Anda di halaman 1dari 4

PSAK 13 (Properti Investasi)

A. PENDAHULUAN

1. Tujuan

PSAK 13 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk property


investasi dan pengungkapan yang terkait.

2. Ruang Lingkup

a. PSAK 13 diterapkan dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan


properti investasi;

b. PSAK 13 tidak mencakup hal-hal yang telah diatur dalam PSAK 30 (Sewa),
antara lain:

1) Klasifikasi sewa pembiayaan dan sewa operasi;


2) Pengakuan penghasilan sewa dari properti investasi;

3) Pengukuran hak atas sewa operasi dalam laporan keuangan lessee;


4) Pengukuran investasi neto atas sewa pembiayaan dalam laporan
keuangan lessor;
5) Akuntansi atas transaksi jual dan sewa-balik; dan

6) Pengungkapan sewa pembiayaan dan sewa operasi.


c. PSAK 13 tidak berlaku untuk hal penambangan dan cadangan mineral
seperti minyak, gas alam, dan sumber daya serupa yang tidak dapat
diperbarui.

3. Definisi

a. Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan atau
nilai wajar dari imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset
pada saat perolehan atau pembangunan atau nilai yang diatrubusikan pada
aset ketika pengakuan awal.

b. Jumlah Tercatat adalah jumlah suatu aset diakui dalam laporan posisi
keuangan.
c. Nilai Wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

d. Properti Investasi adalah properti (tanah atau bangunan, atau bagian dari
bangunan, atau keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui
sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai,
atau kedua-duanya, dan tidak untuk:

1) Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau

2) Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.


e. Properti yang Digunakan Sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif.
f. Klasifikasi Properti Investasi
1) Hak atas properti yang dikuasai oleh lessee melalui sewa operasi dapat
dikelompokkan dan dicatat sebagai properti investasi jika, dan hanya
jika, properti tersebut memenuhi definisi properti investasi dan lessee
menggunakan model nilai wajar.
2) Properti Investasi dapat dikuasai untuk menghasilkan rental atau untuk
mendapatkan kenaikan nilai atau keduanya. Oleh karena itu, properti
investasi menghasilkan arus kas yang sebagian besar tidak bergantung
pada aset lain yang dikuasai oleh entitas.
3) Contoh dari Properti Investasi:

a) Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan
bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari.

b) Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan


belum ditentukan. (Apabila entitas belum menentukan penggunaan
tanah sebagai properti yang digunakan sendiri atau akan dijual
jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari, maka tanah
tersebut diakui sebagai tanah yang dimiliki dalam rangka kenaikan
nilai.)

c) Bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas


melalui sewa pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui
satu atau lebih sewa operasi.
d) Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan
kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi
e) Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di
masa depan digunakan sebagai properti investasi.
4) Contoh yang bukan merupakan Properti Investasi:

a) Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha-


sehari-hari atau sedang dalam proses pembangunan atau
pengembang untuk dijual (PSAK 14:Persediaan).
b) Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas
nama pihak ketiga kontrak konstruksi.
c) Properti yang digunakan sendiri, termasuk properti yang dikuasai
untuk digunakan di masa depan sebagai properti yang digunakan
sendiri, properti yang dimilik untuk pengembangan di masa depan
dan penggunaan selanjutnya sebagai properti yang digunakan
sendiri, properti yang digunakan oleh karyawan.

d) Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa


pembiayaan.

5) Apabila properti terdiri dari bagian yang dikuasai untuk menghasilkan


rental dan bagian lain dari properti digunakan dalam proses produksi
atau untuk menghasilkan barang/jasa untuk tujuan administratif, jika
bagian properti tersebut dapat dijual secara terpisah (atau disewakan
kepada pihak lain secara terpisah melalui sewa pembiayaan), maka
entitas memncatat secara terpisah, jika tidak maka properti tersebut
masuk sebagai properti investasi hanya jika bagian yang digunakan
dalam proses produksi atau untuk menghasilkan barang/jasa untuk
tujuan administratif jumlahnya tidak signifikan.
6) Contoh kasus pengklasifikasian Properti Investasi, yaitu:

a) Entitas memperlakukan properti sebagai properti investasi jika


penyediaan penambahan jasa tidak signifikan terhadap keseluruhan
perjanjian, contoh: Pemilik bangunan kantor menyediakan jasa
keamanan dan pemeliharaan bangunan kepada lessee yang
menghuni bangunan.
b) Entitas tidak dapat memperlakukan properti sebagai properti
investasi apabila jasa yang disediakan bernilai cukup signifikan,
contoh: Entitas memilik dan mengelola hotel, maka jasa yang
diberikan kepada tamu adalah signifikan terhadap keseluruhan
perjanjian.
c) Apabila entitas memiliki properti yang disewakan kepada, dan yang
digunakan oleh, entitas induknya atau entitas anak lain, maka
properti tersebut tidak diklasifikasikan sebagai properti investasi
dalam laporan keuangam konsolidasian.
Namun, apabila properti tersebut dilihat dari sudut pandang entitas
yang memiliki properti, properti tersebut termasuk kategori properti
investasi sepanjang memenuhi definisi properti investasi itu sendiri,
sehingga lessor memperlakukan kepemilikan sebagai properti
investasi dalam laporan keuangan individualnya.

7) Sulit untuk dilakukan penentuan apakah tambahan jasa yang diberikan


adalah sangat signifikan sehingga properti tidak memenuhi sebagai
properti investasi
8) Entitas harus mengungkapkan kriteria sebagai properti investasi (entitas
dapat mengembangkan kriteria sehinnga dapat digunakan sebagai
kebijakan) ketika pengklasifikasian sulit dilakukan.

4. Pengakuan

a. Properti Investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika:


1) Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan
properti investasi akan mengalir ke entitas; dan
2) Biaya perolehan properti investasi dapat diukur secara andal.

b. Entitas mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan atas seluruh biaya


perolehan properti investasi pada saat terjadinya dan biaya yang terjadi
setelahnya untuk menambah, mengganti bagian properti, atau memperbaiki
properti.

c. Entitas tidak mengakui biaya harian penggunaan properti dalam jumlah


tercatat properti investasi.

Anda mungkin juga menyukai