Oleh:
Aulia Rahmiyatul Azma (1910313320026)
Devana Pangestu (1910313220016)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah tentang Properti
Investasi dan Laporan Keuangan. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak
mendapat referensi dari berbagai sumber.sehingga makalah ini dapat selesai pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari apa yang dinamakan
sempurna. Dengan hati terbuka penulis menerima kritikan, saran yang bersifat
membangun.Akhir kata, besar harapan penulis semoga makalah ini dapat diterima dan
menjadi sesuatu yang berguna bagi setiap orang yang membacanya. Semoga dapat pula
menjadi pedoman untuk pembuatan makalah bagi yang membutuhkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kegiatan investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, yang
mana kenaikan pada investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan
nasional (Sukirno, 2003).
Investasi properti merupakan salah satu investasi yang menjanjikan. Properti
investasi ini merupakan suatu aser yang dibuat untuk dijual kembali maupun untuk
disewakan, hal tersebut tergantung bagaimana tujuan investasi tersebut dibuat. Sewa
dalam properti investasi terdapat dua macam yaitu, sewa pembiayaan, dan sewa operasi.
Namun, Investasi properti ini juga dapat mengalami penurunan nilai, terutama
bagi aset yang untuk disewakan. Sehingga, pada saat akhir periode pelaporan suatu
entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai,
sehingga harus dilakukan pengujian terhadap nilai dari aset tersebut, untuk memastikan
kemampuan ekonomisnya. Untuk penjelasan lebih lanjut akan dibahas dalam Bab
selanjutnya
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa defnisi dari Properti Ivestasi.
2. Bagaimana pengakuan terhadap Properti Investasi.
3. Bagaimana pengukuran Properti Investasi.
4. Bagaimana pengungkapan Properti Investasi.
5. Bagaimana kasus BPJS terkait Properti Investasi.
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui defnisi dari Properti Investasi.
2. Untuk Mengetahuhi Bagaimana pengakuan terhadap Properti Investasi.
3. Untuk Mengetahuhi Bagaimana pengukuran Properti Investasi.Untuk
Mengetahuhi Bagaimana pengungkapan Properti Investasi.
4. Untuk Mengetahuhi Bagaimana kasus BPJS terkait Properti Investasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Properti Investasi
1. Properti yang digunakan sendiri, termasuk diantaranya properti yang dikuasai untuk
digunakan di masa depan sebagai properti yang digunakan sendiri dan properti
yang digunakan oleh karyawan pemilik properti tersebut.
2. Properti dalam proses konstruksi/ pembangunan atau pengembangan atas nama
pihak ketiga.
2.2. Perbedaan Properti Investasi dan Aset tetap
1) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedia barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Properti investasi adalah aset yang mandiri dan dapat menghasilkan rental sendiri
tanpa memerlukan bantuan dari aset-aset lainnya. Berbeda dengan properti yang dicatat
sebagai aset tetap, properti ini dapat menghasilkan pendapatan jika didukung dengan
penggunaan aset-aset lainnya. Contoh :
PT A adalah pemilik dua gedung yang dijadikan hotel. Hotel pertama dikelola
sendiri oleh PT A, sedangkan hotel kedua disewakan kepada PT B yang mengelola
hotel sepenuhnya melalui perjanjian sewa operasi dengan PT A. PT B menyediakan
sendiri perabotan dan peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan hotel ersebut.
Kesimpulan :
• Gedung yang dimilik dan dikelola sendiri sebagai hotel oleh PT A merupakan aset
tetap karena pendapatan menginap.
• Gedung yang disewakan kepada PT B merupaka properti investasi karena aliran kas
yang dihasilkan dari rental gedung
2.1.2. Nilai Jasa Pendukung yang Disediakan
Jika nilai jasa pendukung signifikan terhadap paket rental secara keseluruhan, maka
properti dicatat sebagai properti investasi. Contoh :
PT C adalah pemilik dari dua gedung kembar yang digunakan untuk menghasilkan
rental. Gedung pertama berfungsi sebagai perkantoran sedangkan gedung kedua sebagai
hotel bintang tiga. PT C menyediakan jasa keamanan dan perawatan/kebersihan untuk
area umum lantai perkantoran. Para penyewa umumnya menyewa untuk periode 1-3
tahun. Lessee menyediakan sendiri perabotan dan interior kantornya namun saat kontrak
sewa habis, kantor harus dikembalikan ke PT C dalam kondisi kosong dan bersih seperti
semula. Gedung yang digunakan sebagai hotel bintang tiga dikelola sendiri oleh PT C.
PT C menyediakan semua perobatan dan peralatan kamar berikut jasa pendukung yang
diperlukan. Kesimpulan:
Jika suatu properti terdiri atas bagian yang memiliki karakteristik properti investasi
dan bagian lain yang memiliki karakteristik aset tetap maka :
Entitas tidak diperkenankan untuk berganti dari model wajar ke model biaya.
Uji penurunan nilai aset untuk properti investasi yang diukur menggunakan model
baiaya mengikuti PSAK 48: Penurunan Nilai Aset dengan ketentuan umum sebagai
berikut:
1. Jika jumlah terpulihkan (recoverable amount) aset lebih kecil dari nilai tercatat
(carrying amount)-nya, maka nilai tercata aset harus diturunkan menjadi sebesar
nilai terpulihkan, dan kerugian penurunan nilai harus segera diakui (paragraf 59).
2. Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara “nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan” (fair value less cost of disposal dengan ‘nilai pakai’ (value in use).
Jumlah terpulihkan dari setiap aset harus ditaksir secara individual atau sebagai unit
penghasil kas (cash generating unit) di mana aset tersebut berada atau tercakup di
dalamnya.
3. Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan adalah harga yang akan diterima untuk
menjual aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran, dikurangi
biaya pelepasan aset.
4. Nilai pakai adalah nilai kini dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima
dari aset atau unit penghasil kas. Estimasi arus kas masa depan mencakup:
a. Proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset,
b. Proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk,
dan
c. Arus kas bersih, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk
menghentikan penggunaan aset pada akhir masa manfaatnya.
5. Setelah kerugian penurunan nilai diakui, beban penyusutan aset untuk periode yang
akan datang dihitung berdasarkan nilai tercatat yang telah direvisi.
2.5.2. Penurunan Nilai Properti Investasi yang Menggunakan Model Nilai Wajar
Properti Investasi yang menggunakan model nilai wajar tidak menjadi subjek uji
penurunan nilai karena jumlah tercatat aset akan selalu disesuaikan dengan nilai
wajarnua pada tanggal pelaporan.
BAB III
Kasus
Properti Investasi di BPJS