ASET TETAP
Disusun Oleh
Chairunisa PJ 1610631030063
Kristiyani 1610631030157
Biaya Jumlah
Jumlah Jumlah
Perolehan Tercatat
Terpulihkan Tersusutkan
Nilai Nilai
Spesifik Residu Nilai Wajar Penyusutan
Entitas Aset
Rugi
Umur
Penurunan
Manfaat
Nilai
Tujuan PSAK 16 untuk mengatur
perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan
keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi
entitas di aset tetap, dan perubahan dalam investasi
tersebut.
Hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya tidak terbarui
lainnya.
PENGAKUAN ASET
TETAP
Harga perolehannya -> Termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain.
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset tetap -> Kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau
sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan
selain untuk memproduksi persediaan selama periode
Harga perolehan biasanya’ dapat ditentukan
‘
Ilustrasi 2.1
Diasumsikan bahwa sebuah peralatan dibeli pada harga tercatat sebesar Rp 100 Juta dengan syarat 2/20, n/60
(artinya diskon sebesar 2% diberikan jika pembayaran dilakukan dalam waktu 20 hari, atau jumlah penuh sebesar
Rp 100 Juta harus dibayarkan dalam waktu 60 hari).
Dalam kasus ini, harga perolehan harus dicatat sebagai ‘setara kas’ sebesar Rp 98 Juta (Rp 100 Juta dikurangi
diskonto Rp 2 Juta) tanpa memandang apakah diskonto tersebut diambil atau tidak.
Jika harga tersebut dibayarkan dalam waktu 20 hari, ayat jurnalnya adalah sebagai berikut.
Jika harga tersebut dibayar setelah hari ke-20, ayat jurnalnya adalah sebagai berikut.
Ilustrasi 2.2
Diasumsikan bahwa sebuah peralatan khusus dibeli melalui perjanjian yang mengatur
pembayaran lima kali angsuran sebesar masing-masing Rp 100 Juta di akhir setiap tahun
setelah tanggal pembelian.
Dalam kasus ini, apabila harga pembelian peralatan dicatat sebesar Rp 500 Juta maka
beban bunga dalam perjanjian tersebut diabaikan.
Dengan asumsi tingkat suku bunga sebesar 10%, peralatan tersebut harus dicatat sebesar
Rp 379.080.000, yaitu nilai pembayaran kas (Rp 100.000.000 x 3,7908 = Rp 379.080.000).
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
Dr. Peralatan 379.080.000
Dr. Bunga ditangguhkan 120.920.000
Cr. Wesel bayar 500.000.000
Aset tetap dibeli dan dibayar melalui penerbitan ekuitas perusahaan. Dalam kasus
seperti itu, aset tetap tersebut harus dicatat sebesar nilai wajarnya atau sebesar nilai wajar
ekuitas yang diterbitkan, mana yang lebih jelas, sesuai ketentuan PSAK 53 Pembayaran
Berbasis Saham.
Ilustrasi 2.3
Diasumsikan bahwa PT ABC membeli sebuah mesin khusus dengan menerbitkan 1.000.000 saham
biasanya dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Diasumsikan pula bahwa 100 juta saham biasa PT
ABC telah diperdagangkan secara aktif di Bursa Sekuritas dengan nilai nominal Rp 2.500 per saham,
dan belum ada transaksi terkait mesin tersebut selama beberapa tahun terakhir.
Dalam contoh ini, jelas bahwa nilai wajar ekuitas ‘lebih jelas’ daripada nilai wajar mesin tersebut.
Oleh karena itu, mesin tersebut harus dicatat sebesar nilai wajar saham yang diterbitkan, yaitu Rp 2,5
miliar. Premi saham sebesar Rp 1,5 milliar juga harus dicatat. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah sebagai berikut.
Dr. Mesin 2.500.000.000
Cr. Modal saham 1.000.000.000
Cr. Premi saham 1.500.000.000
Apabila dua atau lebih aset tetap dibeli secara bersamaan, timbul pertanyaan tentang
komponen biaya mana yang harus dikapitalisasi sebagai biaya perolehan dari masing-masing
aset. Dalam hal ini, kalimat ‘digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud’ menjadi
panduan.
Ilustrasi 2.4
Diasumsikan bahwa PT ABC membeli sebidang tanah untuk tujuan membangun sebuah pabrik. Diasumsikan pula bahwa terjadi
pengeluaran berikut.
Dengan demikian, seiring dengan konsep ‘digunakan sesuai keinginan dan maksud’, butir (a) sampai (d) harus dikapitalisasi sebagai
bagian dari biaya perolehan tanah, sedangkan butir (e) sampai (g) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan bangunan.
Apabila suatu aset tetap ditukarkan dengan aset lain, timbul pernyataan tentang
apakah aset yang dibeli harus diukur berdasarkan ‘nilai buku’ atau ‘nilai wajar’ aset tersebut.
Ilustrasi 2.5
PT ABC menukarkan mobil Mercedes bekas dengan mesin fotokopi. Mobil tersebut dibeli seharga Rp 160 juta,
dibukukan sebesar Rp 90 juta, dan memiliki nilai pasar sebesar Rp 100 juta pada waktu pertukaran. Mesin fotokopi
itu memiliki nilai pasar sebesar Rp 120 juta.
Ini merupakan kasus pertukaran. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan PSAK 16, mesin fotokopi harus diukur
berdasarkan nilai wajar mobil Mercedes atau mesin fotokopi, sebagai berikut.
PSAK 16 juga mengatur tentang biaya inspeksi aset tetap yang terjadi secara periodik
selama masa hidup aset itu dan memungkinkan aset itu digunakan secara
berkelanjutan.
Ilustrasi 2.9
Diasumsikan bahwa PT ABC, yang tahun bukunya berakhir pada tanggal 31Desember dan menerapkan metode garis
lurus untuk penyusutan, membeli sebuah mesin seharga Rp 10 miliar pada tanggal 1 Januari 2OX1. Mesin itu
diestimasi memiliki masa manfaat selama 20 tahun, dengan syarat inspeksi besar dilakukan setiap empat tahun.
Setiap pemeriksaan diestimasi memakan biaya Rp 1 miliar.
Dalam contoh ini, biaya mesin sebesar Rp 10 miliar dikapitalisasi dan disusutkan selama 20 tahun dari tahun 20X1.
Pada saat jumlah sebesar Rp 1 miliar dikreditkan untuk pemeriksaan pada tahun 20X5, biaya inspeksi sebesar Rp 1
miliar itu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari jumlah tercatat mesin namun disusutkan selama empat tahun dari
20X5 hingga 20X8. Seluruh biaya inspeksi setelahnya Juga dikapitalisasi dan disusutkan.
Akuntansi untuk Penyusutan
PSAK 16 mensyaratkan bahwa seluruh aset
yang dapat disusutkan tunduk kepada
akuntansi untuk penyusutan.
*Kecuali untuk ‘Hak atas Tanah' yang masa manfaatnya tidak terbatas sesuai dengan ISAK 25,
seluruh aset tetap sebagaimana telah didefinisikan sebelumnya, tunduk kepada akuntansi
untuk penyusutan
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya
perolehan cukup signifikan terhadap total biaya
perolehan seluruh aset dan yang masa manfaat
dan/atau pola penggunaannya berbeda disusutkan
secara terpisah.
Contoh : sebuah bangunan dengan masa manfaat
50 tahun dan eskalator di dalamnya dengan masa
manfaat 10 tahun disusutkan secara terpisah
Nilai residu didefinisikan dalam PSAK 16 menyebutkan bahwa PSAK 16 menyatakan bahwa jumlah
paragraf 6 sebagai jumlah neto estimasi umur manfaat aset yang dapat disusutkan dari suatu aset
yang akan diperoleh perusahaan yang dapat disusutkan adalah tetap harus dialokasikan sepanjang
dari pelepasan suatu aset jika aset umur manfaatnya ‘secara sistematis’.
‘persoalan penilaian yang pada Sesuai dengan ketentuan PSAK 16,
itu telah mencapai akhir umur umumnya berdasarkan terdapat dua metode penyusutan utama
manfaatnya dan telah beroperasi pengalaman perusahaan yang yang banyak digunakan: ‘metode garis
dalam kondisi yang diharapkan di memiliki aset serupa’. lurus’ dan ‘metode penyusutan
akhir umur manfaatnya. dipercepat' .
PSAK 16 juga menyinggung fakta PSAK 16 menyatakan bahwa PSAK 16 mensyaratkan metode
bahwa nilai residu suatu aset umur manfaat aset yang dapat penyusutan yang digunakan
sering tidak signifikan dan dapat mancerminkan ekspektasi pola
disusutkan harus di-review konsumsi manfaat ekonomi masa
diabaikan dalam perhitungan minimum setiap akhir tahun depan dari aset itu.
jumlah yang dapat disusutkan. buku. PSAK 16 juga mensyaratkan bahwa
PSAK 16 mensyaratkan bahwa metode penyusutan yang digunakan
nilai residu aset di-review untuk aset harus di-review minimum
minimum setiap tanggal setiap akhir tahun buku
pelaporan
Pencatatan Beban Penyusutan
• PSAK 16 menyatakan bahwa biaya penyusutan pada setiap periode harus
diakui sebagai beban kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam
jumlah tercatat aset lainnya.
• Jika suatu aset tetap digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada
periode berjalan, maka penyusutan harus dibebankan secara langsung
dalam laporan laba rugi komprehensif. Di pihak lain, jika aset tetap
digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, maka penyusutan
dibebankan pertama kali ke biaya produksi (atau konstruksi) dan akhirnya
dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai bagian dari
harga pokok penjualan.
• Dalam kedua kasus itu, jurnal kredit biasanya dicatat dalam akun terpisah
yang disebut ‘akun akumulasi penyusutan’ sehingga jumlah biaya
perolehan aset terkait tidak berubah.
• Apabila suatu aset diperoleh atau dilepaskan selama satu periode, metode
yang paling akurat secara teoretis untuk menghitung beban penyusutan
pada periode itu adalah metode berdasarkan jumlah hari (atau bulan)
yang digunakan.
Penurunan Nilai
• PSAK 16 menyatakan bahwa penurunan nilai aset tetap harus diperhitungkan
sesuai dengan ketentuan PSAK 48 Penurunan Nilai Aset (paragraf 63).
• PSAK 16 menyatakan bahwa penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas
atau pembayaran kompensasi dari pihak ketiga, dan pembelian atau konstruksi
selanjutnya atas penggantian aset adalah peristiwa ekonomi yang terpisah
sehingga harus diperhitungkan secara terpisah pula. Sehingga entitas tidak bisa
misalnya tidak mencatat rugi penurunan nilai karena menganggap sudah ada
penggantian dari pihak ketiga.
MODEL
REVALUASI
Suatu aset tetap dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajarnya pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
DASAR PENILAIAN
• PSAK 16 menyatakan bahwa jika revaluasi digunakan,
aset itu harus diniIai pada nilai wajarnya.
• Meskipun tidak diatur secara khusus dalam PSAK 16,
umumnya disepakati bahwa penilaian harus
didasarkan pada 'nilai pasar untuk penggunaan yang
ada‘ dan bukan pada ‘nilai pasar untuk penggunaan
aIternatif’.
• Nilai pasar untuk pengunaan yang ada adalah
estimasi nilai pasar yang memperhitungkan salah
satunya bukti transaksi pasar terbuka properti serupa,
yaitu properti yang digunakan untuk tujuan serupa.
Ilustrasi 2.16
Jika hendak diubah menjadi kompleks pertokoan, maka bangunan itu akan memiliki
nilai pasar sebesar Rp200 miliar.
Dalam contoh ini, jika menggunakan model revaluasi, maka bangunan itu
direvaluasi menjadi sebesar Rp 150 miliar (nilai pasar untuk untuk pengguna yamg
ada), dan bukan Rp200 miliar (nilai pasar untuk penggunaan alternatif sebagai
gedung pertokoan).
Frekuensi Revaluasi
• PSAK 16 menyatakan bahwa revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan
yang cukup regular sehingga ‘jumlah tercatat tidak berbeda secara material
dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal
pelaporan’ (paragraf 31)
• Menurut PSAK 16, suatu perusahaan dapat memutuskan untuk mencatat aset
tetap pada jumlah yang direvaluasi yang diperlukan untuk merevaluasi aset
tetap itu, baik kenaikan maupun penurunan, secara rutin untuk memastikan
bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal pelaporan
• PSAK 16 juga menyatakan bahwa aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap
harus direvaluasi secara bersamaan (paragraf 36). Namun, suatu kelompok
aset dapat direvaluasi secara bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari
kelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu yang
singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan (paragraf 38)
• Hal ini untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya
biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda.
Akuntansi untuk Revaluasi
• Pada saat revaluasi pertama kali, PSAK 16 menyatakan bahwa kenaikan jumlah tercatat neto
(surplus revaluasi) harus langsung dikredit ke dana pemegang saham dalam judul terpisah,
‘cadangan surplus revaluasi’ (paragraf 39), sedangkan penurunan jumlah tercatat neto
(defisit revaluasi) harus langsung didebit ke laporan laba rugi komprehensif (paragraf 40).
• Untuk mencatat dampak revaluasi, PSAK 16 menyediakan dua metode (paragraf 35):
a. baik jumlah tercatat bruto maupun akumulasi penyusutan disajikan kembali secara
proporsional untuk menghasilkan jumlah tercatat neto yang sama dengan jumlah
revaluasian neto; dan
b. akumulasi penyusutan dihapuskan dan jumlah revaluasian neto diperlakukan sebagai
jumlah tercatat bruto yang baru
• Dampak metode (a) adalah tetapnya hubungan antara biaya perolehan (atau penilaian)
dan akumulasi penyusutan. Dengan kata lain, hubungan antara jumlah tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan tidak berubah. Alasan metode (b) adalah bahwa setelah revaluasi,
aset itu dianggap sebagai aset 'baru'.
Penyusutan Aset yang Direvaluasi
• Jumlah yang dapat disusutkan dari aset tetap untuk tujuan
penyusutan didefinisikan dalam PSAK 16 sebagai biaya
perolehannya atau jumlah lain pengganti biaya, dikurangi
nilai residunya (paragraf 6). Oleh karenanya apabila suatu
aset tetap telah direvaluasi, maka jumlah revaluasianlah
(bukan biaya perolehannya) yang menjadi dasar untuk
menghitung jumlah yang dapat disusutkan.
• PSAK 16 mensyaratkan bahwa nilai residu aset tetap di-
review minimum setiap tanggal pelaporan.
• Apabila suatu aset tetap direvaluasi, jumlah yang dapat
disusutkan harus dihitung kembali, berdasarkan jumlah
revaluasian dan estimasi nilai residu baru. Jumlah yang
dapat disusutkan yang baru dihitung kemudian dialokasikan
sepanjang sisa umur manfaat aset itu.
Ilustrasi 2.20
Diasumsikan bahwa PT ABC membeli sebuah bangunan seharga Rp50 miliar. Bangunan itu diperkirakan
memiliki umur manfaat 50 tahun dan tanpa nilai residu, dan disusutkan menggunakan metode garis lurus.
Perusahaan memilih menggunakan model revaluasi namun dari tahun kedua sampai tahun ke sembilan
nilai wajar gedung tidak berbeda secara signifikan.
Setelah sepuluh tahun, pada saat dicatat dalam buku sebesar Rp40 miliar, bangunan itu direvaluasi pada
nilai pasar wajarnya sebesar Rp60 miliar. Diasumsikan pula bahwa pada tanggal revaluasi, bangunan itu
diestimasi memiliki masa manfaat 40 tahun lagi dan L tanpa nilai sisa.
Beban penyusutan bangunan itu untuk masing-masing dari 40 tahun mendatang . menjadi sebesar Rp1,5
miliar (Rp60 miliar/40). Dapat dilihat bahwa sebelum revaluasi, beban penyusutan tahunan bangunan itu
untuk masing-masing dari sepuluh tahun pertama adalah Rp 1 miliar (Rp50 miliar/50).
PSAK 16 menyatakan sebagian surplus dapat direalisasi pada saat aset itu digunakan oleh
perusahaan (paragraf 41).
Jumlah surplus yang direalisasi secara periodik adalah selisih antara jumlah penyusutan berdasarkan
jumlah revaluasian dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut.
PSAK 16 lebih lanjut menyatakan bahwa revaluasi bertahap atas cadangan surplus revaluasi harus
diperhitungkan melalui pemindahan langsung saldo laba, dan bukan melalui laporan laba rugi
komprehensif.
Ilustrasi 2.21
Untuk mengilustrasikan ketentuan paragraf 41, lihat kembali revaluasi bangun pada Ilustrasi 2.20 di atas.
Dalam contoh ini, beban penyusutan sebesar Rp 1,5 miliar dan realisasi bertahap surplus revaluasi sebesar Rp20 miliar untuk masing-
masing tahun setelah revaluasi dapat dicatat sebagai berikut.
Dapat dilihat bahwa surplus sebesar Rp500 juta yang akan direalisasikan setiap tahun harus dilakukan melalui pemindahan langsung
saldo laba, dan bukan melalui Iaporan laba rugi komprehensif. Jumlah itu adalah selisih antara jumlah penyusutan Rp 1,5 miliar
berdasarkan jumlah revaluasian dengan jumlah penyusutan Rp 1 miliar berdasarkan biaya perolehan aset.
Dapat dilihat pula bahwa pada saat bangunan itu disusutkan penuh dalam waktu 40 tahun, cadangan revaluasi sebesar Rp20 miliar
juga direalisasi sepenuhnya.
PENGHENTIAN PENGAKUAN
• Menurut PSAK (IAI, 2011 : 16.20), jumlah tercatat aset tetap dihentikan
pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika tidak terdapat lagi manfaat
ekonomi masa depan yang bisa diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.
• Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
ditentukan sebesar selisih antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah
tercatatnya.
PSAK 16 menyatakan bahwa aset PSAK 16 menyatakan bahwa laba atau rugi
tetap dihentikan pengakuannya dari penghentian tersebut tidak harus
pada: dimasukkan sebagai selisih antara hasil
Saat dilepaskan; atau pelepasan neto dan jumlah tercatat aset
Saat tidak ada manfaat (paragraf 71)
ekonomis masa depan yang Harus diakui sebagai penghasilan atau
diharapkan dari penggunaan beban dalam laporan laba rugi
atau pelepasannya. komprehensif (paragraf 68)
Laba penghentian tidak boleh
diklasifikasikan sebagai pendapatan
(paragraf 68)
Ilustrasi 2.15