandingkan individu yang kecenderungan social
loafingnya rendah saat mengerjakan tugas kelompok dibandingkan saat bekerja secara
individual.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan social loafing berkurang, yaitu:
1. Individu bekerja dalam kelompok yang kecil,
2. Tugas yang dianggap penting oleh anggota kelompok.
3. Bekerja dengan orang yang dihargai,
4. Persepsi bahwa kontribusi mereka pada kelompok penting,
5. Meragukan performansi teman sekelompok,
6. Budaya yang menekankan usaha dan hasil individual daripada kelompok.

Dampak adanya fenomena social loafing didalam sebuah group atau kelompok adalah
sebagai berikut :
 Social loafing bisa memunculkan iri hati dalam kelompok dan menurunkan potensi dan
kohesivitas sebuah kelompok dan berpengaruh pada perfomansi, kehadiran dan kepuasan
kelompok (Duffy & Shaw, 2000).

 Hilangnya motivasi anggota kelompok juga menjadi dampak dari social loafing, adanya
individu yang melakukan loafing akan mempengaruhi kinerja anggota kelompok yang
lain (Brickner, Harkins, & Ostrom, 1986).

 Social loafing akan menghilangkan kesempatan individu untuk melatih keterampilan dan
mengembangkan diri (Schnake, dalam Liden, Wayne, Jaworski & Bennet, 2003).

 Individu yang melakukan social loafing produktivitasnya akan terhambat karena harus
bekerja di dalam sebuah kelompok (Latane, Williams, & Harkins, 1979).

c). Cures for Social Loafing

Beberapa cara mengurangi social loafing antara lain :


1. Melakukan penilaian terhadap tugas masing-masing individu. Kejelasan dalam
melakukan penilaian terhadap tugas akan dapat mengurangi social loafing, karena dengan
penilaian individu akan diketahui sejauh mana kontribusi individu dalam
tugas kelompok.

2. Meningkatkan komitmen anggota kelompok. Komitment individu untuk mengerjakan


tugas sebaik mungkin dapat meningkatkan semangat indvidu dalam memberikan
kemampuan terbaik dalam mengerjakan tugas, yang pada akhirnya setiap indvidu bekerja
keras dan dapat mengurangi social loafing.

3. Meningkatkan arti atau makna dari tugas tersebut. mengubah persepsi anggota terhadap
tugas merupakan hal penting dalam mengurangi social loafing. Individu yang
mempersepsikan tugasnya penting akan berdampak terhadap maksimalnya kontribusi
individu dalam mengerjakan tugas.

4. Memberikan pemahaman bahwa kontribusi individu terhadap tugas unik dan penting.
Pemimpin kelompok harus dapat meyakini anggotanya bahwa mereka mempunyai persan
yang istimewa dan unik dalam mengerjakan tugas. Hal tersebut akan menimbulkan
persaaan bangga dan motivasi untuk mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin.

Berdasarkan uraian mengenai pengaruh kelompok terhadap individu maka dapat


disimpulkan bahwa kehadiran orang lain dapat mempengaruhi performance individu. Ketika
individu mengerjakan tugas yang mudah dan perilaku dapat diobservasi,
maka performance individu akan meningkat (fasilitasi sosial) sementara ketika individu
mendapat tugas yang sulit, maka akan terjadi distraction dan kekhawatiran akan penilaian
orang lain, yang berdampak pada menurunnya performace.

Ketika individu mendapat tugas mudah dan perilakunya tidak dapat diobservasi, indvidu
cenderung mengalami penurunan performance (social loafing), sedangkan ketika tugas sulit,
individu cenderung mengalami peningkatan performance (tantangan).

2.4 Process Gains in Groups


a). Brainstorming
Brainstorming adalah sebuah metode yang bisa dilakukan untuk memecahkan berbagai
masalah dan menghasilkan beragam ide baru sebanyak mungkin dengan cepat. Seperti
namanya, brainstorming memiliki tujuan untuk merangsang otak berpikir secara logis,
spontan, dan kreatif. Brainstorming dalam kelompok dapat menjadi sarana untuk
menyumbangkan ide dan gagasan yang kreatif secara bebas dan terbuka. Semakin banyak
partisipan yang mengikuti brainstorming, semakin kaya dan beragam pula ide yang
dihasilkan.
Pendekatan SNL merupakan salah satu bentuk group brainstorming, yaitu suatu teknik
penggunaan kelompok untuk meningkatkan kreativitas. Metode ini dikembangkan oleh Alex
Osborn (1957), seorang eksekutif periklanan, untuk membantu rekan-rekannya
mengidentifikasi solusi baru, tidak biasa, dan imajinatif. Teknik tersebut membutuhkan
brainstorming Sebuah metode untuk meningkatkan kreativitas dalam kelompok yang
menuntut ekspresi yang lebih tinggi, evaluasi yang tertunda, kuantitas daripada kualitas, dan
upaya yang disengaja untuk membangun ide-ide sebelumnya.
Berikut adalah panduan dalam diskusi mengenai ide-ide ketika brainstorming
berlangsung :
 Jadilah ekspresif.
Ekspresikan ide apa pun yang muncul di benak, tidak peduli seberapa aneh, liar, atau
fantastis. Jangan terkekang atau takut-takut; freewheel apabila memungkinkan.
 Menunda evaluasi.
Jangan mengevaluasi ide apa pun dengan cara apa pun selama fase pembuatan ide.
Semua ide berharga.
 Carilah kuantitas.
Semakin banyak ide, semakin baik. Kuantitas diinginkan, karena meningkatkan
kemungkinan menemukan solusi yang sangat baik.
 Ide dukung-dukungan.
Karena semua ide milik kelompok, anggota harus mencoba untuk memodifikasi dan
memperluas ide orang lain bila memungkinkan. Brainstorming dilakukan dalam
kelompok, sehingga peserta dapat saling menggambar.
Para peneliti mulai menguji metode brainstorming kelompok ini dengan
membandingkan kelompok brainstorming dengan individu dan dengan apa yang disebut
kelompok nominal atau kelompok yang dibuat dengan meminta individu bekerja sendiri
dan kemudian menyatukan ide-ide mereka (kelompok hanya “dalam nama”).
Studi-studi ini menawarkan dukungan untuk brainstorming. Sebuah kelompok
brainstorming empat orang, misalnya, tidak hanya akan mengungguli individu tunggal
tetapi juga kelompok nominal empat individu.
b) Meningkatkan Sesi Brainstorming
 Patuhi aturan: Anggota harus dilatih untuk mengikuti aturan brainstorming dan diberi
umpan balik jika mereka melanggar salah satu prinsip dasar. Kelompok yang belum
mempraktekkan metode brainstorming biasanya hanya menghasilkan ide-ide yang
biasa-biasa saja.
 Perhatikan ide semua orang: Kunci brainstorming adalah paparan ide orang lain,
tetapi orang cenderung fokus pada saran mereka sendiri dan kurang memperhatikan
saran orang lain. Banyak teknik dapat digunakan untuk memaksa perhatian anggota
ke ide orang lain, termasuk daftar ide di papan atau meminta anggota untuk
mengulangi ide orang lain.
 Campurkan pendekatan individu dan kelompok: Anggota harus diberi kesempatan
untuk mencatat ide-ide mereka secara individu selama dan setelah sesi. Salah satu
teknik, yang disebut brainwriting, melibatkan meminta anggota untuk menuliskan
ide-ide di atas kertas dan kemudian membagikan kertas itu kepada orang lain, yang
menambahkan ide-ide mereka ke dalam daftar. Sebuah sesi pasca-kelompok di mana
anggota menghasilkan ide-ide sendiri meningkatkan generasi ide (Dugosh et al.,
2000).
 Beristirahat: Anggota harus dengan sengaja berhenti berbicara secara berkala untuk
berpikir dalam diam (Ruback, Dabbs, & Hopper, 1984).
 Jangan terburu-buru: Anggota harus memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan
tugas. Kelompok yang bekerja di bawah tekanan waktu seringkali menghasilkan lebih
banyak solusi pada awalnya, tetapi kualitas solusi tersebut lebih rendah daripada jika
mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas tersebut (Kelly, Futoran, &
McGrath, 1990; Kelly & Karau, 1993).
 Bertahan: Anggota harus tetap fokus pada tugas dan menghindari bercerita, berbicara
berpasangan, atau memonopoli sesi; mereka harus terus bertahan pada tugas bahkan
melalui periode produktivitas rendah.
 Fasilitasi sesi: Upaya anggota harus dikoordinasikan oleh pemimpin diskusi yang
terampil. Seorang pemimpin yang terampil dapat memotivasi anggota dengan
mendesak mereka (“Kita bisa melakukan ini!”), mengoreksi kesalahan dalam proses
(“Ingat, aturan brainstorming melarang kritik”), dan memberi mereka standar yang
jelas (“Mari mencapai 100 solusi!”). Fasilitator juga dapat merekam semua ide dalam
pandangan penuh peserta, karena pemaparan ide orang lain sangat penting untuk
keberhasilan brainstorming.
 Brainwriting, sesi brainstorming yang melibatkan menghasilkan ide-ide baru secara
tertulis daripada lisan, biasanya dengan meminta anggota untuk menambahkan ide-
ide mereka sendiri ke daftar beredar.

c) Alternatif selain Brainstorming


Kelompok dapat menggunakan teknik stepladder, yang mengharuskan setiap anggota
baru dari kelompok untuk menyatakan ide-idenya sebelum mendengarkan posisi kelompok
(Rogelberg & O'Connor, 1998). Grup bahkan dapat menggunakan sistem pembangkitan ide
yang rumit dengan nama yang terdengar eksotis seperti synectics dan TRIZ.
Dalam sinektik, seorang pemimpin terlatih memandu kelompok melalui diskusi tentang
tujuan, keinginan, dan frustrasi anggota menggunakan analogi, metafora, dan fantasi . TRIZ
digunakan terutama dalam sains dan teknik, dan melibatkan urutan analisis masalah yang
spesifik, tinjauan sumber daya, penetapan tujuan, dan tinjauan pendekatan sebelumnya
terhadap masalah.
Teknik lainnya yaitu teknik kelompok nominal (NGT) meminimalkan pemblokiran dan
kemalasan dengan mengurangi saling ketergantungan di antara anggota; ia mencapai ini
dengan memulai dengan fase grup nominal sebelum beralih ke sesi grup
 Langkah 1. Pemimpin diskusi kelompok memperkenalkan masalah atau isu dalam
pernyataan singkat yaitu ditulis di papan tulis atau flip chart. Setelah anggota memahami
pernyataan tersebut, mereka diam-diam menulis ide tentang masalah tersebut, biasanya
bekerja selama 10 sampai 15 menit.
 Langkah 2. Para anggota saling berbagi ide satu sama lain secara round-robin; setiap
orang menyatakan suatu gagasan, yang diberi surat tanda pengenal dan ditulis di bawah
pernyataan masalah, dan individu berikutnya kemudian menambahkan kontribusinya.
 Langkah 3 Kelompok mendiskusikan setiap item, dengan fokus utama pada klarifikasi.
 Langkah 4. Anggota memberi peringkat lima solusi yang paling mereka sukai,
menuliskan pilihan mereka pada kartu indeks.
Pemimpin kemudian mengumpulkan kartu, rata-rata peringkat untuk menghasilkan
keputusan kelompok, dan menginformasikan kelompok hasilnya.
Metode-metode ini sangat berguna ketika kelompok mendiskusikan isu-isu yang
cenderung menimbulkan argumen yang sangat emosional. Kelompok NGT menghasilkan
lebih banyak ide dan juga melaporkan perasaan lebih puas dengan proses daripada
kelompok tidak terstruktur. Prosedur pemeringkatan dan pemungutan suara juga
menyediakan solusi matematis eksplisit yang secara adil menimbang masukan semua
anggota dan memberikan keseimbangan antara perhatian tugas dan kekuatan antarpribadi

Teknik lain yang dapat digunakan sebagai alternatif brainstorming adalah Teknik
Delphi. Metode ini, dinamai untuk oracle Delphic yang legendaris, melibatkan survei
anggota berulang kali, dengan hasil setiap putaran survei menginformasikan
pembingkaian pertanyaan untuk putaran berikutnya. Koordinator Delphi memulai proses
dengan mengembangkan daftar pertanyaan singkat tentang topik tersebut, dan kemudian
mengumpulkan jawaban dari kelompok responden yang dipilih dengan cermat.

Selanjutnya, Electronic Brainstorming (EBS) Teknologi komputer menawarkan


alternatif lain untuk brainstorming tatap muka. Brainstorming elektronik (EBS)
memungkinkan anggota untuk berkomunikasi melalui Internet daripada bertemu tatap
muka. Menggunakan perangkat lunak yang dirancang khusus untuk kelompok (disebut
sistem pendukung keputusan kelompok atau groupware), anggota kelompok yang duduk
di komputer individu dapat berbagi informasi dengan cepat dan lebih lengkap. Satu
program, GroupSystems, membuka beberapa jendela di komputer masing-masing anggota
grup—satu jendela untuk memasukkan ide, yang lain menampilkan semua ide, dan yang
lain menunjukkan penghitung yang melacak berapa banyak ide yang telah dihasilkan
grup.EBS menawarkan keuntungan praktis dibandingkan sesi tatap muka yang lebih
tradisional, seperti pengurangan perjalanan, waktu, dan biaya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah
tampilan kerja tentang bagaimana dan apa yang dikerjakan seseorang berdasarkan tanggung
jawab yang diembankan kepada suatu individu dalam kelompok.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Individu dalam kelompok ada tiga kelompok
variabel sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam
kelompok
Dibandingkan dengan penampilan mereka saat sendirian, ketika di hadapan orang lain,
mereka cenderung tampil lebih baik dalam tugas sederhana atau tugas-tugas yang sudah dia
latih tetapi akan tampil lebih buruk pada tugas yang kompleks dan baru hal ini disebut sebagai
fasilitas sosial.Jadi, Individu dapat tampil lebih baik dihadapan orang lain jika dengan tugas
yang diberikan mudah, sementara ketika tugas yang diberikan sulit, kehadiran orang lain dapat
menghambat perfomance individu.
Terjadi penurunan penampilan rata-rata individu apabila terjadi peningkatan jumlah
anggota dalam kelompok dan ini disebut “Ringelmann Effect”.
Social loafing adalah penurunan usaha individu dalam kelompok karena adanya kehadiran
anggota kelompok lain.
Ketika individu mengerjakan tugas yang mudah dan perilaku dapat diobservasi, maka
performance individu akan meningkat (fasilitasi sosial) sementara ketika individu mendapat
tugas yang sulit, maka akan terjadi distraction dan kekhawatiran akan penilaian orang lain, yang
berdampak pada menurunnya performance.
Ketika individu mendapat tugas mudah dan perilakunya tidak dapat diobservasi, indvidu
cenderung mengalami penurunan performance (social loafing), sedangkan ketika tugas sulit,
individu cenderung mengalami peningkatan performance (tantangan).
Ada beberapa metode untuk meningkatkan kinerja yang baik antara individu di dalam
kelompok, antara lain brainstorming, teknik stapladder, teknik NGT, teknik Delphi, serta teknik
menggunakan Electronic Brainstorming (EBS)

DAFTAR PUSTAKA

Bangazul. (2018, Nov). Kinerja atau the performance. Diakses pada 3 September 2021,
dari https://bangazul.com/kinerja-atau-the-performance/
Dictio. (2017, Jan). Teori Fasilitas Sosial atau Social Facilitatiom Theory? Diakses pada
3 September 2021, dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-fasilitas-sosial-
atau-social-facilitation-theory/4905
Dictio. (2018, Jan). Kemalasan Sosial atau Social Loafing dalam Ilmu Sosial. Diakses
pada 3 September 2021, dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-fasilitas-
sosial-atau-social-facilitation-theory/4905
Forsyth, R. Donelson. (2010). Group Dynamics, Fifth Edition. Belmot. Cengage Learning.
Psikologi Penjas. ( 2018, Des). Ringelmann Effect dan Pembinaan Tim. Diakses pada 3
September 2021, dari http://musyawiraddress.blogspot.com/2018/12/ringelmann-effect-dan-
pembinaan-tim.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai