Anda di halaman 1dari 5

Perhitungan PPh Bunga Deposito dan

Tabungan

Jakarta - Deposito merupakan salah satu produk simpanan yang dikelola oleh
bank. Deposito ini juga merupakan salah satu alternatif tabungan yang dapat
digunakan dan cukup terkenal di kalangan masyarakat. Suku bunga dari deposito
yang lebih tinggi dari tabungan biasanya membuat banyak orang tertarik untuk
melakukan investasi ini. Deposito juga telah dijamin oleh pemerintah melalui
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berdasarkan dengan kebijakan syarat-syarat
tertentu yang telah ditentukan untuk menjamin keamanan nasabah dalam
menggunakan produk deposito ini.
Secara umum, deposito ini merupakan suatu produk simpanan bank yang dimana
penyetoran ataupun penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat tertentu saja.
Hal ini dikarenakan deposito memiliki jangka waktu. Apabila dana yang telah
disimpan tersebut diambil sebelum jangka waktunya, maka nasabah akan
mendapatkan denda penalti. Terkait dengan deposito, semakin besar dan semakin
lama waktu nasabah menyimpan dananya dalam bentuk deposito, maka semakin
besar pula bunga yang akan ditawarkan kepada mereka.
Ciri Khas Deposito
Sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan deposito, maka sebelumnya
perlu diketahui apa yang menjadi ciri khas dari deposito ini, yaitu:

1. Memiliki minimal setoran

Secara umum, pada saat nasabah membuka sebuah rekening bank, pasti akan ada
batas setoran minimal yang perlu dibayarkan untuk pertama kalinya. Begitu pula
dengan deposito, terdapat setoran minimal yang perlu dibayarkan oleh nasabah.
Pada umumnya, untuk deposito ini memiliki persyaratan setoran minimal yang
berkisar Rp5.000.000 (lima juta rupiah). Namun, setiap bank memiliki kebijakan
masing-masing atas setoran minimal yang ditentukan.
     2. Memiliki jangka waktu simpanan
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, deposito memiliki jangka waktu
tertentu untuk simpanannya dan simpanan tersebut tidak dapat diambil sebelum
jangka waktu yang ditentukan. Pada umumnya, nasabah yang akan menggunakan
deposito akan diberikan pilihan yang berkaitan dengan jangka waktu, mulai dari
1,3,6,12, ataupun 24 bulan. Jangka waktu ini sangat penting untuk dapat
diperhitungkan terlebih dahulu sebelum memulai menggunakan deposito karena
akan menentukan bagaimana nasabah akan menggunakan simpanan tersebut.
     3. Pencairan dana
Perlu diketahui, deposito ini berbeda dengan tabungan pada umumnya, karena
pencairan dana deposito tidak dapat dilakukan sembarangan mengingat terdapat
jangka waktu yang ditentukan. Dan pencairan dana deposito juga harus
berdasarkan jangka waktu tersebut agar tidak dikenakan sejumlah denda penalti.
     4. Bunga deposito
Berbeda dengan tabungan pada umumnya, deposito memiliki suku bunga yang
relatif lebih tinggi. Dan hal inilah yang menyebabkan deposito dapat dijadikan
sarana investasi yang menguntungkan selain obligasi, saham, dan emas. Berkaitan
dengan suku bunga yang ditetapkan, besaran suku bunga harus disesuaikan
dengan kebijakan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
     5. Risiko Rendah
Deposito ini merupakan simpanan yang memiliki risiko rendah dikarenakan telah
memiliki jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan syarat
tertentu. Dan bank yang dipilih oleh nasabah juga merupakan bank yang tercatat
sebagai anggota dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sehingga dengan
adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini maka akan menjamin keamanan
nasabah dalam menggunakan deposito tersebut.
Baca juga  Begini Pajak Investasi Deposito, Forex, Saham,
dan Obligasi
     6. Deposito sebagai jaminan
Pada dasarnya, deposito ini juga tergolong ke dalam salah satu aset yang dapat
dijadikan jaminan untuk melakukan pinjaman ke bank. Tetapi hal ini sesuai dengan
kebijakan dari masing-masing bank yang ada, karena tidak semua bank bersedia
untuk menerima jaminan dalam bentuk deposito. Namun, jaminan deposito ini
dapat dijadikan sebagai alternatif jaminan untuk peminjaman bank selain dari aset
biasanya, seperti tanah ataupun rumah.
     7. Produk Kena Pajak
Selain itu, deposito juga merupakan produk yang dikenakan oleh pajak.
Keuntungan yang diterima oleh nasabah dari deposito ini nantinya akan dipotong
terlebih dahulu dengan pajak yang besarannya mencapai 20%.
Pajak Bunga Deposito
Dikarenakan deposito ini juga dikenakan oleh pajak, maka nasabah yang
menggunakan deposito juga wajib untuk membayar pajak atas keuntungan dari
deposito ini. Pajak bunga deposito dapat diartikan juga sebagai Pajak Penghasilan
(PPh) yang dikenakan atas penghasilan dari bunga deposito yang diterima. Dasar
pengenaan pajak dari pajak deposito ini adalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4
ayat 2.
Pajak Penghasilan PPh Pasal 4 ayat 2 merupakan salah satu pajak penghasilan
yang bersifat final yang mana pajak tersebut tidak dapat dikreditkan atau
dikurangkan dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak.
Perlu diketahui bahwa pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 hanya dapat dilakukan oleh
pemberi penghasilan. Wajib pajak badan ditujukan untuk memotong PPh Pasal 4
ayat 2, sementara wajib pajak orang pribadi tidak ditunjuk untuk memotong PPh
Pasal 4 ayat 2.
PPh Pasal 4 ayat 2 merupakan pajak penghasilan yang bersifat final. Artinya,
apabila wajib pajak sudah melunasi pajaknya, maka kewajiban pajak telah selesai.
Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak digabungkan dengan jenis
penghasilan lain yang tidak bersifat final.
Untuk tarif dari pajak bunga deposito ini adalah sebesar 20% dari jumlah bruto
terhadap wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dan dari tarif
berdasarkan perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku
terhadap wajib pajak luar negeri.
Tarif pajak bunga deposito sebesar 20% ini bagi deposito lebih dari Rp 7.500.000
(tujuh juta lima ratus ribu rupiah). Sedangkan untuk deposito yang besarannya
kurang dari Rp 7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) tidak akan dikenakan
oleh pajak deposito.
Baca juga  Mengenal Pajak Deposito
Dalam perhitungan PPh Bunga Deposito dan tabungan terdapat beberapa hal yang
dapat dikecualikan dari Pemotongan PPh-nya, antara lain :

 Jumlah pada bunga deposito dan tabungan ataupun SBI tidak melebihi Rp 7,5 juta dan bukan

merupakan jumlah yang dipecah-pecah.

 Bunga dan/atau diskonto yang diterima maupun diperoleh bank yang didirikan di Indonesia dan/atau

cabang Bank luar negeri yang berada di Indonesia.

 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang telah diterima atau diperoleh Dana Pensiun

yang pendiriannya sudah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya didapatkan dari

sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang 11 tahun 1992 pasal 29

mengenai Dana Pensiun, diberikan berdasarkan Surat Keterangan Bebas (SKB), yang diterbitkan

oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat dana pensiun terdaftar.

 Bunga tabungan pada Bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan Rumah Sederhana

dan Rumah Sangat Sederhana, sebagai contoh kavling siap bangun untuk Rumah Sederhana

ataupun Rumah Sangat Sederhana dan/atau Rumah Susun Sederhana yang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Contoh Perhitungan Tarif Pajak Bunga Deposito


Berikut ini merupakan contoh kasus dalam menghitung bunga deposito.
Seorang wajib pajak A, menabung di Bank XYZ dalam bentuk deposito sebesar Rp
100 juta dengan tingkat bunga 12 persen per tahun. Adanya deposito tersebut,
wajib pajak A menerima bunga setiap bulan sebesar Rp 1 juta.
Adapun besaran pajak yang harus dibayar wajib pajak A atas bunga deposito
tersebut. Atas bunga dari deposito dikalikan dengan tarif 20 persen dari jumlah
bruto untuk mendapatkan jumlah PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong Bank XYZ.
Maka, perhitungannya akan menjadi sebagai berikut.
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong Bank XYZ = 20% x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Kemudian, untuk mendapatkan jumlah pajak deposito per tahun, maka kalikan hasil
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong bank XYZ dengan 12 bulan. Maka,
perhitungannya akan menjadi sebagai berikut.
Pajak deposito per tahun = Rp 200.000 x 12 bulan = Rp 2.400.000
Adapun contoh kasus dalam menghitung tabungan. Berikut merupakan contoh
kasus yang dimaksud.
Seorang wajib pajak B menabung di Bank ABC dengan saldo rata-rata bulan Juni
2017 adalah Rp 450 juta. Bunga yang diberikan oleh Bank ABC senilai 9 persen
per tahun. Bunga yang diterima wajib pajak B pada juni 2017 adalah Rp 3.375.000.
Adapun besaran pajak yang harus dibayar wajib pajak B atas PPh Pasal 4 ayat 2
yang dipotong bank pada Juni 2017 yaitu dengan mengalikan bunga yang diterima
wajib pajak B pada Juni 2017 dengan tarif 20 persen dari jumlah bruto. Maka,
adapun perhitungannya akan menjadi sebagai berikut.
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong bank pada Juni 2017 = 20% x Rp 3.375.000 =
Rp 675.000.
Kemudian untuk mendapatkan jumlah pajak tabungan per tahun cukup kalikan
hasil PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong bank pada Juni 2017 dengan 12 bulan.
Maka, perhitungannya akan menjadi sebagai berikut.
Pajak tabungan per tahun = Rp 675.000 x 12 bulan = Rp 8.100.000

Anda mungkin juga menyukai