Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan pihak tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam
namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja
sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa
yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang
dikemukakan National Joint Practice Commission (1997) yang dikutip
Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu
menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam
kontek perawatan kesehatan.
Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah
bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gray (1989) menggambarkan
bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terlibat
memandang aspek-aspek perbedaan dari auatu masalah serta menemukan
solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka
terhadap apa yang dilakukan.
American Medical Association (AMA), 1994, setelah melalui diskusi
dan negosiasi yang panjang dalam kesepakatan hubungan professional
dokter dan perawat, mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut :
Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan
praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan
saling mengakuidan menghargai terhadap setiap orang yang
berkonstribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kerjasama tim?
2. Apakah jenis-jenis kerjasama tim?
3. Bagaimanakah prinsip kerjasama tim?
4. Bagaimanakah kerjasama tim di dalam arah tujuan?
5. Apakah indicator dari kerjasama tim?
6. Bagaimanakah tahap perkembangan kerjasama tim?
7. Bagaimanakah peranan anggota tim?
8. Bagaimanakah dimensi tim yang efektif ?
9. Bagaimakah manfaat dan fungsi tim kerja?
10. Apakah pengertian kolaborasi?
11. Bagaimanakah hubungan kolaborasi tim kerja di rumah sakit ?
12. Bagaimanakah dasar-dasar kompetensi kolaborasi ?
13. Bagaimanakah jenis-jenis kolaborasi tim kesehatan ?
14. Bagimana metode kerjasama tim ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian kerjasama tim
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kerjasama tim
3. Untuk mengetahui prinsip kerjasama tim
4. Untuk mengetahui kerjasama tim di dalam arah tujuan
5. Untuk mengetahui indikator dari kerjasama tim
6. Untuk mengetahui tahap perkembangan kerjasama tim
7. Untuk mengetahui peranan anggota tim
8. Untuk mengetahui dimensi tim yang efektif
9. Untuk mengetahui manfaat dan fungsi tim kerja
10. Untuk mengetahui pengertian kolaborasi
11. Untuk mengetahui hubungan kolaborasi tim kerja di rumah sakit
12. Untuk mengetahui dasar-dasar kompetensi kolaborasi
13. Untuk mengetahui jenis-jenis kolaborasi tim kesehatan
14. Untuk mengetahui contoh kerjasama tim dalam pelayanan keperawatan

2
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat oleh kelompok agar mahasiswa dapat memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam asuhan keperawatan kepada klien tentang
konsep kerja tim dalam keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kerja Tim


Kerja tim merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan
sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. (Tracy, 2006)
Menurut Dewi (2007), kerja tim (teamwork) adalah bentuk kerja dalam
kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim
beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan
dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling
ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau
menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan teamwork diharapkan
hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan.
Stephen dan Timothy (2008) menyatakan teamwork adalah kelompok
yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada
jumlah masukan individual. Teamwork menghasilkan sinergi positif melalui
usaha yang terkoordinasi. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang
dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada kinerja perindividu di suatu
organisasi ataupun suatu perusahaan.
Teori yang dikemukakan oleh Stephen dan Timothy (2008) senada
dengan teori tim yang efektif yang dikemukakan oleh Smither, Houston,
McIntire (1996). Manurut Smither, Houston, McIntire (1996), tim yang
efektif adalah sebuah tim yang memungkinkan anggotanya untuk bisa
menghasilkan penyelesaian tugas yang lebih besar jumlahnya dibandingkan
dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya merupakan hasil dari
kontribusi anggota-anggota tim secara bersama-sama.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Burn (2004), yang menyatakan
bahwa efektifitas tim atau tim yang efektif merupakan tim kerja yang
anggota-anggotanya saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan
memiliki sikap yang saling mendukung dalam kerjasama tim.

4
2. Jenis Kerja Tim
Menurut Daft (2000) tim terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1) Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai
bagian dari struktur organisasi formal.
2) Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer
dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3) Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa
karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area
keahlian yang berbeda.
4) Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar
organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan
atau kreativitas khusus.
5) Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang
pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan
untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan
pelaksanaannya diawasi oleh seorang anggota terpilih.
6) Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12
karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana
mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas,
efisiensi, dan lingkungan kerja.

5
Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada 3 (tiga) tipe tim, yaitu:
1) Problem solving team

Sebuah tim yang dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah yang


muncul dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan
tim ini adalah mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan
bagaimana memecahkan masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk
memperbaiki. Anggota tim biasanya berasal dari satu departemen yang
beranggotakan kurang lebih sepuluh orang yang melakukan pertemuan
rutin setiap minggu.
2) Self-managed team

Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan


memberikan kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka,
misalnya menjadwal kerja, menentukan metode kerja, mengawasi
anggota, memberi reward dan hukuman bagi anggota dan merekrut
anggota. Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu departemen yang
melakukan tugas yang sama.

6
3) Cross functional team

Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus,


misalnya pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan
sistem kompensasi. Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen
yang memiliki keahlian dan orientasi yang berbeda yang bekerjasama
untuk mencapai suatu tujuan.

3. Prinsip Kerja Tim


Guna mendukung hal tersebut diperlukan beberapa prinsip untuk
kenyamanan tim yang efektif yaitu :
1) Memperoleh bakat terbaik dari masing-masing individu
2) Mendemonstrasi dan mengembangkan kepemimpinan
3) Merangsang komitmen tim
4) Memberi inspirasi keamanan dan antusiasme tim
5) Membangun sikap tim yang kuat
6) Memberdayakan individu
7) Supaya menonjol dilingkungan tim
8) Menciptakan lingkungan tim atas dasar saling percaya dan saling
menghormati
9) Membangun suatu pondasi karakter tim dan individual
10) Prilaku yang tidak egois dan rela berkorban
11) Berpikiran terbuka.

4. Kerja Tim Adalah Arah Tujuan


Masing-masing individu anggota tim harus memainkan atau
memerankan secara bersama sama untuk menjadi
1) Driver dalam mengembangkan gagasan, memberi arah, menemukan hal-
hal baru

7
2) Planner yaitu menghitung kebutuhan tim, merencanakan strategi kerja,
menyusun jadwal
3) Enabler yaitu ahli memecahkan masalah, mengelola sarana/sumber daya,
menyebarkan gagasan melakukan negosiasi
4) Exec yaitu mau bekerja menghasilkan output, mengkoordinir, dan
memelihara tim
5) Controller yaitu membuat catatan, mengaudit, dan mengevaluasi
kemampuan tim.

5. Indikator Kerja Tim


Berdasarkan definisi kerja tim yang dinyatakan wechloz (2000) maka
indikator-indikator sebagai berikut:
1) Kepemimpinan partisipatif (participative leadership), yaitu terciptanya
kebebasan dengan mendorong, memberikan kebebasan memimpin dan
melayani orang lain.
2) Tanggung jawab yang dibagikan (shared responsibility), yaitu terciptanya
lingkungan yang menjadikan anggota tim merasa bertanggung jawab
seperti tanggung jawab seorang manajer dalam pelaksanaan unit kerja.
3) Penyamaan tujuan (aligned on purpose), yaitu memiliki rasa tujuan yang
sama sebagaimana dalam tujuan awal dan fungsi pembentukan tim.
4) Komunikasi yang intensif (intensive communication) yaitu terciptanya
iklim kepercayaan dan komunikasi yang terbuka serta jujur.
5) Fokus pada masa yang akan datang (future focused), yaitu adanya
perubahan sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang (tumbuh).
6) Fokus pada tugas (focused on task), yaitu terciptanya fokus perhatian
anggota tim pada tugas-tugas yang dilaksanakan.
7) Pengerahan bakat (talents), yaitu adanya perubahan rintangan-rintangan
secara kreatif menjadi daya cipta dan penerapan bakat serta kemampuan
individu.
8) Tanggapan yang cepat (rapid response), yaitu adanya pengidentifikasian
dan pelaksanaan setiap respon secara cepat.

8
6. Tahap Perkembangan Kerja Tim
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim
agar dapat berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan
perancangan tim yang baik. Adapun 5 tahapan perkembangan tim, yaitu:
1) Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju
untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka
setiap orang membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri.
Konflik sangat jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu,
bahkan seringkali ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung
belum dapat memilih pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua
kelompoknya terlebih dahulu).
2) Storming (merebut hati), adalah tahapan dimana kekacauan mulai timbul
di dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan
kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti
pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi
pertentangan karena masalah-masalah pribadi, semua bersikeras dengan
pendapat masing-masing. Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena
masing-masing orang tidak mau lagi menjadi pendengar.
3) Norming (pengaturan norma), adalah tahapan di mana individu-individu
dan subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja
bersama dan berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran
(bubar). Karena semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota
mulai merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya
kepada seluruh anggota tim.
4) Performing (melaksanakan), adalah tahapan merupakan titik kulminasi di
mana team sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya
untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini
keberhasilan tim akan terlihat dari prestasi yang ditunjukkan.
5) Adjourning (pembubaran), tahap ini merupakan tahap pembubaran tim.
Tim sudah selesai waktu kerjanya dan para anggota tim kembali menjadi
individu-individu yang independen. Tingkat pembubaran muncul dalam
komite, angkatan tugas, dan tim yang memiliki tugas yang terbatas untuk

9
dikerjakan dan dibubarkan setelahnya. Pada saat ini, pemimpin berharap
untuk memberitahukan pembubaran tim dengan suatu ritual atau upacara,
barangkali memberikan piagam dan penghargaan untuk menandakan
penutupan dan kelengkapan.

7. Peranan Anggota Tim


Selanjutnya Williams (2008) membagi ada 5 (lima) hal yang
menunjukkan peranan anggota dalam membangun kerja tim yang efektif,
yaitu:
1) Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai
dengan baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu
mempunyai rasa saling ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam
melaksanakan tugas.
2) Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat
dan pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara
terbuka, dapat mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan,
peranan dan pertanyaannya disambut dengan baik.
3) Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong
untuk mengembangkan keterampilannya dan menerapkan pada pekerjaan,
untuk itu mendapat dukungan dari tim.
4) Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal
yang biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan
konstruktif (bersifat memperbaiki).
5) Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa
pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak
berhasil membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu bukan
merupakan persesuaian.

8. Dimensi Tim yang Efektif


Menurut Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire,
1996), ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat digunakan untuk

10
mengevaluasi anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta kelemahan
yang ada di dalam tim, yaitu:
1) Pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan
Setiap anggota tim harus memahami tujuan tim secara jelas dan memiliki
kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tim karena tujuan tim adalah
merupakan hasil dari tujuan bersama dimana tujuan tim pada akhirnya
akan mendorong terwujudnya kerjasama dalam tim sehingga kerjasama
dalam tim mampu untuk meningkatkan prestasi, produktivitas, dan
menciptakan hubungan kerja yang positif diantara sesama anggotanya.
2) Komunikasi mengenai ide dan perasaan
Komunikasi di antara anggota tim harus melibatkan penyampaian dan
penerimaan informasi tentang ide-ide dan perasaan. Dalam tim yang tidak
efektif, komunikasi sering satu arah dan memfokuskan secara eksklusif
hanya pada ide saja. Dengan mengabaikan atau menekan perasaan, maka
tim berisiko kehilangan informasi yang berharga dan dapat melemahkan
kohesivitas tim.
3) Kepemimpinan yang berpartisipasi
Kepemimpinan harus berpartisipasi dan mendistribusikan peran
kepemimpinannya kepada semua anggota tim.
4) Fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan
Prosedur pengambilan keputusan harus sesuai dengan kebutuhan tim dan
sifat keputusannya. Keterbatasan waktu, keterampilan anggota dan
implikasi dari semua keputusan tim harus dinilai secara hati-hati. Sebagai
contoh, ketika keputusan-keputusan penting dibuat maka akan
membutuhkan dukungan dari anggota tim untuk mengimplementasikan
dan melakukan strateginya dengan efektif.
5) Manajemen konflik yang konstruktif
Tim yang tidak efektif sering mencoba untuk mengabaikan atau menekan
konflik, sedangkan tim yang efektif dapat menggunakan konflik dengan
cara yang konstruktif. Ketika dikelola dengan baik, konflik dapat
menyebabkan pengambilan keputusan yang baik pula yakni memecahkan

11
masalah dengan lebih kreatif, dan jumlah partisipasi anggota tim yang
lebih tinggi.
6) Kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi
Anggota tim harus mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang
lain untuk mengkoordinasikan kegiatan tim. Kekuasaan dan saling
mempengaruhi ini harus terwujudkan secara merata dalam tim. Apabila
kekuasaan dan kegiatan saling mempengaruhi ini hanya dipusatkan pada
beberapa orang anggota tim saja maka kemungkinan efektifitas tim,
komunikasi dan kohesivitas tim akan menjadi berkurang.
7) Kohesi tim
Dalam tim yang kohesif, setiap anggota merasa saling menyukai antara
satu sama lainnya dan merasa puas dengan keanggotaan tim mereka.
Meskipun kohesi tidak mengarah kepada efektifitas namun ia memiliki
peranan yang penting dalam mewujudkan tim yang efektif yaitu ketika ia
dikombinasikan dengan dimensi lain dari efektifitas tim maka sebuah tim
yang memiliki kohesivitas yang tinggi cenderung meningkatkan
produktivitas.
8) Strategi pemecahan masalah
Tim harus mampu mengenali masalah dan menghasilkan solusi secara
tepat. Setelah solusinya diimplementasikan, tim harus mengevaluasi
keefektifan dari solusi tersebut. Ketika sebuah tim mampu untuk
mengenali masalah-masalah yang sering muncul dan menyelesaikannya
dengan memberikan solusi yang tepat maka sebuah tim yang efektif juga
akan mampu untuk mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan
masalah-masalah yang akan muncul dikemudian hari serta mampu
memberikan solusi yang inovatif.
9) Efektivitas interpersonal
Anggota tim harus mampu untuk berinteraksi dengan anggota tim lainnya
secara efektif sehingga membuat efektifitas interpersonal anggota tim
menjadi meningkat. Efektifitas interpersonal dapat diukur dengan
menggabungkan konsekuensi tindakan anggota kelompok dengan tujuan
anggota tim. Kecocokan antara tujuan anggota tim dan konsekuensi dari

12
peningkatan perilaku mereka, maka membuat interpersonal efektifitas
anggota tim juga juga menjadi meningkat.

9. Manfaat dan Fungsi Tim Kerja


Richard Y. Chang & Mark J. Curtin (1998) menyatakan manfaat tim
bagi individu dan tim bagi organisasi, yaitu:
1) Manfaat tim bagi individu
- Pekerjaan lebih bervariasi
- Lebih banyak kebebasan untuk membuat dan menindaklanjuti
keputusan yang benar
- Meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru
2) Manfaat tim bagi organisasi
- Meningkatkan komitmen terhadap keputusan yang diambil
- Meningkatkan produktivitas tim kerja
- Lebih fleksibel dalam operasional kerja
- Meningkatkan rasa tanggungjawab

10. Pengertian Kolaborasi


Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi
tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya.
Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran
pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab
bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang
lama antara tenaga profesional.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau
perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan
dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan

13
supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau
mekanisme yang ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting
apabila ingn menunjukkan fungsinya secara independen. Tujuan kolaborasi
perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan untuk
meningkatkan pemahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan
kolaborasi dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan
untuk bekerjasama. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan
sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup
praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap
orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan
masyarakat.

11. Hubungan Kolaborasi Tim Kerja di Rumah Sakit

Tim satu disiplin ilmu meliputi: tim perawat, tim dokter, tim
administrasi, dan lain-lain.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok
professional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda
keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika terjadi adanya konstribusi dari
anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan efektif, bertanggung
jawab dan saling menghargai sesama anggota tim. Perawat sebagai anggota

14
membawa perspektif yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung
penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki
peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada
situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat
dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain
sebagai membuat relevan pemberian pengobatan. Tim multi disiplin meliputi:
tim operasi, tim infeksi nasokomial, dan lain-lain. Elemen kunci kolaborasi
dalam kerjasama tim multidisiplin dapat digunakan untuk mencapai tujuan
kolaborasi tim seperti:
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
2) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3) Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja.
4) Meningkatnya kofensifitas antar professional.
5) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.
6) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami
orang lain.

12. Dasar-dasar Kompetensi Kolaborasi


1) Komunikasi
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi
membutuhkan pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan
komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim.
2) Respek dan kepercayaan
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non
verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
3) Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga
diri, kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga
dapat bersifat negatif maupun positif.

15
4) Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk
mewujudkan kolaborasi yang efektif guna menyatukan data kesehatan
pasien secara komperensip sehingga menjadi sumber informasi bagi
semua anggota tim.
5) Manajemen konflik
Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus
memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan
harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih
peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya.
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:
(1) adanya saling percaya dan menghormati, (2) saling memahami dan
menerima keilmuan masing-masing, (3) memiliki citra diri positif, (4)
memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari pendidikan
dan pengalaman), (5) mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan (6)
keinginan untuk bernegoisasi.
Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling
ketergantungan (interdefensasi) untuk kerjasama dan bekerjasama.
Bekerjasama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik.
Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau target
yang telah ditentukan dapat tercapai.
Selain itu menggunakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan
suatu alat untuk berkomunikasi antara profesi secara formal tentang asuhan
klien. Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika: 1) semua profesi memiliki
visi dan misi yang sama, 2) masing-masing profesi mengetahui batas-batas
dari pekerkaannya, 3) anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik,
4) masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang
bergabung dalam tim.

13. Jenis-jenis Kolaborasi Tim Kesehatan


Terdapat beberapa bentuk atau jenis kolaborasi tim kesehatan secara
umum yang dapat terjadi, diantaranya:

16
1) Fully Integrated Major
Merupakan bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim tersebut
memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama besar untuk
mewujudkan suatu tujuan bersama.
2) Partially Integrated Major
Merupakan bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda. Dalam hal ini ada satu atau lebih profesi di
bidang kesehatan yang memiliki kontribusi yang lebih sedikit di dalam
tim dibandingkan dengan profesi lain tetapi tetap memiliki tujuan
bersama.
3) Joint Program Office
Tidak memiliki tujuan bersama namun disatukan oleh hubungan pekerjaan
yang akan lebih menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4) Joint Partnership with Affiliated Programming
Kerjasama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak untuk mencari
suatu keuntungan
Selain bentuk-bentuk kolaborasi diatas, terdapat pula contoh dari
bentuk-bentuk kolaborasi tim kesehatan yang umumnya dijumpai, yaitu:
1) Perawatan reproduksi primer
Misalnya, perawatan sebelum kelahiran, perawatan kandungan, perawatan
setelah melahirkan dan perawatan bayi yang baru lahir
2) Perawatan kesehatan mental
Misalnya, perawatan penderita depresi
3) Fasilitas pendukung rawat jalan
4) Service co-ordination
5) Pendidikan kesehatan dan pencegahan yang diberikan pada pasien
Misalnya, konseling mengenai bahaya penyakit jantung
6) Program pengelolaan penyakit kronis
Misalnya, program untuk diabetes, penyakit jantung, obesitas, arthritis,
asma dan depresi
7) Kesehatan ibu dan anak
8) Perawatan manula

17
9) Pengobatan bagi pecandu obat-obatan terlarang
10) Pelayanan rehabilitasi

14. Contoh Kerjasama TIM dalam Pelayanan Keperawatan Metode TIM


Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok
ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse).Pembagian tugasdalam
kelompok dilakukanoleh pimpinan kelompok/ketua group dan ketua group
bertanggungjawabdalam mengarahkananggota group/tim.Selainitu
ketuagroup bertugas member pengarahan dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua
tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan/asuhan
keperawatan terhadap klien.
KeperawatanTim berkembang pada awal tahun1950-an, saat berbagai
pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat
menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksanaan dan sebagai upaya
untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model
fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan untuk sekelompok pasien dibawah arahan/pimpinan seorang
perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawatdapat
bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional.Penugasan
terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim.
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhn
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat
yang tinggi.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim
apakah berorientasi pada tugas atau pada klien.Perawat yang
berperansebagaiketua tim bertanggungjawab untuk mengetahui kondisi dan

18
kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan
perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi :mengkaji anggota tim, member
arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan:
- Pemimpin tim didelegasikan/diberiotoritas untuk membuat
penugasan bagi
- anggota timdan mengarahkan
pekerjaantimnya.
- Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
- Tim bertanggungjawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
- Komunikasi diantara anggota tim adalah penting agar dapat
sukses.Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana
perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim
untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balikin formal diantara
anggota tim.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Tim adalah kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi dan


berkomitmen untuk mecapai tujuan bersama secara efektif dan efisien
(Hunsaker,2001). Kerja tim ialah kerja berkelompok dengan keterampilan yang
saling melengkapi untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

Prinsip untuk kenyamanan tim yang efektif yaitu : memperoleh bakat


terbaik dari masing-masing individu ; mendemonstrasi dan mengembangkan
kepemimpinan ; merangsang komitmen tim ; memberi inspirasi keamanan dan
antusiasme tim ; membangun sikap tim yang kuat ; memberdayakan individu ;
supaya menonjol dilingkungan tim ; menciptakan lingkungan tim atas dasar saling
percaya dan saling menghormati ; membangun suatu pondasi karakter tim dan
individual ; prilaku yang tidak egois dan rela berkorban ; berpikiran terbuka.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan dan ahli medis tentunya kita harus


memahami dan mengaplikasikan langsung dalam tindakan keperawatan hususnya
tentang konsep kerja tim dalam keperawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dokumen.tips. 2016. Kolaborasi Tim Kesehatan.


httt://dokumen.tips/documents/kolaborasi-tim-kesehatan-
578b15e27f6c9.html. Diunduh pada 24 September 2018
Nurbaeti. 2016. Konsep Kerja Tim. https://dokumen.tips/documents/konsep-kerja-
tim.html. Diunduh pada 24 September 2018
USU. 2012. Teamwork (Kerjasama Tim).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter%20II.pdf.
Diunduh pada 24 September 2018
USU. 2011. Kolaborasi Tim Kerja di Rumah Sakit.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24628/Chapter%20II.
pdf?sequence=4&isAllowed=y. Diunduh pada 24 September 2018

21

Anda mungkin juga menyukai