Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ETIKA PROFESI

Kecelakaan Kerja Pabrik Korek Api Binjai, Disfungsi Pengawas


Ketenagakerjaan
Tema : Bekerja secara efektif dalam tim
Sub Tema : Pengetahuan tentang organisasi, sistem manajemen , prinsip
kesetaraan kerja

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

Bunga Okta Zul Putri (1711071004)


Feli Ramasari (1711072007)
Aulia Permata Sari (1711072009)

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Setiap profesi memiliki etika profesi sesuai dengan bidang pekerjaaannya,
dan setiap bidang pekerjaan juga memiliki aturan, metode dan cara kerjanya
masing-masing dalam mencapai tujuan di sebuah perusahaan atau organisasi.
Metode bekerja dalam sebuah tim kerja sudah menjadi hal yang biasa dan
populer di kalangan masyarakat, baik di lingkup kecil hingga perusahaan besar.
Hal ini terjadi karena telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa tim kerja
biasanya bekerja lebih baik daripada individu ketiga tugas-tugas yang dilakukan
membutuhkan banyak keterampilan, pendapat, dan pengalaman.
Tim kerja dalam melakukan aktivitas dan tindakannya harus dituntut agar
bekerja secara efektif. Bekerja secara efektif dalam artian singkat merupakan
cara tim memperoleh tujuan perusahaan, kebutuhan dan tujuan anggotanya serta
dapat mempertahankan tim lebih lama. Keefektifitasan dalam bekerja memiliki
efek positif seperti peningkatan kefleksibilitasan perusahaan, kecepatan tumbuh,
keefisienan waktu kerja dan lebih tanggap dalam menghadapi suatu tantangan,
masalah atau pun persaingan luar.
Keefektifitasan dalam sebuah tim kerja juga berlaku pada semua tim kerja
di bidang manapun, apabila keefektivitasan dalam sebuah tim kerja tidak ada,
hal ini akan berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan. Seperti yang telah
terjadi pada kasus “Kecelakaan Kerja Pabrik Korek Api Binjai, Disfungsi
Pengawas Ketenagakerjaan” yang tidak berhasil dalam mewujudkan tujuan dari
perusahaannya. Hal ini juga didorong dari sistem manajemen perusahaan yang
buruk dan terdapat diskriminasi pekerja terkhusus dalam hal pengupahan kerja
yang mana telah melanggar sifat kesetaraan dalam tim kerja. Kasus ini dibahas
pada penulisan kali ini dengan memberikan landasan teori yang sesuai dengan
tema dan permasalahan yang diangkat.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui pentingnya keefektifitasan dalam sebuah tim kerja
2. Memberikan pemaparan mengenai organisasi dan sistem manajemen
3. Memberikan informasi mengenai prinsip kesetaraan kerja
4. Membahas mengenai kasus keefektifan bekerja dalam sebuah tim
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

II.1 Landasan Teori


1. Tim Kerja (Team Work)
Tim kerja merupakan sekelompok orang yang berada pada
organisasi atau berada dalam satu naungan yang mengerjakan dan
berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk
menyelesaikan sebuah tugas yang spesifik. Tim kerja menghasilkan kinerja
lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Hal ini memiliki
pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada
kinerja perindividu disuatu organisasi ataupun suatu perusahaan.
Pekerja tim atau tim kerja adalah orang yang sportif, sensitif dan
senang bergaul, serta mampu mengenali aliran emosi yang terpendam
dalam tim dengan sangat jelas. Tim kerja menghasilkan sinergi positif
melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individual mereka
menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah
masukan individual. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan
potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih
besar tanpa peningkatan masukan. Kinerja tim akan lebih unggul daripada
kinerja individu jika tugas yang harus dilakukan menuntut keterampilan
ganda. Tim kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan sasarannya dalam
suatu organisasi adalah :
a) Tim Pemecah Masalah
Tim ini tersusun atas 5 sampai 12 karyawan. Dalam tim pemecahan
masalah ini setiap anggota membagikan gagasan atau menawarkan
saran mengenai bagaimana proses dan metode kerja dapat diperbaiki.
Tetapi jarang diantara tim kerja ini diberi wewenang untuk
melaksanakan secara sepihak setiap tindakan yang mereka sarankan.
b) Tim Kerja Pengelolahan Diri
Tim Kerja pengelolaan diri (swakelola) umumnya tersusun atas 10
sampai 15 orang yang memikul tanggung jawab dari mantan penyelia
mereka. Tim kerja ini sepenuhnya mengelola sendiri timnya, bahkan
memilih anggota-anggotanya sendiri, menyuruh anggotanya untuk
saling menilai.
c) Tim Kerja Fungsional Silang
Tim ini tersusun dari karyawan-karyawan dengan tingkat hirarkis yang
sama, tetapi berasal dari bidang kerja yang berbeda, yang berkumpul
bersama-sama untuk menyelesaikan suatu tugas. Tim Fungsional
Silang (cross-functional team) melakukan pertukaran informasi,
mengembangkan gagasan baru dan memecahkan masalah serta
mengkoordinasikan proyek yang rumit.
2. Perbedaan antara Kelompok Kerja (Work Groups) dan Tim Kerja (Work
Teams)
Kelompok Kerja Tim Kerja

Membagi Informasi Tujuan Kinerja Kolektif


Netral (Terkadang Negatif) Sinergi Positif
Individual Akuntabilitas Individual & timbal balik
Acak dan Bervariasi Keterampilan Saling Melengkapi

Kelompok kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk


berbagi informasi dan membuat keputusan untuk membantu setiap anggota
kelompok dalam bidang tanggung jawabnya. Tim kerja adalah kelompok
yang upaya individualnya menghasilkan kinerja yang lebih besar dari
jumlah input individu. Kelompok kerja adalah kelompok yang berinteraksi
terutama untuk berbagi informasi dan membuat keputusan untuk
membantu setiap anggota melakukan dalam bidang tanggung jawabnya.
Kelompok kerja tidak perlu atau memiliki kesempatan untuk terlibat dalam
kerja kolektif yang membutuhkan upaya bersama. Jadi kinerja mereka
hanyalah penjumlahan dari kontribusi masing-masing anggota grup. Tidak
ada sinergi positif yang akan menciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang
lebih besar dari jumlah input. Sebaliknya, tim kerja menghasilkan sinergi
positif melalui upaya yang terkoordinasi. Upaya individu menghasilkan
tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah input individu tersebut.

3. Cara bekerja secara efektif dalam tim


Menciptakan sebuah tim kerja "efektif" adalah ketika individu dapat
melakukan pekerjaan dengan lebih baik seperti menyelesaikan masalah
yang salah dengan sempurna. Komponen kunci dari tim yang efektif terbagi
menjadi tiga kategori umum yaitu, sumber daya dan pengaruh kontekstual
lainnya yang membuat tim efektif, komposisi tim dan variabel proses
(peristiwa dalam tim yang memengaruhi efektivitas). Berikut merupakan
model efektivitas tim :

Konteks :
- Sumber daya yang memadai
- Kepemimpinan & stuktur
- Iklim kepercayaan
- Evaluasi Kinerja dan sistem imbalan

Efektivitas Tim

Komposisi :
Proses : - Kemampuan Anggota
- Tujuan Bersama - Kepribadaian
- Tujuan Spesifik - Mengalokasikan peran
- Keberhasilan tim - Perbedaan
- Tingkat Konflik - Ukuran tim
- Kemalasan Sosial - Fleksibilitas anggota
- Preferensi anggota
a) Konteks
1. Sumber daya yang memadai
Tim adalah bagian dari sistem organisasi yang lebih besar;
setiap tim kerja bergantung pada sumber daya di luar kelompok
untuk mempertahankannya. Kelangkaan sumber daya secara
langsung mengurangi kemampuan tim untuk melakukan tugasnya
secara efektif dan mencapai tujuannya. Sebagai satu penelitian
menyimpulkan, setelah melihat 13 faktor yang berkaitan dengan
kinerja kelompok, "mungkin salah satu karakteristik paling
penting dari kelompok kerja yang efektif adalah dukungan yang
diterima kelompok dari organisasi." Dukungan ini termasuk
informasi tepat waktu, peralatan yang tepat, kepegawaian yang
memadai, dorongan, dan bantuan administrasi.
2. Kepemimpinan & Struktur
Kepemimpinan sangat penting dalam sistem multiteam, di
mana tim yang berbeda mengoordinasikan upaya mereka untuk
menghasilkan hasil yang diinginkan. Di sini, para pemimpin perlu
memberdayakan tim dengan mendelegasikan tanggung jawab
kepada mereka, dan mereka memainkan peran sebagai fasilitator,
memastikan tim bekerja sama daripada melawan satu sama lain.
Tim yang membentuk kepemimpinan bersama dengan
mendelegasikannya secara efektif lebih efektif daripada tim
dengan struktur pemimpin tunggal.
3. Iklim Kepercayaan
Anggota tim yang efektif saling percaya. Mereka juga
percaya pada pemimpin mereka. Kepercayaan antarpribadi di
antara anggota tim memfasilitasi kerja sama, mengurangi
kebutuhan untuk memantau perilaku satu sama lain, dan mengikat
anggota dengan keyakinan bahwa orang lain dalam tim tidak akan
memanfaatkannya. Anggota tim lebih mungkin untuk mengambil
risiko dan mengekspos kerentanan ketika mereka percaya mereka
dapat mempercayai orang lain di tim mereka. Kepercayaan adalah
fondasi kepemimpinan. Ini memungkinkan tim untuk menerima
dan berkomitmen pada tujuan dan keputusan pemimpinnya
4. Evaluasi Kinerja dan Sistem Imbalan
Selain mengevaluasi dan memberi penghargaan kepada
karyawan atas kontribusi individu mereka, manajemen harus
memodifikasi sistem evaluasi dan penghargaan tradisional yang
berorientasi individual untuk mencerminkan kinerja tim dan fokus
pada sistem hibrida yang mengenali anggota individu karena
evaluasi kinerja dan insentif individu yang luar biasa dapat
mengganggu pengembangan tim berkinerja tinggi. Jadi, selain
mengevaluasi dan memberi penghargaan kepada karyawan atas
kontribusi mereka masing-masing, manajemen harus
memodifikasi sistem evaluasi dan penghargaan tradisional yang
berorientasi individual untuk mencerminkan kinerja tim dan fokus
pada sistem hibrida yang mengenali anggota individu karena
keunggulan mereka.
b) Komposisi
1. Kemampuan Anggota
Bagian dari kinerja tim tergantung pada pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan masing-masing anggota. Kinerja
sebuah tim tidak hanya penjumlahan dari kemampuan masing-
masing anggota. Namun, kemampuan ini menetapkan batasan
pada apa yang dapat dilakukan anggota dan seberapa efektif
mereka akan tampil dalam tim. kemampuan pemimpin tim juga
penting. Pemimpin tim yang cerdas membantu anggota tim yang
kurang cerdas ketika mereka bergumul dengan suatu tugas. Tetapi
pemimpin yang kurang cerdas dapat menetralisir efek dari tim
berkemampuan tinggi.
2. Kepribadaian
Orang-orang yang berhati nurani sangat baik dalam
mendukung anggota tim lain, dan mereka juga pandai merasakan
kapan dukungan mereka benar-benar dibutuhkan. Satu studi
menemukan bahwa kecenderungan perilaku spesifik seperti
organisasi pribadi, penataan kognitif, orientasi pencapaian, dan
daya tahan semuanya terkait dengan tingkat kinerja tim yang lebih
tinggi.
3. Mengalokasikan peran
Tim memiliki kebutuhan yang berbeda, dan anggota harus
dipilih untuk memastikan semua peran yang berbeda terisi.
Dengan kata lain, letakkan pekerja Anda yang paling mampu,
berpengalaman, dan teliti dalam peran paling sentral dalam sebuah
tim. Tim kerja yang sukses telah memilih orang untuk memainkan
semua peran ini berdasarkan keterampilan dan preferensi mereka.
(Pada banyak tim, individu akan memainkan banyak peran.)
Untuk meningkatkan kemungkinan anggota tim akan bekerja
bersama dengan baik, manajer perlu memahami kekuatan individu
yang dapat dibawa oleh setiap orang ke tim, memilih anggota
dengan kekuatan mereka dalam pikiran, dan mengalokasikan
pekerjaan. tugas yang sesuai dengan gaya pilihan anggota.
4. Perbedaan
Keanekaragaman dalam fungsi, pendidikan, dan keahlian
berhubungan positif dengan kinerja kelompok, tetapi efek ini
cukup kecil dan tergantung pada situasi. Kepemimpinan yang
tepat juga dapat meningkatkan kinerja berbagai tim. Ketika para
pemimpin memberikan tujuan bersama yang menginspirasi bagi
anggota dengan berbagai jenis pendidikan dan pengetahuan, tim
sangat kreatif. Ketika para pemimpin tidak memberikan tujuan
seperti itu, tim yang beragam gagal memanfaatkan keterampilan
unik mereka dan sebenarnya kurang kreatif daripada tim dengan
keterampilan yang homogen. Namun, bahkan tim dengan nilai
beragam dapat bekerja secara efektif, jika pemimpin memberikan
fokus pada tugas-tugas kerja daripada memimpin berdasarkan
hubungan pribadi.
5. Ukuran tim
Sebagian besar pakar sepakat, menjaga tim tetap kecil adalah
kunci untuk meningkatkan efektivitas kelompok. Secara umum,
tim yang paling efektif memiliki lima hingga sembilan anggota.
Dan para ahli menyarankan menggunakan jumlah terkecil orang
yang dapat melakukan tugas. Sayangnya, manajer sering
melakukan kesalahan dengan membuat tim terlalu besar. Mungkin
hanya memerlukan empat atau lima anggota untuk
mengembangkan keragaman pandangan dan keterampilan,
sementara masalah koordinasi dapat meningkat secara
eksponensial ketika anggota tim ditambahkan. Ketika tim
memiliki kelebihan anggota, kekompakan dan akuntabilitas
timbal balik menurun, kemunduran sosial meningkat, dan lebih
banyak orang berkomunikasi lebih sedikit. Anggota tim besar
mengalami kesulitan berkoordinasi satu sama lain, terutama di
bawah tekanan waktu. Jika unit kerja alami lebih besar dan Anda
menginginkan upaya tim, pertimbangkan untuk membagi grup
menjadi sub-sub.
6. Fleksibilitas anggota
Fleksibilitas kerja yaitu jam kerja yang fleksibel yang dapat
diringkas sebagai kemampuan anggota organisasi untuk
mengontrol durasi kerja mereka berdasarkan lokasi kerja dan
kemampuan untuk memenuhi jadwal kerja yang diberikan oleh
organisasi. Fleksibilitas kerja diberikan sebagai bentuk variasi
ketika bekerja, sehingga membuat para pekerja tidak merasa bosan.
7. Preferensi anggota
Tidak setiap karyawan adalah pemain tim. Diberi pilihan,
banyak karyawan akan memilih sendiri dari partisipasi tim. Ketika
orang yang lebih suka bekerja sendiri dituntut untuk bekerja sama,
ada ancaman langsung terhadap moral tim dan kepuasan anggota
individu. Hasil ini menunjukkan bahwa, ketika memilih anggota
tim, manajer harus mempertimbangkan preferensi individu
bersama dengan kemampuan, kepribadian, dan keterampilan. Tim
berkinerja tinggi cenderung terdiri dari orang-orang yang lebih
suka bekerja sebagai bagian dari grup.
c) Proses
1. Tujuan Bersama dan Tujuan Spesifik
Tim yang sukses menerjemahkan tujuan bersama menjadi spesifik,
tujuan kinerja yang terukur dan realistis. Tujuan khusus
memfasilitasi komunikasi yang jelas. Mereka juga membantu tim
mempertahankan fokus mereka untuk mendapatkan hasil.
Konsisten dengan penelitian tentang tujuan individu, tujuan tim
juga harus menantang. Sasaran yang sulit tetapi dapat dicapai
meningkatkan kinerja tim pada hal itu kriteria yang mereka
tetapkan. Jadi, misalnya, tujuan kuantitas cenderung meningkat
kuantitas, sasaran untuk akurasi meningkatkan akurasi, dan
sebagainya.
2. Keberhasilan tim
Tim yang efektif memiliki kepercayaan diri; mereka percaya,
mereka bisa sukses. Dua opsi untuk membantu tim mencapai
keberhasilan adalah membangun kepercayaan diri dan
menyediakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan teknis
dan interpersonal anggota. Lebih besar kemampuan anggota tim,
semakin besar kemungkinan tim akan mengembangkan
kepercayaan diri dan kemampuan untuk mewujudkan kepercayaan
itu.
3. Tingkat Konflik
Konflik pada tim belum tentu buruk. Konflik hubungan — konflik
yang didasarkan pada ketidakcocokan interpersonal, ketegangan,
dan permusuhan terhadap orang lain — hampir selalu tidak
berfungsi. Namun, ketika tim melakukan kegiatan non-rutin,
perbedaan pendapat tentang konten tugas (disebut konflik tugas)
merangsang diskusi, mempromosikan penilaian kritis masalah dan
pilihan, dan dapat mengarah pada keputusan tim yang lebih baik.
4. Kemalasan Sosial
Tim yang efektif merusak kecenderungan ini dengan membuat
anggota secara individual dan bertanggung jawab bersama untuk
tujuan, sasaran, dan pendekatan tim. Karena itu, anggota harus
jelas tentang apa yang menjadi tanggung jawab mereka secara
individu untuk dan apa yang menjadi tanggung jawab bersama
mereka dalam tim.

4. Organisasi dan sistem manajemen


Organisasi adalah kesatuan susunan yang terdiri dari sekelompok
orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang dapat dicapai secara lebih
efektif dan efisien melalui tindakan secara bersama-sama, dimana dalam
melakukan tindakan itu ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggung
jawab bagi tiap-tiap personal yang terlibat didalamnya untuk mencapai
tujuan organisasi.
a) Konsep Organisasi
Organisasi dapat didefinisikan sebagai koordinasi sekelompok orang
untuk mencapai suatu tujuan. Pada perusahaan yang besar tujuan yang
besar dibagi lagi dalam beberapa tujuan yang lebih kecil agar lebih
mudah dikelola.
b) Dalam suatu organisasi dikenal adanya tingkatan supervisi dan rentang
pengawasan.
1) Tingkatan supervisi: menunjukkan banyaknya jenjang antara
manajemen tingkat atas sampai dengan manajemen yang paling
bawah.
2) Rentang pengawasan: menunjukkan bawahan yang harus melapor
kepada manajemen.
3) Sentralisasi: Pengambilan keputusan yang diserahkan kepada
manajer tingkat atas.
4) Desentralisasi: Pengambilan keputusan sebagian diserahkan
kepada manajer tingkat di bawahnya
c) Ciri-Ciri Organisasi
1) Lembaga sosial yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai
pola interaksi yang ditetapkan.
2) Dikembangkan untuk mencapai tujuan
3) Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun
4) Instrumen sosial yang mempunyai batasan yang secara relatif
dapat diidentifikasi.
d) Organisasi Sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang saling
berhubungan dan saling bergantung yang diatur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu kesatuan (Stephen P. Robbins, 1994: 11).
Dalam sebuah sistem, fungsi-fungsi khusus didefferensiasikan dan
menggantikan pola umum yang bermaacam-macam. Sebagaimana
dalam organisasi terdapat divisi, departemen, dan unit lainnya yang
dipisahkan untuk melaksanakan aktifivitas khusus. Agar dapat
mempertahankan kesatuan diantara bagian-bagian yang
didefferensiasi dan keseluruhan bentuk yang lengkap, setiap sistem
mempunyai proses integrasi timbal balik. Dalam organisasi, integrasi
ini dicapai melalui perangkat-perangkat seperti tingkatan hirarki yang
dikoordinasi, supervisi langsung, dan peraturan serta kebijakan. Sistem
membutuhkan diferensiasi untuk mengidentifikasi sub-sub bagian
organisasi dan integrasi untuk memastikan bahwa sistem tidak
terpecah menjadi elemen-elemen yang terpisah dari sistem organisasi.
e) Peranan Individu dalam Organisasi
1) Kemauan untuk bekerjasama.
Setiap individu dalam organisasi tersebut tidak mempunyai
intensitas kemauan yang sama untuk bekerjasama, bahkan
kebanyakan dari individu tidak mempunyai kemauan untuk
bekerjasama. Kemauan untuk bekerjasama tergantung pada
kepuasan yang diperoleh individu tersebut dalam hasil kerjasama
dalam bentuk imbalan yang diberikan organisasi
2) Tujuan yang ingin dicapai
Kemauan untuk bekerjasama tidak dapat dikembangkan kalau
tidak ada tujuan yang jelas dengan sendirinya. Tujuan merupakan
elemen penting dalam organisasi
3) Komunikasi
Merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antar berbagai
subsistem dalam organisasi.

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang


saling berhubungan berkumpul bersama-sama melakukan suatu kegiatan
untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. manajemen merupakan suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya. Fungsi dari manajemen adalah:
a. Planning, meliputi penentuan tujuan, tindakan, pengembangan aturan
dan prosedur-prosedur, pengembangan rencana dan melakukan prediksi.
b. Organizing, meliputi pemberian tugas, bagian-bagian, pendelegasian
wewenang, dan mengkoordinir pekerjaan.
c. Staffing, meliputi rekruitmen karyawan, pelatihan dan pengembangan.
d. Leading, mencakup pemberian perintah, menjaga motivasi dan
semangat kerja karyawan.
e. Controlling, menentukan standar, melakukan perbaikan bila diperlukan.

Dapat disimpulkan, bahwa manajemen merupakan sarana untuk


mencapai tujuan organisasi. Tanpa manajemen, sebuah organisasi tidak
akan berjalan dengan baik, dan tujuan dari organisasi tersebut akan sulit
dicapai. Karena itulah manajemen perlu untuk diterapkan pada setiap
organisasi.
Untuk melakukan kegiatan pengelolaannya, manajemen
memerlukan sistem. Dengan terdapatnya elemen-elemen yang terdapat pada
sistem, maka hal yang diinginkan manajemen yang merupakan tujuan dari
organisasi akan terlaksana dan tercapai.
Oleh karena itu sistem, organisasi, dan manajemen memiliki
hubungan keterkaitan yang erat. Organisasi memerlukan manajemen untuk
mencapai tujuannya, dan manajemen memerlukan sistem untuk melakukan
kegiatan pengelolaannya tersebut.

5. Kesetaraan Kerja
Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja adalah dua cara
untuk menyatakan hal yang sama: Kesetaraan berarti tidak adanya
diskriminasi, dan diskriminasi berarti hilangnya atau berkurangnya
kesetaraan. Hak atas kesetaraan adalah hak asasi manusia yang
fundamental, yang dijamin di dalam Undang-undang Dasar Republik
Indonesia, Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No.13 Tahun 2033)
maupun di dalam instrumen-instrumen hukum internasional yang telah
diratifikasi oleh Indonesia. Perusahaan memiliki tanggungjawab untuk
menghormati prinsip kesetaraan, baik sebagai pengusaha maupun sebagai
pelaku ekonomi. Sebagai pengusaha, perusahaan harus memastikan bahwa
prinsip-prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi dihormati di seluruh
praktik sumber daya manusia, meliputi :
a) Perekrutan
b) Pengupahan
c) Benefit sosial atau benefit ketenagakerjaan lainnya
d) Syarat dan ketentuan kerja
e) Akses ke pelatihan kerja, kemajuan dan promosi
f) Pemutusan kontrak kerja
Prinsip kesetaraan kesempatan dan perlakuan berlaku untuk seluruh
pekerja di suatu perusahaan, yang bekerja untuk perusahaan tersebut dari
sebuah lokasi eksternal, atau yang dikaitkan dengan perusahaan tersebut,
termasuk pekerja paruh waktu, pekerja lepas,subkontraktor, pekerja alih
daya dan pekerja komisi. Pengusaha harus mengikuti panduan yang
ditetapkan di dalam Panduan dan Kode praktik bagi pengusaha tentang
mempromosikan kesetaraan dan mencegah diskriminasi di tempat kerja di
Indonesia yang diterbitkan oleh APINDO bekerja sama dengan ILO untuk
memastikan bahwa tidak ada bentuk diskriminasi yang ditoleransi di
tempat kerja. Seluruh manajer, penyelia dan staf di perusahaan sama-sama
bertanggung jawab untuk menghormati prinsip kesetaraan dan untuk
melaksanakan toleransi dan pemahaman terhadap keragaman untuk
meningkatkan keharmonisan dan kepercayaan tempat kerja.
Ketentuan-ketentuan kesetaraan dalam undang-undang nasional terdapat
dalam beberapa pasal-pasal berikut:
Pasal 27, UUD 1945
1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
Pasal 28D, UUD 1945
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28I, UUD 1945
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Pasal 1(3) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Mendefinisikan diskriminasi sebagai “setiap pembatasan,
pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan
pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial,status ekomomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan
pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan
dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang
politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.”
Pasal 5, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
“Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
untuk memperoleh pekerjaan.”
Pasal 6, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
“Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha”
Pasal 153, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
“Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan
alasan:.... (i) karena perbedaan paham,agama, aliran politik, suku, warna
kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan”.
Peraturan Menteri No. PER/03/MEN/1989 tentang Pemutusan
Hubungan Kerja
Melarang pemberhentian “pasangan menikah” berkaitan dengan kehamilan
atau melahirkan.

II.2 Kasus Etika Profesi

Kecelakaan Kerja Pabrik Korek Api Binjai, Disfungsi Pengawas


Ketenagakerjaan

Sebanyak 30 orang meninggal dunia akibat pabrik korek api (mancis)


terbakar di Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Jumat
(21/6/2019). Kepastian penyebab kebakaran yang menewaskan 27 pekerja dan
3 anak balitanya masih diselidiki. Para korban dibawa ke rumah sakit untuk
keperluan identifikasi. Dari keterangan Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Utara, Riadil Lubis, lokasi pabrik itu
merupakan sebuah rumah di kawasan pemukiman penduduk.
Diberitakan Tribun Medan, seorang mantan pekerja pabrik mengatakan,
para pekerja selalu dikunci oleh pemilik pabrik atau mandor ketika merakit
mancis. Tindakan ini dilakukan untuk mengantisipasi pencurian. Beberapa
warga sekitar juga mempertanyakan legalitas pabrik mancis itu.
Pengusaha Ceroboh, Pengawasan Lemah
Tragedi kecelakaan kerja di tanah air yang terjadi berulang kali merupakan
bukti buruknya pengawasan ketenagakerjaan. Sudah banyak nyawa buruh yang
melayang karena kecerobohan pengusaha dan pelanggaran peraturan
keselamatan kerja. Dinas ketenagakerjaan seperti burung onta, sering
menyembunyikan kepala dan menutup mata terhadap persoalan kesehatan dan
keselamatan kerja di wilayahnya.
Dari data yang dihimpun Reaktor.co.id, para pekerja di pabrik naas itu
selama ini belum dilengkapi dengan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
yang memadai, serta belum diikutkan dalam program jaminan sosial atau BPJS
Ketenagakerjaan. Lokasi dan kondisi pabrik yang merupakan kategori industri
rumahan jelas terlihat tidak memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
Industri korek api gas yang menggunakan bahan baku yang mudah terbakar atau
eksplosif, perlu prosedur dan peralatan khusus. Tidak bisa dikerjakaan secara
asal-asalan dan tanpa tenaga kerja berkeahlian produksi yang sesuai standar.
Tragedi Binjai merupakan tragedi nasional yang sangat memilukan dan
merendahkan martabat kemanusiaan. Tragedi ketenagakerjaan seperti di atas
sering terjadi. Ironisnya, pemerintah pusat dan daerah belum mencari solusi
mendasar dari tragedi sebelumnya, seperti kebakaran pabrik petasan di
Kabupaten Tangerang yang menewaskan banyak pekerja beberapa waktu yang
lalu.

II.3 Pembahasan Kasus


Kasus yang dipaparkan diatas dianalisa dengan berlandaskan pada tema dan
landasan teori yang penulis angkat pada makalah kali ini yaitu “Bekerja secara
Efektif dalam Tim”. Berdasarkan kronologi kasus “Kecelakaan Kerja Pabrik
Korek Api Binjai, Disfungsi Pengawas Ketenagakerjaan”, terdapat beberapa
bukti terjadinya ketidakefektifan dalam sebuah tim kerja. Berikut merupakan
pembahasan yang diangkat oleh penulis :
1. Perusahaan menyalahi beberapa model keefektivan kerja tim :
Konteks
a) Sumber daya yang memadai
Sumber daya yang tidak memadai karena tim pekerja dalam
perusahaan tersebut harus menjadikan anak berusia 15 tahun sebagai
tenaga tambahan pekerja nya, hal ini diambil sebagai langkah
kelangkaan sumber daya yang dialami oleh perusahaan tersebut.
b) Kepemimpinan dan struktur
Pemimpin yang berfungsi untuk memberdayakan tim dengan tetap
mejaga keselamatan dari tim kerjanya malahan berperan
berkebalikan. perusahaan belum melaksanakan sepenuhnya syarat-
syarat Keselamatan Kesehatan Kerja (K3). Dari olah tempat kejadian
perkara, diketahui sumber api berasal dari pintu belakang yang
menjadi akses keluar masuk pekerja, sedangkan pintu depan terkunci
sehingga saat terjadi kebakaran para pekerja tak bisa keluar
menyelamatkan diri karena tidak ada jalur evakuasi.
c) Evaluasi kinerja dan sistem imbalan
Imbalan yang diterima oleh para anggota / pegawai lebih rendah dari
ketentuan upah minimum Kabupaten Langkat

Proses
Keberhasilan tim, salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah
dengan membangun kepercayaan diri dan menyediakan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan teknis dan interpersonal anggota dan
menyediakan fasilitas-fasilat pendukung lainnya. Namun, pada kasus
yang dipaparkan, perusahaan tidak melakukan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan dari anggotanya dan Perusahaan juga tidak
memiliki alat pemadam kebakaran dan sirkulasi udara yang memenuhi
syarat. Pabrik tidak dilengkapi fasilitas pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K), dan tidak tersedia alat pelindung diri (APD)

Komposisi [Kemampuan anggota dan mengalokasikan peran]


Kinerja sebuah tim tidak hanya penjumlahan dari kemampuan
masing-masing anggota. Namun kemampuan ini menetapkan batasan
pada apa yang dapat dilakukan anggota dan seberapa efektif mereka akan
tampil dalam tim. Dengan mempekerjakan anak berumur 15 tahun yang
masih duduk di bangku sekolah, memiliki keterbatasan dalam waktu
bekerja dan keterbatasan fungsi ketahanan dari energi tubuhnya serta hal
yang lebih penting lainnya yaitu anak tersebut bukan termasuk dalam
tenaga kerja berkeahlian produksi. Membuktikan bahwa kemampuan
anggota yang dipilih tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Perusahaan juga telah melanggar bagian prinsip-prinsip kesetaraan tenaga


kerja yaitu pengupahan, dimana karyawan diupah dengan gaji dibawah
ketentuan upah minimum kabupaten langkat
3. Kelalaian peran dari manajemen :
a. Perusahaan tidak melaporkan keberadaan cabang perusahaan tersebut
kepada Dinas Ketenagakerjaan, sehingga keberadaannya tak tercatat
oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara, sehingga
perusahaan masuk kategori illegal. Hal ini menyalahi fungsi dari
manajemen yaitu planning dimana telah menyalahi prosedur
pendirian cabang perusahaan
b. Tidak adanya standar keselamatan kerja berupa kondisi tempat kerja
yang berventilasi, peralatan keamaan dan fasilitas pertolongan
pertama pada kecelakaan. hal ini membuktikan bahwa manajemen
tidak menjalankan fungsi controllingnya.
c. Perekrutan anak bernama Rina yang berumur 15 tahun telah
membuktikan kelalaian fungsi manajemen dalam hal perekrutan
karyawan.

Dapat disimpulkan, bahwa manajemen yang buruk dari perusahaan


yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi. sehingga
organisasi tidak akan berjalan dengan baik, dan tujuan dari organisasi
tersebut akan sulit dicapai. Karena itulah manajemen perlu untuk diterapkan
pada setiap organisasi.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Tim kerja merupakan sekelompok orang yang berada pada organisasi atau
yang mengerjakan, berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan
mereka untuk menyelesaikan sebuah tugas yang spesifik. Tim kerja
menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
2. Efektivitas tim terbangun dari tiga bagian elemen yaitu konteks, proses
dan komposisinya.
3. Manajemen merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa
manajemen, sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik, dan
tujuan dari organisasi tersebut akan sulit dicapai. Karena itulah
manajemen perlu untuk diterapkan pada setiap organisasi.
4. Kesetaraan berarti tidak adanya diskriminasi, dan diskriminasi berarti
hilangnya atau berkurangnya kesetaraan.
5. Kasus “Kecelakaan Kerja Pabrik Korek Api Binjai, Disfungsi Pengawas
Ketenagakerjaan” adalah contoh kasus tidak berperannya sistem
manajemen dan ketidakefektivan tim kerja pada perusahaannya

III.2 Saran
1. Pabrik korek api binjai harus didirikan melalui prosedur legal dan
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah da badan
keselamatan kerja.
2. Sitem manajemen pada pabrik korek api Binjai harus berperan secara aktif
dalam memenuhi fungsinya sebagai manajemen mulai dari perekrutan
tenaga kerja hingga keselamatan tenaga kerja
3. Pengelola atau pemilik pabrik korek api Binjai harus mengikuti sistem
upah yang berlaku di daerahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Azisya, Andi Nurul. 2014. Pengaruh Komunikasi dan Tim Kerja Terhadap
Efektivitas Kerja Pegawau pada Kantor Pemerintah Kecamatan Maiwa
Kabupaten Enrekang. UIN Alauddin Makassar

International Labour Organization. 2013. Kesetaraan dalam Pekerjaan : Konsep


dan Prinsip Utama. Jakarta : International Labour Organization.

Robbins, Stephen P. dkk. 2013. Organizational Behavior. United States of


America : Pearson education

Anda mungkin juga menyukai