Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR, MENCIPTAKAN DAN MENGELOLA KELOMPOK KERJA

(Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen)

Dosen Pengampu: Rio Trisasmita S.E, M.A.

KELOMPOK 7

1. Virnanda Faizur Rohman (11230860000047)


2. M. Fachryza Adriand (11230860000020)
3. Siti Nurhaliza (11230860000125)

KELAS 1C
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Faktor,
Menciptakan dan Mengelola Kelompok Kerja”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Manajemen. Namun, selain itu makalah ini juga
memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami yang menyusunnya
dan para pembaca.

Kemudian tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Rio Trisasmita S.E, M.A. Selaku dosen mata kuliah Pengantar Manajemen
yang telah mempercayakan tugas ini kepada kami.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan
menjadi panduan yang berguna dalam menciptakan dan mengelola kelompok kerja yang
sukses. Walaupun dalam penyusuan makalah ini kami telah berupaya untuk menyusun
dengan sebaik-baiknya, tetapi kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kami menyadari sepenuhnya di dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini untuk untuk menjadi lebih baik lagi.

Tangerang Selatan, 30 Oktober 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Pengertian Kelompok Kerja........................................................................................4

2.2 Tahapan Perkembangan Kelompok............................................................................5

2.3 Faktor-faktor yang Menentukan Kinerja dan Kepuasan Kelompok Kerja.................6

2.4 Tantangan yang dihadapi dalam Mengelola Kelompok Kerja pada Masa Ini............9

2.6 Bentuk Karakteristik yang Efektif dalam Kelompok Kerja......................................10

2.7 Membangun Kelompok Kerja yang Efektif..............................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................13


3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelompok kerja sangat penting dalam lingkungan bisnis dan organisasi saat ini untuk
mencapai tujuan dan kesuksesan bersama. Kelompok kerja yang efektif dapat mendorong
kinerja yang baik, efisien, dan pencapaian tujuan yang berkualitas. Sementara kelompok
kerja yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan konflik, ketidakefisienan, dan
kegagalan.

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah kelompok, group, dan team sering digunakan
untuk mengganti satu sama lain. Namun, pada pembahasan organizational behavior
(Robbins dan Judge, 2017), definisi kelompok dibedakan menjadi group dan team. Setiap
kelompok adalah group, namun group belum tentu sebuah team.

Menciptakan dan mengelola kelompok kerja yang efektif adalah proses yang
kompleks dan memerlukan banyak usaha. Ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menciptakan kelompok kerja yang efektif. Faktor-faktor ini
mencakup banyak hal, seperti interaksi antar anggota kelompok, peran pemimpin,
komunikasi, perbedaan individu, dan tujuan dan visi bersama. Semua faktor ini sangat
penting untuk membentuk dinamika kelompok kerja dan hasil yang dicapai oleh
kelompok tersebut.

Makalah ini akan menggali lebih dalam faktor utama yang menentukan kepuasan
kelompok kerja dan apa saja tantangan dalam mengelola kelompok kerja serta
memberikan wawasan tentang strategi dan teknik yang dapat digunakan untuk
menciptakan dan mengelola kelompok kerja yang efektif. Dengan pemahaman yang
mendalam tentang faktor-faktor ini, diharapkan pembaca dapat mengoptimalkan kinerja
kelompok kerja mereka, mencapai tujuan bersama, serta berkontribusi pada kesuksesan
organisasi secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kelompok kerja?
2. Apa saja tahapan kelompok kerja?
3. Apa faktor utama yang menentukan kinerja dan kepuasan kelompok kerja?

2
4. Apa tantangan dalam mengelola kelompok kerja?
5. Bagaimana bentuk karakterisik kelompok kerja yang efektif?
6. Bagaimana membangun kelompok kerja yang efektif?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian dari kelompok kerja
2. Mengetahui tahapan-tahapan kelompok kerja
3. Mengetahui faktor utama yang menentukan kinerja dan kepuasan kelompok kerja
4. Mengetahui tantangan yang dihadapi dalam mengelola kelompok kerja
5. Mengetahui bentuk karakteristik kelompok kerja yang efetktif
6. Mengetahui cara membangun kelompok kerja yang efektif

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelompok Kerja


Definisi kelompok menurut Robbins (1996) adalah dua individu atau lebih, yang
berinteraksi dan saling yang bekerja sama untuk meraih tujuan tertentu. Sementara
Gibson (1995) memandang kelompok dari empat perspektif yaitu :

a. Sisi Persepsi
Kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang saling berinteraksi
satu sama lain, dimana masing masing anggota menerima kesan atau persepsi dari
anggota lain.
b. Sisi Organisasi
Kelompok adalah suatu sistem teroganisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang saling berhubungan dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi,
mempunyai standar dari peran hubungan di antara anggota.
c. Sisi Motivasi
Kelompok dipandang sebagai sekelomppok individu yang keberadaanya sebagai
suatu kumpulan yang menghargai individu.
d. Sisi Interaksi
Menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah interaksi dalam bentuk
interdependensi.
Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson meyimpulkan bahwa yang disebut
kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan kinerja satu anggota
dipengaruhi oleh perilaku dan prestasi anggota lainnya.
Dipandang dari proses kemunculannya, kelompok dapat terbentuk karena tindakan
manajerial dan karena adanya keinginan individu. Manager menciptakan kelompok kerja
untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas yang diberikan. Kelompok juga berfungsi dan
berinteraksi dengan kelompok lain, masing-masing mengembangkan satu set
karakteristik yang unik termasuk struktur, kepaduan peran, norma-norma dan proses.
Kelompok juga menciptakan sendiri budaya mereka. Akibatnya, kelompok akan bekerja
sama atau bersaing dengan kelompok lain dan persaingan antara kelompok dapat
memicu adanya konflik

4
2.2 Tahapan Perkembangan Kelompok
Dalam prosesnya tim akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam
mencapai tujuan bersama. Bruce W. Tuckman mengembangkan teori mengenai stages
of group development (Tuckman dan Jensen, 1977). Beliau berpendapat bahwa tim
mengalami lima tahap utama, yaitu : pembentukan (forming), perdebatan (storming),
penyepakatan (norming), penunjukkan kinerja (performing) dan transformasi
(adjourning).
a) Pembentukan (forming). Ini adalah tahap awal dalam kehidupan sebuah tim di mana
setiap orang menyatakan keinginan mereka untuk membentuk sebuah tim dan mulai
setuju tentang tujuan apa yang ingin dicapai bersama.
b) Perdebatan (storming). Pada tahap ini semua orang sangat bersemangat untuk
memberikan kontribusi dan berkontribusi pada kesuksesan tim karena antusiasme dan
semangat tim meningkat. Silang pendapat dan konflik sangat mungkin dan sering
terjadi. Banyak ide dan pemikiran yang berkembang, sehingga jika tidak dikelola
dengan baik, akan menyebabkan perpecahan dan gagal mencapai tujuan tim. Agar tim
dapat bekerja dengan baik, tiga hal penting yang perlu diperhatikan adalah
keterbukaan (openness), kesetaraan (equality), dan saling menghargai (mutual
respect).
c) Penyepakatan (norming). Setelah beberapa konflik atau bahkan perselisihan, tim
mulai menyadari bahwa harus ada tindakan dan bahwa situasi destruktif tidak bisa
dibiarkan berlarut-larut. Untuk mencapai tujuan bersama, perlu dibuat kesepakatan
yang dikenal sebagai code of conduct. Code of conduct bertujuan untuk memastikan
bahwa setiap anggota tim dapat berpartisipasi dan berkontribusi dengan cara yang
paling efektif.
d) Penunjukkan kinerja (performing). Dengan norma-norma yang telah disepakati inilah
akhirnya team mulai mendapatkan kesamaan pemahaman (common language)
tentang banyak hal, terutama tentang tantangan apa yang dihadapi dan peran apa yang
harus dimainkan untuk menjawab tantangan tersebut.
e) Transformasi (adjourning). Ujung dari tahapan performing adalah tercapainya tujuan
bersama dan mendapatkan hasil yang diinginkan untuk setiap anggota tim.
Keberadaan tim dan spirit of teamwork pun berangsur-angsur menurun. Oleh karena
itu, jika tim ingin dipertanyakan keberadaannya, mereka harus berubah dengan

5
membangun cita-cita bersama yang lebih besar untuk semua anggota tim atau bahkan
anggota baru.

2.3 Faktor-faktor yang Menentukan Kinerja dan Kepuasan Kelompok Kerja


Ada banyak faktor rumit dalam menentukan kinerja yang baik, termasuk variabel
seperti kemampuan anggota tim, tingkat konflik, dan tekanan internal yang diberikan
pada anggota untuk mematuhi standar kelompok. Di bawah ini adalah faktor kunci yang
menentukan kinerja dan kepuasan tim.

1. Kondisi Eksternal yang dikenakan pada Kelompok


Suatu kelompok dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang dibebankan padanya,
kondisi tersebut meliputi strategi organisasi, hubungan wewenang, peraturan dan
aturan formal, sumber daya yang tersedia, kriteria pemilihan pegawai, sistem
manajemen budaya dan kinerja, serta tata letak fisik tempat kerja tim.
2. Sumber Daya Anggota Kelompok
Potensi kinerja suatu kelompok bergantung pada besarnya jumlah sumber daya yang
dibawa setiap individu ke dalam kelompok. Sumber daya ini mencakup
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan kepribadian, dan semua faktor ini
sangat menentukan tugas apa yang dapat diselesaikan anggota dan seberapa efektif
mereka melaksanakannya. Keterampilan interpersonal, terutama manajemen dan
resolusi konflik, pemecahan masalah secara kolaboratif, dan komunikasi, sangat
penting agar tim kerja dapat berfungsi dengan baik.
3. Struktur Kelompok
Kelompok kerja mempunyai struktur internal yang membentuk perilaku
anggotanya dan mempengaruhi kinerja kelompok. Struktur ini mendefinisikan
peran, norma, kesesuaian, sistem status, ukuran kelompok, kesatuan kelompok, dan
kepemimpinan.
1) Peran
Pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki jabatan tertentu
dalam suatu unit sosial yang membantu kelompok menyelesaikan tugas atau
menjaga tingkat kepuasan anggota kelompok.
2) Norma
Norma atau harapan yang diterima dan dianut oleh anggota kelompok.
3) Konformitas

6
Orang menyesuaikan diri pada suatu kelompok agar dapat diterima oleh
kelompok tersebut.
4) Sistem status
Pemeringkatan kedudukan atau nilai prestise bagi anggota kelompok berfungsi
untuk mengakui kontribusi individu terhadap kelompok dan menjadi motivator
perilaku.
• Status dianggap informal berdasarkan kategori seperti tingkat pendidikan,
usia, keterampilan atau pengalaman.
• Status juga dapat dianggap formal, misalnya ruang kantor yang lebih
nyaman bagi pegawai kelas bawah, keanggotaan dalam kelompok tertentu,
dan lain-lain.
5) Ukuran kelompok
• Kelompok kecil
Menyelesaikan tugas lebih cepat dibandingkan kelompok besar dan
menggunakan fakta dengan lebih efektif.
• Kelompok besar
Memecahkan masalah lebih baik daripada kelompok kecil dan menemukan
kebenaran dengan lebih efektif
• Kemalasan sosial
Kecenderungan seseorang untuk mengerahkan lebih sedikit usaha ketika
bekerja dalam kelompok dibandingkan ketika bekerja sendiri.
6) Solidaritas kelompok
Anggota peduli terhadap kelompok dan berbagi peran dalam mencapai tujuan
kelompok. Tim dengan tingkat solidaritas tim yang tinggi akan lebih produktif
dan efektif dalam mengelola tugas dan mencapai tujuan tim dibandingkan tim
dengan tingkat solidaritas tim yang rendah.
7) Pengambilan keputusan
Adapun keunggulan dan kekurangan yang dimiliki keputusan kelompok
terhadap keputusan individu, yaitu :
• Menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap
• Menghasilkan alternatif yang beragam
• Membuat solusi menjadi semakin diterima
• Meningkatkan legitimasi sebuah keputusan kekurangan
• Memakan banyak waktu
7
• Dominasi suara minoritas
• Tekanan untuk Conform
• Tanggung jawab yang ambigu
8) Manajemen konflik
Konflik merupakan perbedaan yang tidak bisa diterima yang menghasilkan
gangguan atau penolakan. Ada tiga pandangan yang berkembang terkait dengan
konflik yaitu:
• Konflik dari sudut pandang tradisional
Menyatakan bahwa konflik manapun harus dihindari.
• Konflik dari sudut pandang hubungan manusia
Menyatakan bahwa konflik merupakan hal yang alami yang tak terhindarkan
dalam kelompok apapun serta tidak harus dipandang secara negatif, tetapi
bisa berpotensi menjadi pendorong positif bagi kinerja kelompok.
• Konflik dari sudut pandang interaksionis
Menganggap bahwa konflik tidak hanya menjadi dorongan positif bagi
kelompok, tetapi juga sebagian konflik justru harus terjadi dalam suatu
kelompok agar bisa bekerja efektif.
• Kategori konflik
1) Konflik fungsional yang mendukung tujuan tim dan meningkatkan kinerja
2) Konflik disfungsional menghalangi kelompok untuk memenuhi
kebutuhan mereka
• Tipe konflik
1) Konflik antara konten konflik tugas dan pekerjaan
2) Konflik hubungan konflik yang timbul dari hubungan interpersonal
3) Proses konflik, konflik mengenai cara menyesaikan suatu tugas
• Teknik untuk mengelola konflik
a. Penghindaran (avoiding)
Menangani konflik dengan menarik atau menekannya.
b. Pengakomodisian (accomodiating)
Menangani konflik dengan mendahulukan kebutuhan dan kekhawatiran
orang lain diatas kebutuhan dan kepentingan diri sendiri.
c. Pemaksaan (forcing)
Menangani konflik dengan memuaskan kebutuhan pribadi dengan
mengorbankan orang lain.
8
d. Kompromi (compromising)
Menangani transaksi dimana kedua belah pihak mengorbankan sesuatu
yang berharga.

2.4 Tantangan yang Dihadapi dalam Mengelola Kelompok Kerja pada Masa Ini
Sebagai seorang pemimpin pasti dalam mengelola kelompok kerja mempunyai
tantangan itu sendiri, tantangan yang dihadapi terutama terkait dengan pengelolaan tim
global dan pemahaman tentang jaringan organisasi.
a) Mengelola Tim Global
Karakterisik organisasi pada saat ini ada dua : mereka bersifat global dan tim semakin
banyak melakukan pekerjaan. Kedua aspek ini menunjukan bahwa setiap manajer
cenderung untuk mengelola tim global. Dalam mengelola tim global pasti ada
kekurangan dan kelebihannya. Menggunakan model grup sebagai kerangka kerja, kita
dapat melihat beberapa masalah terkait dengan pengelolaan tim global.
1. Sumber daya anggota kelompok dalam tim global
Karena karakteristik budaya yang berbeda yang diwakili oleh setiap anggota
tim global, memahami hubungan antara kinerja kelompok dan sumber daya
kelompok menjadi lebih sulit di organisasi global. Selain mengenal
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan kepribadian setiap anggota tim,
manajer juga harus akrab dan memahami dengan jelas karakteristik budaya
kelompok yang mereka kelola.
2. Struktur kelompok
Kesesuaian, status, kemalasan sosial, dan kesatuan adalah beberapa area
struktural yang membedakan dalam pengelolan tim global. Kesatuan
merupakan unsur struktural kelompok dimana manajer bisa menghadapi suatu
masalah yang khas. Dalam kelompok yang kohesif, para anggota bersatu dan
“bertindak atas nama kelompok”. Hubungan pertemanan dalam kelompok
tersebut begitu akrab dan identitas kelompoknya sangat tinggi. Akan tetapi,
dalam tim global kesatuan kelompok sering kali sulit dicapai karena tingginya
tingkat “ketidakpercayaan, miskomunikasi dan stress”
3. Proses kelompok
Proses yang digunakan tim global untuk melakukan pekerjaannya bisa amat
menantang bagi manajer. Misalnya, masalah komunikasi sering kali muncul

9
karena tidak semua anggota tim mengerti bahasa kerja tim. Hal ini dapat
menyebabkan ketidakaturan, kesalahpahaman dan inefisiensi.
b) Membangun Keterampilan Tim
Membangun tim yang efektif dan melakukan upaya untuk membangun tim kerja
merupakan tanggung jawab penting manajer. Misalnya, dengan melakukan pelatihan
dan melihat keterampilan tim dalam dua siklus latihan, dapat ditemukan bahwa
individu-individu itu belajar bagaimana berkolaborasi dengan lebih baik. Namun,
jika upaya membangun tim tidak berhasil, maka lebih baik menempatkan orang-
orang itu di posisi untuk menyelesaikan tugas mereka secara individu.
c) Memahami Jaringan Sosial
Karena hubungan sosial informal kelompok dapat membantu atau menghalangi
produktivitas, manajer harus memahami jaringan sosial dan hubungan sosial
kelompok. Sebagai contoh, riset tentang jaringan sosial menunjukkan bahwa ketika
orang-orang menunjukkan bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan, mereka memilih
rekan kerja yang lebih ramah ketimbang orang yang lebih mampu. Tujuan lainnya
yang dilakukan baru-baru ini atas studi tim menunjukkan bahwa tim dengan tingkat
keterkaitan antarpribadi yang tinggi benar-benar mencapai tujuan dengan lebih baik
dan lebih berkomitmen untuk bersama.

2.6 Bentuk Karakteristik yang Efektif dalam Kelompok Kerja


Karakteristik tim mencermikan ciri-ciri khas dari sebuah tim, yang terdiri dari
banyak komponen yang unik, baik, ideal, ketergantungan namun utuh, saling
mendukung dan ada kebersamaan. Terkait dengan karakteristik tim, Kreitner and Kinicki
(2010:312) menyebutkan sebagai berikut, “Characteristics of effetive team work: a)
Participation, b) Listening, c) Open comunication, d) Clear roles and work assign-
ments, e) Shared leadership, f) Self assessment, periodically”. Sesuai dengan yang
disebutkan di atas, untuk menjadi sebuah tim yang efektif, tim harus mempunyai
karakteristik tim sebagai berikut:
a. Partisipasi tinggi. Banyak diskusi dan semua orang didorong untuk berpartisipasi.
b. Mendengarkan anggota dengan teknik mendengarkan yang efektif, seperti
mempertanyakan, membuat uraian (menguraikan), dan meringkas untuk menggali
ide-ide.

10
c. Komunikasi terbuka. Membuat anggota tim merasa bebas untuk mengekspresikan
perasaan mereka mengenai pelaksanaan tugas atau operasi tim sehingga agenda
tersembunyi (komunikasi di luar rapat) dapat dikurangi.
d. Kejelasan peran dan tugas kerja. Peran dan tugas setiap anggota tim harus benar
benar jelas sehingga dalam pelaksanaannya pun dapat dipertanggungjawabkan.
Apabila tugas seseorang jelas, pembagian pekerjaan dapat didistribusikan kepada
anggota tim.
e. Berbagi kepemimpinan. Meskipun tim memiliki pemimpin formal, praktik
kepemimpinan berubah-ubah tergantung pada posisi dan situasi. Kepemimpinan
memerlukan perilaku yang tepat dan kemampuan untuk membangun kebiasaan yang
baik.
f. Penilaian diri dilakukan secara berkala. Ada saatnya bagi tim untuk memeriksa
seberapa baik mereka bekerja dan menemukan gangguan yang dapat mengganggu
kinerja mereka.

2.7 Membangun Kelompok Kerja yang Efektif


Memang tim terdiri dari orang atau individu yang berbeda, namun mereka
memiliki peran masing-masing dan peran tersebut saling melengkapi untuk mencapai
tujuan. Untuk membangun kelompok kerja yang efektif maka penting bagi kita untuk
mengetahui peran-peran apa saja yang dibutuhkan oleh kelompok. Kelima peran tersebut
adalah:
1) Pengarah (driver) yang bertujuan untuk memastikan bahwa tim memiliki arah atau
tujuan yang jelas untuk dicapai, memiliki kekuatan utama dalam hal kemampuan
untuk berpikir holistik (helicopter view), berpikir kreatif (out of-box thinking), kaya
akan ide baru. Memiliki optimisme yang tinggi akan masa depan, walaupun sedang
berhadapan dengan realita saat ini yang penuh dengan pesimisme. Mampu
menggugah orang lain melalui optimisme dan pemikirannya. Mudah untuk membuat
keputusan dengan informasi yang terbatas.
(2) Perencana (planner) untuk memastikan tim memiliki strategi yang tepat untuk
mencapai tujuan tersebut, memiliki kekuatan utama berupa kemampuan melakukan
analisis. Mereka terampil dalam menerjemahkan tujuan ke dalam action plan. Mereka
memiliki kemampuan evaluasi, menilai dan memilih strategi yang tepat. Mereka
biasanya kaya akan informasi tentang kondisi dan perkembangan operasional
lapangan serta pengalaman best-practice. Mereka mengetahui dengan baik

11
ketersediaan sumber daya saat ini (logistics) dan kemampuan masing-masing anggota.
Mereka menguasai perkembangan berbagai aspek, tetapi seringkali tidak detail.
Cukup cermat saat membuat keputusan dan memperhatikan resiko dan ketidakpastian
yang mungkin muncul.
(3) Pengendali (controller) untuk memastikan bahwa kualitas hasil pekerjaan terjaga
dengan menyinkronkan rencana yang dibuat dengan operasi di lapangan, memiliki
kekuatan utama berupa kemampuan investigasi dalam menemukan penyimpangan
atau kesalahan. Mereka memiliki kemampuan untuk melihat atau membaca berbagai
hubungan antara berbagai data, fakta, dan fenomena yang terjadi selama aktivitas
operasional. Mereka sangat teliti dan kritis dalam melihat berbagai hal. Mereka tegas,
mudah ingat, dan tidak mudah mengalah. Mereka merasa nyaman berada di posisi
yang berbeda dari pendapat umum.
(4) Penggerak (enabler) untuk memastikan bahwa tim memiliki sumber daya yang tepat
dalam jumlah dan kualitas untuk mendukung pelaksanaan tugas tim, memiliki
kekuatan utama berupa kemampuan menyakinkan orang lain sehingga mudah
mendapatkan dukungan dan sumber daya dari pihak lain di luar kelompok. Mereka
cenderung lebih komunikatif dan nyaman berinteraksi dengan beragam kalangan.
Mereka cenderung fleksibel dan bersedia untuk bernegosiasi. Mereka merasa tidak
nyaman bila berada dalam batasan peraturan yang ketat. Mereka membutuhkan ruang
dan wewenang untuk bertindak dan lebih berorientasi pada hasil daripada proses.
(5) Pelaksana (executor) untuk memastikan terselenggaranya aktivitas-aktivitas yang
relevan dengan tujuan dan strategi yang sudah ditetapkan oleh tim, memiliki kekuatan
utama berupa menguasai keahlian teknis (khusus) dengan baik. Mereka dapat bekerja
dengan hasil memuaskan walaupun dalam kondisi sulit ataupun dengan dukungan
terbatas. Mereka kaya akan pengalaman operasional sehingga cekatan dan terampil
dalam melakukan troubleshooting.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelompok adalah dua atau lebih individu yang berinteraksi untuk mencapai tujuan
tertentu. Tahap pembentukan perkembangan kelompok terdiri dari dua yaitu bergabung
dengan kelompok dan mendefinisikan tujuan kelompok, struktur, serta kepemimpinan.
Tahap pancaroba melibatkan konflik intrakelompok untuk siapa yang akan
mengendalikan kelompok dan tujuan dilakukan kelompok. Dalam tahap penormaan,
hubungan akrab dan kesatuan kelompok terbentuk ketika norma-norma telah ditetapkan.
Selama tahap pelaksanaan, anggota kelompok mulai mengerjakan tugas-tugas kelompok.
Pada tahap penundaann, kelompok bersiap-siap untuk membubarkan diri.

Sesuatuyang menentukan kinerja dan kepuasan kelompok antara lain kondisi


eksternal, sumber daya anggota kelompok, struktur kelompok, proses kelompok, dan
tugas kelompok. Kondisi eksternal seperti ketersediaan sumber daya dan tujuan
organisasi mempengaruhi kelompok kerja. Sumber daya anggota kelompok bisa
mempengaruhi kinerja efektif yang biasa dilakukan anggota kelompok

Pengambilan keputusan kelompok dan manajemen konflik merupakan proses


kelompok yang berperan penting dalam kinerja dan kepuasan. Apabila akurasi,
kreativitas, dan derajat penerimaan menjadi penting, keputusan kelompoklah yang paling
cocok. Konflik hubungan hampir selalu bersifat disfungsional, tingkat proses yang
rendah dan konflik tugas rendah hingga menengah cenderung fungsional.

Tantangan dalam mengelola tim global dapat terlihat dari sumber daya anggota
kelompok, terutama karakteristik budaya yang beragam; struktur kelompok, terutama
status, kemalasan dan kesatuan kelompok; proses kelompok. Manajer harus memahami
pola hubungan informal antara individu dalam suatu kelompok karena informal seperti
ini bisa membantu hubungan atau menghambat efektivitas kelompok.

3.2 Saran
Berdasarkan pemahaman yang telah dibahas diharapkan agar pembaca dapat
memahami dan menerapkan apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengelola kelompok
kerja untuk memastikan bahwa kelompok kerja dapat mencapai potensi penuh mereka,
berkontribusi pada keberhasilan organisasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif
dan menyenangkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Robbins Stephen P. & Coulter Mary (2010) Manajemen Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
Faradiba, Y. (2013). Pengaruh Karakteristik Tim Dan Keadilan Kerja Terhadap Komitmen
Organisasi Pada Guru SMA Swasta Kota Bekasi. Jurnal Manajemen
Pendidikan, 4(1).
Nopriadi Saputra. (2020). Analisis Kelompok Kerja dalam Organisasi,
https://www.researchgate.net/publication/347134387_Analisis_Kelompok_Kerja_dala
m_Organisasi diakses pada Senin, 30 Oktober 2023 pukul 21.39 WIB
Kinerja dan kepuasan kelompok kerja
https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-soedirman/pengantar-ilmu-
ekonomi/kinerja-dan-kepuasan-kelompok-kerja/45189200 diakses pada Senin, 30
Oktober 2023 pukul 20.44 WIB
Bobby Sugara. (2021). Kinerja dan kepuasan kelompok kerja
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sumatera-utara/manajemen/bobby-sugara-
sitinjak-2005-02068-kinerja-dan-kepuasan-kelompok-kerja/20257219 diakses pada
Kamis, 26 Oktober 2023 pukul 19.30 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai