PELAPORAN KORPORAT
05
Sekolah Pendidikan Tim Dosen
Pascasarjana Profesi Akuntansi
Abstract Kompetensi
Aset tidak lancar (long-term Mahasiswa diharapkan mampu untuk :
asset) atau disebut juga aset a. Menjelaskan kriteria dan cakupan aset
jangka panjang, adalah jenis tidak lancar.
aset yang diharapkan dapat b. Menerapkan akuntansi properti investasi,
digunakan selama lebih dari aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
satu tahun. Contohnya adalah biolojik.
gedung, alat produksi, c. Menerapkan akuntansi penurunan nilai
investasi jangka panjang, atas aset tidak lancar.
serta aset tidak berwujud. d. Mengevaluasi kebijakan akuntansi atas
Aset berwujud yang tidak properti investasi, aset tetap, aset tidak
lancar sering pula disebut berwujud, dan aset biolojik.
sebagai aset tetap (fixed
asset).
ASET TIDAK LANCAR
Entitas mengklasifikasikan aset tidak lancar, jika :
tidak mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual dalam
siklus operasi normal;
memiliki aset bukan untuk tujuan diperdagangkan;
tidak mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah
pelaporan; atau
Bukan kas atau setara kas, atau aset tidak dibatasi pertukarannya atau penggunaannya
untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
PROPERTI INVESTASI
Definisi
Investment property didefinisikan dalam PSAK 13 sebagai properti (yaitu tanah
atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduanya) yang dikuasai untuk
menghasilkan rental atau untuk nilai kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak digunakan
dalam bisnisatau untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Agar dapat dikelompokan
sebagai property investasi ada dua kriteria yang harus dipenuhi:
1. Tujuan kepemilikan untuk menghasilkan rental dan atau kenaikan nilai, dan
2. Status kepemilikan
Oleh karena itu, sekilas property investasi dan aset tetap memiliki kemiripan definisi
yakni untuk menghasilkan rental atau property investasi dan dimiliki untuk direntalkan
kepada pihak lain. Meskipun demikian, perbedaan keduanya terletak pada aspek:
1. Kas yang dihasilkan dari pendapatan rental,
Untuk memenuhi definisi properti investasi, aliran kas yang dihasilkan dari pendapatan
rental property harusalah bebas dari ketergantungan atas penggunaan aset-aset
lainnya, berarti, properti investasi adalah aset mandiri dan dapat menghasilkan rental
sendiri tanpa memerlukan bantuan dari aset lainnya. Berbeda dengan properti yang
dicatat sebagai aset tetap yang dimana properti ini dapat menghasilkan pendapatan jika
didukung dengan penggunaan aset lainnya.dan
2. Nilai jasa pendukung yang disediakan.
Untuk menghasilkan rental dari suatu property, entitas mungkin harus menyediakan
jasa pendukung. Jika nilai jasa pendukung tersebut signifikan terhadap paket rental
PSAK 13 menetapkan bahwa properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya
perolehan. Yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah harga pembelian property dan
setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan property. Contoh
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya jasa hukum, pajak pengalihan
property, dan baya transaksi lainnya.
Setelah pengakuan awal, entitas harus memilih salah satu dari dua model, model
biaya atau model nilai wajar sebagai kebijakan akuntansinya dan harus menetapkan
kebijakan tersebut untuk seluruh properti investasi yang dimiliki, kecuali:
1. Property held under operating lease classified as investment properties, entitas harus
menggunakan model nilai wajar.
2. Investment property backing lialibillities that pay a return linked directly to the fair value
of, or returns from specific assets including that investment property. Entitas dapat
memilih model biaya atau model nilai wajar.
3. Investment property with a fair value that cannot be realibly determinable on a
continuing basis (i.e. inability to determine fair value realibly). Entitas harus
meggunakan model biaya.
Model Biaya
Setelah pengakuan awal entitas memilih model biaya, maka seluruh properti harus
diukur dengan biaya perolehan sesuai PSAK 16: Aset Tetap. Dengan demikian, properti
investasi akan disusutkan menjadi subjek uji penurunan nilai (impairment test) sesuai
dengan ketentuan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.
Pengakuan
Pada saat pengakuan awal, pengeluaran untuk perolehan asset tetap diakui sebagai
asset jika dan hanya jika memenuhi dua kriteria kapitalisasi, yaitu:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang terkait property investasi akan
mengalir ke dalam perusahaan, dan
2. Biaya perolehan property investasi dapat diukur dengan andal
Penyusutan
Penyusutan merupakan pengalokasian nilai perolehan asset secara sistematis
sepanjang masa manfaat asset. Berikut beberapa pengaturan penting terkait dengan
penyusutan asset tetap.
1. Periode penyusutan
Penyusutan dimulai pada saat asset siap untuk digunakan, yaitu ketika asset berada di
lokasi dan kondisi agar asset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
2. Pengakuan Beban Penyusutan
Beban penyusutan untuk setiap periode diakui di laba rugi. Pencatatan atas beban
penyusutan dilakukan dengan mendebet beban penyusutan dan mengkredit akumulasi
penyusutan dari asset terkait. Angka akumulasi penyusutan akan disajikan sebagai
pengurang dari biaya perolehan asset sehingga dihasilkan nilai tercatat aset.
3. Konsep Dekomponenisasi
Pengaturan di PSAK 16 menyatakan bahwa setiap bagian dari asset tetap yang
memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset
maka harus disusukan secara terpisah. Konsep ini sering disebut dengan istilah
“dekomponenisasi”.
4. Nilai Residu
Dalam PSAK 16 nilai residu didefinisikan sebagai jumlah estimasian yang dapat
diperoleh perusahaan saat ini dari pelepasan asset, dikurangi estimasi biaya pelepasan,
jika asset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur
manfaatnya. Jumlah tersusutkan suatu asset ditentukan setelah mengurangi nilai residu
asset tersebut. Terdakang dalam praktiknya, nilai residu bernilai tidak signfikan
sehingga tidak material untuk dimasukkan dalam perhitungan jumlah tersusutkan.
5. Umur manfaat
Perusahaan menetapkan umur manfaat dari suatu asset tetap berdasarkan kegunaan
yang diharapkan perusahaan dari asset tersebut. Perusahaan seringkali memiliki
kebijakan untuk melepas asset setelah penggunaan dalam jangka waktu tertentu. Oleh
karena itu, seringkali umur manfaat asset tetap lebih pendek dari umur ekonomik dari
asset tersebut. Dalam menentukan umur manfaat dari suatu asset, perusahaan dapat
mempertimbangkan pengalaman perusahaan atas penggunaan asset yang serupa.
6. Metode penyusutan
Penghentian Pengakuan
Prinsip penghentian pengakuan asset tetap tidak berbeda dengan prinsip pengakuan
property investasi yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya. Asset tetap dihentikan
pengakuannya ketika dilepaskan atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomik masa
depan yang dapat diharapkan dari penggunaan atau pelepasan. Pelepasan asset tetap
dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dijual, disewakan melalui sewa pembiayaan
atau disumbangkan.
Pengakuan Beban
Pengeluaran untuk asset tak berwujud dibebankan pada saat terjadinya, kecuali:
Penghentian Pengakuan
Ketentuan mengenai penghentian pengakuan asset tak berwujud dapat mengacu
pada ketentuan penghentian pengakuan asset tetap yang dijelaskan di bagian Aset Tetap.
ASET BIOLOJIK
Definisi
Dalam PSAK 69, asset biologis didefinisikan sebagai hewan atau tanaman hidup.
Namun tidak semua asset biologis diatur di PSAK 69. Tanaman produktif, seperti tanaman
kelapa sawit, karet, tunduk terhadap pengaturan dalam PSAK 16. Jadi dapat disimpulkan
bahwa PSAK 69 mengatur ketentuan akuntansi untuk semua jenis tanaman hidup, kecuali
tanaman produktif.
Berikut contoh bukan tanaman produktif sesuai ketentuan PSAK 69:
1. Tanaman yang ditanam untuk digunakan sebagai produk agrikultur, missal pohon yang
ditanam untuk digunakan sebagai potongan kayu.
ASET TAMBANG
Definisi
Aset tambang adalah asset eksplorasi dan evaluasi, yang merupakan akumulasi dari
pengeluaran yang terjadi selama kegiatan eksplorasi dan evaluasi pertambangan. Kegiatan
eksplorasi dan evaluasi pertambangan merupakan kegiatan pencarian sumber daya mineral,
termasuk barang tambang, minyak, gas alam dan sumber daya alam lain yang tidak dapat
diperbarui setelah perusahaan memperoleh hak hukum untuk eksploitasi pada suatu wilayah
tertentu sampai dengan diperolehnya kelayakan teknis dan komersial atas pertambangan
sumber daya mineral tersebut. Akuntansi untuk asset tambang diatur dalam PSAK 64:
Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral.
Penyajian
Perusahaan menyajikan asset eksplorasi dan evaluasi sesuai dengan klasifikasinya,
yaitu asset berwujud atau asset tak berwujud. Klasifikasi ini mencerminkan sifat dari asset
yang diperoleh. Jika asset berwujud digunakan untuk menghasilkan asset tak berwujud,
maka jumlah yang mencerminkan penggunaan asset berwujud tersebut diakui sebagai
bagian dari perolehan asset tak berwujud. Namun, penggunaan asset berwujud untuk
menghasilkan asset tak berwujud tidak mengubah klasifikasi asset berwujud menjadi asset
tak berwujud.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 13. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 19. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 48. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 61. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 69. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan 27. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru