Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

PELAPORAN KORPORAT

Aset Tidak Lancar

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Sekolah Pendidikan Tim Dosen
Pascasarjana Profesi Akuntansi

Abstract Kompetensi
Aset tidak lancar (long-term Mahasiswa diharapkan mampu untuk :
asset) atau disebut juga aset a. Menjelaskan kriteria dan cakupan aset
jangka panjang, adalah jenis tidak lancar.
aset yang diharapkan dapat b. Menerapkan akuntansi properti investasi,
digunakan selama lebih dari aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
satu tahun. Contohnya adalah biolojik.
gedung, alat produksi, c. Menerapkan akuntansi penurunan nilai
investasi jangka panjang, atas aset tidak lancar.
serta aset tidak berwujud. d. Mengevaluasi kebijakan akuntansi atas
Aset berwujud yang tidak properti investasi, aset tetap, aset tidak
lancar sering pula disebut berwujud, dan aset biolojik.
sebagai aset tetap (fixed
asset).
ASET TIDAK LANCAR
Entitas mengklasifikasikan aset tidak lancar, jika :
 tidak mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual dalam
siklus operasi normal;
 memiliki aset bukan untuk tujuan diperdagangkan;
 tidak mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah
pelaporan; atau
 Bukan kas atau setara kas, atau aset tidak dibatasi pertukarannya atau penggunaannya
untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Aset tidak Lancar terdiri dari


1. Property plant and equipment
2. Long term Investment :
 Stock Investment
 Debt Investment
3. Intangible Assets /Aset Tidak Berwujud
 Hak cipta / copyrights = hak tunggal, yang dianugrahkan oleh pemerintah kepada
seseorang atau badan dikarenakan penemuan dari hasil penelitianya.
 Merk dagang / trademarks = Hak yang diberikan oleh pihak pemerintah kepada
suatu badan untuk dapat menggunakan nama beserta lambang usahanya
 Hak sewa atau hak kontrak / leasehold = Merupakan hak untuk dapat
menggunakan aset tetap pihak lain dalam kurun waktu sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati sebelumnya
 Waralaba / franchise = sebuah hak istimewa yang diberikan kepada seseorang
maupun badan dari pihak lain untuk dapat mengkomersilkan suatu teknik atau
formula produk tertentu.
4. Other non current assets

PROPERTI INVESTASI
Definisi
Investment property didefinisikan dalam PSAK 13 sebagai properti (yaitu tanah
atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduanya) yang dikuasai untuk
menghasilkan rental atau untuk nilai kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak digunakan
dalam bisnisatau untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Agar dapat dikelompokan
sebagai property investasi ada dua kriteria yang harus dipenuhi:
1. Tujuan kepemilikan untuk menghasilkan rental dan atau kenaikan nilai, dan
2. Status kepemilikan

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 2 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
a. Properti dimiliki oleh entitas. Jika entitas adalah lessor (pemilik properti), maka asset
sewa akan dicatat sebagai properti investasi oleh lessor jika disewakan kepada
penyewa (lessee) melalui sewa operasi;
b. Property dikuasai oleh lesser melalui sewa pembiayaan (finance lease). Jika aset
sewa dikuasai oleh lessee melalui operating lease, aset sewa dapat dicatat sebagai
properti investasi oleh lessee jika dan hanya jika:
a) Memenuhi definisi property investasi
b) Diukur menggunakan model nilai wajar (bukan model biaya).
Berikut adalah contoh properti investasi:
1. Tanah yang dimiliki untuk kenaikan jangka panjang daripada untuk dijual dalam kegiatan
usaha sehari-hari,
2. Tanah yang dimiliki namun belum diputuskan tujuan penggunaannya di masa depan;
entah dipakai sendiri (aset tetap) atau dijual / persediaan,
3. Gedung yang dimiliki (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa pembiayaan) dan
disewakan ke pihak lain melalui sewa operasi.
4. Gedung yang saat ini kosong namun akan disewakan ke pihak lain melalui sewa operasi.
5. Properti dalam proses konstruksi atau pembangunan atau pengembangan yang dimasa
depan digunakan sebagai properti investasi.
PSAK 13 menyebutkan secara spesifik contoh aset yang tidak termasuk dalam
definisi properti investasi:
1. Properti yang digunakan sendiri (owner-occupied property), termasuk diantaranya
properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai properti sendiri dan
property yang digunakan oleh karyawan pemilik properti tersebut, dan
2. Properti dalam proses konstruksi/pembangunan atau pengembangan atas nama pihak
ketiga.

Perbedaan Properti Investasi dan Aset Tetap


Definisi asset tetap menurut PSAK 16 adalah berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa yang
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Oleh karena itu, sekilas property investasi dan aset tetap memiliki kemiripan definisi
yakni untuk menghasilkan rental atau property investasi dan dimiliki untuk direntalkan
kepada pihak lain. Meskipun demikian, perbedaan keduanya terletak pada aspek:
1. Kas yang dihasilkan dari pendapatan rental,
Untuk memenuhi definisi properti investasi, aliran kas yang dihasilkan dari pendapatan
rental property harusalah bebas dari ketergantungan atas penggunaan aset-aset
lainnya, berarti, properti investasi adalah aset mandiri dan dapat menghasilkan rental
sendiri tanpa memerlukan bantuan dari aset lainnya. Berbeda dengan properti yang
dicatat sebagai aset tetap yang dimana properti ini dapat menghasilkan pendapatan jika
didukung dengan penggunaan aset lainnya.dan
2. Nilai jasa pendukung yang disediakan.
Untuk menghasilkan rental dari suatu property, entitas mungkin harus menyediakan
jasa pendukung. Jika nilai jasa pendukung tersebut signifikan terhadap paket rental

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 3 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
secara keseluruhan, maka properti dicatat sebagai properti investasi. Menentukan
kesignifikanan jasa pendukung membutuhkan kriteria khusus untuk menilainya. Kriteria
tersebut harus dipakai secara konsisten sebagai pedoman dan diungkapkan di catatan
atas laporan keuangan.

Pengakuan dan Dasar Pengukuran Properti Investasi


PSAK 13 menetapkan bahwa properti investasi harus diakui sebagai aset jika dan
hanya jika (paragraf 16):
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan dari property investasi akan
mengalir ke dalam entitas, dan
2. Biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.

PSAK 13 menetapkan bahwa properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya
perolehan. Yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah harga pembelian property dan
setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan property. Contoh
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya jasa hukum, pajak pengalihan
property, dan baya transaksi lainnya.

Setelah pengakuan awal, entitas harus memilih salah satu dari dua model, model
biaya atau model nilai wajar sebagai kebijakan akuntansinya dan harus menetapkan
kebijakan tersebut untuk seluruh properti investasi yang dimiliki, kecuali:
1. Property held under operating lease classified as investment properties, entitas harus
menggunakan model nilai wajar.
2. Investment property backing lialibillities that pay a return linked directly to the fair value
of, or returns from specific assets including that investment property. Entitas dapat
memilih model biaya atau model nilai wajar.
3. Investment property with a fair value that cannot be realibly determinable on a
continuing basis (i.e. inability to determine fair value realibly). Entitas harus
meggunakan model biaya.

Penentuan Biaya Perolehan Awal


1. Biaya perolehan awal dari properti investasi yang dibeli meliputi harga pembelian dan
setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung (seperti moisalnya biaya
jasa hukum, pajak penjulan dan biaya transaksi lainnya).
2. Ketika harga pembelian tidak diketahui atau tidak dibayar secara tunai, harga pembelian
harus ditentukan berdasarkan “setara harga tunai”-nya.
3. Biaya perolehan awal dari properti investasi yang dibangun sendiri meliputi biaya dan
bahan mentah.
4. Biaya pinjaman yang tejadi selama masa pembangunan atau pengembangan properti,
dicatat sebagai beban

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 4 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
5. Biaya perintisan, biaya pra-produksi, beban administrasi dan beban overhead umumnya
tidak dimasukan ke dalam biaya properti kecuali terkait dengan perolehan properti atau
membawa properti pada kondisi yang diinginkan dengan maskud manajemen,
6. Ketika properti investasi diperoleh dalam pertukaran dengan aset lainnya (non
monoter), biasanya perolehan diukur dari nilai wajar bukan nilai bukunya. Kecuali
transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki subtasi komersial (paragraf 28).

Model Biaya
Setelah pengakuan awal entitas memilih model biaya, maka seluruh properti harus
diukur dengan biaya perolehan sesuai PSAK 16: Aset Tetap. Dengan demikian, properti
investasi akan disusutkan menjadi subjek uji penurunan nilai (impairment test) sesuai
dengan ketentuan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.

Model Nilai Wajar


Jika entitas memilih model nilai wajar, maka seluruh properti investasi harus diukur
pada nilai wajarnya yang mencerminkan kondisi pasar pada tanggal pelaporan (paragraph
40). Laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar atas properti investasi harus
diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan konferhesif lain pada periode terjadi
(paragfraf 37). Properti investasi tidak dapat disusutkan dan tidak menjadi subjek penurunan
nilai karena jumlah aset akan selalu disesuaikan dengan wajarnya pada tanggal pelapoan.
Nilai wajar pada properti investasi memiliki atribut:
1. Being time-specific as of a given date;
2. Reflect rental income from current leases and from future leases in light of current
condition (with reasonable and supportable assumption);
3. Equal to initial cost of lease;
4. Current price in a active market being the best evidence;
5. Other values when no active market;
6. Differ from value in use;
7. Avoid double count assets or liabilities;
8. Not reflect feature capital expenditure;

PSAK 13 menganjurkan entitas untuk menentukan nilai wajar properti investasi


berdasarkan peniliaian oleh penilai independent yang diakui memiliki kualifikasi professional.
Model wajar ini harus diterapkan untuk sewa operasi yang diklasifikasikan sebagai properti
investasi.
Perbedaan Model Nilai Wajar pada Properti Investasi (PSAK 13) dan Model
Revaluasi pada Aset Tetap (PSAK 16). Walapun sama-sama menggunakan “nilai wajar”,
model nilai wajar tidak sama dengan model revaluasi pada aset tetap.

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 5 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
ASET TETAP
Definisi
Aset tetap menurut PSAK 16 adalah asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau
untuk tujuan administrative, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Berdasarkan definisi tersebut, maka karakteristik asset tetap yaitu:
a. Memiliki wujud fisik,
b. Digunakan untuk membantu operasional perusahaan, dan
c. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode.

Pengakuan
Pada saat pengakuan awal, pengeluaran untuk perolehan asset tetap diakui sebagai
asset jika dan hanya jika memenuhi dua kriteria kapitalisasi, yaitu:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang terkait property investasi akan
mengalir ke dalam perusahaan, dan
2. Biaya perolehan property investasi dapat diukur dengan andal

Pengukuran Saat Pengakuan


Pada pengakuan awal, asset tetap diukur sebesar biaya perolehan asset tersebut.
PSAK 16 menjelaskan tiga elemen biaya perolehan asset tetap, yaitu:
1. Harga perolehan
Yang dimaksud dengan harga perolehan disini adalah harga beli asset dikurangi
dengan diskon atau potongan lain (jika ada) ditambah dengan bea impor atau pajak
pembelian yang tida dapat dikreditkan.
2. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan asset tetap
Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan asset tetap adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi
yang diinginkan supaya asset tersebut siap digunakan sesuai dengan intensi
manajemen.
3. Estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset
tetap (dismantling cost). Perusahaan seringkali diberikan kewajiban untuk membongkar
dan memindahkan asset tetap dan merestorasi lokasi dari asset tetap tersebut.
Kewajiban tersebut sering disebut dengan dismantling cost. Kewajiban tersebut timbul
ketika asset tetap diperoleh atau sebagi konsekuensi penggunaan asset tetap selama
periode tertentu untuk tujuan selain memproduksi persediaan.

Pengukuran Setelah Pengakuan


Setelah pengakuan awal, perusahaan dapat memilih untuk mengukur asset tetap
dengan menggunakan model biaya atau model revaluasi. Perusahaan harus menerapkan

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 6 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
model pengukuran yang sama untuk kelompok asset tetap yang sama. Missal, perusahaan
menerapkan model revaluasi untuk tanah dan menerapkan model biaya untuk asset tetap
lainnya. Jadi, suatu perusahaan bisa menerapkan kedua model di atas untuk pengukuran
asset tetapnya.

Penyusutan
Penyusutan merupakan pengalokasian nilai perolehan asset secara sistematis
sepanjang masa manfaat asset. Berikut beberapa pengaturan penting terkait dengan
penyusutan asset tetap.
1. Periode penyusutan
Penyusutan dimulai pada saat asset siap untuk digunakan, yaitu ketika asset berada di
lokasi dan kondisi agar asset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
2. Pengakuan Beban Penyusutan
Beban penyusutan untuk setiap periode diakui di laba rugi. Pencatatan atas beban
penyusutan dilakukan dengan mendebet beban penyusutan dan mengkredit akumulasi
penyusutan dari asset terkait. Angka akumulasi penyusutan akan disajikan sebagai
pengurang dari biaya perolehan asset sehingga dihasilkan nilai tercatat aset.
3. Konsep Dekomponenisasi
Pengaturan di PSAK 16 menyatakan bahwa setiap bagian dari asset tetap yang
memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset
maka harus disusukan secara terpisah. Konsep ini sering disebut dengan istilah
“dekomponenisasi”.
4. Nilai Residu
Dalam PSAK 16 nilai residu didefinisikan sebagai jumlah estimasian yang dapat
diperoleh perusahaan saat ini dari pelepasan asset, dikurangi estimasi biaya pelepasan,
jika asset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur
manfaatnya. Jumlah tersusutkan suatu asset ditentukan setelah mengurangi nilai residu
asset tersebut. Terdakang dalam praktiknya, nilai residu bernilai tidak signfikan
sehingga tidak material untuk dimasukkan dalam perhitungan jumlah tersusutkan.
5. Umur manfaat
Perusahaan menetapkan umur manfaat dari suatu asset tetap berdasarkan kegunaan
yang diharapkan perusahaan dari asset tersebut. Perusahaan seringkali memiliki
kebijakan untuk melepas asset setelah penggunaan dalam jangka waktu tertentu. Oleh
karena itu, seringkali umur manfaat asset tetap lebih pendek dari umur ekonomik dari
asset tersebut. Dalam menentukan umur manfaat dari suatu asset, perusahaan dapat
mempertimbangkan pengalaman perusahaan atas penggunaan asset yang serupa.
6. Metode penyusutan

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 7 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
Dalam PSAK 16 diatur bahwa pemilihan metode penyusutan oleh perusahaan harus
mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari asset tersebut.
7. Review Periodik atas Nilai Residu, Umur Manfaat, dan Metode Penyusutan
Perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan review minimum setiap akhir tahun
terhadap nilai residu, umur manfaat, dan metode penyusutan.

Penghentian Pengakuan
Prinsip penghentian pengakuan asset tetap tidak berbeda dengan prinsip pengakuan
property investasi yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya. Asset tetap dihentikan
pengakuannya ketika dilepaskan atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomik masa
depan yang dapat diharapkan dari penggunaan atau pelepasan. Pelepasan asset tetap
dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dijual, disewakan melalui sewa pembiayaan
atau disumbangkan.

ASET TIDAK BERWUJUD (PSAK 19)


Definisi
Seringkali perusahaan mengeluarkan sumber daya dalam rangka perolehan,
pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, desain, atau implementasi system baru. Pengeluaran sumber
daya tersebut akan diakui sebagai asset tak berwujud jika memenuhi definisi asset tak
berwujud, yaitu keteridentifikasian, pengendalian, dan adanya manfaat ekonomik masa
depan. Jika terdapat unsur yang tidak terpenuhi, maka pengeluaran sumber daya tersebut
diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Contoh dari asset tak berwujud adalah piranti lunak computer, paten, hak cipta, film,
daftar pelanggan, waralaba, loyalitas pelanggan, dan hak pemasaran.

Pengakuan dan Pengukuran


Pada saat pengakuan awal, perolehan suatu asset akan diakui sebagai asset tak
berwujud jika memenuhi definisi asset tak berwujud di atas dan dua kriteria kapitalisasi
berikut ini:
1. Besar kemugkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait property investasi akan
mengalir ke dalam perusahaan, dan
2. Biaya perolehan property investasi dapat diukur dengan andal
Jika memenuhi definisi asset tak berwujud dan dua kriteria kapitalisasi, maka asset tak
berwujud akan diakui sebesar biaya perolehan.

Pengakuan Beban
Pengeluaran untuk asset tak berwujud dibebankan pada saat terjadinya, kecuali:

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 8 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
1. Pengeluaran tersebut merupakan bagian dari biaya perolehan asset tak berwujud yang
memenuhi kriteria pengakuan, atau
2. Sesuatu yang tak berwujud diperoleh melalui kombinasi bisnis dan tidak dapat diakui
sebagai asset tak berwujud, maka pengeluaran tersebut merupakan bagian dari
goodwill pada tanggal akuisisi.
Pengeluaran atas asset tak berwujud yang awalnya diakui sebagai beban tidak boleh
diakui sebagai bagian dari biaya perolehan asset tak berwujud di kemudian hari.

Pengukuran Setelah Pengakuan


Setelah pengakuan awal, perusahaan boleh memilih untuk menyajikan asset tak
berwujud di laporan posisi keuangan dengan menggunakan model biaya atau model
revaluasi. Perusahaan harus menerapkan model pengukuran yang sama untuk seluruh
asset tak berwujud dalam kelompok yang sama.

Umur Manfaat, Nilai Residu, dan Metode Amortisasi


Sama seperti pengaturan untuk asset tetap, perusahaan juga harus menelaah nilai
residu, umur manfaat, dan metode amortisasi dari asset tak berwujud dengan umur manfaat
terbatas. Jika terdapat perubahan yang cukup signifikan atas ketiga hal tersebut, maka
perusahaan harus mengubahnya. Karena perubahan nilai residu, umur manfaat, dan
metode amortisasi merupakan perubahan estimasi akuntansi, maka perlakuan akuntansi
yang tepat adalah prospektif.

Penghentian Pengakuan
Ketentuan mengenai penghentian pengakuan asset tak berwujud dapat mengacu
pada ketentuan penghentian pengakuan asset tetap yang dijelaskan di bagian Aset Tetap.

ASET BIOLOJIK
Definisi
Dalam PSAK 69, asset biologis didefinisikan sebagai hewan atau tanaman hidup.
Namun tidak semua asset biologis diatur di PSAK 69. Tanaman produktif, seperti tanaman
kelapa sawit, karet, tunduk terhadap pengaturan dalam PSAK 16. Jadi dapat disimpulkan
bahwa PSAK 69 mengatur ketentuan akuntansi untuk semua jenis tanaman hidup, kecuali
tanaman produktif.
Berikut contoh bukan tanaman produktif sesuai ketentuan PSAK 69:
1. Tanaman yang ditanam untuk digunakan sebagai produk agrikultur, missal pohon yang
ditanam untuk digunakan sebagai potongan kayu.

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 9 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
2. Tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan produk agrikultur, namun terdapat
kemungkinan bahwa tanaman tersebut akan dipanen sebagai produk agrikultur, missal
tanaman yang ditanam untuk buah dan potongan kayu.
3. Tanaman semusim (annual crops), missal jagung dan gandum.

Pengakuan dan Pengukuran


Pada pengakuan awal, asset biologis diakui jika memenuhi ketiga kriteria berikut ini:
1. Perusahaan mengendalikan asset biologis sebagai akibat peristiwa masa lalu,
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan asset biologis
tersebut akan mengalir ke perusahaan, dan
3. Nilai wajar atau biaya perolehan asset biologis dapat diukur secara andal.
Asset biologis diukur pada pengakuan awal sebesar nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual. Di setiap akhir periode pelaporan, nilai asset biologis harus diukur kembali pada
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pada tanggal pelaporan. Keuntungan atau kerugian
yang timbul, baik pada saat pengukuran awal maupun pengukuran selanjutnya, diakui dalam
laba rugi pada periode terjadinya.

Hibah Pemerintah terkait Aset Biologis


Dalam beberapa kasus, perusahaan menerima hibah pemerintah terkait dengan
asset biologis. Hibah pemerintah memiliki persyaratan dan ketentuan yang bervariasi. Hibah
pemerintah terkait asset biologis dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan perlakuan
akuntansinya:
1. Hibah pemerintah terkait dengan asset biologis yang diukur pada nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual
2. Hibah pemerintah terkait dengan asset biologis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai

ASET TAMBANG
Definisi
Aset tambang adalah asset eksplorasi dan evaluasi, yang merupakan akumulasi dari
pengeluaran yang terjadi selama kegiatan eksplorasi dan evaluasi pertambangan. Kegiatan
eksplorasi dan evaluasi pertambangan merupakan kegiatan pencarian sumber daya mineral,
termasuk barang tambang, minyak, gas alam dan sumber daya alam lain yang tidak dapat
diperbarui setelah perusahaan memperoleh hak hukum untuk eksploitasi pada suatu wilayah
tertentu sampai dengan diperolehnya kelayakan teknis dan komersial atas pertambangan
sumber daya mineral tersebut. Akuntansi untuk asset tambang diatur dalam PSAK 64:
Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral.

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 10 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
Pengukuran pada Saat Pengakuan
Perusahaan mengakui pengeluaran dalam kegiatan eksplorasi dan evaluasi
pertambangan sumber daya mineral sebagai asset eksplorasi dan evaluasi. Asset eksplorasi
dan evaluasi diakui sebesar biaya perolehan. Komponen biaya perolehan dari asset
eksplorasi dan evaluasi adalah pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikaitkan dengan
penemuan sumber daya mineral spesifik. Asset eksplorasi dan evaluasi yang diakui
kemudian diklasifikasikan menjadi asset berwujud atau asset tak berwujud. Klasifikasi ini
berdasarkan sifat asset yang diperoleh.

Pengukuran Setelah Pengakuan


Perusahaan dapat memilih untuk menerapkan model biaya atau model revaluasi
untuk pengukuran selanjutnya asset eksplorasi dan evaluasi. Dua model pengukuran ini
sama dengan model pengukuran yang berlaku untuk asset tetap dan asset tak berwujud.
Ketika perusahaan memilih untuk menerapkan model revaluasi, maka model tersebut harus
diterapkan secara konsisten untuk klasifikasi asset eksplorasi dan evaluasi (asset berwujud
vs asset tak berwujud).

Penyajian
Perusahaan menyajikan asset eksplorasi dan evaluasi sesuai dengan klasifikasinya,
yaitu asset berwujud atau asset tak berwujud. Klasifikasi ini mencerminkan sifat dari asset
yang diperoleh. Jika asset berwujud digunakan untuk menghasilkan asset tak berwujud,
maka jumlah yang mencerminkan penggunaan asset berwujud tersebut diakui sebagai
bagian dari perolehan asset tak berwujud. Namun, penggunaan asset berwujud untuk
menghasilkan asset tak berwujud tidak mengubah klasifikasi asset berwujud menjadi asset
tak berwujud.

HIBAH PEMERINTAH (PSAK 61)


Definisi
Perlakuan akuntansi untuk asset yang merupakan hibah dari pemerintah mengacu
pada PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.
Dalam PSAK 61 hibah pemerintah didefinisikan sebagai bantuan oleh pemerintah dalam
bentuk pengalihan sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atau kepatuhan entitas di
masa lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan aktivitas
operasi entitas tersebut. Hibah pemerintah dalam hal ini tidak mencakup bantuan
pemerintah yang tidak memiliki nilai memadai bagi entitas transaksi dengan pemerintah
yang tidak dapat dbedakan dari transaksi perdagangan normal entitas.

Pengukuran pada Saat Pengakuan

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 11 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
Aset tidak lancar yang diperoleh melalui hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai
terdapat keyakinan yang memadai bahwa:
1. Perusahaan akan mematuhi kondisi yang melekat pada hibah tersebut, dan
2. Hibah akan diterima
Atas penerimaan asset hibah tersebut, perusahaan akan membukukan pendapatan
ditangguhkan di sisi kredit. Pendapatan ditangguhkan ini akan diakui dalam laba rugi
dengan dasar yang sistematis selama periode dimana perusahaan mengakui beban atas
biaya yang terkait yang dimaksudkan akan dikompensasi dengan hibah. Amortisasi
pendapatan ditangguhkan secara bertahap pada periode beban diakui dimaksudkan untuk
menyandingkan pendapatan dan beban pada periode yang sama.

ASET TETAP DARI PELANGGAN (ISAK 27)


Perusahaan di industri tertentu, seperti industri utilitas atau alih data teknologi
informasi, terkadang menerima pengalihan asset tetap dari pelanggan. Asset tersebut harus
digunakan untuk menghubungkan pelanggan atau pihak lain ke suatu jaringan dan
menyediakan akses berkelanjutan atas pasokan komoditas tertentu. Asset alihan bisa jadi
sudah disediakan oleh pelanggan, tetapi bisa juga asetnya belum tersedia. Ketika asset
belum tersedia, pelanggan membayarkan sejumlah kas kepada perusahaan untuk
mengkonstruksi atau memperoleh asset yang dibutuhkan.
Pengalihan asset tetap dari pelanggan diatur dalam ISAK 27: Pengalihan Aset dari
Pelanggan. Terdapat empat permasalahan terkait dengan asset dari pelanggan yang diatur
dalam ISAK 27, yaitu:
1. Apakah asset alihan memenuhi definisi asset?
Penilaian apakah asset alihan memenuhi definisi asset harus didasarkan pada
ketentuan dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK).
2. Bagaimana asset alihan diukur saat pengakuan awal?
Ketika perusahaan memiliki pengendalian atas asset alihan, maka perusahaan
mengakui asset alihan tersebut sebagai asset perusahaan. Asset tersebut akan diakui
sebagai asset tetap perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16: Aset Tetap
paragraph 07 dan mengukur biayanya pada saat pengakuan awal sebesar nilai wajar
sesuai dengan PSAK 16 paragraf 24.
3. Bagaimana saldo kredit yang dihasilkan dari transaksi pengalihan dicatat?
Pengalihan atas asset tetap dari pelanggan diperlakukan sebagai pertukaran barang
atau jasa yang tidak serupa. PSAK 23: Pendapatan paragraph 12 menjelaskan bahwa
ketika barang atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang
tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap transaksi yang menghasilkan

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 12 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
pendapatan. Oleh karena itu, atas pengalihan asset dari pelanggan, perusahaan harus
mengakui adanya pendapatan.
4. Bagaimana perusahaan mencatat pengalihan kas dari pelanggannya?
Ketika perusahaan menerima pengalihan kas dari pelanggan, perusahaan harus menilai
apakah perjanjian tersebut termasuk dalam ruang lingkup ISAK 27.

PENURUNAN NILAI (PSAK 48)


Kondisi atau peristiwa bahwa nilai asset mengalami penurunan harus tercermin
dalam laporan keuangan. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset merupakan standar akuntansi
yang mengatur mengenai prosedur penurunan nilai asset dan perlakuan akuntansi atas
peristiwa penurunan nilai asset tersebut.

Prosedur Penurunan Nilai Aset


Prosedur penurunan nilai asset yang pertama adalah menilai apakah terdapat
indikasi penurunan nilai asset. Perusahaan harus menilai apakah terdapat indikasi
penurunan nilai asset pada setiap akhir periode pelaporan. Jika terdapat indikasi bahwa
asset telah mengalami penurunan nilai, maka prosedur selanjutnya adalah melakukan uji
penurunan nilai. Jika tidak terdapat indikasi penurunan nilai, maka perusahaan tidak perlu
melakukan uji penuruna nilai asset.

Pengecualian terhadap Prosedur Penurunan Nilai Aset


Jika ditemukan ada indikasi penurunan nilai, maka perusahaan melakukan uji
penurunan nilai asset dengan menghitung jumlah terpulihkan asset. Jika tidak terdapat
indikasi penurunan nilai, maka perusahaan tidak berkewajiban menghitung jumlah asset.
Namun terdapat pengecualian terhadap beberapa jenis asset, yaitu asset tak berwujud
dengan umur manfaat tidak terbatas (indefinite-life), asset tak berwujud yang belum
digunakan, dan goodwill. Untuk ketiga jenis asset tersebut, perusahaan harus melakukan uji
penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan, terlepas ada tidaknya indikasi penurunan
nilai. Perusahaan melakukan uji penurunan nilai setiap tahun untuk memastikan jumlah
terpulihkan asset tersebut masih lebih tinggi atau sama dengan jumlah tercatatnya.

Penurunan Nilai Aset pada Level Unit Penghasil Kas


Seringkali perusahaan tidak dapat mengestimasi jumlah terpulihkan asset pada level
asset individual. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan kesulitan dalam menghitung nilai
pakai asset secara individual. PSAK 48 menjelaskan bahwa terdapat kondisi dimana jumlah
terpulihkan asset secara individual tidak dapat ditentukan, yaitu ketika:
1. Nilai pakai tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajar dikurangi biaya pelepasan, dan

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 13 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen
2. Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok asset lain.
Ketika kondisi di atas terjadi, maka jumlah terpulihkan diestimasi pada level Unit
Penghasil Kas (UPK). UPK merupakan kelompok kecil dari asset teridentifikasi yang
menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk
dari asset atau kelompok asset lain.

Pemulihan Rugi Penurunan Nilai Aset


Di setiap akhir periode pelaporan, perusahaan perlu mengecek apakah terdapat
indikasi pemulihan rugi penurunan nilai asset yang pernah diakui sebelumnya. Jika
ditemukan indikasi, maka perusahaan dapat memulihkan rugi penurunan nilai yang pernah
diakui di periode-periode sebelumnya. Penentuan ada tidaknya indikasi pemulihan rugi
penurunan nilai, dapat bersumber dari informasi internal dan eksternal perusahaan.
Ketika terdapat indikasi pemulihan rugi penurunan nilai, perusahaan menghitung
jumlah terpulihkan asset. Jika jumlah terpulihkan asset meningkat dan melebihi nilai tercatat
asset, maka terdapat pemulihan rugi penurunan nilai. Rugi penurunan nilai yang dipulihkan
tidak boleh mengakibatkan nilai tercatat asset yang baru melebihi nilai tercatat asset
seharusnya jika tidak pernah mengalami penurunan nilai. Laba pemulihan rugi penurunan
nilai asset diakui di laba rugi.
Untuk penurunan nilai aset-aset mengacu pada PSAK 48 dan PSAK 55
o Penurunan Nilai Properti Investasi yang Menggunakan Model Biaya
o Penurunan Nilai Properti Investasi yang Menggunakan Model Nilai Wajar
Properti investasi yang menggunakan model nilai wajar tidak menjadi subjek uji
penurunan nilai karena jumlah tercatat aset akan selalu disesuaikan dengan nilai wajarnya
pada tanggal pelaporan.
Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 13. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 19. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 48. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 61. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 69. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan 27. Jakarta: IAI,
Edisi Terbaru

Pelaporan Korporat / 2021 Biro Akademik dan Pembelajaran


2021 14 http://www.widyatama.ac.id
Tim Dosen

Anda mungkin juga menyukai