PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kerjasama tim?
2. Apakah jenis-jenis kerjasama tim?
3. Bagaimanakah prinsip kerjasama tim?
4. Bagaimanakah kerjasama tim di dalam arah tujuan?
5. Apakah indicator dari kerjasama tim?
6. Bagaimanakah tahap perkembangan kerjasama tim?
7. Bagaimanakah peranan anggota tim?
8. Bagaimanakah dimensi tim yang efektif ?
9. Bagaimakah manfaat dan fungsi tim kerja?
10. Apakah pengertian kolaborasi?
11. Bagaimanakah hubungan kolaborasi tim kerja di rumah sakit ?
12. Bagaimanakah dasar-dasar kompetensi kolaborasi ?
13. Bagaimanakah jenis-jenis kolaborasi tim kesehatan ?
14. Bagimana metode kerjasama tim ?
2
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat oleh kelompok agar mahasiswa dapat memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam asuhan keperawatan kepada klien tentang
konsep kerja tim dalam keperawatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Jenis Kerja Tim
Menurut Daft (2000) tim terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1) Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai
bagian dari struktur organisasi formal.
2) Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer
dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3) Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa
karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area
keahlian yang berbeda.
4) Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar
organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan
atau kreativitas khusus.
5) Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang
pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan
untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan
pelaksanaannya diawasi oleh seorang anggota terpilih.
6) Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12
karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana
mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas,
efisiensi, dan lingkungan kerja.
5
Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada 3 (tiga) tipe tim, yaitu:
1) Problem solving team
6
3) Cross functional team
7
2) Planner yaitu menghitung kebutuhan tim, merencanakan strategi kerja,
menyusun jadwal
3) Enabler yaitu ahli memecahkan masalah, mengelola sarana/sumber daya,
menyebarkan gagasan melakukan negosiasi
4) Exec yaitu mau bekerja menghasilkan output, mengkoordinir, dan
memelihara tim
5) Controller yaitu membuat catatan, mengaudit, dan mengevaluasi
kemampuan tim.
8
6. Tahap Perkembangan Kerja Tim
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim
agar dapat berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan
perancangan tim yang baik. Adapun 5 tahapan perkembangan tim, yaitu:
1) Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju
untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka
setiap orang membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri.
Konflik sangat jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu,
bahkan seringkali ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung
belum dapat memilih pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua
kelompoknya terlebih dahulu).
2) Storming (merebut hati), adalah tahapan dimana kekacauan mulai timbul
di dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan
kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti
pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi
pertentangan karena masalah-masalah pribadi, semua bersikeras dengan
pendapat masing-masing. Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena
masing-masing orang tidak mau lagi menjadi pendengar.
3) Norming (pengaturan norma), adalah tahapan di mana individu-individu
dan subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja
bersama dan berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran
(bubar). Karena semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota
mulai merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya
kepada seluruh anggota tim.
4) Performing (melaksanakan), adalah tahapan merupakan titik kulminasi di
mana team sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya
untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini
keberhasilan tim akan terlihat dari prestasi yang ditunjukkan.
5) Adjourning (pembubaran), tahap ini merupakan tahap pembubaran tim.
Tim sudah selesai waktu kerjanya dan para anggota tim kembali menjadi
individu-individu yang independen. Tingkat pembubaran muncul dalam
komite, angkatan tugas, dan tim yang memiliki tugas yang terbatas untuk
9
dikerjakan dan dibubarkan setelahnya. Pada saat ini, pemimpin berharap
untuk memberitahukan pembubaran tim dengan suatu ritual atau upacara,
barangkali memberikan piagam dan penghargaan untuk menandakan
penutupan dan kelengkapan.
10
mengevaluasi anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta kelemahan
yang ada di dalam tim, yaitu:
1) Pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan
Setiap anggota tim harus memahami tujuan tim secara jelas dan memiliki
kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tim karena tujuan tim adalah
merupakan hasil dari tujuan bersama dimana tujuan tim pada akhirnya
akan mendorong terwujudnya kerjasama dalam tim sehingga kerjasama
dalam tim mampu untuk meningkatkan prestasi, produktivitas, dan
menciptakan hubungan kerja yang positif diantara sesama anggotanya.
2) Komunikasi mengenai ide dan perasaan
Komunikasi di antara anggota tim harus melibatkan penyampaian dan
penerimaan informasi tentang ide-ide dan perasaan. Dalam tim yang tidak
efektif, komunikasi sering satu arah dan memfokuskan secara eksklusif
hanya pada ide saja. Dengan mengabaikan atau menekan perasaan, maka
tim berisiko kehilangan informasi yang berharga dan dapat melemahkan
kohesivitas tim.
3) Kepemimpinan yang berpartisipasi
Kepemimpinan harus berpartisipasi dan mendistribusikan peran
kepemimpinannya kepada semua anggota tim.
4) Fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan
Prosedur pengambilan keputusan harus sesuai dengan kebutuhan tim dan
sifat keputusannya. Keterbatasan waktu, keterampilan anggota dan
implikasi dari semua keputusan tim harus dinilai secara hati-hati. Sebagai
contoh, ketika keputusan-keputusan penting dibuat maka akan
membutuhkan dukungan dari anggota tim untuk mengimplementasikan
dan melakukan strateginya dengan efektif.
5) Manajemen konflik yang konstruktif
Tim yang tidak efektif sering mencoba untuk mengabaikan atau menekan
konflik, sedangkan tim yang efektif dapat menggunakan konflik dengan
cara yang konstruktif. Ketika dikelola dengan baik, konflik dapat
menyebabkan pengambilan keputusan yang baik pula yakni memecahkan
11
masalah dengan lebih kreatif, dan jumlah partisipasi anggota tim yang
lebih tinggi.
6) Kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi
Anggota tim harus mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang
lain untuk mengkoordinasikan kegiatan tim. Kekuasaan dan saling
mempengaruhi ini harus terwujudkan secara merata dalam tim. Apabila
kekuasaan dan kegiatan saling mempengaruhi ini hanya dipusatkan pada
beberapa orang anggota tim saja maka kemungkinan efektifitas tim,
komunikasi dan kohesivitas tim akan menjadi berkurang.
7) Kohesi tim
Dalam tim yang kohesif, setiap anggota merasa saling menyukai antara
satu sama lainnya dan merasa puas dengan keanggotaan tim mereka.
Meskipun kohesi tidak mengarah kepada efektifitas namun ia memiliki
peranan yang penting dalam mewujudkan tim yang efektif yaitu ketika ia
dikombinasikan dengan dimensi lain dari efektifitas tim maka sebuah tim
yang memiliki kohesivitas yang tinggi cenderung meningkatkan
produktivitas.
8) Strategi pemecahan masalah
Tim harus mampu mengenali masalah dan menghasilkan solusi secara
tepat. Setelah solusinya diimplementasikan, tim harus mengevaluasi
keefektifan dari solusi tersebut. Ketika sebuah tim mampu untuk
mengenali masalah-masalah yang sering muncul dan menyelesaikannya
dengan memberikan solusi yang tepat maka sebuah tim yang efektif juga
akan mampu untuk mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan
masalah-masalah yang akan muncul dikemudian hari serta mampu
memberikan solusi yang inovatif.
9) Efektivitas interpersonal
Anggota tim harus mampu untuk berinteraksi dengan anggota tim lainnya
secara efektif sehingga membuat efektifitas interpersonal anggota tim
menjadi meningkat. Efektifitas interpersonal dapat diukur dengan
menggabungkan konsekuensi tindakan anggota kelompok dengan tujuan
anggota tim. Kecocokan antara tujuan anggota tim dan konsekuensi dari
12
peningkatan perilaku mereka, maka membuat interpersonal efektifitas
anggota tim juga juga menjadi meningkat.
13
supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau
mekanisme yang ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting
apabila ingn menunjukkan fungsinya secara independen. Tujuan kolaborasi
perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan untuk
meningkatkan pemahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan
kolaborasi dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan
untuk bekerjasama. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan
sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup
praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap
orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan
masyarakat.
Tim satu disiplin ilmu meliputi: tim perawat, tim dokter, tim
administrasi, dan lain-lain.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok
professional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda
keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika terjadi adanya konstribusi dari
anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan efektif, bertanggung
jawab dan saling menghargai sesama anggota tim. Perawat sebagai anggota
14
membawa perspektif yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung
penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki
peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada
situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat
dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain
sebagai membuat relevan pemberian pengobatan. Tim multi disiplin meliputi:
tim operasi, tim infeksi nasokomial, dan lain-lain. Elemen kunci kolaborasi
dalam kerjasama tim multidisiplin dapat digunakan untuk mencapai tujuan
kolaborasi tim seperti:
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
2) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3) Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja.
4) Meningkatnya kofensifitas antar professional.
5) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.
6) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami
orang lain.
15
4) Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk
mewujudkan kolaborasi yang efektif guna menyatukan data kesehatan
pasien secara komperensip sehingga menjadi sumber informasi bagi
semua anggota tim.
5) Manajemen konflik
Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus
memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan
harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih
peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya.
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:
(1) adanya saling percaya dan menghormati, (2) saling memahami dan
menerima keilmuan masing-masing, (3) memiliki citra diri positif, (4)
memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari pendidikan
dan pengalaman), (5) mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan (6)
keinginan untuk bernegoisasi.
Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling
ketergantungan (interdefensasi) untuk kerjasama dan bekerjasama.
Bekerjasama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik.
Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau target
yang telah ditentukan dapat tercapai.
Selain itu menggunakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan
suatu alat untuk berkomunikasi antara profesi secara formal tentang asuhan
klien. Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika: 1) semua profesi memiliki
visi dan misi yang sama, 2) masing-masing profesi mengetahui batas-batas
dari pekerkaannya, 3) anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik,
4) masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang
bergabung dalam tim.
16
1) Fully Integrated Major
Merupakan bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim tersebut
memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama besar untuk
mewujudkan suatu tujuan bersama.
2) Partially Integrated Major
Merupakan bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda. Dalam hal ini ada satu atau lebih profesi di
bidang kesehatan yang memiliki kontribusi yang lebih sedikit di dalam
tim dibandingkan dengan profesi lain tetapi tetap memiliki tujuan
bersama.
3) Joint Program Office
Tidak memiliki tujuan bersama namun disatukan oleh hubungan pekerjaan
yang akan lebih menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4) Joint Partnership with Affiliated Programming
Kerjasama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak untuk mencari
suatu keuntungan
Selain bentuk-bentuk kolaborasi diatas, terdapat pula contoh dari
bentuk-bentuk kolaborasi tim kesehatan yang umumnya dijumpai, yaitu:
1) Perawatan reproduksi primer
Misalnya, perawatan sebelum kelahiran, perawatan kandungan, perawatan
setelah melahirkan dan perawatan bayi yang baru lahir
2) Perawatan kesehatan mental
Misalnya, perawatan penderita depresi
3) Fasilitas pendukung rawat jalan
4) Service co-ordination
5) Pendidikan kesehatan dan pencegahan yang diberikan pada pasien
Misalnya, konseling mengenai bahaya penyakit jantung
6) Program pengelolaan penyakit kronis
Misalnya, program untuk diabetes, penyakit jantung, obesitas, arthritis,
asma dan depresi
7) Kesehatan ibu dan anak
8) Perawatan manula
17
9) Pengobatan bagi pecandu obat-obatan terlarang
10) Pelayanan rehabilitasi
18
kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan
perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi :mengkaji anggota tim, member
arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan:
- Pemimpin tim didelegasikan/diberiotoritas untuk membuat
penugasan bagi
- anggota timdan mengarahkan
pekerjaantimnya.
- Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
- Tim bertanggungjawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
- Komunikasi diantara anggota tim adalah penting agar dapat
sukses.Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana
perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim
untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balikin formal diantara
anggota tim.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21