Disusun Oleh :
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KERJA SAMA TIM”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pengembangan Kepribadian. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta pembaca dapat mengetahui tentang
bagaimana dan apa sebenarnya kerja tim itu.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan...................................................................................................................8
Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sering terjadi orang yang bekerja dalam tim tidak kompak dan tidak efektif.
Karena sebagian dari anggota memiliki tujuan yang berbeda, belum tercapainya rasa
saling menghagai di antara sesame anggota, pembagian tugas yang tidak adil dan tidak
merata. Oleh karena itu, sangat diperlukan kerja sama dalam tim yang kompak dan
efektif. Kerja sama dalam tim merupakan proses kegiatan yang sistemik dan
berkesinambungan. Semua anggota yang terlibat dalam tim mempunyai tugas dan
wewenang yang jelas dan penempatan anggota tim yang sesuai kemampuan yang
dimilikinya. Agar suatu tim lebih efektif maka perlu dipupuk rasa kebersamaan, rasa
keakraban dan dalam setiap melaksanakan tugas, perlu diciptakan suatu kesempatan
untuk saling tukar pengetahuan, tukar pengalaman, dan saling tukar ketrampilan. Dalam
proses tim terlibat unsur kepemimpinan, komunikasi, peran, dan fungsi, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kerja Tim
4
B. Manfaat Kerja Tim
Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah sikap,
perilaku, dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota
tim. Selain itu, bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan,
merundingkan dan bernegosiasi.
Manfaat bekerja dalam tim :
1. Bagi organisasi tim
a. Meningkatkan produktivitas kerja
b. Meningkatkan kualitas kerja
c. Meningkatkan mentalitas kerja
d. Meningkatkan kemajuan organisasi
2. Bagi anggota tim
a. Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama
b. Sebagai media aktualisasi diri
5
atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang anggota
terpilih
6. Tim pemecahan masalah
Adalah tim yang biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar per jam
dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara
memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja
Menurut Robbins (2004) terdapat beberapa jenis tim kerja, yaitu :
1) Problem solving teams
Adalah kelompok yang beranggotakan 5 sampai 12 karyawan yang datang dari
departemen yang sama, beberapa jam dalam seminggu mereka bertemu untuk
berdiskusi bagaimana cara agar efisiensi, kualitas, dan lingkungan kerja
mengalami peningkatan
2) Self-Managed work teams
Adalah kelompok yang beranggotakan 10 sampai 15 orang yang memiliki
tanggung jawab kepada pengawas atau supervisor mereka
3) Cross Functional teams
Adalah kayawan yang datang dari area kerja yang berbeda namun masih dalam
tingkat hierarki yang sama, bertemu untuk menyelesaikan suatu proyek atau tugas
4) Virtual teams
Adalah tim yang memakai teknologi komputer sebagai pengikat bersama
meskipun secara fisik setiap anggotanya terpisah, namun tetap bekerja sama agar
tujuan bersama tercapai
5
dan produktif. Pada fase tingkat pembentukan tim ini, pemimpin tim juga
memiliki tugas memberi waktu bagi para anggota tim untuk mengenal satu sama
lain serta mendorong para anggota tim untuk terlibat dalam diskusi informal dan
sosial (Daft, 2003: 478).
b) Prahara (storming)
Pada fase kedua ini, para anggota mulai mendefinisikan peran dan
tanggung jawab mereka, menentukan bagaimana mencapai tujuan mereka, dan
menetapkan aturan yang mengatur cara mereka berinteraksi. Sesuai dengan
namanya, fase ini sering menghasilkan prahara, penuh dengan konflik antar
anggota. Pada fase ini, seorang pemimpin harus bisa menengahi dengan
menetapkan batas-batas, mengendalikan kekacauan, serta memberi saran-saran.
pada fase prahara ini, pemimpin harus mendorong partisipasi setiap anggota tim.
Para anggota harus mengutarakan ide-ide mereka, tidak setuju degan anggota
yang lain, serta berusaha melewati ketidakpastian persepsi yang bertentangan
mengenai tugas dan tujuan tim.
c) Penormaan (norming)
Pada fase ini kelompok secara reguler memeriksa agendanya untuk mengingatkan
diri mereka akan kemajuan dalam mencapai tujuan. Mereka mulai bersatu untuk
mengejar agenda kelompok. Anggota kelompok mulai berhatihati agar tidak
mengoyahkan persahabatan yang begitu sulit dibangun dan pembentukan tujuan
yang satu. Kepemimpinan formal tidak diperlukan karena setiap anggota
berfungsi sebagai pemimpin. Data atau informasi penting mengalir kepada seluruh
kelompok, mulai terjadi sharing informasi.
Setiap anggota mulai merasa bergantung pada anggota yang lain. Secara umum,
kelompok atau tim mulai bergerak pada arah yang sama secara lancar. Para
anggota memastikan semua prosedur telah disiapkan agar bisa mengantisipasi
konflik yang mungkin muncul di kemudian hari. Fase ini biasanya berdurasi
singkat. Tugas pemimpin dalam fase ini adalah: menekankan kesatuan dalam tim
dan membantu klarifikasi berbagai norma serta nilai tim (Daft, 2003: 479).
d) Pelaksanaan (performing)
Pada fase ini anggota kelompok telah mengembangkan langkah dan bahasa yang
sama. Mereka telah membangun kesetiaan dan kemauan untuk menyelesaikan
semua masalah. Muncul mentalitas “ kami bisa” saat mereka bergerak menuju
5
tujuan mereka. Perselisihan tidak lagi merupakan masalah, kerja sama
berlangsung dengan lancar. Perselisihan pendapat dapat ditangani secara matang.
Kinerja yang paling baik pada fase ini adalah: informasi bisa mengalir secara
bebas, tenggat waktu ditepati, dan produksi melebihi harapan. Pemimpin harus
berkonsentrasi terhadap pelaksanaan kinerja tugas yang tinggi. Anggota yang
berperan sebagai spesialis tugas dan sosioemosional harus memberikan kontribusi
(Daft, 2003: 479).
e) Fase pembubaran (adjourning)
Pada fase ini fokus ada pada penyelesaian dan penghentian. Kinerja tugas tidak
lagi merupakan prioritas utama. Anggota tim mungkin akan merasakan emosi
yang memuncak, kekompakan yang kuat, dan depresi atau bahkan penyesalan atas
pembubaran tim. Pada satu sisi mereka senang dengan pencapaian hasil tim dan
pada sisi yang lain mereka mungkin sedih atas kehilangan persahabatan dan
asosiasi. Pada fase ini pemimpin menginformasikan pembubaran tim dengan suatu
ritual atau upacara, mungkin dengan memberikan piagam dan penghargaaan
sebagai tanda penutupan dan telah selesainya misi tim (Daft, 2003: 479).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tim adalah kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi dan
berkomitmen untuk mecapai tujuan bersama secara efektif dan efisien
(Hunsaker,2001). Bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan, merundingkan dan bernegosiasi. Jenis jenis kerja tim ada 6 yaitu: Tim
formal, tim vertikal, tim horizontal, tim dengan tugas khusus, tim mandiri, tim
pemecahan masalah. Cara membentuk tim yang sukses ada 4 fase yaitu :
pembentukan (forming), prahara (storming), penormaan (norming), pelaksanaan
(performing).
B. Saran
Kekompakan team dalam suatu kelompok sangatlah penting untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan. Serta dalam mencapai tujuan monitoring sangat
diperlukan dalam suatu proses pengumpulan dan menganalisis suatu informasi
terutama kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, oleh karena itu
team, monitoring, dan evaluasi harus saling berkeseinambungan untuk memperoleh
hasil yang diharapkan. Tidak hanya salah satu saja yang berperan
8
DAFTAR PUSTAKA
Aris Aiyanto, d. (2021). Entrepreneurial Mindsets & Skill. Sumatera Barat: CV Insan
Cendekia Mandiri.
Prof. Dr. Achmad Sudiro, S. M. (2018). Perilaku Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
2
9