Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 11

PROPERTI INVESTASI

Disusun Oleh:
Reza Dwi Kurniawan 992022018
Regia Beatrice Amanda 992022015
Muhammad Kevin Prasetya 992022024

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN


JURUSAN AKUNTANSI
PRODI AKUNTANSI PERPAJAKAN

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Definisi Properti Investasi ............................................................................ 2
B. Pengakuan .................................................................................................... 4
C. Pengukuran Awal ......................................................................................... 5
D. Pengukuran Setelah Perolehan ..................................................................... 5
1. Model Biaya ............................................................................................. 6
2. Model Nilai Wajar .................................................................................... 6
E. Penghentian Pengakuan ............................................................................... 7
F. Transfer ........................................................................................................ 8
G. Pengungkapan .............................................................................................. 8
1. Pengungkapan Pada Model Nilai Wajar ................................................... 10
2. Pengungkapan Pada Model Biaya ............................................................. 11
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Properti Investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lesseel
penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau kenaikan
nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi atau
persediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif atau dijual dalam
kegiatan usaha sehari hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa penting nya Investasi Properti?
2. Kenapa kita harus belajar Investasi Properti?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang kami harapkan kepada pembaca setelah membaca
makalah yang kami susun, yaitu sebagai berikut :
1. Mampu mengerti Investasi Properti.
2. Mampu menyusun Biaya Perolehan Investasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Properti Investasi


Menurut PSAK 13 (Revisi 2011), properti investasi adalah properti (tanah
atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai
(oleh pemilik atau lesseel penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak
untuk:
1. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau
2. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Dalam PSAK 13 juga diberikan definisi mengenai properti yang
digunakan sendiri (owner occupied property), yaitu properti yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif. Perbedaan
utama antara properti investasi dan properti yang digunakan sendiri adalah
properti investasi menghasilkan arus kas yang sebagian besar independen dari aset
lain yang dimiliki entitas. Properti yang digunakan sendiri diperlakukan sebagai
aset tetap.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat beberapa perbedaan antara
aset tetap dan properti investasi, yaitu properti investasi harus berbentuk properti
(yaitu tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya)
dan digunakan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai. Sebagai
contoh, jika suatu entitas membeli sebidang tanah. Pertanyaannya diklasifikasikan
sebagai aset tetap atau properti investasi? Klasifikasinya tergantung dari tujuan
entitas dalam memperoleh tanah tersebut. Apabila tanah tersebut digunakan
dalam kegiatan operasional (misalnya di atas tanah akan dibangun gedung yang
digunakan sebagai kantor perusahaan) maka tanah tersebut merupakan aset tetap.
Namun, apabila tanah tersebut tidak digunakan dalam kegiatan operasional, tetapi

2
dengan tujuan akan dijual kembali di masa depan karena perusahaan memiliki
keyakinan harga tanah tersebut akan terus mengalami kenaikan nilai, maka tanah
tersebut merupakan properti investasi

Berikut adalah beberapa contoh dari properti investasi.


1. Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan
bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari.
2. Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum
ditentukan.
3. Bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui
sewa pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau
lebih sewa operasi.
4. Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada
pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.

Sedangkan contoh aset yang bukan merupakan properti investasi adalah sebagai
berikut.
1. Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari
atau sedang dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual.
Contoh properti yang diperoleh secara eksklusif dengan maksud untuk
dijual dalam waktu dekat atau untuk pengembangan dan dijual kembali.
2. Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak
ketiga.
3. Properti yang digunakan sendiri. Ini merupakan aset tetap.
4. Properti dalam proses konstruksi atau pengembangan yang di masa depan
digunakan sebagai properti investasi. PSAK 16: Aset Tetap berlaku untuk
properti tersebut hingga proses pembangunan atau pengembangan selesai.
5. Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa
pembiayaan.

3
Bagaimana jika properti tersebut dapat terdiri atas bagian yang dikuasai
untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai (memenuhi definisi properti
investasi) dan bagian lain dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau
untuk menghasilkan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif (sesuai
definisi properti digunakan sendiri)? Apabila bagian properti tersebut dapat dijual
secara terpisah atau dapat disewakan kepada pihak lain secara terpisah melalui
sewa pembiayaan, maka entitas harus mencatat kedua bagian itu secara terpisah,
yaitu bagian pertama sebagai properti investasi dan bagian kedua sebagai aset
tetap. Namun jika bagian tersebut tidak dapat dijual secara terpisah, maka
klasifikasi properti tersebut ditentukan oleh bagian yang jumlahnya signifikan.
Misalkan, bagian yang digunakan dalam proses produksi atau persediaan barang-
barang atau jasa atau untuk tujuan administratif tidak signifikan, maka seluruh
properti tersebut diklasifikasikan sebagai properti investasi.
Dalam beberapa kasus lainnya, entitas dapat menyediakan tambahan jasa
kepada para penghuni properti yang dimilikinya. Apabila jasa tersebut tidak
signifikan terhadap keseluruhan perjanjian (arrangement), maka entitas
memperlakukan properti tersebut sebagai properti investasi. Contohnya adalah
ketika pemilik bangunan suatu kantor menyediakan jasa keamanan dan
pemeliharaan bangunan kepada penyewa yang menghuni bangunan. Jasa
keamanan dan pemeliharaan gedung bukanlah jumlah yang signifikan
dibandingkan uang sewa yang dibayarkan penghuni bangunan.

B. Pengakuan
Biaya perolehan properti investasi harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

1. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan


aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

4
C. Pengukuran Awal
Pada saat pengukuran awal, properti investasi yang memenuhi kualifikasi
untuk diakui sebagai aset harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
tersebut meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat
diatribusikan secara langsung. Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara
langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan biaya
transaksi lainnya.

Jika entitas memperoleh properti investasi dengan cara kredit dan


pembayaran untuk aset melampaui jangka waktu kredit normal, maka perbedaan
antara total pembayaran dengan nilai tunainya diakui sebagai beban bunga selama
periode kredit (kecuali memenuhi kriteria untuk dikapitalisasi sesuai PSAK 26:
Biaya Pinjarman).

Perolehan properti investasi juga dapat melalui pertukaran aset


nonmoneter, atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Jika diperoleh melalui
pertukaran, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar kecuali:

1. transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau


2. nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.

Jika aset yang diperoleh tersebut tidak dapat diukur dengan nilai wajar,
maka biaya perolehan properti investasi diukur dengan jumlah tercatat dari aset
yang diserahkan.

D. Pengukuran Setelah Perolehan


Entitas harus memilih model nilai wajar atau model biaya sebagai
kebijakan akuntansi untuk pengukuran setelah perolehan. Model yang dipilih
tersebut harus diterapkan pada seluruh properti investasinya.

5
1. Model Biaya
Perlakuan akuntansi setelah perolehan dengan menggunakan model biaya
sama seperti model biaya di aset tetap yang telah dijelaskan di bagian
sebelumnya, yaitu dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Pengaturan untuk
penghitungan penyusutan juga sama dengan aset tetap.
2. Model Nilai Wajar
Berbeda dengan model revaluasi, model nilai wajar dalam properti
investasi harus diterapkan untuk seluruh properti investasi, bukan hanya
untuk kelompok tertentu saja. Kecuali dalam kondisi tertentu yang akan
dijelaskan di bawah. Perbedaan lainnya dengan model revaluasi adalah
selisih yang timbul dari penyesuaian ke nilai wajar langsung diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif dan tidak dilakukan penghitungan
penyusutan apabila entitas memilih menggunakan model nilai wajar.
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan
model nilai wajar mengukur seluruh properti investasi berdasarkan nilai
wajar. Apabila hak atas properti yang dimiliki oleh lessee melalui sewa
operasi diklasifikasi sebagai properti investasi maka entitas tidak
mempunyai pilihan, harus menerapkan model nilai wajar.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, mungkin terdapat bukti
yang jelas bahwa nilai wajar properti investasi tidak dapat ditentukan
secara andal, yaitu dalam kondisi jika, dan hanya jika, transaksi pasar
serupa jarang terjadi dan alternatif estimasi andal nilai wajar (sebagai
contoh, berdasarkan proyeksi arus kas diskontoan) tidak tersedia. Dalam
kasus tersebut maka entitas menerapkan model biaya berdasarkan PSAK
16 untuk properti investasi tersebut. Nilai residu dari properti investasi
harus diasumsikan nol, dan untuk semua properti Investasi lainnya tetap
diukur berdasarkan nilai wajar.

6
E. Penghentian Pengakuan
Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau
ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak
memiliki manfaat ekonomis di masa depan. Pelepasan properti investasi dapat
dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara sewa pembiayaan.
Apabila satu properti investasi memiliki beberapa bagian dengan nilai
yang signifikan, maka penyusutan tiap bagian tersebut dilakukan secara terpisah.
Jika dilakukan penggantian untuk suatu bagian dari properti investasi tersebut,
maka entitas mengakui biaya penggantian untuk bagian yang diganti tersebut di
dalam jumlah tercatat suatu aset tersebut dan jumlah tercatat dari bagian aset yang
diganti tidak diakui lagi. Namun, jika bagian yang diganti tersebut bukan
merupakan bagian yang disusutkan secara terpisah, maka biaya penggantian yang
terjadi dapat digunakan sebagai indikasi untuk menentukan berapa jumlah biaya
bagian yang diganti tersebut.
Untuk properti investasi yang dicatat dengan menggunakan model nilai
wajar, mungkin saja sulit untuk menentukan berapa nilai wajar yang harus
dikurangi untuk bagian yang diganti. Dalam kasus tersebut, maka alternatif
pengakuannya adalah dengan memasukkan biaya penggantian ke dalam jumlah
tercatat aset tersebut dan kemudian menentukan kembali nilai wajar dari aset
tersebut.
Laba atau rugi yang timbul dari pelepasan properti investasi merupakan
selisih antara hasil neto dari pelepasan dengan jumlah tercatat aset, dan diakui
dalam laporan laba rugi komprehensif dalam periode terjadinya penghentian.
Kecuali apabila pelepasan properti investasi dilakukan melalui jual-sewa balik,
maka pengakuan keuntungan atau kerugian yang timbul mengikuti PSAK 30:
Sewa.
Sama seperti pelepasan aset tetap, jika pembayaran atas properti investasi
ditangguhkan maka imbalan yang diterima pada awalnya diakui sebesar setara
harga tunai dan selisih antara jumlah nominal dari imbalan dan nilai yang setara
dengan harga tunai diakui sebagai pendapatan bunga.

7
F. Transfer
Apabila tujuan dari penggunaan aset mengalami perubahan maka perlu
dilakukan transfer klasifikasi. Transfer ke atau dari properti investasi dilakukan
jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan sebagai
berikut.
1. Dimulainya penggunaan oleh pemilik. Maka perlu ditransfer dari properti
investasi menjadi properti yang digunakan sendiri.
2. Dimulainya pengembangan untuk dijual. Dalam hal ini terjadi perubahan
dari properti investasi menjadi persediaan.
3. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik dan aset tersebut digunakan untuk
tujuan rental atau kenaikan nilai atau keduanya. Perubahan ini
menyebabkan transfer dari properti yang digunakan sendiri menjadi
properti investasi.
4. Dimulainya sewa operasi ke pihak lain dari sebelumnya digunakan untuk
dijual, maka ditransfer dari persediaan menjadi properti investasi.
5. Berakhirnya pembangunan atau pengembangan dan akan digunakan untuk
tujuan properti investasi. Untuk kasus ini ditransfer dari properti yang
sedang dibangun atau dikembangkan (dicakup di PSAK 16) menjadi
properti investasi.

G. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan antara lain sebagai berikut.
1. Apakah entitas tersebut menerapkan model nilai wajar atau model biaya.
2. Jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan
bagaimana, hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa operasi
diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi.
3. Apabila pengklasifikasian ini sulit dilakukan, kriteria yang digunakan
untuk membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan
sendiri dan dengan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan
usaha sehari-hari.

8
4. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai
wajar dari properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah
penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak
berdasarkan faktor lain (yang harus diungkapkan oleh entitas tersebut)
karena sifat properti tersebut dan keterbatasan data pasar yang dapat
diperbandingkan.
5. Sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau
diungkapkan dalam laporan keuangan) didasarkan atas penilaian oleh
penilai independen yang diakui dan memiliki kualifikasi profesional yang
relevan serta memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan kategori
properti investasi yang dinilai. Apabila tidak ada penilaian seperti itu, hal
tersebut harus diungkapkan.
6. Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif untuk:
a. penghasilan rental dari properti investasi;
b. beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan)
yang timbul dari properti investasi yang menghasilkan penghasilan
rental selama periode tersebut;
c. beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan)
yang timbul dari properti investasi yang tidak menghasilkan
pendapatan rental selama periode tersebut; dan
d. perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laporan
laba rugi komprehensif atas penjualan properti investasi dari
sekelompok aset yang mana model biaya digunakan ke kelompok
yang menggunakan model nilai wajar.

7. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi dari properti investasi


atau pembayaran penghasilan dan hasil pelepasan.
8. Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau
mengembangkan properti investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan
atau peningkatan.

9
1. Pengungkapan Pada Model Nilai Wajar
Entitas yang menerapkan model nilai wajar juga harus mengungkapkan
rekonsiliasi antara jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode,
yang menunjukkan hal-hal berikut.
1. Penambahan, pengungkapan terpisah untuk penambahan yang dihasilkan
dari akuisisi dan penambahan yang dihasilkan dari pengeluaran setelah
perolehan yang diakui dalam jumlah tercatat aset.
2. Penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui penggabungan usaha.
3. Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau masuk dalam
kelompok aset yang akan dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual dan pelepasan lain.
4. Laba atau rugi neto dari penyesuaian terhadap nilai wajar.
5. Perbedaan nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan
dari mata uang fungsional menjadi mata uang penyajian yang berbeda,
termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang
penyajian dari entitas pelapor.
6. Transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri.
7. Perubahan lain.

Ketika suatu penilaian terhadap properti investasi disesuaikan secara


signifikan untuk tujuan pelaporan keuangan, misalnya untuk menghindari
penghitungan ganda atas aset atau kewajiban yang diakui sebagai aset dan
kewajiban terpisah, maka entitas tersebut mengungkapkan rekonsiliasi antara
penilaian tersebut dan penilaian yang telah disesuaikan yang dilaporkan dalam
laporan keuangan, dengan menunjukkan secara terpisah jumlah agregat dari
pengakuan kewajiban sewa yang telah ditambahkan kembali, dan penyesuaian
signifikan lain.
Dalam kasus-kasus entitas tidak dapat menentukan nilai wajar secara
andal, jika suatu entitas mengukur properti investasi dengan menggunakan model
biaya sesuai dengan PSAK 16, rekonsiliasi yang disyaratkan harus
mengungkapkan jumlah yang terkait dengan properti investasi tersebut secara

10
terpisah dari jumlah yang terkait dengan properti investasi lainnya. Sebagai
tambahan, entitas mengungkapkan:
1. uraian mengenai properti investasi tersebut;
2. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal;
3. apabila mungkin, kisaran estimasi di mana nilai wajar kemungkinan besar
berada; dan
4. untuk pelepasan properti investasi yang tidak dicatat dengan nilai wajar:

a. fakta bahwa entitas tersebut telah melepaskan properti investasi


yang tidak dicatat dengan nilai wajar;
b. jumlah tercatat properti investasi pada saat dijual; dan
c. jumlah laba atau rugi yang diakui.

2. Pengungkapan Pada Model Biaya


Entitas yang menerapkan model biaya juga harus mengungkapkan:
1. metode penyusutan yang digunakan;
2. masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
3. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi
rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
4. rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode,
yang menunjukkan:
a. penambahan, pengungkapan terpisah untuk penambahan yang
dihasilkan dari akuisisi dan penambahan pengeluaran setelah
perolehan yang diakui sebagai aset;
b. penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui penggabungan
usaha;
c. aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau masuk
dalam kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasi sebagai
dimiliki untuk dijual yang dinilai dengan jumlah tercatat atau nilai
jual dikurangi beban penjualan, mana yang lebih rendah dan
pelepasan lain;

11
d. penyusutan;
e. jumlah dan rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pemulihan
rugi penurunan nilai, selama satu periode sesuai PSAK 48
Penurunan Nilai Aset;
f. perbedaan nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan
keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang penyajian
yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri
menjadi mata uang penyajian dari entitas pelapor;
g. transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri;
dan
h. perubahan lain.
5. nilai wajar properti investasi.

Jika entitas tidak dapat menentukan nilai wajar properti investasi secara
andal, entitas mengungkapkan:

1. uraian properti investasi;


2. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal; dan
3. apabila mungkin, kisaran estimasi di mana nilai wajar kemungkinan besar
berada

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Properti investasi adalah bahwa properti dapat menjadi salah satu bentuk
investasi yang menjanjikan namun, penting juga untuk diingat bahwa
investasi properti juga memiliki risiko dan tantangan. Anda perlu
mempertimbangkan faktor-faktor seperti fluktuasi pasar, risiko sewa yang
tidak stabil, biaya perawatan, dan risiko likuiditas. Selalu lakukan penelitian
mendalam, konsultasikan dengan profesional, dan pertimbangkan tujuan
investasi Anda sebelum membuat keputusan untuk berinvestasi dalam
property.

B. Saran
1. Analisis pasar: Melakukan analisis pasar yang komprehensif adalah
langkah penting sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam
properti. Tinjau tren pasar, permintaan dan penawaran properti di
lokasi yang Anda pilih.
2. Lokasi: Pilih lokasi yang strategis untuk investasi properti.
Pertimbangkan faktor seperti aksesibilitas, fasilitas umum, dan potensi
pertumbuhan di masa depan.
3. Potensi pengembangan: Perhatikan potensi pengembangan properti di
masa depan. Pertimbangkan apakah ada rencana pembangunan
infrastruktur atau proyek-proyek yang dapat meningkatkan nilai
properti Anda di masa depan.
4. Keuangan: Lakukan perhitungan keuangan yang cermat sebelum
berinvestasi. Tinjau biaya pembelian, biaya perawatan, dan potensi
pendapatan dari properti tersebut. Pastikan Anda memiliki rencana
keuangan yang matang.

13
5. Risiko: Pertimbangkan risiko yang terkait dengan investasi properti.
Misalnya, risiko fluktuasi pasar, risiko sewa yang tidak stabil, atau
risiko perbaikan dan pemeliharaan properti.
6. Diversifikasi: Pertimbangkan untuk diversifikasi portofolio investasi
Anda dengan memasukkan properti ke dalamnya. Diversifikasi dapat
membantu mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan
jangka panjang.
7. Konsultasi profesional: Jika Anda merasa perlu, konsultasikan dengan
profesional seperti agen real estat, pengacara, atau konsultan keuangan
untuk mendapatkan saran yang lebih terperinci dan sesuai dengan
situasi Anda.
Ingatlah bahwa ini hanya beberapa poin umum yang dapat menjadi
bagian dari kesimpulan dan saran untuk properti investasi. Setiap situasi
investasi memiliki faktor-faktor yang unik, jadi penting untuk melakukan
penelitian mendalam dan mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan Anda
sendiri sebelum mengambil keputusan investasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Martani, D. (2015). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK Buku 1


Edisi 2. Salemba Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai